Oleh :
No. Absen : 35
SEMESTER I
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
B. Etiologi
Menurut Misnadiarly (2008) , pneumonia yang ada di kalangan masyarakat
umumnya disebabkan oleh bakteri, virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan
virus) dan protozoa.
1. Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut.
Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus
pneumonia sudah ada di kerongongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun
oleh sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan
kerusakan. Balita yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas
terengah-engah dan denyut jantungnya meningkat cepat.
2. Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Virus yang
tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV). Meskipun
virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas, pada balita
gangguan ini bisa memicu pneumonia. Tetapi pada umumnya sebagian besar pneumonia
jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat. Namun bila infeksi terjadi
bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan
kematian.
3. Mikoplasma
Mikoplasia adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit pada
manusia. Mikoplasia tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski
memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan
dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia, tetapi paling sering pada
anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang
tidak diobati.
4. Protozoa
Pneumonia yang disebabhkan oleh protozoa sering disebut pneumonia pneumosistis.
Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP). Pneumonia
pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur. Perjalanan penyakitnya dapat
lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam
hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carini pada jaringan paru
atau specimen yang berasal dari paru.
1) Pneumonia Komunitas
Dijumpai pada H. influenza pada pasien perokok, pathogen atipikal pada lansia, gram
negative pada pasien dari rumah jompo, dengan adanya PPOK, penyakit penyerta
kardiopolmonal/jamak, atau paska terapi antibiotika spectrum luas.
2) Pneumonia Nosokomial
Tergantung pada 3 faktor yaitu : tingkat berat sakit, adanya resiko untuk jenis
pathogen tertentu, dan masa menjelang timbul onset pneumonia.
Faktor utama untuk pathogen tertentu :
Faktor resiko pneumonia yang didapat dari Rumah Sakit menurut Morton.
Demam, berkeringat
Respon batuk
Pola Napas Tidak
Cairan tubuh Efektif
berkurang
Mual, muntah
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Leukosit, hasil pemeriksaan leukosit > 15.000/μl dengan dominasi
netrofil sering didapatkan pada pneumonia bakteri. Didapatkan
leukositosis dengan predominan polimorfonuklear. Leukopenia
menunjukkan prognosis yang buruk.
b. Cairan pleura, eksudat dengan sel polimorfonuklear 300-100.000/mm.
Protein di atas 2,5 g/dl dan glukosa relatif lebih rendah dari glukosa
darah.
c. Titer antistreptolisin serum, pada infeksi streptokokus meningkat dan
dapat menyokong diagnosa.
d. Kadang ditemukan anemia ringan atau berat.
2. Pemeriksaan mikrobiologik
a. Spesimen : usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau
sputum darah, aspirasi trachea fungsi pleura, aspirasi paru.
b. Diagnosa definitif jika kuman ditemukan dari darah, cairan pleura
atau aspirasi paru.
3. Pemeriksaan imunologis
a. Sebagai upaya untuk mendiagnosis dengan cepat
b. Mendeteksi baik antigen maupun antigen spesifik terhadap kuman
penyebab.
c. Spesimen: darah atau urin.
d. Tekniknya antara lain: Conunter Immunoe Lectrophorosis, ELISA,
latex agglutination, atau latex coagulation.
4. Pemeriksaan radiologis, gambaran radiologis berbeda-beda untuk tiap
mikroorganisme penyebab pneumonia.
a. Pneumonia pneumokokus: gambaran radiologiknya bervariasi dari
infiltrasi ringan sampai bercak-bercak konsolidasi merata
(bronkopneumonia) kedua lapangan paru atau konsolidasi pada satu
lobus (pneumonia lobaris). Bayi dan anak-anak gambaran konsolidasi
lobus jarang ditemukan.
b. Pneumonia streptokokus, gambaran radiologik menunjukkan
bronkopneumonia difus atau infiltrate interstisialis. Sering disertai
efudi pleura yang berat, kadang terdapat adenopati hilus.
c. Pneumonia stapilokokus, gambaran radiologiknya tidak khas pada
permulaan penyakit. Infiltrat mula-mula berupa bercak-bercak,
kemudian memadat dan mengenai keseluruhan lobus atau
hemithoraks. Perpadatan hemithoraks umumnya penekanan (65%),
< 20% mengenai kedua paru.
I. Penatalaksanaan Medis
Menurut Misnadiarly (2008) dan Effendy (2001), penatalaksanaan pneumonia
dilakukan berdasarkan penentuan klasifikasi, yaitu :
1. Pneumonia Berat
Tanda : tarikan dinding dada ke dalam
Penderita pneumonia berat juga mungkin disertai tanda lain, seperti :
- Nafas cuping hidung
- Suara rintihan
- Sianosis
Tindakan : cepat dirujuk ke rumah sakit ( diberikan satu kali dosis antibiotika
dan kalau ada demam atau wheezing/ronchi diobati lebih dahulu)
2. Pneumonia
Tanda : tidak ada tarikan dinding dada ke dalam, disertai nafas cepat
Tindakan :
a. Beri antibiotik selama 5 hari
b. Anjurkan untuk kontrol 2 hari atau lebih cepat apabila keadaan
memburuk
c. Bila demam, obati
d. Bila ada wheezing, ronchi obati
WHO menganjurkan penggunaan antibiotika untuk pengobatan
pneumonia yakni dalam bentuk tablet atau sirup ( kortimoksazol, amoxcillin,
ampisilin ) atau dalam bentuk suntikan intra muskuler ( prokain penisilin )
3. Bukan Pneumonia
Tanda : tidak ada tarikan dinding dada ke dalam, tidak ada nafas cepat
Tindakan :
a. Bila batuk > 30 hari, rujuk
b. Obati penyakit lain bila ada
c. Bila demam, obati
d. Bila ada wheezing , obati
Selain penatalaksanaan diatas ada beberapa penatalaksaan pada penderita
pneumonia, diantaranya:
1. Oksigen 1-2 L/menit
Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmhg atau saturasi 95-96%
berdasarkan pemeriksaan AGD
2. Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak
3. Fisioterapi dada untuk mengeluarkan dahak , khususnya dengan clapping dan
vibrasi
4. Pemberian kortikosteroid , diberikan pada fase sepsis
5. Ventilasi mekanis , indikasi intubasi dan pemasangan ventilator dilakukan
bila terjadi hipoksemia persisten, gagal nafas yang disertai peningkatan
respiratory distress dan respiratory arrest
6. IVFD Dextrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1,+ KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah
cairan sesuai BB, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
7. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip.
8. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
9. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
10. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
Untuk kasus pneumonia Community base :
- Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
- Kloramfenikol 75 mg/Kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia Hospital base :
- Sefotaksim 100 mg/Kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
- Amikasin 10-15 mg/Kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
- Antipiretik : Paracetamol 10-15 mg/kgBB/x beri
- Mukolitik : Ambroxol 1,2 -1,6 mg/kgBB/2 dosis/ oral
Tabel Pemilihan Antibiotika berdasarkan Etiologi
Mikroorganisme Antibiotika
Streptokokus Penisilin G 50.000 unit/hari IV atau
Stafilokokus Penisilin Prokain 600.000U/kali/hari IM atau
Ampisilin 100mg/Kg BB/hari atau
Ceftriaxone 75-200 mg/Kg BB/hari
M.Pnemoniae Eritromisin 15mg/Kg BB/hari atau derivatnya
H.Influenzae Kloramfenikol 100mg/Kg BB/hari atau
Klebsiella Sefalosforin
Kolaborasi
Jelaksan pasien
dana/atau keluarga
tujuan dan prosedur
pemasangan jalan nafas
buatan.
Kolaborasi intubasi
ulang jika terbentuk
mucous plug yang tidak
dapat dilakuikan
penghisapan
Pemantaun Respirasi
Observasi
Monitor frekuensi,
irama, kedalaman dan
upaya nafas
Monitor pola nafas
(seperti bradipnea.
Takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, Cheyne-
Stoke,Biot, atasik)
Monitor kemampuan
batuk efektif
Monitor adanya produksi
sputum
Monitor adanya
sumbatan jalan nafas
Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
Auskultasi bunyi nafas
Monitor saturasi oksigen
Monitor nilai AGD
Monitor hasil x-ray
toraks
Terapeutik
Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil
pemantauan
Kolaborasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informaskan hasil
pemantauan, jika perlu
Pusing Edukasi
Penglihatan kabur
Jelaskan tujuan dan
Objektif : prosedur pemantauan
Informasi hasi
Sianosis
pemantauan ,jika perlu
Diaforesis
Gelisah Terapi oksigen
Edukasi
Kolaborasi
Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
diuretik, jika perlu
Pemantauan Cairan
Observasi
Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi
Monitor frekuensi napas
Monitor tekanan darah
Monitor berat badan
Monitor waktu pengisian
kapiler
Monitor elastisitas atau
turgor kulit
Monitor jumlah, warna
dan berat jenis urine
Monitor kadar albumin
dan protein total
Monitor hasil
pemeriksaan serum (mis.
osmolaritas serum,
hematokrit, natrium,
kalium, BUN)
Monitor intake dan output
cairan
Identifikasi tanda-tanda
hypovolemia (mis.
frekuensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah,
tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit,
turgor kulit menurun,
membrane mukosa
kering, volume urine
menurun, hematocrit
meningkat, haus, lemah,
konsentrasi urine
meningkat, berat badan
menurun dalam waktu
singkat)
Identifikasi tanda-tanda
hypervolemia (mis.
dyspnea, edema perifer,
edema anasarka, JVP
meningkat, CVP
meningkat, refleks
hepatojugular positif,
berat badan menurun
dalam waktu singkat)
Identifikasi faktor resiko
ketidakseimbangan cairan
(mis. prosedur
pembedahan mayor,
trauma/perdarahan, luka
bakar, aferesis, obstruksi
intestinal, peradangan
pancreas, penyakit ginjal
dan kelenjar, disfungsi
intestinal)
Terapeutik
Atur interval pemantauan
sesuai kondisi pasien
Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
Pemberian Analgesik
Observasi
Identifikasi
karakteristik nyeri
(mis. Pencetus,
pereda, kualitas,
lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)
Identifikasi riwayat
alergi obat
Identifikasi
kesesuaian jenis
analgesic (mis.
Narkotika, non
narkotika, atau
NSAID) dengan
tingkat keparahan
nyeri
Monitor tanda tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik
Monitor efektifitas
analgesik
Terapeutik
Diskusikan jenis
analgesic yang
disukai untuk
mencapai analgesia
optimal, jika perlu
Pertimbangkan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan
kadar dalam serum
Tetapkan target
efektifitas analgesik
untuk
mengoptimalkan
respon pasien
Dokumentasikan
respons terhadap efek
analgesik dan efek
yang tidak diinginkan
Edukasi
Kolaborasi
pemberian dosis dan
jenis analgesik,
sesuai indikasi
Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
Pemberian Analgesik
Observasi
Identifikasi
karakteristik nyeri
(mis. Pencetus,
pereda, kualitas,
lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)
Identifikasi riwayat
alergi obat
Identifikasi
kesesuaian jenis
analgesic (mis.
Narkotika, non
narkotika, atau
NSAID) dengan
tingkat keparahan
nyeri
Monitor tanda tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik
Monitor efektifitas
analgesik
Terapeutik
Diskusikan jenis
analgesic yang
disukai untuk
mencapai analgesia
optimal, jika perlu
Pertimbangkan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan
kadar dalam serum
Tetapkan target
efektifitas analgesik
untuk
mengoptimalkan
respon pasien
Dokumentasikan
respons terhadap efek
analgesik dan efek
yang tidak diinginkan
Edukasi
Kolaborasi
pemberian dosis dan
jenis analgesik,
sesuai indikasi
No. Standar Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi Keperawatan
Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia Indonesia (SIKI)
(SLKI)
7 Pola Napas Tidak Efektif Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
Definisi : intervensi selama ... x... Observasi :
Inspirasi dan/atau ekspirasi menit, maka pola napas Monitor pola napas (frekuensi,
yang tidak memberikan membaik dengan kriteria kedalaman, usaha napas)
ventilasi adekuat. hasil : Monitor bunyi napas tambahan
Penyebab : Ventilasi semenit (5) (mis. gurgling, mengi, wheezing,
Depresi pusat pernapasan Kapasitas vital (5) ronkhi kering)
Hambatan upaya napas Diameter thoraks Monitor sputum (jumlah, warna,
(mis. nyeri saat bernapas, anterior aroma)
kelemahan otot posterior (5) Terapeutik :
pernapasan) Tekanan ekspirasi (5) Pertahankan kepatenan jalan
Deformitas dinding dada Tekanan inspirasi (5) napas dengan head-tilt dan chin-
Deformitas tulang dada Dispnea (5) lift (jaw-thrust jika curiga trauma
Gangguan neuromuscular Penggunaan otot bantu cervical)
Multiple sclerosis
Myastenial gravis
Stroke
Kuadriplegia
Intoksikasi alcohol
DAFTAR PUSTAKA
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia Pada Balita, Orang Dewasa, Usia
Lanjut. Pustaka Jakarta: Obor Populer
Smeltzer, Suzanne C .2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal - Bedah Brunner & Suddarth volume
1. Jakarta : EGC
WHO. 2003. Penanganan ISPA Pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang. Pedoman
Untuk Dokter Dan Petugas Kesehatan Senior. Alih Bahasa; C. Anton Wijawa.. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
OLEH :
I. PENGKAJIAN
A. Identitas Anak
1. Nama : An. Y
2. Anak yang ke : Kedua
3. Tanggal lahir/umur: 1 Oktober 2019
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Agama : Hindu
47 TH 40 TH 32TH
45TH 42TH 35TH
18TH 9 Bulan
Keterangan :
= laki-laki
= perempuan
= Ikatan Perkawinan
E. Rekreasi
Keluarga biasanya mengajak anaknya untuk pergi berlibur di setiap hari libur kerja.
Keluarga biasa mengajak anaknya berlibur ke tempat permainan, pantai, waterboom,
kebun binatang ataupun tempat rekreasi lainnya.
F. Istirahat dan tidur
Sebelum tidur biasanya ibu mengajak anaknya untuk mencuci kakinya serta mengajak
anaknya untuk BAK sebelum tidur. Ibu sudah tidak menggunakan popok pada anaknya
saat tidur. Tidur malam pada anak sekitar jam 20.00 WITA dan anak bangun pagi
sekitar jam 06.30 WITA. Ibu mengatakan bahwa anaknya tidur siang dari jam 14.00-
15.00 WITA. Dan ketika anak tertidur ibu selalu menemaninya.
G. Kebersihan diri
Mandi :
a. Mandi sendiri/dibantu : anak mandi dibantu oleh ibunya dan anak di kamar mandi.
b. Memakai sabun/tidak : anak mandi menggunakan sabun.
c. Dikeringkan dengan handuk/tidak : Setelah anak selesai mandi ibu selalu
menggunakan handuk untuk mengeringkan badan anaknya.
d. Gosok gigi : Pada saat anak gosok gigi anak dibantu oleh ibunya, pada saat gosok
gigi anak menggunakan pasta gigi dengan rasa buah. Anak menggosok gigi dua kali
dalam sehari pada saat pagi hari dan malam hari sebelum tidur.
H. Pengaturan suhu tubuh
Pada saat pengkajian badan pasien tidak teraba panas dengan suhu 36,60C.
I. Rasa nyaman
Pada saat pengkajian anak terlihat nyaman bermain di tempat tidur bersama ibunya dan
anak tidak terlihat rewel.
J. Rasa aman
Pada saat pengkajian, ketika px diberikan perawatan atau diperiksa oleh dokter anak
terlihat aman karena didampingi oleh orang tuanya sehingga anak tampak tenang.
Hepatitis B (HB0)
02/10/2019
1 hari
HB I,II,III Puskesmas
03/12/2019,
2bulan,3bulan,
3/01/2020,
9 bulan 1/07/2020
CAMPAK Puskesmas
2. Pernahkah anda melihat bayi memindahkan mainan atau kue kering YA
dari satu tangan ke tangan yang lain? Benda-benda panjang seperti
sendok atau kerincingan bertangkai tidak ikut dinilai.
7. Tanpa disangga oleh bantal, kursi atau dinding, dapatkah bayi duduk YA
sendiri selama 60 detik?
8. Apakah bayi dapat makan kue kering sendiri? YA
9. Pada waktu bayi bermain sendiri dan anda diam-diam datang berdiri di YA
belakangnya, apakah ia menengok ke belakang seperti mendengar
kedatangan anda? Suara keras tidak ikut dihitung. Jawab YA hanya jika
anda melihat reaksinya terhadap suara yang perlahan atau bisikan.
Dari hasil penilaian KPSP terdapat 10 pertanyaan yang mampu dilakukan oleh anak
X. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesan umum : Anak terlihat bersih, pergerakan aktif, bentuk tubuh normal, dan gizi
baik
2. Warna kulit : warna kulit normal, kulit bersih
3. Suara waktu menangis : anak menangis kuat
4. Tonus otot : Saat dilakukan pemeriksaan otot, kekuatan otot anak baik
5. Turgor kulit : normal
6. Udema : Tidak terdapat udema
7. Kepala : Bentuk kepala normal, rambut hitam, kulit kepala bersih, tidak terdapat
kelainan
8. Mata : simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
9. Hidung : Saat pemeriksaan fisik, terdapat ingus/secret, terdapat pergerakan cuping
hidung, terjadi suara nafas tambahan yaitu ronchi.
10. Telinga : Telinga anak terlihat bersih, alat pendengaran pada anak baik.
11. Mulut : Keadaan mulut anak bersih, mukosa bibir lembab, gusi merah muda, dan gig
bersih
12. Leher: Tidak terjadi pembesaran kelenjar, tidak ada kaku kuduk, pergerakan leher
normal
13. Thoraks: bentuk dada simetris, tidak terdapat penggunaan otot bantu nafas, tidak
terdapat suara nafas tambahan.
14. Abdomen : simetris, tidak ada nyeri tekan
15. Ekstremitas : tidak ada kelainan ekstremitas, tidak kesulitan bergerak
16. Alat kelamin : Normal
17. Anus : normal
bernapas. normal.
Batuk yang tidak
Faktor lingkungan
yang kurang sehat.
napas. napas.
Pola pernapasan
2. Pernapasan
-Ibu mengatakan abnormal (irama,
pasien normal
terkadang frekuensi,
(30-40x/menit)
pernapasan px cepat
dan pendek. kedalaman)
Takipnea
DO :
Pernapasan sukar
-Pasien terlihat Pernapasan cuping
3. Tidak terdapat
bernapas dengan hidung
pernapasan
cuping hidung.
cuping hidung.
-Pasien tampak
Keletihan otot
pernapasannaya 4. Pernapasan px
pernapasan
cepat dan dangkal. membaik.
Penyempitan saluran
napas akibat
konstruksi otot-otot
napas.
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan fisiologis : hipersekresi jalan nafas
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan
Pemantaun Respirasi
Observasi
Monitor frekuensi,
irama, kedalaman dan
upaya nafas
Monitor pola nafas
(seperti bradipnea.
Takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, Cheyne-
Stoke,Biot, atasik)
Monitor kemampuan
batuk efektif
Monitor adanya
produksi sputum
Monitor adanya
sumbatan jalan nafas
Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
Auskultasi bunyi nafas
Monitor saturasi oksigen
Monitor nilai AGD
Monitor hasil x-ray
toraks
Terapeutik
Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil
pemantauan
Kolaborasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informaskan hasil
pemantauan, jika perlu
2 Pola Napas Tidak Efektif Setelah dilakukan intervensi Manajemen Jalan Napas
Definisi : selama 1 x 60 menit, maka Observasi :
Inspirasi dan/atau ekspirasi pola napas membaik dengan Monitor pola napas
yang tidak memberikan kriteria hasil : (frekuensi, kedalaman,
ventilasi adekuat. Ventilasi semenit (5) usaha napas)
Penyebab : Kapasitas vital (5) Monitor bunyi napas
Depresi pusat pernapasan Diameter thoraks anterior tambahan (mis.
Hambatan upaya napas posterior (5) gurgling, mengi,
(mis. nyeri saat bernapas, wheezing, ronkhi
Tekanan ekspirasi (5)
kelemahan otot pernapasan) kering)
Tekanan inspirasi (5)
Deformitas dinding dada Monitor sputum
Dispnea (5)
Deformitas tulang dada (jumlah, warna, aroma)
Penggunaan otot bantu
Gangguan neuromuscular Terapeutik :
napas (5)
Pertahankan kepatenan
Gangguan neurologis (mis.
elektroensefalogram [EEG] Pemanjangan fase jalan napas dengan head-
positif, cedera kepala, ekspirasi (5) tilt dan chin-lift (jaw-
gangguan kejang) Ortopnea (5) thrust jika curiga trauma
Imaturitas neurologis Pernapasan pursed-tip (5) cervical)
Penurunan energy Pernapasan cuping Posisikan semi-Fowler
2 2. 2. Mengkaji frekuensi
09.05 DS : Ibu
pernapasan pasien.
mengatakan px sulit
WITA
untuk bernapas.
DO : Pasien tampak
tersengal-sengal
saat bernapas dan
sedikit meringis
dengan RR :
1,2 55x/menit.
09.20 3. Mengkaji keadaan
WITA secret dan warna
DS : Ibu px
secret.
mengatakan dahak
yang dikeluarkan
px berwarna kuning
dan sulit untuk
dikeluarkan.
DO : Px tampak
meringis karena
tidak bisa
4. Kolaborasi dalam mengeluarkan
1,2 09.45
pemberian terapi secretnya.
WITA
nebulizer pada
pasien. DS : Ibu pasien
mengatakan pasien
menangis pada saat
di uap.
DO : Klien tampak
DS : Ibu
mengatakan pasien
sudah tertidur dan
napasnya sudah
normal.
DO : Tampak
pasien tertidur
dengan RR :
30x/menit, S :
36.7oC, N :
88x/menit.
XIX. EVALUASI
No Tgl/jam No. Dx Evaluasi Paraf
A : Masalah teratasi.
A : Masalah teratasi.