Oleh :
DENPASAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN PNEUMONIA + COVID 19
2. Etiologi
Menurut Misnadiarly. (2008), Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat
umumnya disebabkan oleh bakteri, virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara
bakteri dan virus) dan protozoa.
a. Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai
usia lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah
Streptococcus pneumonia sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu
pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera
memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi
pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan denyut
jantungnya meningkat cepat.
b. Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus.
Virus yang tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus
(RSV). Meskipun virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan
bagian atas, pada balita gangguan ini bisa memicu pneumonia. Tetapi pada
umumnya sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam
waktu singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza
gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan kematian.
c. Mikoplasma
Mikoplasia adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit
pada manuai. Mikoplasia tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri,
meski memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya
berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia.,
tetapi paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat
rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati.
d. Protozoa
Pneumonia yang disebabhkan oleh protozoa sering disebut pneumonia
pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia
(PCP). Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang premature.
Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa
bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika
ditemukan P. Carini pada jaringan paru atau specimen yang berasal dari paru.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Misnadiarly. (2008), tanda dan gejala pneumonia adalah sebagai
berikut:
a. Gejala
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran napas
atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh
meningkat mencapai 40o celcius, sesak napas, nyeri dada dan batuk dengan dahak
kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita
juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala.
b. Tanda-tanda pneumonia antara lain :
1) Batuk nonproduktif 2) Ingus (nasal discharge)
3) Suara napas lemah 4) Penggunaan otot bantu napas
5) Demam 6) Sianosis (kebiru-biruan)
7) Thorax photo menunjukkan 8) Sakit kepala
infiltrasi melebar
9) Kekakuan dan nyeri otot 10) Sesak napas
11) Menggigil 12) Berkeringat
13) Lelah 14) Terkadang kulit menjadi
lembab
15) Mual dan muntah
4. Klasifikasi
Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2003) pneumonia dapat
diklasifikasikan berdasarkan klinis, penyebab dan predileksi infeksi.
a. Berdasarkan klinis dan epidemiologis
Berdasarkan klinis dan epidemiologis, pneumonia terdiri dari :
1) Pneumonia komuniti (comunity aquired pneumonia)
Community acquired pneumonia(CAP) adalah pneumonia infeksius
pada seseorang yang tidak menjalani rawat inap di rumah sakit baru-baru
ini.CAP adalah tipe pneumonia yang paling sering. Penyebab paling sering
dari CAP berbeda tergantung usia seseorang,tetapi mereka termasuk
Streptococcus pneumoniae,virus,bakteri atipikal dan Haemophilus
influenzae.Di atas semuanya itu , Streptococcus pneumoniae adalah
penyebab paling umum dari CAP seluruh dunia.Bakteri gram negatif
menyebabkab CAP pada populasi beresiko tertentu.
2) Pneumonia nosokomial (hospital aquired pneumonia/sosicomial pneumonia)
Pneumonia yang didapat di rumah sakit cenderung bersifat lebihserius
karena pada saat menjalani perawatan di rumah sakit, sistem pertahanan
tubuh penderita untuk melawan infeksi seringkali terganggu. Selain
itu, kemungkinannya terjadinya infeksi oleh bakteri yang resisten terhadap
antibiotik adalah lebih besar.
3) Pneumonia aspirasi
4) Pneumonia pada penderita immunocompromised
b. Berdasarkan bakteri penyebab
Berdasarkan bakteri penyebab, pneumonia terdiri atas :
1) Pneumonia bakterial / tipikal
Pneumonia bakterial meliputi pneumokokus, stafilokokus, dan
pneumonia streptokokus, manifestasi klinis berbeda dari tipe pneumonia
lain, mikro-organisme individual menghasilkan gambaran klinis yang
berbeda. Awitannya tiba-tiba, biasanya didahului dengan infeksi virus,
toksik, tampilan menderita sakit yang akut , demam, malaise, pernafasan
cepat dan dangkal, batuk, nyeri dada sering diperberat dengan nafas dalam,
nyeri dapat menyebar ke abdomen, menggigil, meningismus.
2) Pneumonia atipikal disebabkan mycoplasma, legionella dan chlamydia
Agen etiologinya adalah mikoplasma, terjadi terutama di musim gugur
dan musim dingin, lebih menonjol di tempat dengan konsidi hidup yang
padat penduduk. Mungkin tiba-tiba atau berat. Gejala sistemik umum seperti
demam, mengigil (pada anak yang lebih besar), sakit kepala, malaise,
anoreksia, mialgia. Yang diikuti dengan rinitis, sakit tenggorokan, batuk
kering, keras. Pada awalnya batuk bersifat tidak produktif, kemudian
bersputum seromukoid, sampai mukopurulen atau bercak darah. Krekels
krepitasi halus di berbagai area paru.
3) Pneumonia virus
Lebih sering terjadi dibandingkan pneumonia bakterial. Terlihat pada
anak dari semua kelompok umur, sering dikaitkan dengan ISPA virus, dan
jumlah RSV untuk persentase terbesar. Dapat akut atau berat. Gejalanya
bervariasi, dari ringan seperti demam ringan, batuk sedikit, dan malaise.
Berat dapat berupa demam tinggi, batuk parah, prostasi. Batuk biasanya
bersifat tidak produktif pada awal penyakit. Sedikit mengi atau krekels
terdengar auskultasi.
4) Pneumonia jamur
Pneumonia juga bisa terjadi setelah pembedahan (terutama
pembedahan perut) atau cedera (terutama cedera dada), sebagai akibat dari
dangkalnya pernafasan, gangguan terhadap kemampuan batuk dan lendir
yang tertahan. Yang sering menjadi penyebabnya adalah Staphylococcus
aureus, pneumokokus, Hemophilus influenzae atau kombinasi ketiganya.
Pneumonia pada orang dewasa paling sering disebabkan oleh bakteri, yang
tersering yaitu bakteri Streptococcus pneumoniae pneumococcus.
Pneumonia pada anak-anak paling sering disebabkan oleh virus pernafasan,
dan puncaknya terjadi pada umur 2-3 tahun. Pada usia sekolah, pneumonia
paling sering disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae.
Selain virus SARS-CoV-2 atau virus Corona, virus yang juga termasuk
dalam kelompok ini adalah virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS) dan virus penyebab Middle-East Respiratory Syndrome (MERS). Meski
disebabkan oleh virus dari kelompok yang sama, yaitu coronavirus, COVID-19
memiliki beberapa perbedaan dengan SARS dan MERS, antara lain dalam hal
kecepatan penyebaran dan keparahan gejala.
Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem
pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi
pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi
pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia).
Berbicara dengan suara keras melepaskan lebih banyak tetesan dari pada
pembicaraan normal. Sebuah penelitian di Singapura menemukan bahwa batuk
yang tidak tertutup dapat menyebabkan tetesan mencapai 4,5 meter (15 kaki).
Sebuah artikel yang diterbitkan pada bulan Maret 2020 berpendapat bahwa
saran tentang jarak tetesan mungkin didasarkan pada penelitian tahun 1930-an
yang mengabaikan efek dari udara yang dihembuskan lembab yang hangat di
sekitar tetesan dan bahwa batuk atau bersin yang tidak terbuka dapat berjalan
hingga 8,2 meter (27 kaki) . Setelah tetesan jatuh ke lantai atau permukaan,
mereka masih dapat menginfeksi orang lain, jika mereka menyentuh
permukaan yang terkontaminasi dan kemudian mata, hidung atau mulut mereka
dengan tangan yang tidak dicuci. Pada permukaan, jumlah virus aktif berkurang
dari waktu ke waktu hingga tidak lagi menyebabkan infeksi. Namun, secara
eksperimental, virus dapat bertahan di berbagai permukaan selama beberapa
waktu, (misalnya tembaga atau kardus selama beberapa jam, dan plastik atau
baja selama beberapa hari). Permukaan mudah didekontaminasi dengan
desinfektan rumah tangga yang membunuh virus di luar tubuh manusia atau di
tangan. Khususnya, bagaimanapun desinfektan atau pemutih tidak boleh ditelan
atau disuntikkan sebagai tindakan perawatan atau pencegahan, karena ini
berbahaya atau berpotensi fatal. Dahak dan air liur membawa sejumlah besar
virus. Beberapa prosedur medis dapat menyebabkan virus ditransmisikan lebih
mudah dari biasanya untuk tetesan kecil seperti itu, yang dikenal sebagai
transmisi udara. Virus ini paling menular selama tiga hari pertama setelah
timbulnya gejala, meskipun penyebaran diketahui terjadi hingga dua hari
sebelum gejala muncul (penularan secara asimptomatik) dan pada tahap
selanjutnya dari penyakit.
Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai gejala flu,
yaitu demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah
itu, gejala dapat hilang dan sembuh atau malah memberat. Penderita dengan
gejala yang berat bisa mengalami demam tinggi, batuk berdahak bahkan
berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut muncul ketika
tubuh bereaksi melawan virus Corona. Secara umum, ada 3 gejala umum yang
bisa menandakan seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu:
Infeksi virus Corona atau COVID-19 belum bisa diobati, tetapi ada beberapa
langkah yang dapat dilakukan dokter untuk meredakan gejalanya dan
mencegah penyebaran virus, yaitu:
Pada kasus yang parah, infeksi virus Corona bisa menyebabkan beberapa
komplikasi berikut ini:
Prostaglandin
PMN (leukosit & Konsolidasi-
makrofag penumpukkan
Berdistribusi ke meningkat) eksudat di alveoli
hipotalamus
Kesulitan menarik
Gangguan difusi O2
Suhu tubuh dan mengeluarkan
meningkat nafas
BGA abnormal
Hipertermi Pola Nafas Tidak
Efektif Respon batuk
Konfusi, iritabilitas,
sianosis, dispneu,
pernafasan cuping
hidung
Gangguan
Pertukaran Gas
2. Diagnosis Keperawatan
Menurut SDKI (2016), diagnosa keperawatan pada pasien dengan
pneumonia adalah sebagai berikut :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
c. Hipertermia
Said, M. 2015. Pneumonia. In : Rahajoe N.N., Supriyatno B., Setyanto D.B. (eds).
Buku Ajar Respirologi. Edisi I. Jakarta : Badan Penerbit IDAI
Zul Dahlan. 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI