Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA PNEUMONIA DI BANGSAL AL FURQON

RS PKU MUHAMMADIYAH SUKOHARJO

Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas praktik klinik KMB II

Pembimbing Akademik :

Disusun Oleh :
Adella Putri Maharani Prasetya
S20B
S201102

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2022/2023
BAB I

KONSEP TEORI PNEUMONIA

A. Pengertian
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengenai
saluran pernapasan bawah dengan tanda dan gejala seperti batuk dan sesak
napas. Hal ini diakibatkan oleh adanya agen infeksius seperti virus,
bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing yang berupa
eksudat (cairan) dan konsolidasi (bercak berawan) pada paru-paru
(Khasanah, 2017). Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai
jaringan (paru-paru) tepatnya di alveoli yang disebabkan oleh beberapa
mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, maupun mikroorganisme
lainnya (Kemenkes RI, 2019).
Pneumonia adalah peradangan pada paru-paru dan bronkiolus yang
disebabkan oleh bekteri, jamur, virus, atau aspirasi karena makanan
minuman atau benda asing. Pneumonia adalah infeksi pada parenkim paru,
biasanya berhubungan dengan pemgisian cairan didalam alveoli hal ini
terjadi akibat adanya infeksi agen/infeksius atau saluran trakheabronkialis
(Yanti Irma, 2016). Dapat disimpulkan pneumonia adalah suatu
peradangan yang mengenai parenkim paru yang disebabkan oleh
bermacam-macam agen infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan benda
asing yang ditandai oleh gejala klinis batuk, demam tinggi dan disertai
adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.

B. Etiologi
Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh
bakteri, virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan
protozoa (Retnani Ayu Dianita, 2015).
1) Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi
sampai usia lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang
paling umum adalah Streptococcus pneumoniae sudah ada di
kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh
sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan
menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi pneumonia akan panas
tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan denyut jantungnya
meningkat cepat.
2) Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus.
Virus yang tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory
Syncial Virus (RSV). Meskipun virus-virus ini kebanyakan
menyerang saluran pernapasan bagian atas, pada balita gangguan ini
bisa memicu pneumonia. Tetapi pada umumnya sebagian besar
pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat.
Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza,
gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan kematian.
3) Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan
penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan
sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya.
Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar
luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia, tetapi paling sering
pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah,
bahkan juga pada yang tidak diobati.
4) Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia
pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii
Pneumonia (PCP). Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada
bayi yang prematur. Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam
beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat
dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P.
Carinii pada jaringan paru atau spesimen yang berasal dari paru
C. Manifestasi Klinis
1) Gejala pneumonia
Gejala utama yang sering ditemui adalah deman tinggi, dispnea,
pernafasan cuping hidung dan mulut. Kadang-kadang disertai muntah
dan diare. Batuk biasanya tidak ditemuka pada permulaan penyakit,
tetapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi
produktif (Yanti Irma, 2016).
2) Tanda-tanda penyakit pneumonia antara lain :
a. Batuk berdahak
b. Ingus (nasal discharge)
c. Suara nafas lemah
d. Penggunaan otot bantu nafas
e. Demam
f. Cyanosis (kebiru-biruan)
g. Thorax menunjukkan infiltrasi melebar
h. Sesak nafas
i. Terkadang kulit menjadi lembab
j. Mual dan muntah

D. Patofisiologi
Pneumonia biasanya diawali dengan infeksi ringan pada saluran
pernafasan bagian atas. Seiring dengan perkembangan penyakit terjadi
peradangan parenkim yang di sebabkan oleh bakteri, virus, jamur atau
aspirasi. Kapiler melebar dan kongesti serta didalam alveolus terdapat
eksudat jernih, bakteri dalam jumlah banyak, beberapa 18 eutrophil dan
makrofag. Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respon
inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi
leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infiltrasi makrofag.
Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsulidasi lobularis yang khas
pada foto thoraks.Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan lepasnya
sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis
(Yanti Irma, 2016).
E. Pathway

Virus, Bakteri, Jamur


(penyebab)

Saluran napas dalam

Pembersihan di paru-paru

Radang bronkial

Radang inflamasi pada bronkus


Hipertermi

Akumulasi mucus naiknya produksi mucus kontraksi berlebih

Timbul reaksi balik Edema / pembengkakan pd hiperventilasi paru-paru


Mukosa / secret
Perubahan energi berlebih atelektasis

Hipoxemia
Bersihan jalan
nafas tidak efektif

pola nafas
Kelelahan tidak efektif

Resiko Defisit Nutrisi Intoleransi


Aktivitas

Sumber : nurarif dan Kusuma 2013


F. Klasifikasi
Pneumonia lebih sering diklasifikasikan berdasarkan agen
penyebabnya, virus, atipikal (mukoplasma), bakteri, atau aspirasi substansi
asing. Pneumonia jarang terjadi yang mingkin terjadi karena histomikosis,
kokidiomikosis, dan jamur lain.
1) Pneumonia virus, lebih sering terjadi dibandingkan pneumonia
bakterial. Terlihat pada anak dari semua kelompok umur, sering
dikaitkan dengan ISPA virus, dan jumlah RSV untuk persentase
terbesar. Dapat akut atau berat. Gejalanya bervariasi, dari ringan
seperti demam ringan, batuk sedikit, dan malaise. Berat dapat berupa
demam tinggi, batuk parah, prostasi. Batuk biasanya bersifat tidak
produktif pada awal penyakit. Sedikit mengi atau krekels terdengar
auskultasi.
2) Pneumonia atipikal, agen etiologinya adalah mikoplasma, terjadi
terutama di musim gugur dan musim dingin, lebih menonjol di tempat
dengan konsidi hidup yang padat penduduk. Mungkin tiba-tiba atau
berat. Gejala sistemik umum seperti demam, mengigil (pada anak yang
lebih besar), sakit kepala, malaise, anoreksia, mialgia. Yang diikuti
dengan rinitis, sakit tenggorokan, batuk kering, keras. Pada awalnya
batuk bersifat tidak produktif, kemudian bersputum seromukoid,
sampai mukopurulen atau bercak darah. Krekels krepitasi halus di
berbagai area paru.
3) Pneumonia bakterial, meliputi pneumokokus, stafilokokus, dan
pneumonia streptokokus, manifestasi klinis berbeda dari tipe
pneumonia lain, mikro-organisme individual menghasilkan gambaran
klinis yang berbeda. Awitannya tiba-tiba, biasanya didahului dengan
infeksi virus, toksik, tampilan menderita sakit yang akut, demam,
malaise, pernafasan cepat dan dangkal, batuk, nyeri dada sering
diperberat dengan nafas dalam, nyeri dapat menyebar ke abdomen,
menggigil, meningismus
G. Komplikasi
Pneumonia umumnya bisa diterapi dengan baik tanpa
menimbulkan komplikasi. Akan tetapi, beberapa pasien, khususnya
kelompok pasien risiko tinggi, mungkin mengalami beberapa komplikasi
seperti bakteremia (sepsis), abses paru, efusi pleura, dan kesulitan
bernapas. Bakteremia dapat terjadi pada pasien jika bakteri yang
menginfeksi paru masuk ke dalam aliran darah dan menyebarkan infeksi
ke organ lain, yang berpotensi menyebabkan kegagalan organ. Pada 10%
pneumonia pneumokokkus dengan bakteremia dijumpai terdapat
komplikasi ektrapulmoner berupa meningitis, arthritis, endokarditis,
perikarditis, peritonitis, dan empiema. Pneumonia juga dapat
menyebabkan akumulasi cairan pada rongga pleura atau biasa disebut
dengan efusi pleura. Efusi pleura pada pneumonia umumnya bersifat
eksudatif. Pada klinis sekitar 5% kasus efusi pleura yang disebabkan oleh
P. pneumoniae dengan jumlah cairan yang sedikit dan sifatnya sesaat
(efusi parapneumonik). Efusi pleura eksudatif yang mengandung
mikroorganisme dalam jumlah banyak beserta dengan nanah disebut
empiema. Jika sudah terjadi empiema maka cairan perlu di drainage
menggunakan chest tube atau dengan pembedahan. (Djojodibroto, 2013)

H. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral) merupakan
pemeriksaan penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan
diagnosis pneumonia. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat
sampai konsolidasi dengan air bronchogram, penyebaran bronkogenik
dan intertisial serta gambaran kavitas.
b. Laboratorium
Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 - 40.000 /ul,
Leukosit polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun dapat
pula ditemukan leukopenia.
c. Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan sputum dan kultur
darah untuk mengetahui adanya S. pneumonia dengan pemeriksaan
koagulasi antigen polisakarida pneumokokkus.
d. Analisa Gas Darah
Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa kasus,
tekanan parsial karbondioksida (PCO2) menurun dan pada stadium
lanjut menunjukkan asidosis respiratorik. (Wahyudi, 2020)

I. Penatalaksanaan
Penyebab pneumonia bervariasi membuat penanganannya pun
akan disesuaikan dengan penyebab tersebut. Selain itu, penanganan dan
pengobatan pada pasien pneumonia tergantung dari tinggkat keparahan
gejala yang timbul dari infeksi pneumonia itu sendiri. (Wahyudi, 2020)
a. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri
Maka pemberian antibiotik adalah yang paling tepat. Pengobatan
haruslah benar-benar komplit sampai benar-benar tidak lagi adanya
gejala pada pasien. Selain itu, hasil pemeriksaan X-Ray dan sputum
harus tidak lagi menampakkan adanya bakteri pneumonia. Jika
pengobatan ini tidak dilakukan secara komplit maka suatu saat
pneumonia akan kembali mendera si pasien. (Wahyudi, 2020)
1) Untuk bakteri Streptococus Pneumoniae
Bisa diatasi dengan pemberian vaksin dan antibiotik. Ada dua
vaksin tersedia, yaitu pneumococcal conjugate vaccine dan
pneumococcal polysacharide vaccine. Pneumococcal conjugate
vaccine adalah vaksin yang menjadi bagian dari imunisasi bayi dan
direkomendasikan untuk semua anak dibawah usia 2 tahun dan
anak-anak yang berumur 2-4 tahun. Sementara itu pneumococcal
polysacharide vaccine direkomendasikan bagi orang dewasa.
Sedangkan antibiotik yang sering digunakan dalam perawatan tipe
pneumonia ini termasuk penicillin, amoxcillin, dan clavulanic acid,
serta macrolide antibiotics, termasuk erythromycin. (Wahyudi,
2020)
2) Untuk bakteri Hemophilus Influenzae
Antibiotik yang bermanfaat dalam kasus ini adalah generasi
cephalosporins kedua dan ketiga, amoxillin dan clavulanic acid,
fluoroquinolones (lefofloxacin), maxifloxacin oral, gatifloxacin
oral, serta sulfamethoxazole dan trimethoprim. (Wahyudi, 2020)
3) Untuk bakteri Mycoplasma
Dengan cara memberikan antibiotik macrolides (erythromycin,
clarithomycin, azithromicin dan fluoroquinolones), antibiotik ini
umum diresepkan untuk merawat mycoplasma pneumonia.
(Wahyudi, 2020)
b. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh virus
Pengobatannya hampir sama dengan pengobatan pada pasien flu.
Namun, yang lebih ditekankan dalam menangani penyakit pneumonia
ini adalah banyak beristirahat dan pemberian nutrisi yang baik untuk
membantu pemulihan daya tahan tubuh. Sebab bagaimana pun juga
virus akan dikalahkan jika daya tahan tubuh sangat baik. (Wahyudi,
2020)
c. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh jamur
Cara pengobatannya akan sama dengan cara mengobati panyakit jamur
lainnya. Hal yang paling penting adalah pemberian obat anti jamur
agar bisa mengatasi pneumonia. (Wahyudi, 2020)
Pendapat lain mengenai penatalaksanaan pada pasien pneumonia
menurut Nurarif dan Kusuma (2015) yaitu :
1) Keperawatan
Kepada pasien yang penyakitnya tidak berat, bisa diberikan
antibiotik peroral, dan tetap tinggal dirumah. Pasien yang lebih tua
dan pasien dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau
paru lainnya, harus dirawat dan antibiotic diberikan melalui infuse.
Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan
alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan pasien akan memberikan
respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam
waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan
antara lain
a. Oksigen 1-2 L/menit.
b. IVFD dekstrose 10 % , NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10 mEq/500
ml cairan.
c. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status
hidrasi.
d. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral
bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
e. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan
salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport
mukosilier.
f. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
2) Medis
Konsolidasi atau area yang menebal dalam paru-paru yang akan
tampak pada rontgen dada mencakup area berbercak atau
keseluruhan lobus (pneumonia lobaris). Pada pemeriksaan fisik,
temuan tersebut dapat mencakup bunyi napas bronkovesikular atau
bronchial, krekles, peningkatan fremitus, egofani, dan pekak pada
perkusi. Pengobatan pneumonia termasuk pemberian antibiotik
yang sesuai seperti yang ditetapkan oleh hasil pewarnaan gram.
Selain itu untuk pengobatan pneumonia yaitu eritromisin, derivat
tetrasiklin, amantadine, rimantadine, trimetoprim-sulfametoksazol,
dapsone, pentamidin, ketokonazol. (Brunner & Suddarth, 2002).
Untuk kasus pneumonia community base :
1) Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
2) Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian

Untuk kasus pneumonia hospital base :

1) Cefotaxime 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.


2) Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis
kelamin, Pendidikan, diagnose medis.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : klien mengeluh sesak napas atau batuk- batuk
disertai demam tinggi
b. Riwayat penyakit sekarang : kronologi peristiwa pada saat terjadi
keluhan
c. Riwayat penyakit dahulu : penyakit yang pernah diderita dahulu
d. Riwayat penyakit keluarga : mendapatkan data riwayat kesehatan
keluarga pasien
3. Pola Kesehatan Fungsional
a. Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatan
Bagaimana individu tersebut mengatasi masalah kesehatan.
b. Pola metabolik-nutrisi
Kebiasaan makan dan minum sehari-hari.
c. Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi eliminasi dalam kehidupan sehari-
hari apakah ada gangguan atau tidak.
d. Aktivitas-latihan
Adanya kelemahan atau keletihan, aktivitas yang mempengaruhi
seseorang.
e. Pola istirahat-tidur
Menggambarkan pola tidur dan istirahat apakah terganggu atau
tidak.
f. Pola persepsi-kognitif
Rasa kecap lidah berfungsi atau tidak, gambaran indera pasien
terganggu atau tidak, penggunaan alat bantu dalam penginderaan
pasien.
g. Pola konsep diri-persepsi diri
Keadaan sosial yang mempengaruhi oksigenasi
seseorang (pekerjaan, situasi keluarga, kelompok sosial),
penilaian terhadap diri sendiri (gemuk/kurus).
h. Pola hubungan dan peran
Kebiasaan berkumpul dengan orang-orang terdekat yang memiliki
kebiasaan merokok sehingga mengganggu oksigenasi.
i. Pola reproduksi-seksual
Perilaku seksual setelah terjadi gangguan oksigenasi dikaji.
j. Pola toleransi koping-stress
Adanya stress yang memengaruhi kondisi pasien.
k. Keyakinan dan nilai
Keyakinan spiritual pasien.
1. Riwayat kehamilan
Keadaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami
infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per
vaginam sewaktu hamil, penggunaan obat-obatan maupun jamu selama
hamil. Riwayat persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan atau
dengan tindakan (forcep/vakum), perdarahan ante partum, asfiksi dan
lain-lain. Keadaan selama neonatal apakah bayi panas, diare, muntah,
tidak mau menetek, dan kejang-kejang
2. Riwayat imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta
umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya
setelah mendapat imunisasi difteri, pertusis, dan tetanus (DPT) efek
sampingnya adalah panas yang dapat menimbulkan kejang.
3. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
a Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial) berhubungan
dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan
lingkungannya.
b Gerakan motorik halus berhubungan dengan kemampuan anak
untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan
memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya menggambar,
memegang suatu benda, dan lain-lain.
c Gerakan motorik kasar berhubungan dengan pergerakan dan sikap
tubuh.
d Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti
perintah dan berbicara spontan.
1. konsep Hospitalisasi
a Tahap protes.
Pada tahap ini anak-anak bereaksi secara agresif terhadap
perpisahan dengan orangtua. Mereka menangis dan berteriak
memanggil orangtua mereka, menolak perhatian dari orang lain,
dan kedukaan mereka tidak dapat ditenangkan. Perilaku yang
diobservasi seperti: menangis, berteriak, mencari orangtua,
memegang orangtua dengan erat, dan menghindari kontak mata
dengan orang lain.Selain itu pada anak usia pra sekolah perilaku
yang dapat diobservasi seperti: menyerang orang asing dengan
verbal, menyerang orang asing dengan fisik, mencoba kabur untuk
mencari orangtua, dan mencoba menahan orangtua untuk tetap
tinggal. Perilaku-perilaku tersebut dapat berlangsung dari beberapa
jam sampai beberapa hari. Protes seperti menangis, dapat
berlangsung hanya berhenti bila lelah dan pendekatan orang asing
dapat mencetuskan peningkatan stres.
b Tahap putus asa.
Selama tahap ini tangisan berhenti dan muncul depresi. Anak
tersebut menjadi begitu aktif, tidak tertarik bermain atau terhadap
makanan, dan menarik diri dengan orang lain. Perilaku yang dapat
diobservasi seperti: tidak aktif, menarik diri dengan orang lain,
depresi/sedih, tidak tertarik dengan lingkungan,tidak komunikatif,
mundur ke perilaku awal (mengompol, mengisap ibu jari,
menggunakan dot dan botol). Lamanya perilaku tersebut
berlangsung secara bervariasi. Kondisi fisik anak dapat semakin
memburuk karena menolak untuk makan, minum, atau bergerak.
c Tahap pelepasan.
Tahap ini disebut juga tahap penyangkalan. Anak akhirnya
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Anak menjadi lebih tertarik
dengan lingkungan sekitar, bermain dengan orang lain, dan tampak
membina hubungan baru dengan orang lain. Perilaku yang dapat
diobservasi seperti: menunjukkan peningkatan minat terhadap
lingkungan sekitar, berinteraksi dengan orang asing atau pemberi
asuhan yang dikenalnya, membentuk hubungan baru namun
dangkal, dan tampak bahagia. Pelepasan biasanya terjadi setelah
perpisahan yang terlalu lama dengan orangtua dan jarang terlihat
pada anak-anak yang menjalani hospitalisasi. Perilaku tersebut
mewakili penyesuaian terhadap kehilangan.
8. Pemeriksaan DDST
Denver Developmental Screening Test (DDST) adalah metode
pengkajian yang digunakan secara luas untuk menilai kemajuan
perkembangan anak. Tes ini dapat memberikan jaminan kepada orang
tua atau bermanfaat dalam mengidentifikasi berbagai masalah dini
yang mengancam tumbuh kembang anak. Tes ini hanyalah salah satu
dari metode screening (deteksi) terhadap kelainan tumbuh kembang
anak.
9. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran : kesadaran klien terdiri atas composmentis, apatis,
somnolen, sopor, soporokoma, atau koma
b. TTV : tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi,
pernapasan, suhu, dan saturasi oksigen
c. Pemeriksaan kepala dan leher
1) Kepala : bentuk simetris atau tidak, ada tidaknya lesi
2) Mata : bentuk simetris atau tidak, keadaan konjungtiva
3) Mulut dan bibir : keadaan mukosa bibir, warna bibir
4) Hidung : bentuk simetris atau tidak
5) Telinga : bentuk simetris atau tidak, menggunakan alat bantu
pendengaran atau tidak
6) Leher : kebersihan leher, ada cairan atau tidak
d. Pemeriksaan dada (Thorax)
Inspeksi : bentuk dada simetris atau tidak, pergerakan nafas
Palpasi : nyeri tekan, benjolan
Perkusi : suara dada terdengar suara sonor atau suara lain
Auskultasi : suara yang terdengar vesikuler ronkhi, stridor atau
mengi
e. Abdomen
Inspeksi : permukaan abdomen
Auskultasi : menilai adanya bising usus
Perkusi : suara abdomen saat diperkusi terdengar bunyi gas atau
tidak
Palpasi : ada atau tidak pembesaran limfa dan hati

B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan (D.0001)
2. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya napas (D.0005)
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (D.0056)
4. Hipertermi b.d proses penyakit (D.0130)
5. Resiko defisit nutrisi d.b ketidakmampuan menelan makanan (D.0032)

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa
Tujuan intervensi
. Keperawatan
1. Bersihan jalan Bersihan jalan napas Manajemen jalan nafas
nafas tidak efektif (L.01001)
(I.01011)
b.d sekresi yang Setelah dilakukan
tertahan (D.0001) tindakan keperawatan Observasi :

selama ….. jam maka • Monitor pola nafas


bersihan jalan nafas (frekuensi,
meningkat dengan kriteria kedalaman, usaha
hasil : nafas)
• Batuk efektif
• Monitor bunyi nafas
meningkat
tambahan (mis.
• Produksi sputum
gurgling, mengi,
menurun
wheezing, ronkhi
• Mengi menurun
kering)
• Wheezing menurun
• Monitor sputum
• Mekonium (pada
(jumlah, warna,
neonatus) menurun
aroma)
• Dispnea menurun
Terapeutik :
• Ortopnea menurun
• Pertahankan
• Sulit bicara menurun
kepatenan jalan napas
• Sianosis menurun
dengan head-tilt dan
• Gelisah menurun chin-tilt (jaw-thrust
• Frekuensi nafas jika curiga trauma
membaik servikal)
• Pola nafas membaik • Posisikan semi-
fowler atau fowler
• Berikan minum
hangat

• Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
• Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
• Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
• Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep McGill
• Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi :

• Anjurkan asupan
cairan 2000ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi
2. Pola nafas tidak Pola napas (L.01004) Pemantauan respirasi
efektif b.d Setelah dilakukan tindakan (I.01014)
hambatan upaya keperawatan selama …. jam Observasi :
napas (D.0005) maka pola nafas membaik • Monitor frekuensi,
dengan kriteria hasil: irama, kedalaman dan
• Ventilasi semenit upaya napas

meningkat • Monitor pola nafas

• Kapasitas vital (seperti bradypnea,


takipnea,
meningkat
hiperventilasi,
• Diameter thoraks
Kussmaul, Cheyne-
anterior-posterior
Stokes, Biot, ataksik)
meningkat
• Monitor kemampuan
• Tekanan ekspirasi
batuk efektif
meningkat
• Monitor adanya
• Tekanan inspirasi
produksi sputum
meningkat
• Monitor adanya
• Dispnea menurun
sumbatan jalan napas
• Penggunaan otot bantu
nafas menurun • Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
• Pemanjangan fase
• Auskultasi bunyi
ekspirasi menurun
napas
• Ortopnea menurun
• Monitor saturasi
• Pernapasan pursed-lip
oksigen
menurun
• Monitor nilai AGD
• Pernapasan cuping • Monitor hasil x-ray
hidung menurun
toraks
Terapeutik :
• Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien

• Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi :
• Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
• Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu

3. Intoleransi Toleransi aktivitas Manajemen Energi


aktivitas b.d (L.05047) (I. 05178)
ketidakseimbangan Setelah dilakukan Observasi
antara suplai dan tindakan keperawatan • Identifkasi gangguan
kebutuhan oksigen selama ….. jam maka fungsi tubuh yang
(D.0056) toleransi aktivitas meningkat mengakibatkan
dengan kriteria hasil : kelelahan
• Frekuensi nadi • Monitor kelelahan
meningkat fisik dan emosional
• Saturasi oksigen • Monitor pola dan jam
meningkat tidur
• Kemudahan melakukan • Monitor lokasi dan
aktivitas sehari-hari ketidaknyamanan
• Keluhan Lelah menurun selama melakukan
• Dispnea saat aktivitas aktivitas
menurun Terapeutik
• Dispnea setelah aktivitas • Sediakan lingkungan
menurun nyaman dan rendah
• Warna kulit membaik stimulus (mis.
• Frekuensi napas cahaya, suara,
membaik kunjungan)
• Lakukan rentang
gerak pasif dan/atau
aktif
• Berikan aktivitas
distraksi yang
menyenangkan
• Fasilitas duduk di sisi
tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah
atau berjalan

Edukasi
• Anjurkan tirah baring
• Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
• Anjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala kelelahan
tidak berkurang
• Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
• Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
4. Hipertermi b.d Termoregulasi (D.14134) Manajemen
proses penyakit Setelah dilakukan tindakan Hipertermia (I.15506)
(D.0130) keperawatan … jam maka Observasi
termoregulasi membaik • Identifkasi
dengan kriteria hasil : penyebab
• Menggigil menurun hipertermi (mis.
• Kulit merah menurun Dehidrasi terpapar
• Kejang menurun lingkungan panas
• Konsumsi oksigen penggunaan
menurun incubator)
• Pucat menurun • Monitor suhu tubuh
• Takikardi menurun • Monitor kadar
• Takipnea menurun elektrolit
• Hipoksia menurun • Monitor haluaran
• Suhu tubuh membaik urine
• Suhu kulit membaik Terapeutik
• Kada glukosa darah • Sediakan
membaik lingkungan yang
dingin
• Longgarkan atau
lepaskan pakaian
• Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
• Berikan cairan oral
• Ganti linen setiap
hari atau lebih
sering jika
mengalami
hiperhidrosis
(keringat berlebih)
• Lakukan
pendinginan
eksternal (mis.
selimut hipotermia
atau kompres
dingin pada dahi,
leher, dada,
abdomen,aksila)
• Hindari pemberian
antipiretik atau
aspirin
• Batasi oksigen, jika
perlu

Edukasi
• Anjurkan tirah
baring
• Kolaborasi
• Kolaborasi cairan
dan elektrolit
intravena, jika perlu
5. Resiko defisit Status nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi
nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan (I. 03119)
ketidakmampuan keperawatan …. jam maka Observasi
menelan makanan status nutrisi membaik • Identifikasi status
(D.0032) dengan kriteria hasil : nutrisi
• Porsi makanan yang • Identifikasi alergi
dihabiskan dan intoleransi
• Kekuatan otot makanan
pengunyah meningkat • Identifikasi makanan
• Kekuatan otot menelan yang disukai
meningkat • Identifikasi
• Pengetahuan tentang kebutuhan kalori dan
pilihan makanan yang jenis nutrient
sehata meningkat • Identifikasi perlunya
• Pengetahuan tentang penggunaan selang
pilihan minuman yang nasogastrik
sehat mebingkat • Monitor asupan
• Perasaan cepat makanan
kenyang menurun • Monitor berat badan
• Nyeri abdomen • Monitor hasil
menurun pemeriksaan
• Sariawan meurun laboratorium
• Rambut rontok Terapeutik
menurun • Lakukan oral
• Diare menurun hygiene sebelum
• Berat badan indek makan, jika perlu
masa tubuh (IMT) • Fasilitasi
membaik menentukan
• Frekuensi makan pedoman diet (mis.
membaik Piramida makanan)
• Nafsu makan membaik • Sajikan makanan
• Bising usus membaik secara menarik dan
• Membrane mukosa suhu yang sesuai
membaik • Berikan makan
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
• Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
• Berikan suplemen
makanan, jika perlu
• Hentikan
pemberian
makan melalui
selang nasigastrik
jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
• Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
• Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
• Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika
perlu
• Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Tindakan
keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh
perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan diantaranya
observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi (PPNI, 2018). bPada
kegiatan implementasi diperlukan kemampuan perawat terhadap
penguasaan teknis keperawatan, kemampuan hubungan interpersonal, dan
kemampuan 25 intelektual untuk menerapkan teori-teori keperawatan ke
dalam praktek keperawatan terhadap pasien.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan
dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak. Evaluasi dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif
dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan rencana
keperawatan untuk menilai keefektifan tindakan keperawatan. Sedangkan
evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua tindakan
dalam proses keperawatan selesai dilakukan.

Dalam perumusan evaluasi keperawatan menggunakan empat


komponen yang dikenal dengan SOAP.
1. S (Subjektif) adalah data informasi berupa ungkapan pernyataan
keluhan pasien.
2. O (Objektif) merupakan data hasil pengamatan, penilaian, dan
pemeriksaan pasien.
3. A (Assessment) merupakan perbandingan antara data subjektif dan
data objektif dengan tujuan dan kriteria hasil untuk menilai sejauh
mana tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana keperawatan
tercapai. Dapat dikatakan tujuan tercapai apabila pasien mampu
menunjukkan perilaku sesuai kondisi yang ditetapkan pada tujuan,
tercapai sebagian apabila perilaku pasien tidak seluruhnya tercapai
sesuai dengan tujuan, dan tidak tercapai apabila pasien tidak mampu
menunjukkan perilaku yang diharapkan sesuai dengan tujuan.
4. P (planing) adalah perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan,
dihentikan, dimodifikasi, atau ditambah dari rencana tindakan
keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya
5. DAFTAR PUSTAKA

Herlina, S. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Dengan


Pneumonia: Study Kasus. Indonesian Journal of Health
Development, 2(2), 102-107.

Prawatya, C. J., & Nurromdhoni, I. (2021). Pneumonia Lobaris Paru Dextra:


Laporan Kasus. Proceeding Book National Symposium and Workshop
Continuing Medical Education XIV.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Retnani Ayu Dianita. 2015. “Laporan Pendahuluan Pneumonia”.

Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma. (2013, 2015). Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.
Yogyakarta: Medt Action Publishing.

Anda mungkin juga menyukai