Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA
DENGAN GANGGUAN KECEMASAN
Dosen Pengampu: Ns. Noor Fitriyani S.Kep.., M.Kep

Disusun Oleh :
Dyah Ayu Anggraini
P21174
P21D

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN GANGGUAN KECEMASAN

A. MASALAH KEPERAWATAN
Gangguan Kecemasan (Ansietas)
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi

Istilah kecemasan dalam bahasa inggris yaitu Anxiety yang berasal dari Bahasa latin
angustus yang memiliki arti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik (Annisa & Ifdil,
2016).Kecemasan adalah perasaan tidak santai atau samar-samar yang terjadi karena
ketidaknyamanan dan rasa takut disertai suatu respon. Perasaan takut dan tidak menentu
sebagai siinya yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan datang dan
memperkuat individu mengambil suatu tindakan dalam menghadapi ancaman (Yusuf,
Fitryasari, & Nihayati, 2015).

Ansietas merupakan kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman (PPNI, 2016).

Rentang Respon Ansietas (Stuart, Buku Saku Keperawatan Jiwa , 2013)

Klasifikasi Ansietas :

1) Ansietas ringan (1+)

a) Respon fisik : ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks atau sedikit gelisah,
penuh perhatian.

b) Respon kognitif : lapang persepsi luas, terlihat tenang, perasaan gagal sedikit, waspada dan
memperhatikan banyak hal, memperhatikan informasi, tingkat pembelajaran optimal.
c) Respon emosional: perilaku otomatis, sedikit tidak sadar, aktivitas menyendiri,
terstimulasi.
2) Ansietas sedang (2+)
a) Respon fisik: ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, pupil dilatasi, mulai
berkeringat, sering mondar-mandir, suara berubah: bergetar, nada suara tinggi, kewaspadaan
dan ketegangan meningkat, sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, sering nyeri
punggung.
b) Respon kognitif: lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara selektif, fokus terhadap
stimulus meningkat, rentang perhatian menurun, penyelesaian masalah menurun,
pembelajaran terjadi dengan memfokuskan.
c) Respon emosional: tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri goyah, tidak sabar,
gembira.

3) Ansietas berat (3+)


a) Respon fisik: ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak mata buruk, pengeluaran
keringat meningkat, bicara cepat, nada suara tinggi, tindakan tanpa tujuan dan serampangan,
rahang menegang, menggertakan gigi, kebutuhan ruang gerak meningkat, mondarmandir,
berteriak, meremas tangan, gemetar.
b) Respon kognitif: lapang persepsi terbatas, proses berfikir terpecah pecah, sulit berfikir,
penyelesaian masalah buruk, tidak mampu mempertimbangkan informasi, hanya
memperhatikan ancaman.
c) Respon emosional: sangat cemas, agitasi, takut, bingung, merasa tidak adekuat, menarik
diri, penyangkalan, ingin bebas.
4) Ansietas panik (4+)
a) Respon fisik: flight, fight, atau freeze ketegangan otot yang sangat berat, agitasi motorik
kasar, pupil dilatasi, TTV meningkat kemudian menurun, tidak dapat tidur, hormon stres dan
neurotransmitter berkurang, wajah menyeringai, mulut ternganga.
b) Respon kognitif: persepsi yang sempit, pikiran tidak logis, terganggu, kepribadian kacau,
tidak dapat menyelesaikan masalah, fokus pada pikiran sendiri, tidak rasional, sulit
memahami stimulus eksternal, halusinasi, waham, ilusi terjadi.
c) Respon emosional: merasa terbebani, merasa tidak mampu/ tidak berdaya, lepas kendali,
mengamuk, putus asa, marah, mengharapkan hasil yang buruk, kaget, takut, lelah.
2. Tanda dan Gejala Ansietas

Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) tanda dan gejala ansietas
sebagai berikut yaitu:

Tabel 1

1) Gejala dan tanda mayor ansietas :


Subjektif Objektif

Merasa bingung Tampak gelisah

Merasa khawatir dengan akibat dari Tampak tegang


kondisi yang dihadapi

Sulit berkonsentrasi Sulit tidur

2) Gejala dan tanda minor ansietas :


Subjektif Objektif

Mengeluh pusing Frekuensi napas meningkat

Anoreksia Frekuensi nadi meningkat

Palpitasi Tekanan darah meningkat

Merasa tidak berdaya Diaphoresis

Tremor

Muka tampak pucat

Suara bergetar

Kontak mata buruk

Sering berkemih

Berorientasi pada masa lalu

(Sumber : SDKI, Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)


3. Penyebab Terjadinya Masalah

Berbagai teori yang telah dikembangkan oleh para ahli untuk mengetahui dari penyebab
anstietas, menurut Stuart & Sundden (2014) menjelaskan ansietas disebabkan oleh :

1) Faktor Predisposisi :
a) Dalam pandangan psikoanalitis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua
elemen kepribadian : id dan superego. Id mewakili dorongan instring dan impuls primitif,
sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego
atau Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan
fungsi ansietas adalah meningkatkan ego bahwa ada bahaya.
b) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan
tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami ansietas yang berat.
c) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori
perilaku lain menganggap ansietas sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan
keinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan. Ahli teori pembelajaran meyakini
bahwa individu yang terbiasa sejak kecil dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih
sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya. Ahli teori konflik memandang
ansietas sebagai pertentangan antara dua kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini
adanya hubungan timbal balik antara konflik dan ansietas : konflik menimbulkan ansietas,
dan ansietas menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang pada gilirannya meningkatkan
konflik yang dirasakan.
d) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam keluarga.
Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas dengan depresi.
e) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepine, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gama-
aminobutirat (GABA) yang berperan dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan
ansietas.
2. Faktor Presipitasi
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal. Stresor pencetus 9dapat
dikelompokkan dalam dua kategori :

a) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang akan terjadi atau
penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
b) Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial
yang terintegrasi pada individu.2)
4. Akibat Terjadinya Masalah

Ansietas dalam jangka pendek dapat meningkatkan respon sistem kekebalan tubuh, namun
kecemasan dalam jangka panjang dapat memiliki efek sebaliknya yaitu seperti depresi,
gangguan pola tidur, nyeri kronis, kehilangan minat dalam seksual, pikiran untuk bunuh diri
(Pieter, Lubis, & Lumongga, 2012).

Dampak Ansietas
Menurut SDKI (2016) jika ansietas tidak ditangani,dapat mengakibatkan gangguan
persepsi sensori, gangguan interaksi sosial, harga diri rendah kronis, harga diri rendah
situasional dan isolasi sosial.
C. POHON MASALAH
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya (PPNI,2016).
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) rumusan diagnosa ansietas yaitu :
a. Problem : Ansietas

b. Diagnosa keperawatan : Ansietas.

E. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Menurut Sutejo, (2018) rencana asuhan keperawatan gangguan cemas yaitu :
Tujuan Umum : Cemas berkurang atau hilang
TUK 1 : Pasien dapat menjalin dan membina hubungan saling percaya
Intervensi :
a. Jadilah pendengar yang hangat dan responsive
b. Beri waktu yang cukup pada pasien untuk berespon
c. Beridukungan pada pasien untk mengekspresikan perasaannya
d. Identifikasi pola perilaku pasien atau pendekatan yang dapat menimbulkan perasaan
negative
e. Bersama pasien mengenali perilaku dan respon sehingga cepat belajar dan berkembang

TUK 2 : Pasien dapat mengenal ansietasnya


Intervensi :
a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
b. Hubungan perilaku dan perasaannya
c. Validasi kesimpulan dan asumsi terhadap pasien
d. Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengalihkan dari topic yang mengancam ke hal yang
berkaitan dengan konflik
e. Gunakan konsultasi untuk membantu pasien mengungkapkan perasaannya
TUK 3 : Pasien dapat mengurangi tingkat ansietasnya
Intervensi :
a. Bantu pasien menjelaskan situasi dan interaksi yang dapat segera menimbulkan ansietas
b. Bersama pasien meninjau kembali penilaian pasien terhadap stressor yang dirasakan
mengancam dan menimbulkan konflik
c. Kaitkan pengalaman yang baru terjadi dengan pengalaman masa lalu yang relevan
TUK 4 : Pasien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif
Intervensi :
a. Gali cara pasien mengurangi ansietas di masa lalu
b. Tunjukkan akibat mal adaptif dan destruktif
c. Dorong pasien untuk menggunakan respons koping adaptif yang dimilikinya
d. Bantu pasien untuk menysun kembali tujuan hidup, memodifikasi tujuan, menggunakan
sumber dan menggunakan koping yang baru
e. Latih pasien dengan menggunakan ansietas sedang
f. Beri aktivitas fisik untuk menyalurkan energinya
g. Libatkan pihak yang berkepentingan sebagai sumber dan dukungan social dalam
membantu pasien menggunakan koping adaptif yang baru
TUK 5 : Pasien mampu mempergerakan dan menggunakan Teknik relaksasi untuk
mengatasi ansietas.
TUK6 : Meningkatkan pengetahuan dan kesiapan keluarga falam merawat pasien dengan
ansietas.
Intervensi :
a. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalammerawat pasien.
b. Diskusikan tentang ansietas,proses terjadinya ansietas ,serta tanda dan gejala ansietas.

Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan. Fokus intervensi pada klien dengan gangguan ansietas
yaitu dapat menurunkan tingkat ansietas.

Evaluasi Keperawatan

Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) evaluasi terakhir dalam pemberian asuhan
keperawatan psikososial adalah tahap evaluasi. Ditahap evaluasi akan dinilai sejauh mana
tujuan tercapai dari rencana yang telah dibuat, berikut evaluasi pada pasien dengan
kecemasan yaitu:
S (subyektif) : pasien mengatakan merasa tenang,pasien tidak merasa kawatir dengan akibat
dari kondisi yang dihadapi,pasien mengatakan berkonsentrasi, pasien mengatakan tidak
mengeluh tidak merasa berdaya,pasien tidak lagi mengeluh pusing.
O (obyektif) : pasien tampak tenang,pasien tampak rileks,pasien sudah tampak tidur
dengannyenyak,frekuensi napas dalam rentang normal 16-24x/menit,tidak tampak tremor.
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, D. F., & Ifdil. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lnjut Usia (Lansia). Jurnal
Ilmu Konselor Vol. 5 no. 2, 93-99.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2016). Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Pieter, Lubis, H. Z., & Lumongga, N. (2012). Pengantar Psikologi dalam Keperawatan.
Jakarta: Kencana.

Stuart, G. W. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Stuart, G. W., & Sundden, S. J. (2014). Buku Saku Keperawatan Jiwa (5th ed). Jakarta: EGC.

Yusuf, A., Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai