ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN ANSIETAS
OLEH :
203003
Pada ansietas berat lapangan presepsinya menjadi sangat sempit, indivisu cenderung
memikirkan hal-hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal lain. Individu sulit berfikir
realistis dan membutuhkan bnayak ppengarahan untuk memusatkan perhatiian pada area
lain. Respon fisiologis dari ansietas berat adalah nafas pendek, tekan darah dan nadi
naik, banyak berkeringat, rasa sakit kepala, penglihatan kabur dan mengalami
ketegangan.
Respon kognitif dari ansietas berat akan mengalami lapang persepsi sangat sempit
dan tidak bisa menyelesaikan masalah. Respon perilaku dan emosi terlihat dari
perasaann tidak aman, verbilisasi yang cepat dan blockking.
d. Panik
Pada tingkatan panik lapang persepsi sesorang sudah sangat sempit dan sudah
mengalami gangguan sehingga tidak bisa mengendalikan diri lagi dan sulit melakukan
apapun walaupun sudah diberikan pengarahan. Respon fisiologis dari orang panik akan
mengalami nafas pendek, rasa tercekit, sakit dada. Pucat, hipotensi, dan koordinasi
motorik yang sangat rendah.
Respon kognitif pada orang yang mengalami panik adalah lapangan persepsi yang
sangat sempit sekali dan tidak mampu berfikir logis. Respon perilaku dan emosi terlihat
agitasi, mengamuk dan marah-marah, ketakutan, berteriak-teriak, blockig, kehilangan
kontrol diri dan memiliki persepsi yang kacau.
4. Etiologi
a. Menurut (Pieter dkk,2011)
Berdasarkan Teori Psikoanalisis ansietas merupakan konflik emosional antara dua
elemen kepribadian yaitu Id, Ego dan Superego. Id mencerminkan dorongan inting dan
impuls-impuls primitif. Ego melambangkan mediatir antara Id dan Superego.
Sedangkan Superego mencerminkan hati nurani seseorang yang dikendalikan oleh
noerma-norma lingkungan, agama dan budaya. Kaitannya pada ansietas adalah
peringatan terhadap pertahanan ego.
Pada Teori Interpersonal mengatakan bahwa ansietas terjadi akibat ketakutan atas
penolakan interpersonal dan disertai dengan trauma masa perkembangan seperti
kehilnagan atau perpisahan orang tua serta kehilangn harga diri bisa menimbulkan
terjadinya ansietas berat.
Sementara menurut padangan Teori Perilaku ansietas dianggap sebagai produk
frustasi yaitu sesuatu yang mengalami gangguan kemampuan sesorang mencapai
tujuan yang diinginkan. Semakin tinggi frustasi yang dialami maka akan semakin besar
tingkat ansietasnya. Sumber-sumber frustasi adalah pada usaha pemenuhan kebutuhan
dan kondisi fisik individu dan lingkungan. Menurut kajian biologis ditemukan bahwa
pada otak terdapat reseptor spesifik untuk benzodiazepines yang diperkirakan turut
berperan dalam mengatur ansietas.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
penyebab ansietas dalah adanya perasaan takut tidak diterima dalam lingkungan
tertentu, adanya pengalaman traumatis, seperti trauma perpisahan, kehilangan atau
bencana alam, adanya frustasi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan, adanya
ancaman pada integritas diri yaitu meliputi kegagalan memenuhi kebiutuhan fisiologis
(kebutuhan dasar) dan adanya ancaman pada konsep diri.
b. Faktor Presipitasi
a. Terapi Individual
Dengan mengajak klien mengeksplorasi rangsangan yang menimbulkan ansietas,
mengajari klien untuk menghanbat respons ansietas melalui penyelesaian analisis
logis. Membantu klien memahami bagaimana pikiran, perasaan dan situasi yanng
dapat mencetuskan respons yang terantisipasi. Tingkatkan pengenalan pada
keterbatasan diri dalam serangan ansietas sehingga klien dapat melalui membentuk
kontrol pada semua aspek keterbatasan diri dalam serangan ansietas sehingga klien
dapat memulai membentuk kontrol pada semua aspek ketebatasannya. Mendorong
klien untuk mengatasi kecemasan, seperti mengatakan kamu dapat melewati
masalahmu. Ajarkan klien utentang relaksasi untuk mengurangi segala ketegangan
fisik. Megkaji dan monitor gejala kecemasan, apakah ada keinginan untuk bunuh diri.
b. Terapi Kelompok
Dengan mengajrai klie strategi koping untuk mengatasi kajadian hidup yang penuh
stress. Beri kesempatan klien untuk membuat dan mencoba cara-cara baru dalam
bersikap dan berpikir. Dorong klien untuk menggunakan teman kelompok dalam
menentramkan suasana hatinya. Bantu klien mengidentifikasi kapan ansietas
meningkat dan mereduksi proses ansietasnya.
c. Terapi Keluarga
Dengan mengajarkan kepada keluarga klien tentang anaksietas yang terjadi pada
klien. Mengajarkan keluarga klien untuk mengembangkan keterampilan komunikasi
yang efektif, mereduksi konflik keluarga dana mengajarkan tentang makan kejujuran,
empati dan keterbukaan.
d. Terapi Obat-Obatan
Menggunakan obat ansietas (terutama benzodizepin), anti depresan (seperti selctive
sorotoni rreuptake inhibitor), inhibitor oksidase monoamine (obat untuk panik berat).
7. Faktor-faktor Ansietas
Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat berasal dari diri
sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal). Pencetus ansietas
menurut Asmadi (2008) dapat dikelompokan ke dalam dua kategori yaitu ( Asmadi, 2008):
a. Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidak mampuan fisiologis atau gangguan
dalam melakukan aktifitas sehari-hari guna pemenuhan terhadap kebutuhan dasarmya.
b. Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam terhadap
identitas diri, harga diri, kehilangan status/peran diri, dan hubungan interpersonal.
8. Pohon Masalah
9. Penatalaksanaan Medis
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti
pada uraian berikut :
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
1) Makan makan yang bergizi dan seimbang.
2) Tidur yang cukup.
3) Cukup olahraga.
4) Tidak merokok.
5) Tidak meminum minuman keras.
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan
yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf)
di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai
adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam,
lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
c. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat
dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik
(fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar pasien
yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.
2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa
ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-konstruksi)
kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan untuk
berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
5) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika
kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi stressor
psikososial sehingga mengalami kecemasan.
6) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor keluarga
tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor
pendukung.
e. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan
dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor
psikososial.
10. Diagnosa Keperawatan SDKI
Sub Kategori Psikologis Integritras Ego
No. Diagnosa 0080
Definisi Kondisi emosi dan pengalaman subyektif
individu terhadap objek yang tidak jelas
dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan
tindakan untuk menghadapi ancaman.
Penyebab - Krisis Situasional
- Kebutuhan tidak terpenuhi
- Krisis maturasional
- Ancaman terhadap konsep diri
- Ancaman terhadap kematian
- Kekhawatiran mengalami
kegagalan
- Disfungsi sistem keluarga
- Hubungan orang tua anaktidak
memuaskan
- Faktor keturunan (tempramen
mudah terigitasi sejak lahir)
- Penyalahgunaan zat
- Terpapar bahaya lingkungan (mis:
toksin, polutan dll)
- Kurang terpapar informasi
RTL:
Pasien
Melakukan latihan menurunkan tingkat
ansietas
Keluarga
Memotivasi dan membimbing pasien
untuk menurunkan ansietas
Tindakan keperawatan :
Literatur Riview
Judul : Usia Dan Jenis Kelamin Berhubungan Dengan Tingkat Ansietas Pasangan
ABSTRAK :
Tuntutan sosial ekonomi membuat individu tertarik untuk bekerja keluar negeri,
sehingga berdampak pada pasangan yang ditinggalkan. Dampak psikologis yang dialami
pasangan yang ditinggal bekerja ke luar negeri adalah ansietas. Ansietas yang dirasakan
pasangan berupa rasa khawatir, takut jika terjadi sesuatu pada pasangan selama bekerja
diluar negeri. Ansietas yang dialami individu dipengaruhi beberapa faktor baik faktor
internal maupun eksternal. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan usia dan
jenis kelamin dengan tingkat ansietas pasangan yang ditinggal bekerja keluar negeri.
Penelitian kuantitatif melalui pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel 60
responden di kabupaten Kendal. Data diambil menggunakan checklist dan wawancara yang
sudah dimodifikasi dengan memakai skala Hamilton, terdiri dari 14 pertanyaan. Data
dianalisis secara univariat menggunakan central tendensi dan distribusi frekuensi serta
dianalisis secara bivariat mengunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki, berusia rata-rata 38 tahun. Hasil uji chi
square menunjukkan ada hubungan antara usia dan jenis kelamin dengan tingkat ansietas
pasangan yang ditinggal bekerja keluar negeri.
Lampiran Jurnal
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Konsep dan aplikasi Kebutuhan dasar Klien ,Jakarta :Salemba Medika.
Hawari, D. (2008) Manajemen Stress Cemas dan Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Keliat (2011) Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.
Nurhalimah.2016.Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa.Jakarta: BPPSDM
Kesehatan RI
Pieter,dkk. (2011). Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan . Jakarta Kencana Prenada
Media Group
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan medikal bedah. Edisi 8 Vol.1. Alih Bahasa : Agung
waluyo. Jakarta. EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
Yusuf dkk.2015.BUKU AJAR KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA.Jakarta:Salemba
Medika