Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN ANSIETAS

OLEH :

FERNANDA WIKE WIDYASWARA

203003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES HANG TUAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN ANSIETAS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Ansietas adalah perasaan was-waan, khawatir atau tidak nyaman seakan-akab terjadi
sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman ansietas berbeda dengan rasa takut. Takut
merupakan penilaina intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya, sedangkan ansietas
adalah respon emosional terhadap penilain tersebut (Keliat,2012). Ansietas merupakan
pengalaman emosi dan subjektif tanpa ada bjek yang spesifik sehingga orang meraakan satu
persaan was-was (khawatir ) seolah-olah ada sesutu yanng buruk akan terjadi dan pada
umumnya disertai gejala-gejala otonomik yang berlangsung beberapa wwaktu (stuart dan
laria 1998) dalam (pieter dkk 2011)

2. Rentang Respon Kecemasan

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik


3. Tingkat Ansietas
Tingkat ansietas terbagi menjadi 4 menurut (Pieter dkk,2011) yaitu :
a. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan peristiwa kehidupan sehari-hari.
Orang yang megalami ansietas ringan akan terdorong untuk melakukan kreativitas.
Respon fisiologis dari ansietas ringan akan mengalami nafas pendek, tekanan darah dan
nadi naik, muka berkerut, bibir bergetar dan mengalami gejala lambung.
Respon kognitif orang yang mengalami ansietas ringan adalah lapang persepsi
melebar dan dapat menerima rangsangan yang kompleks , konsentrasi pada masalah dan
dapat menjelaskan masalah secara efektif. Respon perilaaku dan emosi orang yang
mengalami ansietas ringan adalah tidak dapat duduk tenang, termor halus pada tangan,
suara kadang-kadang mmeninggi.
b. Ansietas Sedang
Pada ansietas sedang tingkat lapangan perseosi pada lingkungan menurun dan
mefokuskan diri pada hal-hal penting saat itu juga dan menyampingkan hal lain.Respon
fisiologis dari ansietas sedang akan mengalami nafas pendek, tekanan darah dan nadi
naik, mulut kering,anoreksia, diare, konstipasi dan gelisah.
Respon kognitif orang yang mengalami ansietas sedang adalah lapang persepsi yang
menyempit, rangsangan luar sulit diterima, berfokus terhadap apa yang menjadi
perhatian. Respon perilaku dan emosi adalah gerakan yang tersentak-sentak, meremas
tangan, suliit tidur dan perasaan tidak aman.
c. Ansietas Berat

Pada ansietas berat lapangan presepsinya menjadi sangat sempit, indivisu cenderung
memikirkan hal-hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal lain. Individu sulit berfikir
realistis dan membutuhkan bnayak ppengarahan untuk memusatkan perhatiian pada area
lain. Respon fisiologis dari ansietas berat adalah nafas pendek, tekan darah dan nadi
naik, banyak berkeringat, rasa sakit kepala, penglihatan kabur dan mengalami
ketegangan.
Respon kognitif dari ansietas berat akan mengalami lapang persepsi sangat sempit
dan tidak bisa menyelesaikan masalah. Respon perilaku dan emosi terlihat dari
perasaann tidak aman, verbilisasi yang cepat dan blockking.

d. Panik

Pada tingkatan panik lapang persepsi sesorang sudah sangat sempit dan sudah
mengalami gangguan sehingga tidak bisa mengendalikan diri lagi dan sulit melakukan
apapun walaupun sudah diberikan pengarahan. Respon fisiologis dari orang panik akan
mengalami nafas pendek, rasa tercekit, sakit dada. Pucat, hipotensi, dan koordinasi
motorik yang sangat rendah.

Respon kognitif pada orang yang mengalami panik adalah lapangan persepsi yang
sangat sempit sekali dan tidak mampu berfikir logis. Respon perilaku dan emosi terlihat
agitasi, mengamuk dan marah-marah, ketakutan, berteriak-teriak, blockig, kehilangan
kontrol diri dan memiliki persepsi yang kacau.

4. Etiologi
a. Menurut (Pieter dkk,2011)
Berdasarkan Teori Psikoanalisis ansietas merupakan konflik emosional antara dua
elemen kepribadian yaitu Id, Ego dan Superego. Id mencerminkan dorongan inting dan
impuls-impuls primitif. Ego melambangkan mediatir antara Id dan Superego.
Sedangkan Superego mencerminkan hati nurani seseorang yang dikendalikan oleh
noerma-norma lingkungan, agama dan budaya. Kaitannya pada ansietas adalah
peringatan terhadap pertahanan ego.
Pada Teori Interpersonal mengatakan bahwa ansietas terjadi akibat ketakutan atas
penolakan interpersonal dan disertai dengan trauma masa perkembangan seperti
kehilnagan atau perpisahan orang tua serta kehilangn harga diri bisa menimbulkan
terjadinya ansietas berat.
Sementara menurut padangan Teori Perilaku ansietas dianggap sebagai produk
frustasi yaitu sesuatu yang mengalami gangguan kemampuan sesorang mencapai
tujuan yang diinginkan. Semakin tinggi frustasi yang dialami maka akan semakin besar
tingkat ansietasnya. Sumber-sumber frustasi adalah pada usaha pemenuhan kebutuhan
dan kondisi fisik individu dan lingkungan. Menurut kajian biologis ditemukan bahwa
pada otak terdapat reseptor spesifik untuk benzodiazepines yang diperkirakan turut
berperan dalam mengatur ansietas.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
penyebab ansietas dalah adanya perasaan takut tidak diterima dalam lingkungan
tertentu, adanya pengalaman traumatis, seperti trauma perpisahan, kehilangan atau
bencana alam, adanya frustasi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan, adanya
ancaman pada integritas diri yaitu meliputi kegagalan memenuhi kebiutuhan fisiologis
(kebutuhan dasar) dan adanya ancaman pada konsep diri.
b. Faktor Presipitasi

Stressor Presipitasi adalah ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan


timbulnya kecemasan, Stressor presipitasi kecemasan (Eko Prabowo 2014)
dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

1) Ancaman terhadap intregitas fisik, ketegangan yang mengancam integritas fisik


yang meliputi :
a. Sumber internal meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi
suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya hamil).
b. Sumber eksternal meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan
lingkungan kecelakaan, kekurangan nutrisi , tidak adekuatnya tempat tinggal
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber eksternal dan internal
a. Sumber internal, kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah dan tempat
kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik
juga dapat mengancam harga diri.
b. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status
pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
5. Cara Mengatasi Ansietas

Terapi Ansietas terbagi menjadi menurut (Pieter,dkk 2011) :

a. Terapi Individual
Dengan mengajak klien mengeksplorasi rangsangan yang menimbulkan ansietas,
mengajari klien untuk menghanbat respons ansietas melalui penyelesaian analisis
logis. Membantu klien memahami bagaimana pikiran, perasaan dan situasi yanng
dapat mencetuskan respons yang terantisipasi. Tingkatkan pengenalan pada
keterbatasan diri dalam serangan ansietas sehingga klien dapat melalui membentuk
kontrol pada semua aspek keterbatasan diri dalam serangan ansietas sehingga klien
dapat memulai membentuk kontrol pada semua aspek ketebatasannya. Mendorong
klien untuk mengatasi kecemasan, seperti mengatakan kamu dapat melewati
masalahmu. Ajarkan klien utentang relaksasi untuk mengurangi segala ketegangan
fisik. Megkaji dan monitor gejala kecemasan, apakah ada keinginan untuk bunuh diri.
b. Terapi Kelompok
Dengan mengajrai klie strategi koping untuk mengatasi kajadian hidup yang penuh
stress. Beri kesempatan klien untuk membuat dan mencoba cara-cara baru dalam
bersikap dan berpikir. Dorong klien untuk menggunakan teman kelompok dalam
menentramkan suasana hatinya. Bantu klien mengidentifikasi kapan ansietas
meningkat dan mereduksi proses ansietasnya.

c. Terapi Keluarga
Dengan mengajarkan kepada keluarga klien tentang anaksietas yang terjadi pada
klien. Mengajarkan keluarga klien untuk mengembangkan keterampilan komunikasi
yang efektif, mereduksi konflik keluarga dana mengajarkan tentang makan kejujuran,
empati dan keterbukaan.
d. Terapi Obat-Obatan
Menggunakan obat ansietas (terutama benzodizepin), anti depresan (seperti selctive
sorotoni rreuptake inhibitor), inhibitor oksidase monoamine (obat untuk panik berat).

6. Tanda dan Gejala

Menurut (Eko Prabowo 2014)

a. Gelisah perasaan tegang, khawatir berlebihan, mudah letih, sulit berkonsentrasi,


iritabilitas, otot tegang dan gangguan tidur (hangguan ansietas umum).
b. Ingatan atau mimpi buruk berulang yang mengganggu mengenai peristiwa traumatis,
perasaan menghidupkan kembali trauma (episode kilas balik), kesulitan merasakan
emosi (efek datar), insomnia dan iritabilitas atau marah yang meledak-ledak (gangguan
stress pasca trauma)
c. Repetitif ,pikiran obsesif, perilaku kasar yang berkaitan dengan kekerasan kontaminasi
dan keraguan, berulang kali melakukan aktifitas yang tidak bertujuan.
d. Rasa takut yang nyata dsn menetap akan objek atau situasi tertentu (fobia spesifik),
situasi performa atau sosial (fobia sosial), atau berada dalam situasi yang membuat
individu trjebak (agrofobia).

7. Faktor-faktor Ansietas

Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat berasal dari diri
sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal). Pencetus ansietas
menurut Asmadi (2008) dapat dikelompokan ke dalam dua kategori yaitu ( Asmadi, 2008):

a. Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidak mampuan fisiologis atau gangguan
dalam melakukan aktifitas sehari-hari guna pemenuhan terhadap kebutuhan dasarmya.
b. Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam terhadap
identitas diri, harga diri, kehilangan status/peran diri, dan hubungan interpersonal.
8. Pohon Masalah

9. Penatalaksanaan Medis
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti
pada uraian berikut :
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
1) Makan makan yang bergizi dan seimbang.
2) Tidur yang cukup.
3) Cukup olahraga.
4) Tidak merokok.
5) Tidak meminum minuman keras.
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan
yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf)
di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai
adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam,
lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
c. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat
dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik
(fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar pasien
yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.
2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa
ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-konstruksi)
kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan untuk
berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
5) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika
kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi stressor
psikososial sehingga mengalami kecemasan.
6) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor keluarga
tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor
pendukung.

e. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan
dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor
psikososial.
10. Diagnosa Keperawatan SDKI
Sub Kategori Psikologis Integritras Ego
No. Diagnosa 0080
Definisi Kondisi emosi dan pengalaman subyektif
individu terhadap objek yang tidak jelas
dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan
tindakan untuk menghadapi ancaman.
Penyebab - Krisis Situasional
- Kebutuhan tidak terpenuhi
- Krisis maturasional
- Ancaman terhadap konsep diri
- Ancaman terhadap kematian
- Kekhawatiran mengalami
kegagalan
- Disfungsi sistem keluarga
- Hubungan orang tua anaktidak
memuaskan
- Faktor keturunan (tempramen
mudah terigitasi sejak lahir)
- Penyalahgunaan zat
- Terpapar bahaya lingkungan (mis:
toksin, polutan dll)
- Kurang terpapar informasi

Gejala Dan Tanda Mayor Subjektif


1. Merasa bingung
2. Merasa khawatir dengan akibat
dari kondisi yang dihadapi
3. Sulit berkonsentrasi
Objektif
1. Tampak gelisah
2. Tampak tegang
3. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor Subjektif
1. Mengeluh pusing
2. Anoreksia
3. Palpitasi
4. Merasa tidak berdaya
Objektif
1. Frekuensi nafas meningkat
2. Frekuensi nadi meningkat
3. Tekanan darah meningkat
4. Diaforesis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorientasi pada masa lalu
Kondisi Klinis Terkait 1. Penyakit kronis progresif (mis:
penyakit kanker, penyakit
autoimun).
2. Penyakit akut
3. Hospitalisasi
4. Rencana operasi
5. Kondisi penyakit belum jelas
6. Penyakit neurologis
7. Tahap tumbuh kembang

11. Standar Luaran Keperawatan Indonesia ( Ansietas halaman 154)


Luaran Utama Tingkat ansietas
1.
Luaran Tambahan 2. Dukungan Sosial
3. Harga diri
4. Kesadaran Diri
5. Kontrol diri
6. Proses informasi
7. Status kognitif
8. Tingkat agitasi
9. Tingkat pengetahuan
Tujuan & Kriteria Hasil
Tingkat Ansietas L.09093
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan tingkat ansietas menurun
Kriteria Hasil:
Memburuk Cukup Memburuk Sedang Cukup Menurun Menurun
1 Konsentrasi
  1 2 3 4 5
2 Pola tidur
  1 2 3 4 5
Meningkat Cukup Meningkat Sedang Cukup Menurun Menurun
3 Perilaku gelisah
  1 2 3 4 5
4 Verbalisasi kebingungan
  1 2 3 4 5
5 Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi
1 2 3 4 5
6 Perilaku tegang
1 2 3 4 5
11. Standar Intervensi keperawatan Indonesia

Reduksi Ansietas (I.09314 Halaman 387)

Definisi Meminimalkan kondisi individu dan


pengalaman subyektif terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat
antisipasi bahaya yang memungkinkan
individu melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman.
Tindakan Observai :
1. Indentifikasi saat tingkat ansietas
berubah (mis : kondisi, waktu,
stresor).
2. Identifikasi kemampuan
mengambil keputusan.
3. Monitor tanda-tanda ansietas
(verbal dan non verbal)
Trapeutik :
1. Ciptakan suasana trapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan.
2. Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan, jika perlu.
3. Pahami situasi yang membuat
ansietas.
4. Dengarkan dengan penuh
perhatian.
5. Gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan.
6. Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan.
7. Motivasi mengidentivikasi situasi
yang memicu kecemasan.
8. Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan
datang.
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur , termasuk
sensasi yang mungkin dialami.
2. Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis, pengobatan
dan prognosis.
3. Anjurkan keluarga tetap bersama
pasien, jika perlu.
4. Anjurkan untuk melakukan
kegiatan yang tidak kompetitif,
sesuai kebutuhan.
5. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi.
6. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan.
7. Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat.
8. Latih teknik relaksasi.
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu.
12. Tindakan Keperawatan
a. Tujuan Tindakan Keperawatan
1. Klien dapat mengenal ansietas
2. Klien dapat mengatasi ansietas melalui latihan relaksasi
3. Klien dapat memperagakan dan menggunakan latihan relaksasi untuk mengatasi
ansietas.
4. Melibatkan Keluarga dalam latihan yang telah disusun
b. Tindakan Keperawatan :
1. Membina hubungan saling percaya
2. Membantu klien mengenal ansietas
3. Mengajarkan teknik nafas dalam
a) Pengertian
Teknik relaksasi nafas dalam merubuan suatu tindakan keperawatan dengan
menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik
relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan
oksigenasi darah juga dapat menurunkan tingkat kecemasan (Smeltzer & Bare, 2002).
b) Tujuan
Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi napas untuk
mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri
dan menurunkan kecemasan.
c) Prosedur teknik relaksasi napas dalam
1. Ciptakan lingkungan yang tenang
2. Usahakan tetap rileks dan tenang
3. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui
hitungan 1,2,3
4. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas atas
dan bawah rileks
5. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
6. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara
perlahan-lahan
7. Membiarkan telabu tangan dan kaki rileks
8. Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam
9. Pada saat konsentrasi pusatkan pada hal-hal yang nyaman
10. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga ansietas terasa berkurang
4) Mengajarkan relaksasi otot
a. Identifikasi tingkat cemas
b. Kaji kesiapan pasien, perasaan pasien.
c. Ruang yang sejuk, tidak gaduh dan alami
d. Siapkan tempat tidur atau kursi yang dapat menopang bahu pasien
1. Jelaskan kembali tujuan terapi dan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien berbaring atau duduk bersandar (ada sandaran untuk kaki dan
bahu)
3. Lakukan latihan nafas dalam dengan menarik nafas melalui hidung dan
dihembuskan melalui mulut
4. Bersama pasien mengidentifikasi (pasien dianjurkan dan dibimbing untuk
mengidentifikasi) daerah-daerah otot yang sering tegang misalnya dahi,
tengkuk, leher, bahu, pinggang, lengan, betis
5. Bimbing pasien untuk mengencangkan otot tersebut selama 5 sampai
7detik, kemudian bimbing pasien untuk merelaksasikan otot 20 sampai 30
detik.
6. Kencangkan dahi (kerutkan dahi keatas) selama 5-7 detik,kemudian
relakskan 20-30 detik. Pasien disuruh merasakan rileksnya.
7. Kencangkan bahu, tarik keatas selama 5-7detik, kemudian relakskan 20-30
detik. Pasien disuruh merasakan rileksnya dan rasakan aliran darah
mengalir secara lancar.
8. Kepalkan telabu tangan dan kencangkan otot bisep selama 5-7 detik,
kemudian relakskan 20-30 detik. Pasien disuruh merasakan rileksnya dan
rasakan aliran darah mengalir secara lancar.
9. Kencangkan betis, ibu jari tarik kebelakang bisep selama 5-7 detik,
kemudian relakskan 20-30 detik. Minta Pasien untuk merasakan rileksnya
dan rasakan aliran darah mengalir secara lancar.
10. Selama kontraksi pasien dianjurkan merasakan kencangnya otot dan
selama relaksasi anjurkan pasien konsentrasi merasakan rilaksnya otot.
5) Melatih pasien prosedure hipnosis 5 jari
1. Atur posisi klien senyaman mungkin
2. Pejamkan mata dan lakukan teknik napas dalam secara perlahan sebanyak 3 kali.
Minta pasien untuk relaks
3. Minta pasien untuk menautkan ibu jaridengan jari telunjuk, dan minta pasien
untuk membayangkan kondisi dirinya ketika kondisi begitu sehat
4. Tautkan ibu jqri dengan jari tengah minta pasien membayangkan ketika
mendapatkan hadiah atau barang yang sangat disukai
5. Tautkan ibu jari kepada jari manis, bayangkan ketika Anda berada di tempat
yang paling nyaman, tempat yang membuat pasien merasa sangat bahagia
6. Tautkan ibu jari dengan jari kelingking, bayangkan ketika Anda mendapat suatu
penghargaan
7. Tarik nafas, lakukan perlahan, lakukan selama 3 kali
8. Buka mata kembali.
9. Memasukan kejadwal kegiatan harian klien
6) Memasukan kejadwal kegiatan harian klien
5. Evaluasi
a. Pasien dapat mengenal ansietas
b. Pasien dapat mengatasi ansietas melalui latihan relaksasi:tarik nafas dalam dan
distraksi lima jari
c. Pasien dapat memperagakan dan menggunakan latihan relaksasi untuk
mengatasi
ansietas.
d. Melibatkan Keluarga dalam latihan yang telah disusun
6. Pendokumentasian
Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses
keperawatan yang meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan, implementasi tindakan keperawatan, dan evaluasi.Berikut contoh
pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan ansietas.
Tabel 2.2
Contoh Pendokumentasian pada Pasien Ansietas
IMPLEMENTASI EVALUASI
Tgl ..........bulan..... tahun.....pkl....... S :Pasien
 Pasien melatih tarik napas dalam
Data: 3
Data pasien dan kemampuan kali sehari
 Pasien mengatakan tidak bisa tidur  Membiasakan berdoa dan cara
dan sering terbangun pada malam spiritual lain
hari serta sering mimpi buruk  Mengajak anggota keluarga yang
 Pasien mengatakan sering berdebar- lain untuk bercakap-cakap bila
debar, sesak napas tangan dan kaki pasien sendirian
dingin bila memikirkan masalahnya S : keluarga
 Kemampuan pasien  Keluarga mengatakan anaknya
 Pasien mengatakan bila berdebar- sudah tenang dan dapat
debar tarik napas panjang dan berdoa melakukan kegiatan sesuai jadwal
 Bila sulit tidur pasien mengatakan  Keluarga mengatakan senang
membayangkan hal-hal yang indah dapat
dan membaca buku membimbing dan merawat
 Pasien mampu mendemonstrasikan anaknya
cara tarik napas dalam dengan benar  Keluarga mengatakan akan terus
Data keluarga dan kemampuan memotivasi anaknya untuk
 Keluarga mengatakan sudah melakukan sesuai jadwal
mengetahui menurunkan atau O: Pasien
menghilangkan ansietas  Pasien koopertif, tambu tenang,
 Keluarga telah mengetahui cara ansietas berkurang.
merawat pasien dengan ansietas O: keluarga
 Kelurga memantau pasien minum  Keluarga tambu melatih dan
obat membimbing pasien dalam
DK: menurunkan tingkat ansietas
ansietas  Keluarga kooperatif
Intervensi: A:
Tindakan ke pasien Berdoa, tarik napas dalam dan
1. Evaluasi kegiatan pasien dalam bercakap-cakap mampu menurunkan
menurunkan ansietas dengan tarik ansietas.
napas dalam dan berdoa. P:
2. Beri pujian P untuk pasien
3. Latih satu cara untuk yaitu Pasien berlatih menurunkan tingkat
bercakapcakap dengan orang lain ansietas dengan tarik napas, secara
seperti keluarga spiritual dan afirmasi (3 kali per hari)
4. Memasukkan pada jadwali kegiatan P untuk Keluarga
untuk latihan bercakap-cakap dengan Memotivasi dan membimbing sesuai
orang lain/keluarga dengan jadwal dan minum obat.
5. Mengevaluasi tanda dan gejala
ansietas Tandatangan
Tindakan ke keluarga
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam Nama Perawat
membantu menurunkan tingkat
ansietas pasien
2. Beri pujian.
3. Bimbing dan motivasi keluarga
untuk mengajak anggota keluarga
yang lain bercakap-cakap dengan
pasien jika melihat klein termenung.
4. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwali dan memberikan pujian.

RTL:
Pasien
Melakukan latihan menurunkan tingkat
ansietas
Keluarga
Memotivasi dan membimbing pasien
untuk menurunkan ansietas

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) dengan


MASALAH KECEMASAN

Pertemuan : Ke-1 (satu) Nama Klien : Ny. A

Hari/Tanggal : Kamis/ 30 Agustus 2018 Ruangan : Kakak tua


1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Pasien
Data Objektif:
1) Pasien melamun,
2) Pasien sering mondar-mandir,
3) Menanyakan hal-hal yang tidak pentig,
4) Pasien merasa curiga
b. Masalah Keperawatan
Resiko halusinasi, perilaku kekerasan, mencederai diri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan ansietas sedang.
c. Diagnosa Keperawatan
Ansietas
d. Tujuan Khusus
TUK2 : Klien mampu mengenal ansietasnya
TUK4 : klien dapat menggunakan mekanisne koping yang adaptif
TUK5 : Klien dapat menggunakan teknik relaksasi
e. Tindakan Keperawatan
1) Pasien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan keperawatan :

a) Sapa pasien dengan nama baik verbal dan non verbal


b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanya nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima keadaan
g) Berikan perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar
2) Pasien dapat menyebutkan minimal satu penyebab ketidakkooperatifan dalam
meminum obat
Tindakan keperawatan :

a) Tanyakan pada pasien tentang


a. Orang yang tinggal serumah/teman sekamar pasien
b. Orang terdekat pasien dirumah/diruang perawatan
b) Diskusikan dengan keluarga tentang :
a. Cara merawat pasien dirumah
b. Tindakan tindak lanjut dan pengobatan yang teratur
c. Lingkungan yang tepat untuk pasien
d. Obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat
penghentian obat)
e. Kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera.
2. Strategi Komunikasi Pelaksaanaan Tindakan Keperawatan
a. Orientasi
1. Salam Terapeutik
“Assalamu’alaikum bu, Perkenalkan saya perawat S, saya perawat yang
dinas pada pagi ini mulai pukul 07.00-14.00. “Nama ibu siapa?” “ Ibu
lebih senang dipanggil apa?”
2. Evaluasi
“ Bagaimana perasaan ibu saat ini?” “Bagaimana tidurnya semalam?”
3. Kontrak
a) Topik : “Bagaimana jika sekarang kita berbincang-bincang tentang
kecemasan dan latihan cara mengontrol cemas dengan latihan
relaksasi bu.”
b) Waktu : “Berapa lama ibu punya waktu untuk berbincang-bincang
dengan saya?” “Bagaimana kalau 15 menit saja?.”
c) Tempat: “Dimana ibu mau berbincang-bincang dengan saya?”
“Yasudah, bagaimana jika di ruangan ini saja kita berbincang-
bincang.”
b. Kerja
“ibu mengatakan kalau merasa khawatir dengan penyakit ibu, sudah
beberapa hari mengalami gelisah, dan sulit tidur. Coba ibu ceritakan lebih
lanjut tentang perasaan ibu, kenapa ibu merasakan hal tersebut, apa yang ibu
pikirkan? Oh, jadi ibu takut kalau penyakit ibu tak kunjung sembuh?
Bagaimana kalau kita coba mengatasi kecemasan ibu dengan relaksasi
dengan cara tarik napas dalam. Ini merupakan salah satu cara untuk
mengurangi kecemasan yang ibu rasakan.”
“Bagaimana kalau kita latihan sekarang. Saya akan lakukan, dan ibu
memperhatikan saya, lalu mengkuti yang sudah saya ajarkan. Kita mulai ya
bu? Pertama-tama ibu tarik napas dalam perlahan-lahan, setelah itu tahan
napas. Dalam hitungan ketiga setelah itu ibu hempaskan udara melalui mulut
dengan meniup udara secara perlahan-lahan. Sekarang coba ibu praktikan.”
c. Terminasi
a) Evaluasi Subyektif
“Nah, sekarang bagaimana perasaan ibu? “
b) Evaluasi Objektif
“Sekarang coba ibu lakukan lagi tahapan-tahapan melakukan relaksasi
yang seperti saya contohkan tadi ya?”
c) Rencana Tindakan Lanjutan
“Jam berapa ibu akan berlatih lagi melakukan cara ini?” “Mari kita
masukan dalam jadwal harian ibu!”. “Jadi, setiap ibu merasa cemas ibu
bisa langsung praktekan cara ini.”
d) Kontrak
a. Topik: “Cara yang kita praktekan tadi baru mengurangi sedikit
kecemasan yang ibu rasakan” “Bagaimana jika kita latihan
kembali besok bu” Jangan lupa ibu mencoba teknik yang lain
untuk mengurangi kecemasan ibu.”
b. Waktu: “Bagaimana kalau kita latihan cara yang kedua ini besok
dengan jam yang sama seperti hari ini?” “Berapa lama ibu punya
waktu untuk berbincang-bincang besok?” Bagaimana kalau 10
menit saja?”
c. Tempat:”Dimana ibu akan latihan dengan saya besok?”
“yasudah, kalau begitu besok kita melakukannya disini saja”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Pertemuan : Ke-2 (dua) Nama Klien : Ny. A

Hari/Tanggal : Jum’at / 31 Agustus 2018 Ruangan : Kakak tua


1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Pasien
Data Objektif:
1) Pasien melamun
2) Pasien sering mondar-mandir
3) Menanyakan hal-hal yang tidak penting
4) Pasien merasa curiga
b. Masalah Keperawatan
Resiko halusinasi, perilaku kekerasan, mencederai diri, orang lain dan
lingkungan berhubungan dengan ansietas sedang.
c. Diagnosa Keperawatan
Ansietas
d. Tujuan Khusus
TUK2 : Klien mampu mengenal ansietasnya
TUK4 : klien dapat menggunakan mekanisne koping yang adaptif
TUK5 : Klien dapat menggunakan teknik relaksasi
e. Tindakan Keperawatan
1) Pasien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan keperawatan :
a) Sapa pasien dengan nama baik verbal dan non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanya nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima keadaan
g) Berikan perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar
2) Pasien dapat menyebutkan minimal satu penyebab ketidakkooperatifan
dalam meminum obat
Tindakan keperawatan :
c) Tanyakan pada pasien tentang
a. Orang yang tinggal serumah/teman sekamar pasien
b. Orang terdekat pasien dirumah/diruang perawatan
d) Diskusikan dengan keluarga tentang :
a. Cara merawat pasien dirumah
b. Tindakan tindak lanjut dan pengobatan yang teratur
c. Lingkungan yang tepat untuk pasien
d. Obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat
penghentian obat)
e. Kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera.
2. Strategi Komunikasi Pelaksaanaan Tindakan Keperawatan
a. Orientasi
1. Salam Terapeutik
“Assalamu’alaikum bu. Apakah ibu masih ingat saya?”
2. Evaluasi
“Bagaimana perasaan ibu saat ini?”
“Apakah ibu sudah melatih cara mengalihkan situasi untuk menghilangkan
kece masan seperti yang saya ajarkan kemarin?” “Coba, ibu praktekan
sekarang!” “Bagus sekali ibu masih mengingatnya” “Apakah ibu merasa
terbantu dengan teknik tersebut untuk mengatasi kecemasan ibu?”
3. Kontrak
a) Topik :”Baiklah bu sesuai janji kita kemarin hari ini saya datang kembali
untuk mendiskusikan tentang latihan relaksasi otot.”
b) Waktu: “Berapa lama kita akan berlatih?” Bagaimana jika 10 menit?”
c) Tempat : “Dimana tempat kita akan berdiskusi?” ‘Bagaimana jika
tempat kemarin?”
d) Tujuan: “Tujuan dari latihan ini adalah agar ibu dapat mengontrol
kecemasan pada diri ibu dan ibu dapat mempraktekannya dalam
kehidupan sehari-hari.”
b. Kerja
“Ibu kemarin mengatakan kalau merasa khawatir dengan penyakit ibu, sudah
beberapa hari mengalami gelisah dan sulit tidur. Apakah ibu masih merasa
gelisah saat ini? Baiklah kalau ibu masih merasa gelisah. Kemarin kita sudah
mempelajari teknik napas dalam. Kalau begitu kali ini kita akan mempelajari
teknik relaksasi otot. Ikuti instruksi saya ya bu.
1) Kepalkan dengan kencang telapak tangan anda seolah-olah hendak meninju
untuk mengencangkan otot bisep dan lengan bawah, dan rileks.
2) Kerutkan semua otot-otot diwajah anda, mulai dari dahi, mata,
hidung,mulut, sampai leher dan bahu sekitar 4 hitungan dan rasakan
ketegangan itu lalu tarik nafas panjang dan perlahan-lahan hepaskan nafas
anda dan sambil kedurkan mulai dari dahi, mata, hidung, mulut. Leher,
hidung.
3) Luruskan kaki anda lalu tegangkan rasakan tegang mulai dari jari kaki, lutut,
betis, paha, pantat, rasakan ketegangan beberapa saat, lalu kembali tarik
napas dalam sambil menghempaskan nafas secara perlahan.
c. Terminasi
1) Evaluasi Subyektif
“Nah, sekarang bagaimana perasaan ibu? Apakah perasaan cemasnya sudah
berkurang bu? Apakah sudah merasa lebih baik sekarang?”
2) Evaluasi Objektif
“Sekarang coba ibu lakukan lagi tahapan-tahapan melakukan relaksasi yang
seperti saya contohkan tadi ya?”
3) Rencana Tindak Lanjut
“Kapan ibu akan mulai mencoba melakukan cara ini?” “Baiklah setiap ibu
merasa cemas ibu akan mepraktekan cara ini”
4) Kontrak
d. Topik: “Nah ibu, masih ada cara yang bisa digunakan untuk
mengatasi kecemasan ibu yaitu dengan teknik hipnotis diri
sendiri atau hipnotis dengan lima jari.”
e. Waktu: “Bagaimana kalau kita latihan cara yang ketiga ini besok
dengan jam yang sama seperti hari ini?”
f. Tempat: “Mau latihan dimana bu?” “Apakah ada yang mau
ditanyakan?” “Kalau tidak saya pamit dulu, Assalamu’alaikum.”

Literatur Riview

Menurut (Kamilatur Rizkiya , Livana PH , Yulia Susanti 2017)


Judul : Pengaruh Tehnik 5 Jari Terhadap Tingkat Ansietas Klien Gangguan Fisik
Yang Dirawat Di Rsu Kendal .
Penulis : Kamilatur Rizkiya , Livana PH , Yulia Susanti.
ABSTRAK :
Gangguan fisik adalah suatu keadaan fisik yang terganggu oleh penyakit.Individu yang
mengalami gangguan fisik dapat menimbulkan kondisi gawat darurat yang mengharuskan
untuk menjalani pengobatan dan perawatan dirumah sakit, berbagai macam prosedur atau
tindakan asing dapat mengakibatkan ansietas. Jika ansietas klien tidak ditangani akan
menghambat proses penyembuhan. Salah satu terapi untuk mengatasi ansietas yaitu teknik
5 jari.Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian teknik 5 jari terhadap
tingkat ansietas klien gangguan fisik yang dirawat di RSU Kendal. Penelitian ini
menggunakan Quasy Experiment One Group Design Pretest-Postest.Jumlah sampel yang
memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah 64 responden dengan metode
accidental sampling yang terbagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok klien yang pertama
kali dirawat dan kelompok klien yang sudah pernah dirawat. Hasil Uji statistik dengan Uji
Mann Whitney didapatkan p value pada kedua kelompok 0,02 (p< 0,05) dengan penurunan
ansietas pada kelompok klien yang pertama kali dirawat sebesar (62,5%) dan pada
kelompok klien yang sudah pernah dirawat mengalami penurunan ansietas sebesar (22,5%),
hasil penelitian menunjukan ada pengaruh teknik 5 jari terhadap tingkat ansietas pada
kelompok klien yang pertama kali dirawat dan yang sudah pernah dirawat. Hasil penelitian
ini direkomendasikan pada klien ansietas yang sedang dirawat di Rumah sakit.

Kata Kunci: Gangguan fisik, Ansietas, Teknik 5 jari.

Menurut (Mohammad Fatkhul Mubin , Livana PH2, Fajar Rinawati, 2019)

Judul : Usia Dan Jenis Kelamin Berhubungan Dengan Tingkat Ansietas Pasangan

Yang Ditinggal Bekerja Keluar Negeri.


Peneliti : Mohammad Fatkhul Mubin1 , Livana PH2, Fajar Rinawati

ABSTRAK :

Tuntutan sosial ekonomi membuat individu tertarik untuk bekerja keluar negeri,
sehingga berdampak pada pasangan yang ditinggalkan. Dampak psikologis yang dialami
pasangan yang ditinggal bekerja ke luar negeri adalah ansietas. Ansietas yang dirasakan
pasangan berupa rasa khawatir, takut jika terjadi sesuatu pada pasangan selama bekerja
diluar negeri. Ansietas yang dialami individu dipengaruhi beberapa faktor baik faktor
internal maupun eksternal. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan usia dan
jenis kelamin dengan tingkat ansietas pasangan yang ditinggal bekerja keluar negeri.
Penelitian kuantitatif melalui pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel 60
responden di kabupaten Kendal. Data diambil menggunakan checklist dan wawancara yang
sudah dimodifikasi dengan memakai skala Hamilton, terdiri dari 14 pertanyaan. Data
dianalisis secara univariat menggunakan central tendensi dan distribusi frekuensi serta
dianalisis secara bivariat mengunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki, berusia rata-rata 38 tahun. Hasil uji chi
square menunjukkan ada hubungan antara usia dan jenis kelamin dengan tingkat ansietas
pasangan yang ditinggal bekerja keluar negeri.

Kata kunci: usia, jenis kelamin, ansietas, bekerja keluar negeri

Lampiran Jurnal
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep dan aplikasi Kebutuhan dasar Klien ,Jakarta :Salemba Medika.

Eko Prabowo (2014) Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuha Medika.

Hawari, D. (2008) Manajemen Stress Cemas dan Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Keliat (2011) Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.
Nurhalimah.2016.Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa.Jakarta: BPPSDM
Kesehatan RI
Pieter,dkk. (2011). Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan . Jakarta Kencana Prenada
Media Group
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan medikal bedah. Edisi 8 Vol.1. Alih Bahasa : Agung
waluyo. Jakarta. EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
Yusuf dkk.2015.BUKU AJAR KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA.Jakarta:Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai