Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL


Dosen Pembimbing Fifi Siti Fauziah Yani S.kep.,Ners.,M.Kep

Disusun Oleh :

ALLIFFHIA AMANDA 211119042

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (D-3)

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

2021/2022
HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL

A. Definisi
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri. (Keliat, 2012).
Harga diri rendah adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang
merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya
dengan orang lain. Harga diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai
hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan
dengan realitas dunia (Stuart & Gail, 2006).
Harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri
sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat
terjadi secara situasional(trauma) atau kronis (kritik diri yang telah berlangsung
lama) dapat diekspresikan secara langsung atau tidak langsung (Stuart & Sundeen,
2006).
Harga diri rendah situasional adalah suatu keadaan ketika individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri
dalam berespon terhadap suatu kejadian (kehilangan,perubahan).
Harga diri rendah situasional adalah evaluasi diri negatif yang berkembang
sebagai respons terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang yang
sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif (NANDA, 2005).
Harga diri situasional adalah evaluasi atau perasaan negative terhadap diri
sendiri atau kemampuan klien sebagai respon terhadap siuasi saat ini (SDKI, 2017).

B. Tanda Dan Gejala


Tanda dan gejala harga diri situasional dalam buku SDKI (2017), yaitu:
Tanda Mayor
Subjektif Objektif
1. Menilai diri negative (mis, tidak 1. berbicara pelan dan lirih
berguna, tidak tertolong) 2. menolak berinteraksi dengan orang
2. Merasa malu/bersalah lain
3. Melebih-lebihkan penilaian negative 3. berjalan menunduk
tentang diri sendiri 4. postur tubuh menunduk
4. Menolak penilaian positif tentang diri
sendiri
Tanda Minor
Subjektif Objektif
1. sulit berkonsentrasi 1. kontak mata kurang
2. lesu dan tidak bergairah
3. pasif
4. tidak mampu membuat keputusan

C. Faktor Predisposisi
Menurut (Stuard and Sudeen, 2006)
a. Penolakan orang tua
b. Harapan orang tua yang tidak realistis
c. Kegagalan yang berulang kali
d. Kurang mempunyai tanggung jawab personal
e. Ketergantungan pada orang lain
f. Ideal diri tidak realistis

D. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar
individu (eksternal or internal sources) yang dibagi lima kategori:
a. Ketegangan peran adalah stress yang berhubungan dengan frustasi yang
dialami individu dalam peran atau posisi yang diharapkan. Terdapat tiga jenis
transisi peran yaitu perkembangan, situasi dan sehat-sakit.
b. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian
yang mengancam kehidupan.

E. Manifestasi Klinis
1. Mengungkapkan rasa malu/bersalah
2. Mengungkapkan menjelek-jelekkan diri
3. Mengungkapkan hal-hal yang negatif tentang diri (misalnya,
ketidakberdayaan dan ketidakbergunaan)
4. Kejadian menyalahkan diri secara episodik terhadap permasalahan hidup
yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif
5. Kesulitan dalam membuat keputusan
Keliat (2012) mengemukakan beberapa tanda dan gejala harga diri rendah adalah :
a. Mengkritik diri sendiri.
b. Perasaan tidak mampu.
c. Pandangan hidup yang pesimis.
d. Penurunan produkrivitas.
e. Penolakan terhadap kemampuan diri.

F. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah situasional
DIAGNOSA KEPERAWATAN: HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL
Tujuan Prinsip Tindakan Strategi Pelaksanaan
Pasien mampu: 1. Mendiskusika harga diri SP1: Asesmen harga diri rendah dan
1. Meningkatkan rendah: penyebab, proses latihan melakukan kegiatan positif:
kesadaran tentang terjadinya masalah, tanda 1. Bina hubungan saling percaya
hubungan positif dan gejala, akibat a. Mengucapkan salam terapeutik,
antara harga diri dan memperkenalkan diri, panggil pasien
2. Membantu pasien
pemecahan masalah sesuai nama panggilan yang disukai
yang efektif mengembangkan pola piker b. Menjelaskan tujuan interaksi: melatih
2. Melakukan positif pengendalian harga diri rendah agar
keterampilan positif 3. Membantu mengembangkan proses penyembuhan lebih cepat
untuk meningkatkan kembali harga diri positif 2. Membuat kontrak (inform consent) dua kali
harga diri melalui kegiatan positif pertemuan latihan pengendalian harga diri
3. Melakukan rendah
pemecahan masalah 3. Bantu pasien mengenal harga diri rendah:
dan melakukan umpan a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan
balik yang efektif menguraikan perasaannya.
4. Menyadari hubungan b. Bantu pasien mengenal penyebab harga
yang positif antara diri rendah
harga diri dan c. Bantu klien menyadari perilaku akibat
kesehatan fisik harga diri rendah
d. Bantu pasien dalam menggambarkan
dengan jelas keadaan evaluasi diri yang
positif yang terdahulu
4. Bantu pasien mengidentifikasi strategi
pemecahan yang lalu, kekuatan,
keterbatasan serta potensi yang dimiliki
5. Jelaskan pada pasien hubungan antara harga
diri dan kemampuan pemecahan masalah
yang efektif
6. Diskusikan aspek positif dan kemampuan
diri sendiri, keluarga, dan lingkungan
7. Latih satu kemampuan positif yang dimiliki
8. Latih satu kemampuan positif
Tekankan bahwa kegiatan melakukan
kemampuan positif berguna untuk
menumbuhkan harga diri positif
SP 2 Pasien: Evaluasi assesmen harga
diri rendah, manfaat latihan
melakukan kemampuan positif 1,
melatih kemamouan positif 2
1. Pertahankan rasa percaya pasien
a. Mengucapkan salam dan memberi
motivasi
b. Asesmen ulang harga diri rendah
dan kemampuan mengembangkan
pikiran positif
2. Membuat kontrak ulang:: cara
mengatasi harga diri rendah
3. Latih satu kemampuan positif ke-2
4. Evaluasi efektifitas melakukan kegiatan
positif untuk meningkatkan harga diri
5. Tekankan kembali bahwa kegiatan
melakukan kemampuan positif berguna
untuk menumbuhkan harga diri
Keluarga mampu: 1. Mendiskusikan kondisi SP1 Keluarga: penjelasan kondisi pasien
1. Mengenal masalah pasien harga diri rendah dan cara merawat
harga diri rendah pada (penyebab, proses terjadi, 1. Bina hubungan saling percaya
anggota keluarganya tanda dan gejala, akibat) a. Mengucapkan salam terapeutik,
2. Merawat anggota 2. Melatih keluarga merawat memperkenalkan diri
keluarga yang pasien harga diri rendah b. Menjelaskan tujuan interaksi:
mengalami harga diri 3. Melatih keluarga melakukan menjelaskan gangguan citra tubuh pasien
rendah follow up dan cara merawat agar proses
3. Memfollow up penyembuhan lebih cepat
anggota keluarga yang 2. Membuat kontrak (inform consent) dua kali
mengalami harga diri pertemuan latihan cara merawat pasien
rendah dengan harga diri rendah
3. Bantu keluarga mengenal HDR pasien:
a. Menjelaskan harga diri rendah, penyebab,
proses terjadi, tanda dan gejala, akibat
b. Menjelaskan cara merawat pasien harga
diri rendah: menumbuhkan harga diri
positif melalui kegiatan positif yang
dilakukan
4. Sertakan keluarga saat melatih kemampuan
positif pasien
SP 2 keluarga: evaluasi peran keluarga
merawat pasien dan follow up
1. Pertahankan rasa percaya keluarga
dengan mengucapkan salam,
menanyakan peran keluarga merawat
pasien & kondisi pasien
2. Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan
cara merawat dan follow up
3. Menyertakan keluarga saat melatih
pasien melakukan kemampuan positif
ke-2
4. Diskusikan dengan keluarga follow up
dan kondisi pasien yang perlu dirujuk
(kondisi pengabaian diri dari dan
perawatan dirinya) dan cara merujuk
pasien
DAFTAR PUSTAKA

Direja Surya, Herman Ade. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta.
Nuha Medika
Herman. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta. Nuha Medika
Keliat, C. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Yogyakarta. EGC
Nanda Internasional.2012.Diagnosis Keperawatan 2012-2014. Jakarta. EGC.
Pieter,dkk. (2011). Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan. Jakarta. Kencana
Prenada Media Group
Prabowo,Eko. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta.
Nuha Medika.
Riyadi, Sujono dan Teguh Purwanto. (2010). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta.
Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai