Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

KETIDAKBERDAYAAN
Dosen Pembimbing Fifi Siti Fauziah Yani S.kep.,Ners.,M.Kep

Disusun Oleh :

ALLIFFHIA AMANDA 211119042

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (D-3)

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

2021/2022
KETIDAKBERDAYAAN

A. Pengertian
Ketidakberdayaan merupakan pwesepsi individu bahwa segala tindakannya tidak
akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru rasakan.

B. Tanda dan Gejala


1. Data subjektif
a. Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai kemampuan
mengendalikan atau mempengaruhi situasi
b. Mengungkapkan tidak dapat mnghasilkan sesuatu
c. Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhdap ketidakmampuan untuk
melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya
d. Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran
e. Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri
1. Data Objektif
a. Ketidakmampuan untuk mencaru informasi tentang perawatan
b. Tidak berpatisipasi dalam pengambilan keputusasaan saat diberikan
kesempatan
c. Enggan mengungkapkan perasaan sebenenarnya
d. Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas,
ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah
e. Gagal mmeprtahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain ketika
mendapat perlawanan
f. Apatis dan pasif
g. Ekspresi muka murung
h. Bicara dan gerakan lambat
i. Tidur berlebihan
j. Nafsu makan tidak ada atau berlebihan
k. Menghindari orang lain
C. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Harapan Kesempatan Ketidakpastian Putus Asa

1. Harapan
Harapan akan mempengaruhi respon psikologis terhadap penyakit fisik.
Kurangnya harapan dapat meningkatkan stress dan berakhir dengan penggunaan
mekanism koping yang tidak adekuat pada beberapa kasus, koping yang tidak
adekuat dapat menimbulkan masalah kesehatan jiwa.
2. Ketidakpastian
Ketidakpastian adalag sesuatu keadaan dimana individu tidak mampu memahami
kejadian yang terjadi hal ini akan mempengaruhi kemampuan individu mngkaji
situasi dan memperkirakan upaya yang akan dilakukan. Ketidakpastian mnjadi
berbahaya jika disertai rasa pesimis dan putus asa.
2. Putus Asa
Putus Asa ditandai dengan perlaku pasif, perasaan sedih dan harapan hampa,
kondisi ini dapat membawa klien uapya bunuh diri.

D. Faktor yang Mempengaruhi


1. Faktor presdisposisi
a. Respon pengetahuan tentang penyakit
Kurangnya informasi atau salah pengetian dapat meningkatkan ansietas yang
akan mempengaruhi pemulihan.
b. Pengalan lalu tentang penyakit
Harapan pemuliahan pemyakit tergantung pada pengalaman langsung dan tidak
langsung terhadap penyakit baik yang positif maupun negatif.
c. Persepsi dan pandangan terhadap diri
Sikap positif terhadap diri sendiri dan pengembangan keterampilan
menggunakan individu menghadapi penyakitnya.
d. Keuletan
Keuluetan merupan kekuatan individu untuk mengembalikan aspek psikososial
pada penyakit fisik dipengaruhi beberapa faktor yang terkait dengan
pengalaman lalu dan sistem pendukung klien, yaitu : Adaptif yang terdiri dari
kekauatan ego, keintiman sosial dan sumberdaya yang ada.
1. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus adalah hal utama yang digunkan dalam penetapan gejala atau
diagnosis penyakit. Aspek yang mempengaruhi beratnya pengalaman stress.
a. Peralihan sehat ke sakit
Terjadinya serangan penyakit yang mendadak atau tidak diduga dapat
menimbulkan stress. Proses terjadinya penyakit yang lama akan memberi
kesempatan pada klien untuk mempersiapkan diri menerima penyakit.
b. Prognosis penyakit
Beberapa diagnosis seperti AIDS dan kanker yang dianggap fatal diagnose
yang tidak fatal tetapi sulit untuk diobati seperti kecacatan yang tidak terduga
akan menimbulkan stress.
1) Tindakan pengobatan
Tindakan operasi dan pengobatan jangka panjang seperti dianalisis akan
menambah stress.
2) Respon oarng berarti atau terdekat
Respon orang yang dicintai dan berarti klien akan membantu pemulihan.
Sebaiknya jika orang dicintai memberi respon emosional yang datar atau
tanpa emosi dapat meningkatkan stress pada klien.

E. Mekanisme Koping
Menggambarkan upaya klien untuk mengatasi ansietas yanag ditimbulkan oleh
penyakit fisik ada empat mekanisme koping yang digunakan klien yaitu:
pengingkaran, resgresi dan kompensasi. Klien cenderung menggunakan koping yang
berati baginya termasuk mencari informasi, menyendiri atau melakukan hobinya.
1. Konstuktif :
a. Menilai pencapain hidup
b. Mulai nyaman dengan pasangan hidup
c. Menerima perubahan fisik dan psikologis yang terjadi
d. Membimbing dan menyiapkan generasi dibawah usianya secara arif dan
bijaksana
e. Menyesuaikan diri dengan orang tua yang sudah lansia
f. Kreatif : mempunyai insiatif dan ide-ide melakukan sesuatu yang bermanfaat
g. Produktif: mampu menghasilkan sesuatu yang berati bagi dirinya dan orang
lain, mengisi waktu luang dengan hal yang positif dan bermanfaat
h. Perhatikan dan peduli dengan orang lain: memperhatikan kebutuhan orang lain
i. Mengembangkan minat dan hobi
2. Destruktif
a. Tidak kreatif : kurang memiliki keinginan untuk melakuakan sesuatu yang
bermanfaat
b. Tidak mempunyai hubungan akrab, kurang minat bekerja dan berkeluarga
c. Tidak memliki pekerjaan dan profesi yang tetap sehingga tidak daoat mandiri
secara finansial dan sosial
d. Tidak bertanggung jawab terhadap keluarga.
e. Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan.
f. Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusaasaan saat diberikan
kesempatan.
g. Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.
h. Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas,
ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah.
i. Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan denagn orang yang
berkaitan lain ketika mendapat perlawanan.

F. Masalah Keperawatan

DIAGNOSA KEPERAWATAN: KETIDAKBERDAYAAN


Tujuan Prinsip Tindakan Strategi Pelaksanaan
Pasien: 1. Mendiskusikan SP1: Assesmen ketidakberdayaan dan latihan
1. Membina hubungan ketidakberdayaanya berpikir positif
saling percaya 1. Bina hubungan saling percaya
2. Mengenali dan
(penyebab, proses
mengekspresikan terjadinya masalah, tanda a. Mengucapkan salam terapeutik,
emosinya. dan gejala, akibat) memperkenalkan diri, panggil
3. Memodifikasi pola pasien sesuai nama panggilan
kognitif yang negatif
2. Membantu
mengembangkan pola yang disukai
4. Berpartisipasi dalam
b. Menjelaskan tujuan interaksi;
pengambilan piker positif
keputusan yang 3. Melatih
melatih pengendalian
mengontrol ketidakberdayaan agar proses
berkenaan dengan
perasaan penyembuhan lebih cepat
perawatannya sendiri.
5. Termotivasi untuk ketidakberdayaan 2. Membuat kontrak (inform consent)
aktif mencapai tujuan dua kali pertemuan latihan
yang realistis. 3. Bantu pasien mengenal
ketidakberdayaan:
a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan
menguraikan perasaannya
b. Bantu pasien mengenal penyebab
ketidakberdayaan
c. Bantu klien menyadari perilaku akibat
ketidakberdayaan
d. Bantu klien untuk mengekspersikan
perasaannya dan identifikasi area-area
situasi kehidupannya yang tidak berada
dalam kemampuannya untuk mengontrol
e. Bantu klien untuk mngidentifikasi
faktor-faktor yang dapat berpengaruh
terhadap ketidakberdayaannya.
f. Diskusikan tentang masalah yang
dihadapi klien tanpa memintanya untuk
menyimpulkan
g. Identifikasi pemikiran yang negative dan
bantu untuk menurunkan melalui
interupsi atau subtitusi
h. Bantu pasien untuk meningkatkan
pamikiran yang positif
i. Evaluasi ketepatan persepsi, logika dan
kesimpulan yang dibuat pasien
j. Identifikasi persepsi klien yang tidak
tepat, penyimpangan dan pendapatnya
yang tidak rasional
4. Latih mengembangkan harapan positif
(afirmasi positif)

SP 2 Pasien : Evaluasi assesmen


ketidakberdayaan, manfaat
mengembangkan harapan positif dan
latihan mengontrol prasaan
ketidakberdayaan
1. Pertahankan rasa percaya pasien
a. Mengucapkan salam dan memberi
motivasi
b. Asesmen ulang ketidakberdayaan
dan kemampuan mengembangkan
pikiran positif
2. Membuat kontrak ulang:: lathan
mengontrol perasaan
ketidakberdayaan
3. Latihan mengontrol perasaan
ketidakberdayaan melalui peningkatan
kemampuan mengendalikan situasi yang
masih bisa dilakukan pasien (bantu klien
mengidentifikasi area-area situasi
kehidupan yang dapat dikontrolnya.
Dukung kekuatan-kekuatan diri yang
dapat diidentifikasi oleh klien) misalnya
klien masih mampu menjalankan peran
sebagai ibu meskipun sedang sakit.
Keluarga mampu: 1. Mendiskusikan kondisi SP1 Keluarga: penjelasan kondisi pasien
1. Mengenal masalah pasien (ketidakberdayaan, dan cara merawat
ketidakberdayaan penyebab, proses terjadi, 1. Bina hubungan saling percaya
pada anggota tanda dan gejala, akibat) a. Mengucapkan salam terapeutik,
keluarganya 2. Melatih keluarga merawat memperkenalkan diri
2. Merawat anggota ketidakberdayaan pasien b. Menjelaskan tujuan interaksi:
keluarga yang 3. Melatih keluarga melakukan menjelaskan ketidakberdayaan pasien dan
mengalami follow up cara merawat agar proses penyembuhan
ketidakberdayaan lebih cepat
3. Memfollow up 2. Membuat kontrak (inform consent) dua kali
anggota keluarga yang pertemuan latihan cara merawat
mengalami ketidakberdayaan pasien
ketidakberdayaan 3. Bantu keluarga mengenal ketidakberdayaan
a. Menjelaskan ansietas, penyebab, proses
terjadi, tanda dan gejala, akibat
b. Menjelaskan cara merawat
ketidakberdayaan pasien: membantu
mengembangkan motivasi bahwa pasien
dapat mengendalikan situasi dan
memotivasi afirmasi positif yang telah
dilatih perawat pada pasien
4. Sertakan keluarga saat melatih afirmasi
positif
SP 2 keluarga: evaluasi peran keluarga
merawat pasien, cara latihan mengontrol
perasaan ketidakberdayaan dan follow up
1. Pertahankan rasa percaya keluarga
dengan mengucapkan salam,
menanyakan peran keluarga merawat
pasien & kondisi pasien
2. Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan
cara merawat dan follow up
3. Menyertakan keluarga saat melatih
pasien latihan mengontrol perasaan tidak
berdaya
4. Diskusikan dengan keluarga follow up
dan kondisi pasien yang perlu dirujuk
(klien tidak mau terlibat dalam
perawatan di Rumah Sakit) dan cara
merujuk pasien

Anda mungkin juga menyukai