Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH STIMULASI PERTUMBUHAN DAN

PERKEMBANGAN ANAK USIA 2-6 TAHUN

Disusun oleh kelompok 6:

Widia Adriani 211119040


Sri Handayani 211119043
Mutiara Nabila Ichsani 211119060
Novia Elvera 211119076

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDE


RAL ACHMAD YANI CIMAHI
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………

A. Latar Belakang………………………………………………….

B. Tujuan Penulisan………………………………………………..

C. Manfaat Penulisan………………………………………………

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………..

A. Landasan Teori dari Jurnal……………………………...………

B. Pembahasan dari Jurnal……………………………..…………..

BAB III PENUTUP…………………………………….………….

A. Kesimpulan………………………………………….…………..

B. Saran…………………………………………………………….

LAMPIRAN………………………………………….…………….

DAFTAR PUSTAKA………………………………..…………….
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena be

rkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “MAKALA

H STIMULASI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 2-6

TAHUN” tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak

mendapatkan bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak sehingga makala

h ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Penulis menyampai

kan rasa terima kasih kepada semua pihak dan rekan yang telah membantu dan me

mberikan saran untuk kelancaran penyelesaian makalah ini yang tidak dapat diseb

utkan satu persatu.

Demikian proposal ini disusun, semoga dapat dilanjutkan sebagai skripsi y

ang dapat memberikan manfaat bagi diri kami sendiri dan pihak lain yang menggu

nakan.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan anak adalah hal yang paling penting.
Mengetahui dan memahami tumbuh kembang anak tidak hanya melihat dari satu
aspek saja, pemberian nutrisi atau gizi pada anak, tetapi lebih dari itu tumbuh
kembang anak juga harus dilihat dari berbagai aspek, seperti faktor keturunan,
kejiwaan, aturan dalam keluarga dan proses pembelajaran termasuk didalamnya
pendidikan keluarga dan agama. Dalam hal ini perhatian orang tua lebih
difokuskan pada pertumbuhan secara fisik dan Stimulasi psikososial di sini sangat
berperan dalam pembentukan perkembangan anak. Stimulasi psikososial
merupakan perkembangan anak yang ditinjau dari aspek psikososial, bahwa pada
masa ini anak dalam perkembangannya dipengaruhi oleh lingkungan sosial
(Hidayat, 2005:29).
Kebutuhan stimulasi (asah) ini sangat membantu dalam proses
pembelajaran dan pencapaian dalam pertumbuhan dan perkembangan secara
optimal. Stimulasi ini dapat berupa latihan atau bermain. Pembentukan kecerdasan
ini harus ada interaksi dengan lingkungan sejak dini (Hidayat, 2011:51).
Kecerdasan terbentuk dari interaksi antara faktor internal dengan
lingkungan. Faktor lingkungan termasuk di dalamnya lingkungan dalam
keluargan dan luar keluarga (Candriyani, 2009:14-19). Tumbuh kembang pada
anak tak lepas dari peran serta orangtua. Tingkat pendidikan dan sosial orangtua
yang relatif rendah dapat mempengaruhi tumbuh kembang pada anak karena
mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit, berarti anak tidak mengalami
masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan perkembangannya. Sering kali para
orang tua mempunyai pemahaman bahwa pertumbuhan dan perkembangannya
mempunyai pengertian yang sama (Nursalam,at.al, 2005:31).
Dalam tumbuh kembang anak tidak sedikit peran ibu dan ekologi anak
yaitu peran ibu sebagai para genetik faktor yang mempengaruhi terhadap
pertumbuhan dan psikologis terhadap pertumbuhan post natal dan perkembangan
kepribadian melalui ibu, sehingga ibu dapat memberikan stimulasi perkembangan
kognitif dengan cara anak diperlukan interaksi dengan lingkungannya antara lain
dengan bergerak, melihat, memegang, mendengar, mencium, melakukan sesuatu
dan melakukan interaksi sosial dengan lingkungannya. Hal ini terkait dengan
tempat pertama anak belajar beradaptasi dengan lingkungan yaitu keluarga. Agar
anak dapat tumbuh kembang dengan optimal, di perlukan lingkungan yang
kondusif (Candriyani, 2009:14-15).

B. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui stimulasi motorik dengan perkembangan fisik pada ana
k usia 3-5 tahun

C. Manfaat Penulisan
Melengkapi pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya stimulasi moto
rik. Secara praktis penelitian tentang stimulasi motorik dengan perkembangan
anak ini mampu meningkatkan pengetahuan ibu tentang pemberian stimulasi
untuk perkembangan anaknya agar lebih maksimal. Ibu lebih mengerti dan
memahami tentang kebutuhan motorik pada anak usia 2-6 tahun itu sangat di
perlukan untuk membentuk perkembangan yang optimal pada anaknya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori dari Jurnal


Masa balita merupakan waktu yang sangat penting dan sangat berpengaruh
terhadap perkembangannya. Pada saat inilah penting untuk merencanakan terkait
dengan perkembangan seorang anak. Perkembangan anak merupakan segala perub
ahan yang terjadi pada anak yang dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain asp
ek fisik. Perkembangan anak terdiri dari perkembangan motorik, perkembangan k
ognitif, dan perkembangan bahasa, dimana perkembangan ini harus dilalui sesuai
periode perkembangan atau sesuai umur anak (Soejatingsih, 2010).
Data dari Dinkes Provinsi Jawa Timur terdapat 3-5% anak mengalami kete
rlambatan motorik. Data jumlah balita kabupaten Madiun pada Tahun 2015 berju
mlah 2.449 balita yang mengalami keterlambatan perkembangan motorik sebanya
k 906 atau 36,9 % balita (Depkes RI,2015).
Ikatan Dokter Anak Indonnesia (IDAI) Jawa Timur melakukan pemeriksaa
n terhadap 2.634 anak dari usia 0-72 bulan. Hasil pemeriksaan tersebut menunjuk
kan hasil perkembangan normal sesuai usia 53%, meragukan (Membutuhkan pem
eriksaan lebih dalam) sebanyak 13 % dan penyimpangan perkembangan sebanyak
34%. 10% dari penyimpangan perkembangan tersebut terdapat pada aspek motori
k kasar (seperti berjalan, duduk), 30% motorik halus (seperti Menulis, memegang)
44% bicara bahasa dan 16% sosialisasi kemandirian (Cempaka, 2016).
Masalah yang di timbulkan oleh keterlambatan perkembangan salah satun
ya balita akan bermasalah dalam hubungan sosial awal dengan teman sebayanya,
yang menyebabkan balita merasa kesepian dan tidak mempunyai kesempatan untu
k berperilaku sesuai dengan teman sebayanya.

Perkembangan selanjutnya setelah bertambah usia akan mempengaruhi ke


cerdasan emosi, kecerdasan mental anak dan kemungkinan jangka panjang anak s
ecara kecerdasan IQ bagus namun kecerdasan EQ terlambat (Suhartini, 2011).
Stimulasi perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh hal-h
al tertentu seperti faktor keturunan dan faktor lingkungan. Faktor keturunan diman
a pada keluarganya rata-rata perkembangan motorik lambat dan faktor lingkungan
pula seperti anak tidak ada kesempatan untuk belajar karena terlalu dimanjakan, s
elalu digendong atau diletakkan di babywalker terlalu lama dan juga anak yang m
engalami deprivasi meternal. Disamping itu, faktor kepribadian anak misalnya ana
k sangat penakut, gangguan retadasi mental juga adalah penyebab perkembangan
motorik yang lambat. Selain itu, kelainan tonus otot, obesitas, penyakit neuromusc
ular seperti penyakit duchenne muscular dystrophy dan buta juga merupakan gang
guan perkembangan motorik. (Soejatiningsih, 2012)
Penilaian pertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan sedini mungki
n sejak anak dilahirkan. Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang dilaksan
akan secara komprehensif untuk menemukan penyimpangan pada tumbuh kemban
g anak. Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan secara kom
prehensif untuk menemukan penyimpangan pada tumbuh kembang anak. Upaya-u
paya yang dapat dilakukan untuk perkembangan motorik anak secara optimal dap
at dilakukan dengan memberikan stimulus, meningkatkan status gizi, APE (alat pe
rmainan edukatif) serta pola pengasuhan orang tua (Lindawati, 2014).
Kenyataan yang ada di masyarakat tidak semua anak balita dapat berkemb
ang secara normal. Seperti ketika anak sudah berumur satu tahun, anak sudah bisa
berjalan. Namun terdapat anak yang mengalami terlambat berjalan, meski usia sud
ah lebih dari setahun. Salah satu penyebabnya merupakan kurangnya orang tua dal
am merangsang motorik kasar pada anak. Orang tua selalu khawatir anak jatuh se
hingga sering mengendongnya, hal ini juga akan membuat anak terlambat berjalan
Sebab otot-otot kaki anak tidak pernah mendapat stimulus untuk bergerak (Suprat
iknya.A. 1995).
Hasil study pendahuluan yang dilakukan di desa Paslaten wilayah kerja Pu
skesmas Remboken Kecamatan Minahasa terdapat 57 balita usia 3-5 tahun. Berda
sarkan hasil wawancara dan observasi langsung yang dilakukan pada salah satu pe
rawat didapatkan di puskesmas dan Ibu anak ada 4 anak balita yang mengalami ke
terlambatan perkembangan fisik, dari 10 balita usia 3-5 tahun. Hal ini menunjukan
bahwa masih ada anak yang memiliki keterlambatan Stimulasi motorik di tempat t
ersebut. Hasil tersebut didapatkan dari penilaian Puskesmas Remboken karena dat
a yang diperlukan yaitu keterlambatan motorik terdapat pada lokasi tersebut.
Permasalahan gangguan perkembangan di tengah masyarakat dari tahun k
e tahun khususnya di Indonesia masih belum teratasi. Kejadian ini dibuktikan oleh
angka kejadian masalah perkembangan anak di dunia sekitar 12-16%, sedangkan
prevalensi masalah perkembangan anak di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 11-
16 %. Pada tahun 2014 sebesar 10-14% anak mengalami gangguan perkembangan
sedangkan tahun 2015 sejumlah 13-18% (Novianti, 2015).
Sutrisno (2014), pada umumnya anak memiliki pertumbuhan dan perkemb
angan yang normal dan ini merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempen
garuhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Faktor-faktor tersebut meliputi gene
tic, lingkungan, mekanisme,toksin/zat kimia, gizi, hubungan anak dengan keluarg
a, stimulasi, dan APE (Alat Permainan Edukatif).

B. Pembahasan dari Jurnal


 Umur
Berdasarkan hasil Penelitian menunjukan bahwa sebagian besar umur ibu
yang memiliki anak balita berada pada umur < 35 tahun yakni sebanyak 33
responden (57.9%), dan pada kelompok umur > 35 tahun sebanyak 24 responden
(42.1%). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yanga dilakukan oleh
Yufi, 2016 dengan judul hubungan pemberian stimulasi dengan perkembangan
motorik kasar pada bayi usia 12 – 24 bulan, diketahui bahwa bahwa sebagian
besar responden berusia 20-35 tahun yaitu sebanyak 36 responden (67%)
sedangkan sebagian kecil yaitu sebanyak 6 responden (11%) berumur > 35 tahun.
Menurut Imelda, 2017, menjelaskan bahwa semakin dewasa usia orang tua akan
lebih memahami dalam mengasuh, mendidik dan mencukupi kebutuhan gizi anak
sehingga mampu meningkatkan perkembangan anak dibandingkan usia orang tua
yang lebih muda.
 Hasil Univariat
Stimulasi Motorik
Berdasarkan hasil menunjukan bahwa sebagian besar responden mempuny
ai kategori stimulasi baik yaitu sebanyak 37 anak balita (64.9%), dan balita yang
memiliki stimulasi motorik buruk sebanyak 20 balita (35.1%). Hasil penelitian ini
juga sejalan dengan penelitian yanga dilakukan oleh Sutrisno MY. (2014). dengan
judul hubungan pemberian stimulasi dengan perkembangan motorik kasar pada ba
yi usia 12 – 24 bulan, ketahui bahwa yang memberikan stimulasi baik yaitu 38 res
ponden (70%) dan yang memberikan stimulasi cukup 5 responden (9%).Perkemba
ngan Stimulasi motorik yang baik pada anak yaitu anak bisa melakukan pergeraka
n tubuh sambil mengikuti ibu yang mengajarkan, anak juga sudah bisa menggamb
ar, memegang suatu benda, balita juga bisa merespon suara saat dipanggil namany
a, mengikuti perintah dan bisa berbicara spontan. Anak dengan perkembangan
stimulasi yang buruk adalah
anak yang tidak bisa besosialisasi dengn lingkungan, anak juga tidak bisa tidak bis
a berkomunikasi dengan baik pada umur 3 sampai 5 tahun. Suhartini (2011). Hasil
penelitian ini sesuai teori yang dikemukakan Soetjiningsih (2010) Oki, 2016, bah
wa kebutuhan dasar perkembangan anakpada faktor lingkungan memberikan peng
aruh yang positif bagi tumbuh kembang anak dan dapat dikelompokkan menjadi:
Asuh (Kebutuhan fisik - biomedis), Asih (Kebutuhan emosi dan kasih sayang), da
n Asah (stimulasi) yaitu adanya rangsangan dari lingkungan luar anak, dapat beru
pa latihan atau bermain. Menurut Nursalam yang dikutip Rizki, 2016 bahwa pemb
erian stimulasi adalah perangsangan dan latihan-latihan terhadap kepandaian anak
yang datangnya dari lingkungan di luar anak.

 Perkembangan Fisik
Berdasarkan hasil menunjukan bahwa sebagian besar balita mempunyai ka
tegori perkembangan fisik normal yaitu sebanyak 38 balita (66.7%) dan balita yan
g memiliki perkembangan fisik yang Abnormal sebanyak 19 balita (33.33%). Kur
nia 2016 mengatakan bahwaperkembangan motorik anak sangat tergantung pada s
eberapa banyak stimulasi dan dorongan yang diberikan. Hal ini disebabkan karena
otot-otot anak baik halus ataupun kasar belum mencapai kematangan.
Dengan latihan-latihan yang cukup akan membantu anak untuk mengendal
ikan gerak ototnya sehingga mencapai kondisi perkembangan yang optimal yang
ditandai dengan mampunya anak menyelesaikan tugas perkembangan sesuai usian
ya. Rizky, 2015 mengatakan bahwa semakin dini stimulasi yang diberikan, maka
perkembangan anak akan semakin baik. Semakin banyak stimulasi yang diberikan
maka pengetahuan anak menjadi luas sehingga perkembangan anak semakin opti
mal.

 Hasil Bivariat
Berdasarkan hasil tabulasi silang menunjukan bahwa sebanyak 20 anak bal
ita (35.1%) yang mempunyai stimulasi motorik buruk, terdapat 11 responden
(19.3%) yang memiliki perkembangan fisik abnormal, dan terdapat 9 responden
(15.8%) yang memiliki perkembangan fisik normal. Terdapat sebanyak 37 anak b
alita (64.9%) yang memiliki stimulasi motorik baik, terdapat 8 anak balita (14.0
%) yang memiliki perkembangan fisik yang abnormal dan sebanyak 29 anak balit
a (50.9%) yang memiliki perkembangan fisik normal. Hasil analisis dengan meng
gunakan uji
Chi-Square memperoleh nilai signifikan = 0.01 atau lebih kecil dari nilai α
0.05 maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat Hubungan Stimula
si Motorik dengan Perkembangan Fisik Balita Usia 3-5 Tahun Didesa Paslaten Wi
layah Kerja Puskesmas Remboken, Tahun 2019.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yanga dilakukan oleh Imelda,
2017. dengan judull hubungan stimulasi dengan perkembangan motorik halus pad
a anak usia 48-60 bulan di smart school anduonohu kota kendari tahun 2018 deng
an hasil uji statistik chi-square dengan tingkat kemaknaan α=0,05 di peroleh nilai
p=0,021 yang berarti bahwa ada hubungan stimulasi dengan perkembangan motor
ik halus. stimulasi di tahap ini masih terdapat stimulasi buruk dan perkembangan
anak yang abnormal di desa Paslaten di wilayah kerja Puskesmas karena masih ba
nyak
orang tua yang kurang memberikan waktu anak untuk mandiri dalam melakukan
aktiftas bermain, ibu juga kurang mengajarkan bersosialisasi dengan lingkungan,
dan kurangnya pemberian nutrisi sehingga anak balita pertumbuhannya abnormal.
Ada juga anak yang stimulasinya baik tapi perkembangannya abnormal karena ses
uai dengan fisik dan kondisi anak tersebut.
Selain gangguan fungsi fisik dan psikomotor, perkembangan abnormal jug
a terdapat gangguan perkembangan berupa cacat mental. Terjadinya cacat mental
disebabkan oleh dua factor, yaitu factor organik dan faktor non organik. Faktor or
ganik berupa faktor prakonsepsi, faktor prenatal, faktor prenatal premature asfiksi,
dan faktor post natal. Sedangkan faktor non organik berupa kemiskinan dan keluar
ga yang tidak harmonis, faktor sosiokultural, interaksi anak dengan pengasuh kura
ng baik, dan lain sebagainya.gangguan fungsi fisik dan psikomotor serta cacat me
ntal, gangguan yang lain yang ditimbulkan akibat perkembangan abnormal, yaitu
gangguan psiko sosial dan perilaku. Dalam gangguan ini dapat menimbulkan Auti
stik, anak sukar didik, anak dengan gangguan belajar, anak nakal/delinkuensi, alie
nasi atau pecandu, dan rehabilitasi cacat. Supratiknya.A. (1995)

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan anak merupakan segala perubahan yang terjadi pada anak y
ang dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain aspek fisik. Perkembangan anak t
erdiri dari perkembangan motorik, perkembangan kognitif, dan perkembangan ba
hasa, dimana perkembangan ini harus dilalui sesuai periode perkembangan atau se
suai umur anak.
Masalah yang di timbulkan oleh keterlambatan perkembangan salah satun
ya balita akan bermasalah dalam hubungan sosial awal dengan teman sebayanya,
yang menyebabkan balita merasa kesepian dan tidak mempunyai kesempatan untu
k berperilaku sesuai dengan teman sebayanya.
Perkembangan selanjutnya setelah bertambah usia akan mempengaruhi ke
cerdasan emosi, kecerdasan mental anak dan kemungkinan jangka panjang anak s
ecara kecerdasan IQ bagus namun kecerdasan EQ terlambat (Suhartini, 2011).
Sutrisno (2014), pada umumnya anak memiliki pertumbuhan dan perkemb
angan yang normal dan ini merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempen
garuhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Faktor-faktor tersebut meliputi gene
tic, lingkungan, mekanisme, toksin/zat kimia, gizi, hubungan anak dengan keluarg
a, stimulasi, dan APE (Alat Permainan Edukatif).

B. Saran
 Bagi Pelayanan Keperawatan
Petugas pelayanan keperawatan perlu mengembangkan upaya pendidikan kesehat
an tentang stimulasi dini motorik melalui promosi kesehatan, khususnya bagi ibu
yang memiliki anak usia 2-6 tahun.
 Bagi Responden Penelitian
Sebaiknya ibu yang memiliki bayi atau balita memberikan stimulasi motorik pada
anaknya secara terus-menerus.
 Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat dilakukan penelitian lainnya, seperti:
a. Perbedaan pemberian stimulasi motorik bagi ibu yang bekerja dan tidak bekerja.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik anak.

Lampiran

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/download/24470/24148
file:///C:/Users/DR%20Komp/Downloads/24470-50081-1-SM.pdf

Anda mungkin juga menyukai