bedah II
Disusun :
Pendahuluan
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi sudah tidak asing lagi di masyarakat. Penyakit ini dapat memicu terjadinya penyakit
lain yang tergolong penyakit kelas berat atau penyakit mematikan seperti stroke. Hipertensi
adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya > 90 mmHg (Philip, 2008, hlm.82).
Menurut laporan World Health Organization (WHO), data tahun 2012 di Amerika Serikat
menunjukkan bahwa 28,6% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas menderita hipertensi
(Girsang, 2013) Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% pada tahun 2013, tetapi yang
terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan riwayat minum obat hanya sebesar 9,5%. Hal ini
menandakan bahwa sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis dan
terjangkau pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2013). Di wilayah Jawa Tengah, angka kejadian
penyakit hipertensi esensial pada tahun 2013 sebanyak 554.771 kasus atau sekitar 67,57%
(Dinkes Jateng, 2013, hlm.38).
Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah penderita hipertensi sangat tinggi dan
diperkirakan akan terus meningkat. Hal itu merupakan masalah kesehatan yang serius bagi
masyarakat. Sehingga kondisi tersebut perlu segera diatasi agar tidak memberikan dampak yang
lebih buruk bagi masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol akan menimbulkan beberapa
komplikasi. Komplikasi yang sering terjadi akibat hipertensi adalah kerusakan pembuluh darah
otak, stroke, gagal ginjal, gagal jantung, sindrom metabolik dan bahkan kematian (Yusri, 2011)
Prevalensi stroke dari komplikasi hipertensi meningkat dari tahun 2007 sampai 2013 yaitu dari
8,3 per 1000 menjadi 12,1 per 1000 (Rikesda, 2013). Berdasarkan WHO tahun 2013 juta orang
meninggal karena tekanan darah tinggi atau sekitar 12,8% dari total kematian di dunia. Beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan tekanan darah menurut Kowalski (2010,
hlm.136) dapat dilakukan dengan terapi farmakologi yang biasanya diberikan obat-obatan dan
terapi non farmakologi yaitu terapi herbal, perubahan gaya hidup, kepatuhan dalam pengobatan,
kontrol rutin, pengendalian stres dan terapi relaksasi. Terapi non farmakologi merupakan terapi
tambahan selain hanya mengkonsumsi obat-obatan. Fungsi dari menjalani terapi non
farmakologi adalah untuk meningkatkan efikasi obat, menurunkan efek samping obat , serta
memperbaiki kondisi pembuluh darah dan jantung. (Hayes, E dan Kee J. 2009)
Terapi relaksasi merupakan terapi non farmakologi dalam menurunan tekanan darah. Relaksasi
merupakan salah satu tindakan yang dapat dilakukan pada setiap terapi antihipertensi. Apabila
tekanan darah terlalu tinggi, dengan adanya relaksasi maka pembuluh darah menjadi rileks dan
terjadi vasodilatasi pembuluh darah sehingga akan menyebabkan tekanan darah turun kembali
normal. Teknik relaksasi dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti terapi musik, yoga,
teknik nafas dalam, aromaterapi, dan terapi masase (Muttaqin, 2009, hlm.117). Salah satu bentuk
teknik relaksasi adalah slow stroke back massage dengan menggunakan aromaterapi. Slow
Stroke Back Massage (SSBM) adalah suatu tindakan dengan usapan perlahan dan berirama di
area punggung. Masase punggung merupakan tipe masase yang melibatkan gerakan yang
panjang, perlahan, dan halus. Masase ini disebut juga sebagai stimulasi kutenus karena usapan di
kulit dapat menurunkan persepsi nyeri dan mengurangi ketegangan otot sehingga tubuh akan
relak (Potter & Perry, 2006, hlm.11533).
Selain itu aromaterapi juga bisa digunakan sebagai teknik relaksasi. Aromaterapi dapat
menumbuhkan perasaan tenang (rileks) pada jasmani, pikiran, dan rohani (soothing the physical,
mind and spiritual), dapat menciptakan suasana yang damai, serta dapat menjauhkan dari
perasaan cemas dan gelisah (Jaelani, 2009). Salah satu aromaterapi yang bisa digunakan adalah
aromaterapi mawar. Aromaterapi mawar dapat melancarkan sirkulasi darah, anti radang,
menghilangkan bengkak, dan menetralisir racun (Hariana, 2009). Aromaterapi mawar dengan
cara dihirup dan dari bau yang di ubah oleh cilia menjadi impuls listrik yang di teruskan ke otak
lewat sistem olfaktorius. Semua impuls mencapai sistem limbik. Sistem limbik adalah bagian
dari otak yang di kaitkan dengan suasana hati, emosi, dan belajar kita. Semua bau yang mencapai
sistem limbik memiliki pengaruh kimia langsung pada suasana hati dan dapat menurunkan
tekanan darah. Hal ini sesuai hasil penelitian (Kenia, 2013) terapi relaksasi mawar selama 10
menit dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolic (p : sistolik 0,000 dan p : diastolik
(0,000)
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini peneliti membuat rumusan masalah
sebagai berikut: Apakah ada pengaruh Slow Stroke BackMassage Terhadap Perubahan Tekanan
Darah Pada Pasien Pre-Hipertensi ?
C. TUJUAN
Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis pengaruh slow stroke back massage
dan aroma terapi mawar terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi
1) Mengidentifikasi tekanan darah sebelum diberikan terapi relaksasi slow stroke back massage
dan aroma terapi mawar
2) Mengidentifikasi tekanan darah sesudah diberikan terapi relaksasi slow stroke back massage
dan aroma terapi mawar
3) Menganalisis perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan terapi relaksasi slow
stroke back massage dan aroma terapi mawar
D. MANFAAT PENELITIAN
2) Manfaat praktis
a) Bagi Peneliti: Dapat menambah ilmu pengetahuan dan memperdalam pengalaman tentang
riset keperawatan serta pengembangan wawasan tentang terapi relaksasi dengan slow stroke back
massage dan aroma terapi mawar.
b) Bagi Penderita: Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memilih
pengobatan alternatif yang tepat dan praktis dalam menurunkan tekanan darah dengan
melakukan slow stroke back massage dan aroma terapi mawar.
c) Bagi Peneliti lain: Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan acuan penelitian
tentang pengobatan non farmakologi untuk menurunkan tekanan darah yang lebih efektif kepada
penderita pre hipertensi.
d) Bagi Masyarakat: Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan salah satu alternatif
pengobatan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah dan jantung yang mengakibatkan
suplai oksigen dan nutrisi yang dibawah oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkan. Tekanan darah yang bersifat abnormal setidaknya diukur pada tiga kesempatan
dengan perbedaan waktu. Menurut WHO dan ISH (1999) batas hipertensi ditetapkan > 140/90
mmHg. (Pudiastuti, 2011). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik
dengan konsisten di atas 140/90 mmHg. Diagnosis hipertensi tidak berdasarkan pada
peningkatan tekanan darah yang hanya sekali. Tekanan darah harus diukur dalam posisi duduk
atau berbaring (Baradero, 2008). Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang ditandai
dengan adanya tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90
mmHg (Mujahidullah, 2012). Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa hipertensi merupakan gangguan pada pembuluh darah arteri yang ditandai
dengan kenaikan tekanan sistolik dan diastolik di atas >140/90 mmHg dan mengakibatkan suplai
darah ke jaringan terhambat.
Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa di atas 18 tahun menurut JNC VII.
C. ETIOLOGI HIPERTENSI
(a) Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, berisiko lebih tinggi untuk
mendapatkan penyakit ini.
Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca menopause berisiko tinggi untuk
mengalami hipertensi.
(c) Diet
Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi.
Merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah bila gaya hidup
menetap.
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik
yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Faktor pencetus munculnya
hipertensi sekunder antara lain:
penggunaan kontrasepsi oral, coarctation aorta, neurogenik (tumor otak, ensefalitis, gangguan
psikiatris), kehamilan, peningkatan volume intravaskuler, luka bakar, dan stres (Udjianti, 2011).
Efek relaksasi
Massage akan membantu memperlancar metabolisme dalam tubuh. Treatment massage akan
mempengaruhi proses kontraksi dinding kapiler sehingga terjadi keadaan vasodilatasi atau
melebarnya pembuluh darah kapiler dan pembuluh getah bening. Aliran oksigen dalam darah
meningkat, pembuangan sisa-sisa metabolic semakin lancar sehingga memacu hormone
Gangguan kualitas tidur pada pasien post operasi akibat nyeri dapat diatasi dengan terapi
farmakolofis dan nonfarmakologi, untuk terapi farmakologi atau terapi komplementer dapat
diberikan stimulus slow stroke back massage. Terapi ini yaitu memberikan sentuhan
padapunggung selama 3-10 menit.
Beberapa penelitian yang menggunakan terapi slow stroke back massage menemukan bahwa
intervens keperawatan ini sangat membantu dalam relaksasi dan peningkatan tidur (Kurniawan,
2016).Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan indikasi untuk terapi slow stroke back
massage, yaitu : penurunan intensitas nyeri, menurunkan kecemasan dan meningkatkan kualitas
tidur.
Terapi slow stroke back massage tidak boleh dilakukan pada kulit daerah punggung yang
mengalami luka bakar, memar, ruam kulit, inflamasi, dan kulit dibawah tulang yang fraktur
dikarenakan memijat jaringan yang sensitif dapat menyebabkan cedera jaringan yang lebih lanjut
sedangkan memijat di daerah kulit yang kemerahan meningkatkan kerusakan kapiler pada
jaringan dibawahnya.
Prosedur pelaksanaan stimulus slow stroke back massage (Rossalinda, 2015), adalah :
1. Fase Orientasi
a) Mengucap salam
b) Memperkenalkan diri
c) Kontrak waktu
d) Menjelaskan tujuan
2. Fase Kerja
dengan selimut.
e) Lakukan usapan pada punggung dengan menggunakan jari- jari dan telapak tangan sesuai
dengan metode di atas selama 3- 10 menit. Jika responden mengeluh tidak nyaman, prosedur
langsung dihentikan.
f) Akhiri usapan dengan gerakan memanjang dan beritahu klien bahwa perawat mengakhiri
usapan.
3. Fase Terminasi
a) Ketenangan.
E. Daftar pustaka
Budiman. (2011). Penelitian Kesehatan . Bandung: PT Refika Aditama .
Retno W. Anastasi & Prawesti Dian . (2012). Tindakan Slow Stroke Back
Hipertensi. Kediri.
http://repository.unimus.ac.id/2757/3/bab%202.pdf