Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL SKRIPSI

“PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK (MOZART) DAN


AROMATERAPI MAWAR TERHADAP PENURUNAN TEKANAN
DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PASAR IKAN BENGKULU TAHUN 2023”

DISUSUN OLEH:

PUTRI RETNOWATY
NIM. P05120319036

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENKES BENGKULU JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN TAHUN 2023
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit tekanan darah tinggi atau yang dikenal dengan nama
hipertensi adalah keadaan dimana terjadinya peningkatan tekanan darah
diatas batas normal yaitu lebih dari 120/80 mmHg. Menurut (WHO), batas
tekanan darah normal adalah kurang dari 135/85 mmHg. Batasan untuk
orang dewasa yang berusia diatas 18 tahun adalah bila sudah lebih dari
140/90 mmHg maka sudah dapat dikatakan sebagai Hipertensi (Tarigan,
dkk, 2018). Negara-negara di kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia
adalah beberapa contoh negara dengan tingkat kesadaran akan Hipertensi
masih rendah yaitu kurang dari 50 persen. Digunakan aturan global
mengenai tingkat kontrol hipertensi yaitu tekanan darah di bawah 140/90
mmHg (Yilmaz, 2018).
Berdasarkan kasus hipetensi pada tahun 2018 diseluruh dunia
sekitar 40% dari orang dewasa yang berusia 25 tahun keatas telah
terdiagnosis dengan hipertensi. Prevalensi hipertensi tertinggi terjadi di
wilayah Afrika sebesar 46% sedangkan prevalensi terendah terjadi di
Amerika sebesar 35% (WHO, 2018). Data WHO 2015 menunjukkan
sekitar 1,13 miliyar orang di dunia menderita hipertensi, yang artinya 1
dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita hipertensi. Diperkirakan juga
setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasi
(Kemenkes RI, 2018).
Dinas Kesehatan Kota Bengkulu tahun 2021, angka penderita
hipertensi se-Kota Bengkulu sebanyak 286,339% jiwa. Berdasarkan data
Riskesdas Propinsi Bengkulu tahun 2021 dan data Dinas Kesehatan Kota
Bengkulu, jumlah penderita hipertensi di Kota Bengkulu dalam kurun
waktu 1 tahun ini sangat menjolak drastis. Data dari Puskesmas Pasar Ikan
Kota Bengkulu pada bulan September tercatat 497 penderita di wilayah
Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu yang didominasi oleh perempuan
sebanyak 320 penderita dan laki-laki sebanyak 177 orang.
Hipertensi merupakan suatu keadaan kronis yang ditandai dengan
meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh darah arteri. Keadaan
tersebut mengakibatkan jantung bekerja lebih keras untuk mengedarkan
darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Hal ini dapat
mengganggu aliran darah, merusak pembuluh darah, bahkan menyebabkan
penyakit degeneratif, hingga kematian (Nur et al., 2019).
Biasanya pasien hipertensi tidak mengetahui kalau dirinya
mengidap hipertensi setelah terjadi komplikasi. Kebanyakan orang merasa
sehat dan energik walaupun hipertensi, keadaan ini tentu sangat berbahaya
dan dapat menyebabkan kematian mendadak pada masyarakat. Hipertensi
merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis,
yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di
Indonesia. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang
menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal (Hardini et al., 2021)
Manajemen atau penanganan yang tepat, sangat diperlukan untuk
menurunkan tekanan darah tinggi. Manajemen tekanan darah tinggi ini
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu manajemen farmakologi dan
manajemen non-farmakologi. Penanganan farmakologi dapat berupa
pemberian obat-obatan yang dapat menurunkan tekanan darah tinggi.
Penanganan non-farmakologi berupa pemberian intervensi seperti terapi
musik klasik, terapi musik alam, terapi relaksasi (pemberian aromaterapi)
dan lain sebagainya (Tyashapsari & Zulkarnain, 2017).
Pengobatan hipertensi mengunakan terapi non-farmakologi juga
dapat berupa akupresur (akupuntur tanpa jarum), pengobatan herbal dari
China, terapi jus, terapi herbal, pijat, yoga, aromaterapi, pernafasan dan
relaksasi, pengobatan pada pikiran tubuh, biofeedback meditasi serta
hypnosis (Kenia & Taviyanda, 2013). Terapi non-farmakologi menjadi
salah satu alternatif yang masih sangat berpengaruh untuk dapat
menurunkan tekanan darah tinggi pada pasien Hipertensi. Intervensi non-
farmakologi yang bisa diterapkan untuk menurunkan tekanan darah adalah
dengan cara mendengarkan musik dan menghirup aromaterapi.
Salah satu tumbuhan yang memiliki fungsi sebagai aromaterapi
adalah bunga mawar. Pada saat aromaterapi mawar dihirup, molekul yang
mudah menguap akan membawa unsur aromatic yang akan merangsang
memori dan respon emosional yang menyebabkan perasaan tenang dan
rileks serta dapat memperlancar aliran darah (Hardini et al., 2021)
Aromaterapi bunga mawar adalah terapi dengan menggunakan
essensial bunga mawar. Saat ini aromaterapi sangat berkembang untuk
digunakan sebagai pengobatan yang dapat mencegah dan menyembuhkan
tanpa efek samping yang berbahaya (Astuti & Nugrahwati, 2018). Peneliti
lebih memilih aromaterapi bunga mawar karena terapi tersebut mudah
dilakukan oleh semua kalangan dan bahannya mudah didapatkan, bunga
mawar memiliki kandungan minyak atsiri yang mempunyai aroma wangi
yang tajam, minyak atsiri pada bunga mawar mengandung senyawa phenyl
ethyl, alcohol, geraniol, nerol, dan citronella yang ketika dihirup kemudian
akan di interpretasikan oleh sel neuron dan dihantarkan ke sistem limbik
dan hipotalamus sehingga akan memberikan rangsangan pada memori dan
respon emosional.
Sebagai bahan utama aromaterapi bunga mawar dapat memberikan
ketenangan pada jasmani, rohani dan pikiran, serta dapat menjauhkan dari
perasaan cemas dan gelisah. Sedangkan efek farmakologi dari aromaterapi
bunga mawar ialah dapat memperlancar sirkulasi peredaran darah, anti
radang, menghilangkan bengkak, dan dapat menetralisir racun. Seperti
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ana, tekanan darah pada
penderita hipertensi sebelum diberikan aromaterapi bunga mawar
memiliki rata-rata yaitu 124 mmHg dan setelah diberikan terapi
mengalami penurunan sekitar 113 mmHg. Dari hasil tersebut, dapat
diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh pemberian aromaterapi
bunga mawar terhadap penurunan tekanan darah dan peneliti juga
menjelaskan bahwa tidak terdapat efek samping yang ditimbulkan oleh
aromaterapi tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa .aromaterapi
bunga mawar aman untuk diberikan kepada klien hipertensi (Mariza,
2016).
Hal ini sejalan dengan penelitian Hidayah dkk. (2015) tentang
perbandingan efektivitas terapi musik klasik dengan aromaterapi mawar
terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi bahwa terdapat pengaruh
aromaterapi mawar terhadap penurunan tekanan darah pada pasien atau
penderita hipertensi.
Pada era modern saat ini terapi musik sangat popular untuk bidang
kesehatan, terutama untuk penurunan tekanan darah di Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2016 menjelaskan
bahwa dibutuhkan upaya bersama untuk menyadarkan masyarakat agar
senantiasa melindungi diri dan keluarga dari Penyakit Tidak Menular
(PTM) dengan cara membiarkan berperilaku CERDIK, yaitu Cek
kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet
sehat dan seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres. Pada program
kemenkes tersebut, salah satu cara menekan atau mencegah bahaya
hipertensi atau penyakit tidak menular adalah mengelola stress yaitu dapat
dilakukan dengan melakukan terapi suara, seperti mendengarkan musik
(Kemenkes, 2016).
Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental
dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre,
bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik
yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental (Eka, 2011).
Pada dewasa ini banyak jenis musik yang dapat diperdengarkan
namun musik yang menempatkan kelasnya sebagai musik bermakna medis
adalah musik klasik mozart, karena musik ini memiliki magnitude yang
luar biasa dalam perkembangan ilmu kesehatan, diantaranya memiliki
nada yang lembut, nadanya memberikan stimulasi gelombang alfa,
ketenangan, dan membuat pendengarnya lebih rileks (Dofi, 2010). Dari
beberapa penelitian tentang pengaruh berbagai jenis musik klasik,
akhirnya banyak dari peneliti tersebut menganjurkan musik klasik Mozart
yang diciptakan oleh Wolfgang Amadeus Mozart karena aplikasi medis
musik Mozart telah membuktikan hasil yang menakjubkan bagi
perkembangan ilmu kesehatan (Dofi, 2010)
Menurut Yunita (2011) bahwa jenis musik klasik Mozart
merupakan musik lambat atau sesuai dengan denyut jantung maka akan
bereaksi dengan mengeluarkan hormone (serotonin) yang dapat membuat
rasa nikmat dan senang.

B. Rumusan Masalah
Tingginya Prevalensi lansia dengan hipertensi menyebabkan
gangguan sistem peredaran darah yang mengakibatkan kenaikan tekanan
darah di atas normal. Banyak lansia menghiraukan penyakit hipertensi
dikarenakan hal yang biasa. Walaupun hipertensi dianggap hal yang biasa
tetapi harus dilakukan penanganan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Berdasarkan hasil survey, lansia kurang mengetahui tentang
pengobatan Terapi Musik Klasik (Mozart) dan Aromaterapi Mawar. Maka
rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh
perubahan hipertensi setelah pemberian Terapi Musik Klasik (Mozart) dan
Aromaterapi Mawar terhadap penurunan tekanan darah penderita
hipertensi di wilayah kerja puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu?

C. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan latar belakang masalah dan rumusan masalah diatas,
tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini untuk menganalisa apakah terdapat
perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi yang diberikan
terapi musik klasik Mozart dan aromaterapi mawar di Wilayah Kerja
Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu tahun 2023
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah untuk diketahui gambaran
karakteristik penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar
Ikan Kota Bengkulu tahun 2023
a. Mengetahui karakteristik responden berupa usia, jenis kelamin, dan
lama menderita hipertensi
b. Mengetahui rata rata penurunan tekanan darah pada responden
sebelum dan sesudah dilakukan Terapi Musik Klasik (Mozart) dan
Aromaterapi Mawar
c. Mengetahui perbedaan rata rata penurunan tekanan darah yang
dilakukan oleh responden sebelum dan sesudah Perlakuan umum
sesuai puskesmas kontrol
d. Mengetahui pengaruh Terapi Musik Klasik (Mozart) dan
Aromaterapi Mawar terhadap penurunan tekanan darah penderita
hipertensi

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan untuk diperoleh dari penelitian ini adalah


sebagai berikut :
1. Bagi Instansi Pendidikan
Penelitian ini sebagai salah satu pengembangan ilmu pengetahuan
terutama untuk penurunan tekanan darah dengan pemberian Terapi Musik
Klasik (Mozart) dan Aromaterapi Mawar.
2. Bagi Puskesmas
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan terhadap
penelitian selanjutnya terkait pemberian terapi musik klasik (Mozart) dan
aromaterapi mawar. Sehingga di kemudian hari dapat menjadi
pertimbangan dalam pembuatan program kebijakan dalam menurunkan
tekanan darah.
3. Bagi penelitian selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dan masukan
terhadap penelitian selanjutnya terkait pengaruh pemberian Terapi Musik
Klasik (Mozart) dan Aromaterapi Mawar.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Hipertensi
1. Definisi
Penyakit tekanan darah tinggi atau sering disebut dengan hipertensi
adalah suatu keadaan kronis yang ditandai dengan meningkatnya
tekanan darah di dinding pembuluh darah arteri. Keadaan ini
menyebabkan jantung bekerja lebih keras dari biasanya untuk
menyalurkan darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Hal
tersebut dapat mengganggu aliran darah, merusak pembuluh darah,
bahkan menyebabkan penyakit degeneratif, hingga kematian (Nur et
al., 2019)
Untuk menentukan terjadi atau tidaknya hipertensi bisa dilakukan
dengan mengukur tekanan darah setidaknya dua kali pada waktu yang
berbeda. Jika dalam dua kali pengukuran tekanan darah tetap tinggi,
maka patut dicurigai bahwa orang tersebut menderita hipertensi
(Lingga, 2012).
Tekanan sistolik adalah tekanan darah ketika jantung berkontraksi
(memompa darah). Sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan darah
ketika jantung berelaksasi. Pada saat beristirahat, sistolik dapat
dikatakan normal jika berada pada nilai 100-140 mmHg. Sedangkan
diastolik dikatakan normal jika berada pada 60-90 mmHg (Sari, 2017).
2. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer merupakan peningkatan tekanan darah ≥140/90
mmHg pada usia 18 tahun ke atas dengan penyebab yang tidak
diketahui. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan hipertensi
primer adalah genetik, jenis kelamin, usia, diet, berat badan, dan gaya
hidup (Hardini et al., 2021)
Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan oleh
kondisi lain pada satu organ atau sistem tubuh, misalnya penyakit
ginjal (Noviyanti, 2015).
3. Etiologi
Penyakit hipertensi dapat dipicu oleh berbagai faktor. Faktor-faktor
yang memiliki potensi menimbulkan masalah dan kerugian kesehatan
bisa disebut dengan faktor risiko. Pada kasus hipertensi, faktor risiko
dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah
dan faktor risiko yang dapat diubah (Sari, 2017).
Faktor risiko pada kasus hipertensi yang tidak dapat diubah terdiri
dari :
1) Usia
Usia adalah salah satu faktor risiko terjadinya penyakit hipertensi
yang tidak dapat diubah. Secara umum semakin bertambahnya usia
seseorang, maka akan semakin besar pula risiko akan terkena
hipertensi. Hal itu disebabkan oleh perubahan struktur pembuluh
darah seperti penyempitan lumen, serta dinding pembuluh darah
menjadi kaku dan elastisitasnya berkurang sehingga dapat
meningkatkan tekanan darah (Yusman, 2011).
2) Jenis kelamin
Pria cenderung lebih banyak menderita penyakit hipertensi dari
pada wanita. Hal tersebut dikarenakan adanya dugaan bahwa gaya
hidup pria yang kurang sehat dibandingkan dengan wanita. Akan
tetapi, prevalensi hipertensi pada wanita akan mengalami
peningkatan setelah memasuki usia menopause. Hal itu disebabkan
karena adanya perubahan hormonal yang dialami wanita yang
sudah menopause (Sari, 2017).
3) Keturunan (Genetik)
Seseorang yang memiliki riwayat keturunan hipertensi akan
berisiko lebih tinggi untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi.
Selain itu, faktor keturunan juga dapat berkaitan dengan
metabolisme pengaturan garam (NaCl) dan renin membran sel
(Anggraeni, 2009).

Sementara itu, faktor risiko kejadian hipertensi yang dapat diubah yaitu :

1) Obesitas
Obesitas adalah suatu keadaan dimana lemak menumpuk secara
berlebihan di dalam tubuh dan menghambat aliran darah di dalam
tubuh (Sari, 2017).
2) Merokok
Merokok juga menjadi salah satu pemicu terjadinya hipertensi.
Merokok dapat menyebabkan denyut jantung dan kebutuhan
oksigen untuk disuplai ke otot jantung mengalami peningkatan.
Bagi penderita hipertensi yang memiliki aterosklerosis atau
penumpukkan lemak pada pembuluh darah, merokok dapat
memperparah kejadian hipertensi dan berpotensi pada penyakit-
penyakit degeneratif lain seperti stroke dan penyakit jantung
(Ehsan, 2011).
3) Konsumsi Alkohol dan Kafein Berlebih
Konsumsi alkohol menyebabkan peningkatan kadar kortisol,
peningkatan volume sel darah merah dan kekentalan darah yang
mengakibatkan peningkatan tekanan darah (Sari, 2017).

Sementara itu, kafein diketahui dapat membuat jantung berpacu lebih


cepat sehingga dapat mengalirkan darah lebih banyak setiap detiknya.

1) Konsumsi Garam Berlebih


Garam mengandung natrium yang dapat menarik semua cairan
diluar sel agar tidak dikeluarkan sehingga menyebabkan
penumpukan cairan di dalam tubuh. Hal inila yang menyebabkan
peningkatan volume dan tekanan darah (Sari, 2017).
2) Stres
Keadaan seperti tertekan, murung, dendam dan rasa takut dapat
merangsang timbulnya hormone adrenalin dan memicu
peningkatan tekanan darah (Nasution, 2018).
4. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi
Hasil studi menyebutkan bahwa ada 2 faktor yang dapat memicu
terjadinya hipertensi yaitu yang tidak dapat dikontrol dan yang dapat
dikontrol. Yang tidak dapat dikontrol itu seperti riwayat keluarga, usia
dan jenis kelamin. Kemudian pemicu yang dapat dikontrol itu seperti
lifestyle, pola makan, kebiasaan merokok, minum minuman
beralkohol, obesitas dan kurangnya aktivitas fisik.
5. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah dengan melalui
terbentuknya angiotensin II dan angiotensin I oleh angiotensin
converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologi yang
penting dalam mengat/ur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon
rennin akan diubah menjadi angiotensin I. oleh ACE yang terdapat di
paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II
inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah
melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi
hormone antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH di produksi di
hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada hinjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH,
sangat sedikit urin yang disekresikan keluar tubuh (antidiuresis),
sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan
dengan cara menarik cairan dan bagian intraseluler. Akibatnya volume
darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan
darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dan korteks
adrenal. Aldosteron merupakan hormone steroid yang memiliki
peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan
ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam)
dengan mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl
akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan
tekanan darah (Muhammadun, 2010).
6. Manifestasi Klinis
Kita tidak akan menemukan kelainan apa-apa selain tekanan darah
yang tinggi, namun dapat juga ditemukan kelainan pada retina, seperti
perdarahan, kumpulan cairan (eksudat), penyempitan pembuluh darah
dan pada kasus-kasus yang berat bisa ditemukan adanya edema pupil
(edema pada diskus optikus) (Nur et al., 2019)
Menurut Pudjiastuti (2013) tanda dan gejala hipertensi adalah
sebagai berikut : 1.Penglihatan kabur dikarenakan kerusakan pada
retina 2.Sakit kepala 3.Mual dan muntah diakibatkan peningkatan
tekanan kranial 4.Edema dependent 5.Adanya pembengkakan
diakibatkan peningkatan tekanan kapiler
Menurut penjelasan dari Nurarif dan Kusuma (2013), tanda dan
gejala hipertensi dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Tidak ada gejala
Tidak terdapat tanda dan gejala yang spesifik yang dapat
dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah atau hipertensi.
b. Gejala yang sering muncul
Gejala terlazim atau sering muncul terhadap hipertensi yaitu
adanya nyeri kepala dan merasa kelelahan.

7. Penatalaksanaan
Tujuan program dari setiap pasien adalah untuk mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan
mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Setiap
program sangat efektif jika ditentukan oleh derajat hipertensi,
komplikasi, biaya perawatan dan kualitas hidup sehubungan dengan
terapi (Kosanke, 2019b)
1) Terapi Non-farmakologis
Penatalaksanaan terapi non-farmakologis dapat berupa
berbagai macam cara untuk mengubah gaya hidup yang lebih
sehat untuk mencegah penyakit tekanan darah tinggi.
Penatalaksanaan penyakit hipertensi dengan non-farmakologis
terdiri dari berbagai macam modifikasi gaya hidup, yaitu :
1.Mempertahankan berat badan ideal (tidak obesitas) 2.Kurangi
asupan natrium 3.Batasi konsumsi alkohol 4.Hindari merokok
5.Penurunan stress 6.Terapi pijat 7.Terapi musik 8.Aromaterapi
2) Terapi farmakologis
Setelah melakukan terapi non-farmakologis selanjutnya
akan didampingi dengan terapi farmakologis, hal ini tergantung
dengan tingkat keparahan dan kondisi pasien yang mengalami
hipertensi (seperti adanya penyakit lain). Terapi farmakologis yaitu
dengan mengkonsumsi obat-obatan, salah satunya ialah obat
antihipertensi (Kosanke, 2019b)
Penatalaksanaan menggunakan obat-obatan, antara lain : 1.Diuretik
(Hidroklorotiazid) 2.Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin
dan Reserpin) 3.Betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol)
4.Vasodilator (Prasosin, Hidralisin) 5.Angiotensin Converting
Enzyme (ACE) inhibitor (Captropil) 6.Penghambat angiotensin II
(Valsartan) 7.Angiotensin kalsium (Diltiasem dan Verapamil)
8. Komplikasi
Menurut (Anshari, 2020), tekanan darah tinggi yang tidak diobati
dapat menyebabkan gangguan pada system organ tubuh, yang dapat
memicu berbagai penyakit lainnya. Beberapa komplikasi yang
disebabkan oleh tekanan darah tinggi yaitu:
1) Stroke adalah kerusakan otak yang disebabkan oleh tekanan darah
tinggi kronis Ketika arteri yang mensuplai otak menjadi membesar
atau menebal, sehingga aliran darah ke area suplai berkurang.
Arteri aterosklerotik di otak menjadi lemah, meningkatkan
kemungkinan pembentukan aneurisma. Tekanan tinggi penyakit ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler, yang mendorong cairan
ke dalam ruang interstisial di seluruh system saraf pusat. Hal ini
dapat menyebabkan neuron di sekitarnya kolaps dan menyebabkan
koma atau bahkan kematian.
2) Penyakit ginjal kronis dapat terjadi karena kerusakan progresif
yang disebabkan oleh tekanan tinggi di kapiler ginjal dan
glomeruli. Kerusakan pada glomeruli menyebabkan darah mengalir
ke unit fungsional ginjal, menyebabkan kerusakan pada nefron dan
terus kekurangan oksigen yang menyebabkan kematian ginjal.
Kerusakan mesangium juga mengakibatkan ekskresi protein dalam
urin, sehingga sering ditemukan edema akibat penurunan
osmolaritas koloid plasma.
3) Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada
pembuluh darah retina. Semakin tinggi tekanan darah, dan semakin
lama tekanan darah tinggi berlangsung, semakin banyak kerusakan
yang dapat ditimbulkannya. Penyakit retina lainnya yang terjadi
akibat tekanan darah tinggi antara lain ischemic optic neuropathy
atau kerusakan saraf optic karena aliran darah yang buruk, oklusi
arteri dan vena retina karena penyumbatan aliran darah ke arteri
dan vena retina. Pasien dengan retinopati hipertensi awalnya tidak
menunjukkan gejala dan akhirnya dapat menyebabkan kebutaan.
4) Infark miokard terjadi Ketika aterosklerosis atau thrombosis di
arteri coroner menghalangi aliran darah melalui pembuluh ini,
mencegah otot jantung mendapatkan oksigen yang cukup.
Kebutuhan oksigen miokard yang tidak terpenuhi dapat
menyebabkan iskemia miokard, yang pada gilirannya
menyebabkan infark.

B. KONSEP MUSIK KLASIK


1. Definisi Musik Klasik
Jamulus berpendapat bahwa musik adalah suatu hasil karya seni
dalam bentuk lagu atau komposisi musik mengungkapkan pikiran dan
perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musi yaitu irama, melodi,
harmoni, bentuk dan struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan.
Sama halnya dengan Rina berpendapat bahwa musik merupakan salah
satu cabang kesenian yang pengungkapannya dilakukan melalui suara
atau bunyi-bunyian (Mutaqqin, 2014). Banyak jenis terapi musik yang
dapat digunakan untuk terapi yaitu musik klasik yang bermanfaat
menjadikan badan, pikiran, dan mental menjadi lebih sehat (Aditia,
2012:4). Studi kesehatan jiwa, telah menunjukkan terapi musik sangat
efektif dalam meredakan kegelisahan dan stress, mendorong perasaan
rileks serta meredakan depresi. Terapi musik klasik membantu orang
yang memiliki masalah emosional dalam mengeluarkan perasaan,
sehingga membuat perubahan positif dengan suasana hati, memantau
memecahkan masalah dan memperbaiki masalah. Terapi music klasik
juga termasuk salah satu penanganan dalam menangani stress dan
kecemasan serta dapat menurunkan tekanan darah (Nur et al., 2019)
Musik klasik dapat diartikan sebagai berikut: musik yang berasal
dari masa lalu, namun tetap disukai hingga kini. Musik yang berasal
dari masa sekitar abad ke 18, semasa hidup kompanis Hayden dan
Mozart, yang jadi dikenal sebagai periode klasik, musik yang
perbuatan dan penyajiannya memakai bentuk, sifat dan gaya dari
musik yang berasal dimasa lalu (Yuhana, 2015: 51).
2. Aplikasi Terapi Musik Klasik Dalam Bidang Kesehatan
Terapi musik merupakan metode penyembuhan dengan musik
yaitu melalui energi yang dihasilkan oleh musik itu sendiri (Natalina,
2013). Jenis musik yang seringkali menjadi acuan adalah musik klasik
karena memiliki rentang nada yang luas dan tempo yang dinamis.
Tidak hanya musik klasik, semua jenis musik sebenarnya dapat
digunakan sebagai terapi musik seperti lagu-lagu relaksasi maupun
popular. Namun yang perlu diperhatikan adalah memilih lagu dengan
tempo sekitar 60 ketukan/menit yang bersifat rileks, karena bila terlalu
cepat maka stimulus yang masuk akan membuat kita mengikuti irama
tersebut sehingga keadaan istirahat yang optimal tidak tercapai.
Dengan mendengarkan musik klasik, sistem limbik teraktivasi dan
individu menjadi rileks sehingga tekanan darah menurun. Selain itu
alunan musik dapat menstimulus tubuh memproduksi molekul Nitrat
Oksida (NO), molekul ini bekerja pada tonus pembuluh darah sehingga
dapat mengurangi tekanan darah (Nurrahmani, 2012).
Musik klasik adalah musik yang mempunyai efek penyelaras
(seirama dengan jantung) sehingga mempengaruhi penurunan
pelepasan katekolamin plasma dalam pembuluh darah yang dapat
merangsang saraf simpatoadenerik sehingga akan mempengaruhi
hormon stress-released yang menyebabkan terjadinya relaksasi
sehingga denyut jantung berkurang dan tekanan darah menurun
(Komala, 2011).
3. Fisiologi Terapi Musik Klasik Dalam Menurunkan Tekanan Darah
Ketika musik klasik didengarkan akan menghasilkan stimulus yang
dikirim dari akson-akson serabut asendes ke neuron-neuron dari
reticular activiting system (RAS), stimulus kemudian ditransmisikan
oleh nukleus spesifik dari thalamus melewati area korteks adrenal,
sistem limbik dan corpus collusumdan dan melewati area pada sistem
saraf otonom dan sistem neuron endokrin (Kwoalski, 2010).
Intervensi menggunakan terapi musik dapat mengubah ambang
otak yang dalam keadaan stress menjadi lebih adaptif secara fisiologis
dan efektif. Musik tidak membutuhkan otak untuk berfikir maupun
menginterpretasi, tidak pula dibatasi oleh fungsi intelektual maupun
pikiran mental. Musik tidak memiliki batasan-batasan sehingga begitu
mudah diterima oleh organ pendengaran. Musik diterima melalui saraf
pendengaran kemudian diartikan oleh otak atau sistem limbik. Musik
dapat pula beresonasi dan bersifat naluriah sehingga dapat langsung
masuk otak tanpa melalui jalur kognitif (Kushariyadi, 2011).
Efek musik pada neuron endokrin menurut Komala (2011) adalah
memelihara keseimbangan tubuh melalui sekresi hormon-hormon dan
zat kimia kedalam darah. Efek musik ini terjadi dengan cara :
1. Musik merangsang pengeluaran endofrin yang merupakan opiate
tubuh secara alami dihasilkan gland pituitary yang berguna dalam
mengurangi nyeri, mempengaruhi mood dan memori.
2. Mengurangi pengeluaran katekolamin seperti epineprin dan
norepineprin dari medulla adrenal. Penguranagn pada katekolamin
dapat mengurangi frekuensi nadi, tekanan darah, asam lemak bebas
dan pengurangan konsumsi oksigen.
3. Mengurangi kadar glukortikoid, CRH, ACTH yang dihasilkan
selama stress.
Dalam terapi musik dikenal dengan istilah entraiment.
Entraiment (penyelaras) merupakan suatu proses adanya dua objek
yang begetar pada frekuensi yang sama akan cenderung untuk
menghasilkan resonan simpatis yang sangat menguntungkan.
Tempo musik dapat digunakan untuk keadaan fisiologis, merubah
irama didalam tubuh (irama jantung atau pola nafas) yang
disebabkan oleh getaran musik. Musik memiliki potensi untuk
menyelaras denyut jantung melalui impuls atau tempo untuk
menyelaras pernapasan melalui iramanya (Komala, 2011).
Prinsip kerja dari terapi ini yaitu responden diminta dalam
posisi tenang, kemudian nyalakan musik klasik bethoven symphony
no.5 pada handphone dan sambungkan ke speaker (earphone),
pastikan volume musik sesuai dan tidak terlalu keras. Kemudian
responden diminta untuk mendengarkan musik tersebut selama 15
menit. Pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum dan 10 menit
sesudah dilakukan intervensi (Hidayah, Danamik & Elita, 2015).

C. AROMATERAPI MAWAR
1. Definisi
Aromaterapi terdiri dari dua kata, yaitu aroma yang berarti harum
atau wangi, dan therapy yang bisa diartikan sebagai cara pengobatan
atau penyembuhan. Pengertian aromaterapi adalah “suatu cara
perawatan tubuh dan atau penyembuhan penyakit dengan
menggunakan minyak essential (essential oil)” (Hardini et al., 2021)
2. Manfaat
Tujuan dari pemberian aromaterapi mawar ini adalah agar tubuh
yang sedang mengalami hipertensi dapat rileks dengan menggunakan
minyak essential (essential oil) dan tekanan darah yang semula tinggi
dapat turun tanpa menggunakan obat-obatan kimia (Kenia &
Taviyanda, 2013).
3. Fisiologi Aromaterapi Dalam Menurunkan Tekanan Darah
Aromaterapi ini memasuki hidung pasien serta berhubungan
langsung dengan cilia atau rambut-rambut halus yang berada di dalam
hidung dan terhubung langsung dengan tonjolan olfaktorius yang
berada diujung saluran penciuman. Ujung dari saluran penciuman itu
berhubungan dengan otak. Bau dari aromaterapi tadi diubah oleh cilia
menjadi impuls listrik yang akan diteruskan ke otak. Semua impuls
tadi akan mencapai sistem limbik. Sistem limbik adalah bagian dari
otak manusia yang di kaitkan dengan suasana hati, emosi dan belajar
kita. Semua bau dari aromaterapi tadi akan mencapai sistem limbik
dan memiliki pengaruh kimia langsung pada suasana hati (Kenia &
Taviyanda, 2013).
4. Prosedur Pemberian Aromaterapi Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Untuk melakukan pemberian aromaterapi kepada pasien, perawat
harus menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam intervensi
tersebut. Setelah semua peralatan siap, dekatkan semua peralatan tadi
ke samping pasien. Atur posisi pasien sesuai dengan keinginannya
(duduk/berbaring). Kemudian perawat menyalakan aromaterapi di
dekat pasien dan biarkan pasien menghirup aromaterapi itu selama
kurang lebih 5 sampai 10 menit (Kenia & Taviyanda, 2013).
D. KERANGKA TEORI

Usia Obesitas
Usia

Jenis kelamin
Kebiasaan
merokok

Keturunan
Konsumsi
genetik
alkohol

Hipertensi

Non Farmakologi Farmakologi

1. Olahraga 1. Diuretik

2. Diet makanan 2. Alfa Bloker

3. Hindari merokok 3. Beta Bloker


Penurunan Tekanan Darah
4. Terapi musik II 4. Angiotensin
Bloker
5. ACE
5. Aromaterapi
mawar Inhibitor

Skema 2.1 Kerangka Teori (Sari, 2017)(Smeltzer, 2015


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan ilmu yang menghubungkan secara teoritis
antara variabel-variabel penelitian, yaitu antara variabel independen
dengan variabel dependen (Sugiyono, 2014).
Pada penelitian kerangka konsep menjelaskan tentang penyebab
hipertensi, perjalanan terjadinya masalah hipertensi, hingga tindakan atau
terapi yang akan diberikan. Adapun kerangka konsep yang akan diteliti
oleh peneliti adalah sebagai berikut:

Faktor yang dapat dimodifikasi Hipertensi (TD sistolik : ≥ 140


pada penurunan hipertensi mmHg, TD diastolik : ≥ 90
(stress, obesitas, nutrisi, mmHg)
merokok)

Penatalaksanaan

Farmakologi Non Farmakologi

Mengurangi Menghentikan
Mengontrol
Olahraga Mencegah Relaksasi intake kebiasaan
pola makan
stressor sodium merokok

Terapi Musik Klasik


(Mozart) Aromaterapi Mawar

Menstimulus tubuh Bau dari aromaterapi ini diubah oleh cilia


memproduksi molekul atau rambut-rambut halus menjadi impuls
Nitrat Oksida (NO), listrik yang akan diteruskan ke
molekul ini bekerja otak
pada tonus pembuluh
darah sehingga dapat
mengurangi tekanan
darah.
Semua bau dari aromaterapi tadi akan
mencapai sistem limbik dan memiliki
pengaruh kimia langsung pada suasana
hati

Rileks Sistem limbic adalah bagian dari otak


manusia yang dikaitkan dengan suasana
hati, emosi dan belajar kita

Tekanan Darah Sirkulasi peredaran


darah lancar
Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

B. Hipotesis Penelitian
H1 : Adanya perbedaan efektivitas terapi musik klasik (Mozart) dan
aromaterapi mawar terhadap perubahan tekanan darah pada penderita
hipertensi.

C. Definisi Operasional

VARIABEL DEFINISI INDIKATOR ALAT HASIL SKAL


UKUR A
UKUR
Variabel
independen:
Salah satu
Terapi Musik
pemberian
Klasik - - - -
terapi musik
(Mozart) dan
klasik (Mozart)
Aromaterapi
yang
Mawar
dikombinasikan
dengan
pemberian
aromaterapi
mawar yang
dilakukan
sebanyak 2 sesi
dalam waktu 3
bulan dengan
durasi selama
15 menit
Variabel A
dependen
:
Penuruna Nilai tekanan darah Mengukur
n sistolik yang tekanan darah
Tekanan menggambarkan menggunakan Tensimeter
....mmHg Rasio
Darah kondisi saat jantung tensimeter
Sistolik memompa darah
keseluruh tubuh
yang diukur
menggunakan
tensimeter

Variabel
depende
n:
Penuruna Nilai tekanan Mengukur Tensimeter …..mmHg Rasio
darah diastolik
n tekanan yang tekanan
darah menggambarkan darah
kondisi saat
diastolik
jantung istirahat menggunaka
memompa darah n tensimeter
keseluruh tubuh
yang diukur
menggunakan
tensimeter
Variabel
perancu
Usia
Umur seseorang Wawancara Formulir Hasil ukur Rasio
yang dihitung dari pengumpul berupa umur
sejak lahir hingga an data responden
saat ini ….tahun
Jenis Suatu varian yang Wawancara Formulir Hasil ukur Nominal
kelamin membedakan pengumpul berupa 0 = laki
antara laki-laki an data – laki
dan Perempuan 1 = perempuan
Pekerjaa Jenis perbuatan Wawancara Formulir Hasil ukur Nominal
n atau kegiatan untuk pengumpul berupa 0 =
memperoleh an data Tidak bekerja
imbalan atau upah 1= Bekerja
Lama Rentang waktu Wawancara Formulir ……tahun Rasio
menderit penderita menderita pengumpul
a hipertensi yang an data
hiperten dihitung sejak awal
si diagnosis oleh
dokter
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Rencana penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian
quasi-experimental yang menggunakan desain pre-post test with kontrol group
desain, Rancangan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
Pemberian Terapi Musik Klasik (Mozart) dan Aromaterapi Mawar terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di wilayah Kerja
Pusekesmas Pasar Ikan Bengkulu tahun 2023. Responden pada penelitian ini
dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
kelompok intervensi diobservasi terlebih dahulu (observasi awal/pre-test)
sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi kembali setelah dilakukan
intervensi (post-test). Sedangkan kelompok kontrol diberikan perlakuan umum
sesuai puskesmas tempat kontrol.

pre-test intervensi post-test

kelompok intervensi O X1 O
1 2
kelompok kontrol O X2 O
3 4

Keterangan :
O1 : pre-test (sebelum dilakukan intervensi)
X1 : intervensi (Terapi Musik Klasik (Mozart) dan Aromaterapi Mawar)
O2 : post-test (sesudah dilakukan intervensi)
O3 : pre-test (sebelum dilakukan kontrol)
X2 : kontrol (Senam Lansia)
O4 : post-test (sesudah dilakukan kontrol)
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu tahun 2023.
2. Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan 2023.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia penderita hipertensi
yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu
dengan jumlah lansia penderita hipertensi yang terdata pada bulan
September tercatat 497 penderita di wilayah Puskesmas Pasar Ikan Kota
Bengkulu yang didominasi oleh perempuan sebanyak 320 penderita dan
laki-laki sebanyak 177 orang.

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi yang
akan diambil (Notoatmojo, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah
lansia yang menderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pasar Ikan
Kota Bengkulu. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
pengambilan sample Purposive Sampling. Perhitungan jumlah sampel
pada penelitian ini ditentukanberdasarkan rumus beda 2 mean seperti
dibawah :

2
n=2 σ ¿¿ Keterangan :

n = besar sampel
α
Z 1− = standar normal deviasi untuk α (standar deviasi α = 0,05 =
2
1,96)
Z 1−β = standar normal deviasi untuk β (standar deviasi β = 0,842)

μ1 = nilai mean kelompok kontrol yang didapat dari literatur

μ1 = nilai mean kelompok intervensi yang didapat dari literature


σ = stimasi standar deviasi dari beda mean pre test dan post test
berdasarkan literature

Berdasarkan penelitian tentang “Perbandingan Efektivitas Terapi Musik


Klasik dengan Aromaterapi Mawar ”. Nilai mean kelompok kontrol (µ1 =
164,47), nilai mean kelompok intervensi (µ2 = 147,11), nilai standar deviasi
kelompok kontrol (S1 = 12,81), nilai standar deviasi kelompok intervensi (S2
= 11,28). Perbedaan standar deviasi yang didapatkan:

1 2 2
σ2 = ( s 1 +s )
2

(12,81)2+(11.28)2
σ2 =
2

164,09+ 127,23
σ2 =
2

455,28
σ2 =
2

σ2 = 227,64

Besaran sampel yang diperoleh :

2 σ 2(Z 1−α /2+ Z 1−β)2


n=
( μ 1−μ 2 )2

2
n = 2(227,64)+(1,96+ 0,84)
¿¿
455,28+7,84
n=
301,36

n = 11,8 = 12
Drop out = 12 X 50% = 6

Total Sampel = 12 + 6 = 18 orang


Sampel yang digunakan adalah responden yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi :

a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel
(Notoatmodjo, 2012) yaitu:
1) Lansia yang terdiagnosis hipertensi oleh dokter dengan tekanan darah
sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik diatas 90 mmHg
2) Responden adalah lansia laki-laki yang berumur ≥ 60 tahun
3) Lansia dalam kondisi psikis yang tenang / kooperatif

4) Lansia yang memiliki penciuman yang baik


5) Lansia yang mengkonsumsi obat antihipertensi secara teratur

b. Kriteria ekslusi
1) Responden yang menolak saat dilakukan intervensi
2) Responden yang tidak mau menyelesaikan terapi
3) Responden yang terputus terapinya
4) Responden yang tidak mengkonsumsi obat antihipertensi atau terputus
selama prosen intervensi

Anda mungkin juga menyukai