Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit penyebab

kematian tertinggi di dunia. Menurut World Helath Organization (WHO)

tahun 2017 menyebutkan bahwa angka kematian yang disebabkan oleh

penyakit kardiovaskuler sebesar 17,7 juta orang menyumbangkan 31%

proporsi penyebab kematian secara global dan diprediksi bahwa pada

tahun 2030 akan mencapai 23,3 juta kematian setiap tahunnya.

Berdasarkan jumlah prevalensi tersebut yang menyumbang angka

kematian tertinggi adalah penyakit hipertensi.

Hipertensi merupakan salah satu penyebab penyakit kardiovaskuler

yang paling banyak diderita masyarakat (Kemenkes RI, 2019). Hipertensi

merupakan penyakit yang disebut silent killer atau pembunuh diam-diam,

dikarenakan hipertensi sering terjadi tanpa suatu gejala, dimana seseorang

dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya ˃140/90 mmHg

(Oktavariani, 2019). Manifestasi klinis hipertensi yang umum dijumpai

seperti, pusing, lemas, sesak napas, gelisah, mual, muntah, epistaksis dan

kesadaran menurun (Kusuma , 2016).

Menurut WHO tahun 2019 menunjukkan sekitar 22% penduduk

dunia mengidap hipertensi dengan persebaran Negara di dunia, Afrika

27%, Mediterania Barat 26%, Asia Tenggara 25%, Eropa 23%, Pasifik

1
2

Barat 19%, Amerika 18% (WHO, 2019). Hasil data Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2018, menunjukkan angka prevalensi hipertensi secara

nasional (34,2%) dibandingkan Riskesdas tahun 2013 (25,8%) terdapat

kenaikan prevalensi sekitar 8,4% penderita hipertensi selama 5 tahun

terakhir.

Data profil yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Bangka

Belitung kasus penyakit hipertensi menduduki urutan 1 dari 10 penyakit

tertinggi di Bangka Belitung. Angka hipertensi di Provinsi Bangka

Belitung pada tahun 2018 dengan jumlah penderita hipertensi sebanyak

66.728 jiwa (6,71%) di Bangka Belitung, pada tahun 2019 sebanyak

67.835 (6,82%) jiwa, pada tahun 2020 sebanyak 66.513 (6,65%) jiwa

menunjukkan kenaikan angka prevalensi sekitar 6,08%.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan kota pangkalpinang, data

yang diperoleh di tahun 2020 kejadian hipertensi yaitu Puskesmas

Gerunggang sebanyak 7.760 (19,7%), Puskesmas Melintang sebanyak

7.245 (18,3%), Puskesmas Selindung sebanyak 5.703 (14,4%), Puskesmas

Pangkalbalam sebanyak 4.194 (10,60%), Puskesmas Air Itam sebanyak

4.036 (10,2%), Puskesmas Girimaya sebanyak 3.713 (9,3%), Puskesmas

Pasir Putih sebanyak 2.933 (7,4%), Puskesmas Taman Sari sebanyak

2.156 (5,4%), dan Puskesmas Kacang Pdeang sebanyak 1.825 (4,6%) .

Berdasarkan data hipertensi di Puskesmas Gerunggang selama 3 tahun

terakhir, didapatkan data yaitu tahun 2018 sebanyak 2.219 (20,7%)

penderita hipertensi, tahun 2019 sebanyak 2.572 (23,6%) penderita


3

hipertensi, dan pada tahun 2020 sebanyak 7.189 (60,4%) penderita

hipertensi.

Pada saat tekanan darah meningkat, hormon epinefrin atau adrenalin

akan dilepaskan. Adrenalin akan meningkatkan tekanan darah melalui

kontraksi arteri (vasokonstriksi) dan peningkatan denyut jantung, dengan

demikian akan memicu terjadinya stres. Jika stress berlanjut, tekanan

darah akan tetap tinggi sehingga berlanjut menjadi hipertensi (Junaidy,

2010). Apabila hipertensi terjadi dalam kurun waktu yang lama akan

berdampak bagi penderita hipertensi resiko terjadinya komplikasi. Jika

tidak terkontrol hipertensi dapat menyebabkan terjadinya komplikasi

seperti, penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal, kerusakan retina,

penyakit pembuluh darah tepi, dan gangguan saraf. Gejala yang muncul

pada penderita hipertensi antara lain, sakit kepala, gelisah, jantung

berdebar-debar, pusing, penglihatan kabur, rasa sakit di dada, dan mudah

lelah (Kemenkes RI, 2019).

Pengobatan dan pencegahan pada penderita hipertensi dibagi

menjadi dua yaitu pengobatan dengan farmakologis dan non-farmakologis.

Penatalaksanaan farmakologis pada penderita hipertensi dilakukan dengan

pemberian antihipertensi dengan tujuan untuk mencegah komplikasi

hipertensi yang efek samping sekecil mungkin. Jenis obat antihipertensi

meliputi diuretik, angiotensin-converting enzyme, beta-blocker, dan

calcium channel brocker. Pengobatan hipertensi harus dijalankan oleh


4

penderita hipertensi dalam jangka waktu yang panjang atau seumur hidup

(Kemenkes RI,2019).

Penatalaksanaan non-farmakologis pada penderita hipertensi bisa

dengan cara mengubah gaya hidup seperti mempertahankan berat badan

ideal, kurangi asupan natrium, batasi konsumsi alkohol, makan K dan Ca

yang cukup dari diet, menghindari merokok, penrunan stress, terapi pijat

(Wijaya dkk, 2017). Selain itu salah satu tindakan non-farmakologis

lainnya yang dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi

adalah dengan cara tehnik relaksasi napas dalam dan aromaterapi lavender

(Hastuti, 2015).

Tehnik relaksasi napas dalam dan terapi lavender merupakan salah

satu terapi non-farmakologis pada penderita hipertensi. Tehnik relaksasi

napas dalam merupakan tindakan yang dapat menimbulkan relaksasi bagi

penderita yang dilatih selama 7 menit maka akan menurunkan sekresi

CHR (corticotropin releasing hormone) dan ACTH

(adrenocortricotrophic hormone) di hipotalamus menurun. Penurunan

sekresi kedua hormon ini menyebabkan aktifitas kerja saraf simpatis

menurun, sehingga pengeluaran adrenalin dan noradrenalin mengakibatkan

terjadinya penurunan denyut jantung, pembuluh darah melebar, tahanan

pembuluh darah berkurang, dan penurunan pompa jantung, sehingga

tekanan darah arteri jantung menurun (Wijayanti dan Wulan, 2017).

Aromaterapi lavender adalah aromaterapi yang menggunakan bunga

lavendula dengan kandungan zat aktif berupa linaloolacetate dan


5

linalylacetate yang dapat menyembuhkan penyakit (Hafid, 2017).

Aromaterapi lavender merupakan salah satu jenis aromaterapi yang

mempunyai efek menyeimbangkan, relaksasi, meredakan ketegangan,

denyut nadi cepat, stress, pernafasan cepat dan bermanfaat untuk tekanan

darah tinggi. Menghirup aromaterapi akan meningkatkan gelombang alfa

di dalam otak dan gelombang inilah yang membantu seseorang untuk

tenang, hal tersebut dapat menurunkan aktifitas vasokonstriksi pembuluh

darah, aliran darah menjadi lancar sehingga menurunkan tekanan darah

(Sharma, 2013).

Penelitian tentang tehnik relaksasi napas dalam yang dilakukan oleh

Puguh Santoso dan Dwi Rahayu tahun 2018 dengan judul “Pengaruh

Tehnik Relaksasi Pernapasan Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada

Penderita Hipertensi”, menunjukkan bahwa adanya pengaruh tehnik

relaksasi pernapasan terhadap penurunan tekanan darah. Selanjutnya

penelitian yang dilakukan oleh Baharudin Lutfi S tahun 2019 dengan judul

“efektifitas Tehnik Relaksasi Napas Dalam (deep breathing) dalam

menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Cibatu

Kabupaten Garut,” menunjukkan bahwa terjadi penurunan tekanan darah

sistolik pada pasien hipertensi setelah diberikan intervensi tehnik relaksasi

napas dalam (deep breathing), hasil uji statistik menggunakan paired T-

test didapatkan nilai P-value sebesar 0,000 (p˂0,05) membuktikan bahwa

tehnik relaksasi napas dalam juga efektif dalam menurunkan tekanan darah
6

sistolik dan diastolik pasien hipertensi di Puskesmas Cibatu Kabupaten

Garut.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Umi Soraya dkk tentang

aromaterapi lavender tahun 2014 dengan judul Pengaruh Aromaterapi

Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan

Hipertensi di Kelurahan Siantan Hulu Pontianak Utara, menunjukkan hasil

bahwa rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum diberikan

aromaterapi lavender yaitu 154,44 mmHg dan 95 mmHg, dan rata-rata

tekanan darah sistolik dan diastolik setelah diberikan aromaterapi lavender

yaitu 138,89 mmHg dan 85 mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah

sistolik dan diastolik sebelum pada kelompok kontrol yang baik diberikan

aromaterapi lavender yaitu 155,56 mmHg dan 96,11 mmHg, dan rata-rata

tekanan darah setelahnya yaitu 153,89 mmHg dan 96,11 mmHg. Hal ini

menunjukkan adanya pengaruh aromaterapi lavender terhadap penurunan

tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Eny Pujiati dan Ika Salis

Putri tahun 2018 mengenai efektifitas pemberian relaksasi slow deep

breathing dan aromaterapi lavender terhadap penurunan tekanan darah

pada lansia dengan hipertensi di Desa Jepang Kecamatan Mejobo

Kabupaten Kudus menunjukkan hasil bahwa dengan pemberian relaksasi

slow deep breathing dan aromaterapi lavender yang diberikan selama 10-

15 menit dapat menurunkan nilai tekanan darah pada lansia dengan

hipertensi di Desa Jepang Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus, sehingga


7

slow deep breathing dan aromaterapi lavender dapat dijadikan sebagai

salah satu pengobatan non farmakologis dalam menurunkan tekanan

darah.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tentang pengaruh tehnik relaksasi napas dalam

dengan aromaterapi lavender dalam menurunkan tekanan darah pada

penderita hipertensi.

B. Rumusan Masalah

Penyakit hipertensi saat ini masih menjadi penyakit yang paling

banyak diderita oleh masyarakat dan menduduki urutan pertama dalam 10

besar penyakit tertinggi di Bangka Belitung. Hipertensi disebut silent

killer atau pembunuh diam-diam, dikarenakan hipertensi sering terjadi

tanpa suatu gejala. Salah satu pendekatan pengobatan secara non-

farmakologis yang bisa dilakukan dalam menurunkan tekanan darah

adalah dengan melakukan tehnik relaksasi napas dalam dan aromaterapi

lavender pada penderita hipertensi. Oleh karena itu, rumusan masalah

dalam penelitian ini, yaitu “Bagaimana pengaruh tehnik relaksasi napas

dalam dengan aromaterapi lavender terhadap penurunan tekanan darah

pasien hipertensi?"

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
8

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tehnik

relaksasi napas dalam dan aromaterapi lavender terhadap penurunan

tekanan darah pada penderita hipertensi di Puskesmas Gerunggang Kota

Pangkalpinang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi nilai rata-rata tekanan darah sebelum dan sesudah

pada kelompok 1 (tehnik relaksasi napas dalam dan aromaterapi

lavender) pada penderita hipertensi di Puskesmas Gerunggang Kota

Pangkalpinang.

b. Mengidentifikasi nilai rata-rata tekanan darah sebelum dan sesudah

pada kelompok 2 (tehnik relaksasi napas dalam) pada penderita

hipertensi di Puskesmas Gerunggang.

c. Mengidentifikasi nilai rata-rata tekanan darah sebelum dan sesudah

pada kelompok 3 kontrol (tanpa prelakuan) pada penderita hipertensi

di Puskesmas Gerunggang.

d. Mengidentifikasi perbedaan nilai rata-rata tekanan darah sebelum dan

sesudah pada kelompok 1 (tehnik relaksasi napas dalam dan

aromaterapi lavender) dengan kelompok 2 (tehnik relaksasi napas

dalam) pada penderita hipertensi di Puskesmas Gerunggan Kota

Pangkalpinang.

e. Mengidentifikasi perbedaan nilai rata-rata tekanan darah sebelum dan

sesudah pada kelompok 1 (tehnik relaksasi napas dalam dan

aromaterapi lavender) dengan kelompok 3 kontrol (tanpa perlakuan)


9

pada penderita hipertensi di Puskesmas Gerunggan Kota

Pangkalpinang.

f. Mengidentifikasi perbedaan nilai rata-rata tekanan darah sebelum dan

sesudah pada kelompok 2 (tehnik relaksasi napas dalam) dengan

kelompok 3 kontrol (tanpa perlakuan) pada penderita hipertensi di

Puskesmas Gerunggang Kota Pangkalpinang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Untuk memenuhi pengetahuan, teknologi dan seni pemecahan

masalah dalam membuat kajian dan sebagai sarana untuk meningkatkan

pemahaman dan wawasan pada penelitian yang lain, serta menerapkan

ilmu yang diperoleh dari pendidikan STIKES Citra Delima Bangka

Belitung sehingga dapat membandingkan antara teori dan penelitian

sebelumnya.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil Penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukan ilmu

yang berguna bagi institusi pendidikan dan bahan pengajaran tentang

penyakit tidak menular khususnya hipertensi serta dapat dijadikan

sebagai informasi tambahan mengenai pengaruh tehnik relaksasi napas

dalam dengan aromaterapi lavender terhadap penurunan tekanan darah

pada penderita hipertensi.

3. Bagi Institusi Kesehatan


10

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna sebagai informasi,

masukan dan perencanaan kegiatan selanjutnya dalam mengatasi

penyakit tidak menular khususnya hipertensi. Secara nonfarmakologi

dengan cara pemberian tehnik napas dalam dan aromaterapi lavender.

Anda mungkin juga menyukai