Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, pertanyaan penelitian dan manfaat penelitian mengenai efektivitas

massage punggung dan kaki terhadap penurunan tekanan darah pada pasien

hipertensi.

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg

dan diastolik lebih dari 90 mmHg selama dua kali pengukuran dalam kondisi tenang

dan istirahat cukup (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Hipertensi diklasifikasikan

menjadi empat yaitu normal (<120/<80 mmHg), pre-hipertensi (120-139/80-89

mmHg), hipertensi tahap I (140-159/90-99 mmHg) dan hipertensi tahap II

(>160/>100 mmHg) (Manuntung, 2018). Hipertensi memiliki karakteristik yang

kompleks sehingga perlu diketahui mekanisme dan tanda gejala dari hipertensi.

Mekanisme terjadinya hipertensi yang persisten dipengaruhi oleh

peningkatan tonus vaskular dan peningkatan volume darah yang bersirkulasi dalam

tubuh. Patofisiologi terjadinya hipertensi dipengaruhi oleh banyak faktor

diantaranya, sistem saraf pusat, Renin Angiotensin Aldosterone System (RAAS),

inflamasi, disfungsi sistem endotelial, obesitas berhubungan dengan gangguan

hormon serta resistensi insulin yang dapat meningkatkan baik tonus vaskular

maupun volume darah (Huether & McCance, 2019). Hal ini mengakibatkan

1
seseorang akan mengalami keluhan berupa nyeri kepala, kelelahan, pusing, dada

berdebar, sesak, diplopia (penglihatan ganda) dan mimisan (Black & Hawks, 2014).

Tanda gejala dari hipertensi yang tidak spesifik di tahap awal perkembangan

penyakit mengakibatkan banyak orang yang tidak menyadari telah menderita

hipertensi sehingga tidak melakukan penatalaksanaan yang sesuai.

Menurut data dari World Health Organization (WHO) (2015) menyatakan

bahwa sekitar 1.13 miliar orang di dunia terdiagnosis hipertensi yang diperkirakan

akan meningkat setiap tahunnya, wilayah dengan prevalensi hipertensi tertinggi

adalah Benua Afrika dengan angka 27% dan yang terendah adalah wilayah Benua

Amerika dengan prevalensi 18%. Data dari World Health Organization (WHO)

(2020) pada bulan Juni 2020, India merupakan negara di Asia dengan kasus

hipertensi yang cukup tinggi sebanyak 765.715 jiwa. Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018) menyatakan

bahwa estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 jiwa,

dengan angka kematian sebesar 427.218 kasus. Dinas Kesehatan Tangerang tahun

2017 menyatakan bahwa penyakit hipertensi (56.41%) dari 186.987 kasus penyakit

tidak menular. Angka kejadian hipertensi yang tinggi dan terus meningkat setiap

tahunnya sehingga penting diperlukan penatalaksanaan yang tepat untuk

meminimalkan komplikasi dan angka kematian akibat hipertensi.

Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan baik secara farmakologi

maupun non-farmakologi (Suhadi, Hendra, Wijoyo, Virginia & Setiawan, 2016).

Penatalaksanaan secara farmakologi berfokus pada pengontrolan hipertensi secara

teratur, pengobatan yang adekuat seperti pemberian obat diuretik dan beta-bloker

2
(Pikir, Aminuddin, Subagyo, Dharmadjati, Suryawan & Eko, 2015). Diuretik yang

menyebabkan ginjal mengeluarkan kelebihan garam dalam darah melalui urine

sehingga mengurangi volume plasma dan cairan ekstrasel, beta-bloker yang

mencegah menstimulasi saraf simpatis jantung, juga menurunkan heart rate dan

cardiac output serta menurunkan pelepasan renin (Suhadi, dkk, 2016).

Penatalaksanaan non-farmakologi berfokus pada pengontrolan hipertensi dengan

penerapan pola hidup sehat dengan cara diet rendah garam, berhenti merokok,

mengurangi konsumsi alkohol berlebihan, berolahraga serta melakukan kegiatan

relaksasi pada tubuh seperti meditasi, yoga dan massage (Suhadi dkk, 2016).

Penatalaksanaan non-farmakologi merupakan intervensi yang populer di kalangan

masyarakat untuk mengontrol hipertensi.

Ching et al (2013) dalam penelitiannya pada 294 responden pasien

hipertensi di Malaysia mendapatkan data bahwa 62.6% (184 responden)

menggunakan pengobatan alternatif dan komplementer (penggunaan obat herbal,

akupuntur, massage dan yoga) dalam mengatasi hipertensi. Hal ini didukung oleh

Ervina & Ayubi (2018) pada penelitiannya menemukan data bahwa 66.8%

penderita hipertensi di kota Bengkulu menggunakan pengobatan tradisional (tukang

pijat, pijat refleksi dan sinshe akupuntur). Penatalaksanaan non-farmakologi

khususnya massage memiliki kekhasan dan mudah untuk dilakukan.

Ridwan (2016) dalam Yanti, Rahayuningrum & Arman (2019) menyatakan

bahwa massage pada punggung dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa

teknik seperti effleurage, gosokan, getaran dan pada kaki dengan melakukan

tekanan pada titik saraf. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Arslan, Ceyhan &

3
Mollaoğlu (2020) menyatakan bahwa terapi massage punggung dan kaki yang

dilakukan pada 90 responden dengan hipertensi berlangsung selama 30 menit

sebanyak dua kali seminggu selama tiga minggu terbukti efektif dalam menurunkan

tekanan darah sistolik (130 mmHg menjadi 110 mmHg) dan diastolik (80 mmHg

menjadi 70 mmHg) dan meningkatkan kualitas tidur. Massage dapat dilakukan

dengan berbagai cara untuk menimbulkan efek relaksasi serta efektif untuk

mengontrol hipertensi.

Dalam memperkuat fenomena, penulis juga melakukan wawancara kepada

seorang tukang urut di Lampung Utara, pada bulan September 2020 yang

memberikan terapi massage pada 50 klien dengan hipertensi. Terapi massage

dilakukan selama tiga kali dalam satu minggu dengan waktu satu setengah jam pada

bagian kaki sampai punggung secara berurutan, dengan hasil tanda gejala dari

hipertensi seperti nyeri kepala, terasa berat di tengkuk, sulit tidur dan masalah

psikologis seperti mudah marah berkurang secara signifikan. Hal ini menunjukkan

bahwa massage punggung dan kaki dapat memberikan efek relaksasi kepada

penderita hipertensi.

Berdasarkan fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang

efektivitas massage punggung dan kaki terhadap penurunan tekanan darah pada

pasien hipertensi. Penelitian ini dilakukan untuk memperkuat fenomena efektivitas

massage punggung dan kaki terhadap penurunan tekanan darah pada pasien

hipertensi.

4
1.2 Rumusan Masalah

Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi masalah global

dengan prevalensi sekitar 1.13 miliar orang menderita hipertensi di seluruh dunia.

Di Indonesia hipertensi juga merupakan kasus tertinggi dengan jumlah penderita

sebanyak 63.309.620 jiwa. Meningkatnya angka kejadian hipertensi dari tahun ke

tahun memerlukan penanganan yang baik dan benar untuk mencegah terjadinya

komplikasi bahkan kematian. Penatalaksanaan farmakologi dan non-farmakologi

dapat dilakukan dalam penanganan hipertensi seperti pemberian obat antihipertensi

serta pemberian massage untuk mengontrol tekanan darah.

Massage sangat populer di kalangan masyarakat dalam mengontrol tekanan

darah karena mudah untuk dilakukan. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa

massage khususnya pada punggung dan kaki dapat memberikan efek relaksasi

sehingga menurunkan tekanan darah secara signifikan. Hal tersebut menarik

perhatian penulis untuk melakukan kajian literatur tentang efektivitas massage

punggung dan kaki terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

1) Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengidentifikasi keefektifan massage

punggung terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.

2) Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengidentifikasi keefektifan massage

kaki terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.

5
1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi intensitas pemberian massage punggung terhadap penurunan

tekanan darah pada pasien hipertensi.

2) Mengidentifikasi intensitas pemberian massage kaki terhadap penurunan

tekanan darah pada pasien hipertensi.

3) Mengidentifikasi efek penggunaan massage punggung disertai pemberian obat

antihipertensi.

4) Mengidentifikasi efek penggunaan massage kaki disertai pemberian obat

antihipertensi.

1.4 Pertanyaan Penelitian

1) Bagaimana keefektifan massage punggung terhadap penurunan tekanan darah

pada pasien hipertensi?

2) Bagaimana keefektifan massage kaki terhadap penurunan tekanan darah pada

pasien hipertensi?

3) Bagaimana efek penggunaan massage punggung disertai pemberian obat

antihipertensi?

4) Bagaimana efek penggunaan massage kaki disertai pemberian obat

antihipertensi?

6
1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Kajian literatur ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan materi pada

penatalaksanaan non-farmakologi hipertensi.

1.5.2 Manfaat Praktis

1) Bagi Profesi Keperawatan

Melalui kajian literatur ini dapat menjadi panduan dalam pembuatan Standard

Operating Procedure (SOP) terkait dengan pemberian intervensi non-

farmakologi (massage punggung dan kaki) sebagai terapi pendamping dari

obat antihipertensi untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

2) Bagi Institusi Pendidikan

Melalui kajian literatur ini institusi pendidikan mendapatkan sumber referensi

baru untuk mata kuliah keperawatan medikal bedah terkait dengan keefektifan

massage punggung dan kaki dalam menurunkan tekanan darah pada pasien

hipertensi sehingga meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang efektivitas

massage punggung dan kaki untuk mengontrol tekanan darah.

3) Bagi Peneliti Selanjutnya

Melalui kajian literatur ini peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian

mengenai hubungan efektivitas massage punggung dan kaki dalam

menurunkan tekanan darah dengan waktu penelitian yang lebih lama untuk

7
melihat efektivitas massage dalam jangka panjang dengan metode lain seperti

metode kualitatif.

Anda mungkin juga menyukai