Anda di halaman 1dari 14

BAB III

PROGRAM KESEHATAN

1. Program Pelangi (pengontrol diet pada lansia dengan hipertensi0


Dilakukan pengontrolan diet pada lansia hipertensi dengan responden be
rjumlah sebanyak 30 orang didapatkan hasil terjadinya penurunan rata-rata
tekanan darah diastole sebesar 161 mmHg dan pada post pengontrolan diet
mengalami penurunan menjadi 149 mmHg, sedangkan pada rata-rata tekan
an darah sistole sebesar 92 mmHg dan pada post pengontrolan diet mengal
ami penurunan menjadi 89,33 mmHg. Data tersebut menunjukan bahwa te
rjadi penurunan yang signifikan antara tekanan darah pre dan post tekanan
darah setelah diberikan perlakuan pengontrolan diet selama dua minggu de
ngan tujuh kali kunjungan. Dalam pengontrolan diet pada hipertensi melib
atkan anggota keluarga dalam memberikan pengawasan kesehatan. Selain
dengan pengontrolan diet melibatkan keluarga penderita hipertensi juga pe
rlu untuk diberikan promosi kesehatan tentang hipertensi untuk meningkat
kan kesadaran tentang bahaya penyakit hipertensi. Pemberian promosi kes
ehatan tersebut ditunjukan kepada masyarakat agar mengetahui pencegaha
n dan pengobatan hipertensi agar tidak memperparah hipertensinya dan me
ncegah komplikasi berbahaya dari hipertensi seperti Jantung Koroner dan
Stroke.
2. Paper Baper ( Panduan Pencegahan Bahaya Hipertensi
Hipertensi (darah tinggi) merupakan penyakit tidak menular yang paling di
takuti. Untuk Kota Padang penyakit ini telah menyerang hampir 30 persen
warga. Menyiapkan inovasi yang diberi nama “Papa Baper” (Panduan Pen
cegahan Bahaya Hipertensi). Inovasi ‘Papa Baper’ merupakan modul yan
g menjelaskan mengenai hipertensi dan upaya pencegahan dari bahaya hip
ertensi agar tekanan darah dapat terkontrol dalam batas normal. modul “Pa
pa Baper” merupakan pedoman yang dapat dimanfaatkan oleh puskesmas
dan kader posbindu untuk nanti bisa mengedukasi penderita hipertensi yan
g berada di wilayah kerjanya. Modul tersebut juga menjadi inspirasi dan p
edoman bagi kader dan pihak puskesmas dalam melaksanakan upaya prom
otif dan preventif terhadap pasien. Inovasi ini terbilang menarik dan satu-s
atunya yang ada di Indonesia. Modul ini akan dapat memberi pengenalan k
epada masyarakat tentang penyakit hipertensi. Modul ini nantinya diharap
kan dapat menjadi panduan bagi kader sebagai perpanjangan tangan tenaga
kesehatan lain dalam upaya promotif dan preventif. Pelatihan bagi kader te
lah ikut membantu tenaga kesehatan. “Kader mampu memberi pemahaman
kepada masyarakat di sekitarnya. Apalagi, selama ini cukup banyak hamba
tan dalam memberikan edukasi kepada masyarakat, seperti hambatan kom
unikasi dan lainnya. Melalui kader semua hambatan dapat teratasi dan dilal
ui, sehingga upaya yang kita harapkan dapat menyasar masyarakat.
3. Program P2H ( Pencegahan Penyakit Hipertensi Upaya Menciptakan L
ansia Bebas Hipertensi
Yaitu program yang berupa dengan penyampaian materi hipertensi berupa
pengertian , penyebab, tanda dan gejala, komplikasi, pencegahan dan penat
alaksanaan kemudian memberikan koesioner. Pada saat pre test diberikan
kuesioner dengan 20 butir soal dan diberikan arahan saat pengisiannya tuju
an nya untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan dan pemahaman warga
hipertensi sebelum dilakukan pendidikan kesehatan. Setelah itu dilakukan
pendidikan kesehatan dengan menyampaikan materi hipertensi dan memba
gikan leafet kemudian dilanjutkan dengan kegiatan demonstrasi manajeme
n hipertensi berupa relaksasi otot progresif dilakukan selama 30 menit. Set
elah itu dilakukan post test dengan membagikan kuesioner 20 butir soal da
n di arahkan kembali pengisiannya sesuai dengan apa yang telah dipahami
pada saat pendidikan kesehatan berlangsung, pelaksanaannya berlangsyng
selama 10 menit. (Soesanto et al., 2021)
4. Pengendalian dan Pencegahan Komplikasi Hipertensi pada Lansia mel
alui Pendidikan Kesehatan Perilaku Patuh dan Teknik Relaksasi Otot
Progresif
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi kronis ketika tekanan dara
h pada dinding arteri meningkat, kondisi ini dikenal sebagai pembunuh diam-d
iam karena tidak memiliki gejala yang khas. Satu satunya cara untuk mengeta
hui apakah seseorang menderita hipertensi adalah dengan mengukur tekanan d
arah.
Ada beberapa pendekatan dalam penanganan hipertensi diantaranya dengan m
emperbaiki pola atau gaya hidup dengan prilaku PATUH ( Periksa Kesehatan
secara rutin, atasi penyakit dengan pengobatan teratur, Tetap diet dengan gizi s
eimbang, Upayakan aktivitas fisik, Hindari asap rokok, alkohol dan zat karsin
ogenik) dan mengelola (memanage) stress yang dihadapi. Ada beberapa terapi
komplementer di dalam manajemen stress yaitu terapi air, terapi aroma, terapi
energy, humor, imaginasi, masase (pijat), music dan relaksasi. Noviyanti, Wid
odo, Shobirun, membuktikan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh teknik rela
ksasi nafas dalam dan relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah pasien hi
pertensi. Penelitian Cindy dan Uswatun, menyimpulkan penerapan relaksasi ot
ot progresif membantu menurunkan atau mengontrol tekanan darah pada pasie
n hipertensi.
Beberapa publikasi ilmiah menyimpulkan, Teknik Relaksasi Otot Progresif
yang dilakukan secara benar, kontinue minimal 3 kali sehari selama 25-30 me
nit sehingga individu mendapatkan perasaan releks dapat membantu penuruan
tekanan darah pada penderita hipertensi. Selain efektif, diharapkan dengan ter
kendalinya hipertensi mengurangi terjadinya komplikasi hipertensi. Teknik rel
aksasi otot progresif dapat dikombinasi dengan terapi komplementer lainnya
5. Gerakan cepat atasi hipertensi ( GERCEP TAS HERMES)
Berdasarkan Laporan data KPLDH terdapat penderita hipertensi di 
RW 10 kelurahan Ciracas pada bulan Januari-Desember tahun 2020 seban
yak 272 orang dengan 152 orang (56%) yang patuh minum obat Rendahny
a angka kepatuhan penderita hipertensi untuk patuh minum obat berdasark
an akar masalah fishbone dikarenakan : kurangnya pengetahuan pasien aka
n penyakit Hipertensi tidak adanya media komunikasi dengan kader dan pe
nderita Hipertensi , sarana edukasi kurang menarik, dan belum ada sarana
pengingat kontrol.Inovasi yang dibentuk adalah GERCEP TAS HERMES
yakni Gerakan Cepat Atasi Hipertensi  dengan melakukan pendataan pend
erita Hipertensi melalui bitly pantau control (PATROLI), membuat sarana
pengingat kontrol yaitu dengan Kartu Kontrol (KATROL) dan Kartu Kont
rol Online (CAROLINE).
melakukan penyuluhan penyakit Hipertensi melalui WA Grup da
n media sosial, serta Pendampingan Penderita Hipertensi oleh Kader. Inov
asi dengan Kerjasama berbagai Lintas program dan Lintas sektoral. Inovas
i GERCEP TAS HERMES meningkatkan capaian angka kepatuhan minu
m obat penderita Hipertensi dari sebelum inovasi terdapat 34% di TW 4 ta
hun 2020 kepatuhan penderita Hipertensi untuk minum obat menjadi 61%
di TW 2 tahun 2021. Berhasil naik sebesar 27 % untuk Hipertensi .
6. PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TEKANAN DARAH PA
DA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

Menurut Izhar (2017), menjelaskan ada beberapa cara pencegahan yang da


pat dilakukan agar terhindar dari penyakit hipertensi, diantaranya adalah a
ktif berolahraga (senam), mengatur diet (rendah garam, rendah kolesterol
dan lemak jenuh), serta mengupayakan perubahan kondisi (menghindari st
ress dan mengobati penyakit lain). Olahraga sangat baik dilakukan terutam
a oleh lansia agar aliran darah menjadi lancar, salah satu olahraga yang bai
k dilakukan oleh lansia adalah senam lansia. Pada usia lanjut kekuatan mes
in pompa jantung berkurang. Berbagai pembuluh darah penting khusus di j
ntung dan otak mengalami kekakuan. Dengan latihan fisik atau senam dap
at membantu kekuatan pompa jantung agar bertambah, sehingga aliran dar
ah bisa kembali lancar. Jika dilakukan secara teratur akan memberikan da
mpak yang baik bagi lansia terhadap tekanan darahnya.
Menurut Agustini (2015), solusi dalam pengobatan hipertensi pada lansia dengan
cara nonfarmakologi yaitu dengan olahraga dan latihan pergerakan secara teratur
3-4 kali/minggu lamanya 15-45 menit secara kontinyu dapat menanggulagi masal
ah akibat perubahan fungsi tubuh dan olahraga sangat berperan penting dalam pen
gobatan tekanan darah tinggi, dimana manfaat dari olahraga diantaranya: meningk
atkan kesegaran jasmani, mendorong jantung bekerja secara optimal, melancarkan
sirkulasi darah, memperkuat otot, mencegah pengeroposan tulang, membakar kalo
ri, mengurangi stres dan mampu menurunkan tekanan darah. Bukti-bukti yang ada
menunjukkan bahwa latihan dan olahraga pada usia lanjut dapat mencegah atau m
elambatkan kehilangan fungsional tersebut, bahkan latihan yang teratur dapat men
urunkan tekanan darah 5-10 mmHg baik pada tekanan sistolik dan diastolik, olahr
aga yang tepat untuk lansia adalah senam lansia.Dengan demikian, melakukan sen
am lansia bagi lansia yang hipertensi akan elenturkan pembuluh darah sehingga ak
an terjadi pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan terjadinya penurunan tek
anan darah.
7. Promosi kesehatan yang berkaitan dengan bahaya hipertensi
Promosi kesehatan adalah proses untuk meningkatkankemampuan masyarakat dal
am memelihara dan meningkatkankesehatannya. Program ini dirancang untuk me
mbawa perubahan(perbaikan), baik dalam masyarakat itu sendiri, maupun dalamo
rganisasi dan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut makastrategi promosi kese
hatan yang akan dikembangkan dalamrangka pencegahan hipertensi adalah:
a. Advokasi (advocacy)
Kegiatan ini ditujukan untuk para pembuat keputusan dan penentu kebijak
an di tingkat kecamatan dan desa. Diharapkan melalui advokasi ini, semua
aparatur pemerintahan di DesaRandobawa Ilir bisa memberikan dukungan,
baik dukunganmoral maupun material, terhadap kegiatan-kegiatan yangtel
ah direncanakan sebelumnya.
b. Dukungan sosial (social support)
Kegiatan ini difokuskan bagi para tokoh masyarakat dan tokoh agama yang ad
a. Diharapkan para tokoh masyarakatdan tokoh agama tersebut dapat menjemb
atani komunikasiantara pengelola program kesehatan dan masyarakatkhususny
a terkait hipertensi.
c. Pemberdayaan masyarakat ( empowerment)
Kegiatan ini diarahkan pada masyarakat langsung sebagasasaran primer prom
osi kesehatan. Tujuannya adalah agarmasyarakat memiliki kemampuan dalam
memelihara danmeningkatkan derajat kesehatannya sendiri (self reliance in he
alth). Bentuk kegiatannya lebih ditekankan padapenggerakkan masyarakat unt
uk kesehatan, dalam hal iniadalah pengelolaan Posbindu.
Ruang lingkup promosi kesehatan sendiri meliputi tatanankeluarga (rumah tan
gga) dan di fasilitas pelayanan kesehatan.Berdasarkan tingkat pelayanan keseh
atan yang diberikan,promosi kesehatan yang dilakukan hanya berada pada lev
elpromosi kesehatan, perlindungan spesifik, serta diagnosis dinidan pengobata
n segera.
Kegiatan promosi kesehatan pada setiap level tersebut dapatdijelaskan sebagai
berikut:
A. Promosi kesehatan:
1. Senam jantung sehat dan senam lansia
2. Kampanye anti-rokok
3. Penyuluhan gizi lansia
4. Pelatihan pemeriksaan tekanan darah bagi keluarga lansia
B. Pencegahan spesifik:
- Pemberian multivitamin bagi lansia
C. Diagnosis dini dan pengobatan segera:
1. Pemeriksaan tekanan darah teratur bagi penderitahipertensi
2. Pemeriksaan tanda-tanda komplikasi hipertensi(pemeriksaan protei
n urin, pemeriksaan neurologis, dll)

8. PEKA HETI ( Pemeriksaan Berkala Hipertensi)


Membuat inovasi untuk meningkatkan tingkat kepatuhan pengobatan dan
pemeriksaan berkala pada pasien hipertensi, maka dari itu Puskesmas Miri
menggalakan inovasi PEKA HETI (Pemeriksaan Berkala Pasien Hipertensi).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar
1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di
dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat
setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang
terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal
akibat hipertensi dan komplikasinya. Institute for Health Metrics and
Evaluation (IHME) tahun 2017 menyatakan tentang faktor risiko penyebab
kematian prematur dan disabilitas di dunia berdasarkan angka Disability
Adjusted Life Years (DAILYs) untuk semua kelompok umur. Berdasarkan
DAILYs tersebut, tiga faktor risiko tertinggi pada laki-laki yaitu merokok,
peningkatan tekanan darah sistolik, dan peningkatan kadar gula.
Menurut data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014,
Hipertensi dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian nomor 5
(lima) pada semua umur. Sedangkan berdasarkan data International Health
Metrics Monitoring and Evaluation (IHME) tahun 2017 di Indonesia,
penyebab kematian pada peringkat pertama disebabkan oleh Stroke, diikuti
dengan Penyakit Jantung Iskemik, Diabetes, Tuberkulosa, Sirosis , diare,
PPOK, Alzheimer, Infeksi saluran napas bawah dan Gangguan neonatal serta
kecelakaan lalu lintas. Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
kesehatan menyebutkan bahwa biaya pelayanan hipertensi mengalami
peningkatan setiap tahunnya yaitu pada tahun 2016 sebesar 2,8 Triliun rupiah,
tahun 2017 dan tahun 2018 sebesar 3 Triliun rupiah. Berdasarkan Riskesdas
2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia
18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan
terendah di Papua sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur
31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%).
 
Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8%
terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak
minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar penderita Hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya
Hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan. Alasan penderita
hipertensi tidak minum obat antara lain karena penderita hipertensi merasa
sehat (59,8%), kunjungan tidak teratur ke fasyankes (31,3%), minum obat
tradisional (14,5%), menggunakan terapi lain (12,5%), lupa minum obat
(11,5%), tidak mampu beli obat (8,1%), terdapat efek samping obat (4,5%),
dan obat hipertensi tidak tersedia di Fasyankes (2%).
 
Hipertensi disebut sebagai the silent killer karena sering tanpa keluhan,
sehingga penderita tidak mengetahui dirinya menyandang hipertensi dan baru
diketahui setelah terjadi komplikasi. Kerusakan organ target akibat komplikasi
Hipertensi akan tergantung kepada besarnya peningkatan tekanan darah dan
lamanya kondisi tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.
Maka dari itu Hipertensi harus dicegah dengan cara pemeriksaan berkala
secara teratur. program PEKA HETI dari UPTD Puskesmas Miri bertujuan
untuk memantau pasien hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Miri
agar terhindar dari bahaya penyakit hipertensi.

9. Program TONASI (Tanaman Obat Tradisional Hipertensi)


Hipertensi adalah suatu kondisi tekanan darah tinggi dengan tekanan sistol
ik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Salah satu ter
api non farmakologis untuk menurunkan tekanan darah adalah terapi komp
lementer. Ada banyak jenis terapi komplementer dimana salah satunya pen
ggunaan daun seledri. Metode kegiatan yang digunakan dalam program pe
mberdayaan Kesehatan TONASI (Tanaman Obat Tradisional Hipertensi) p
emanfaatan air rebusan daun seledri yaitu dengan cara memberikan air reb
usan daun seledri, Kegiatan dilaksanakan selama tujuh hari yang didampin
gi langsung oleh kepala dusun dan kader Kesehatan di dusun Pidada. Kem
udian pelaksanaan dari implementasi program TONASI dilakukan selama
3 kali pertemuan dengan satu kali kegiatan penyuluhan dan dua kali kegiat
an pelatihan siang dan sore.
Dari hasil pemeriksaan setelah tujuh hari kami melakukan pemeriksaan te
kanan darah post-test dimana hasil ratarata tekanan darah dari 14 lansia ya
ng mengalami Hipertensi sangat signifikan untuk Sistolik 130 mmHg dan
untuk diastolik 90 mmHg. Terbukti khasiat dari air rebusan daun seledri sa
ngat efektif untuk menurunkan tekanan darah pada lansia dengan hipertens
i. Hipertensi adalah suatu kondisi tekanan darah tinggi dengan tekanan sist
olik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Salah satu t
erapi non farmakologis untuk menurunkan tekanan darah adalah terapi ko
mplementer.
Ada banyak jenis terapi komplementer dimana salah satunya penggunaan
daun seledri. Metode kegiatan yang digunakan dalam program pemberday
aan Kesehatan TONASI (Tanaman Obat Tradisional Hipertensi) pemanfaa
tan air rebusan daun seledri yaitu dengan cara memberikan air rebusan dau
n seledri, Kegiatan dilaksanakan selama tujuh hari yang didampingi langsu
ng oleh kepala dusun dan kader Kesehatan di dusun Pidada. Kemudian pel
aksanaan dari implementasi program TONASI dilakukan selama 3 kali per
temuan dengan satu kali kegiatan penyuluhan dan dua kali kegiatan pelatih
an siang dan sore. Dari hasil pemeriksaan setelah tujuh hari kami melakuk
an pemeriksaan tekanan darah post-test dimana hasil ratarata tekanan dara
h dari 14 lansia yang mengalami Hipertensi sangat signifikan untuk Sistoli
k 130 mmHg dan untuk diastolik 90 mmHg. Terbukti khasiat dari air rebus
an daun seledri sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi.

10. Program LIBAS (Lansia Bebas)


Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu kematia
n prematur dunia. WHO (World Health Orgaization) mengestimasikan saat ini
prevalensi hipertensi secara global sebesar 22% dari total penduduk dunia. Asi
a Tenggara berada diposisi ke-3 dengan prevalensi sebesar 25% terhadap total
penduduk. Menurut Dinas Kesehatan Provinsi NTB tahun 2019, dari semua ka
bupaten/kota di NTB penderita hipertensi berusia lebih dari 18 tahun, yaitu per
empuan lebih banyak daripada laki-laki.
Berdasarkan data di atas, maka kami tertarik untuk mengajukan sebuah ide pe
ngabdian kesehatan pada kelompok lansia dengan hipertensi melalui program
LIBAS (Lansia Bebas) HIPERTENSI. Libas Hipertensi merupakan salah satu
program inovasi kesehatan sebagai upaya dalam promosi kesehatan pada kelo
mpok lansia dalam mengontrol hipertensi. Kegiatan Libas Hipertensi bertujua
n untuk meningkatkan kemampuan lansia dalam mengontrol dan menangani h
ipertensi. Metode yang digunakan yaitu dengan melakukan penyuluhan dan de
monstrasi dengan sasaran pada kelompok lansia di Dusun Mertak Umbak dan
Dusun Jempong Eler yang berjumlah sekitar 20 lansia, kegiatan Libas Hiperte
nsi dilakukan selama 14 hari yang di dampingi oleh kader kesehatan lansia.
Kegiatan penyuluhan yang dilakukan pada program Libas Hipertensi berupa e
dukasi tentang masalah hipertensi pada lansia kemudian lansia diajarkan untuk
mengolah teh rosella sebagai terapi menurunkan tekanan darah tinggi. Hasil ke
giatan Libas Hipertensi adalah dapat meningkatkan pengetahuan lansia tentan
g hipertensi dan meningkatnya kemampuan lansia dalam mengontrol tekanan
darah dengan mengkonsumsi seduhan the dari daun bunga rosella.

11. GERCEP TAS HERMES (Gerakan Cepat Atasi Hipertensi dan


Diabetes Melitus Mellitus)

Rendahnya angka kepatuhan penderita hipertensi dan Diabetes Melitus mellitus untuk patuh
minum obat berdasarkan akar masalah fishbone dikarenakan : kurangnya pengetahuan pasien
akan penyakit Hipertensi dan Diabetes Melitus Mellitus, tidak adanya media komunikasi
dengan kader dan penderita Hipertensi dan Diabetes Melitus Mellitus, sarana edukasi kurang
menarik, dan belum ada sarana pengingat kontrol.
Inovasi yang dibentuk adalah GERCEP TAS HERMES yakni Gerakan Cepat Atasi
Hipertensi dan Diabetes Melitus Melitus dengan melakukan pendataan penderita
Hipertensi dan Diabetes Melitus Mellitus melalui bitlypantau control (PATROLI),
membuat sarana pengingat kontrol yaitu dengan Kartu Kontrol (KATROL) dan Kartu
Kontrol Online (CAROLINE), melakukan penyuluhan penyakit Hipertensi dan
Diabetes Melitus Mellitus melalui WA Grup dan media sosial, serta Pendampingan
Penderita Hipertensi & Diabetes Melitus Mellitus oleh Kader. Inovasi dengan Kerjasama
berbagai Lintas program dan Lintas sektoral. 
Inovasi GERCEP TAS HERMES meningkatkan capaian angka kepatuhan minum obat
penderita Hipertensi dari sebelum inovasi terdapat 34% di TW 4 tahun 2020 kepatuhan
penderita Hipertensi untuk minum obat menjadi 61% di TW 2 tahun 2021.

Rendahnya angka kepatuhan penderita hipertensi dan Diabetes Melitus mellitus untuk patuh
minum obat berdasarkan akar masalah fishbone dikarenakan : kurangnya pengetahuan pasien
akan penyakit Hipertensi dan Diabetes Melitus Mellitus, tidak adanya media komunikasi
dengan kader dan penderita Hipertensi dan Diabetes Melitus Mellitus, sarana edukasi kurang
menarik, dan belum ada sarana pengingat kontrol.
Inovasi yang dibentuk adalah GERCEP TAS HERMES yakni Gerakan Cepat Atasi
Hipertensi dan Diabetes Melitus Melitus dengan melakukan pendataan penderita
Hipertensi dan Diabetes Melitus Mellitus melalui bitlypantau control (PATROLI),
membuat sarana pengingat kontrol yaitu dengan Kartu Kontrol (KATROL) dan Kartu
Kontrol Online (CAROLINE), melakukan penyuluhan penyakit Hipertensi dan
Diabetes Melitus Mellitus melalui WA Grup dan media sosial, serta Pendampingan
Penderita Hipertensi & Diabetes Melitus Mellitus oleh Kader. Inovasi dengan Kerjasama
berbagai Lintas program dan Lintas sektoral. 
Inovasi GERCEP TAS HERMES meningkatkan capaian angka kepatuhan minum obat
penderita Hipertensi dari sebelum inovasi terdapat 34% di TW 4 tahun 2020 kepatuhan
penderita Hipertensi untuk minum obat menjadi 61% di TW 2 tahun 2021.

12. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HIPERTENSI PADA LANSIA


MELALUI PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS)
Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang
dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan Peserta, Fasilitas Kesehatan da
n BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Keseh
atan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal
dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. (BPJS, 2016) Tujuan k
egiatan ini meningkatkan efektifitas program Prolanis dengan dilakukan pendam
pingan dan memfasititasi petugas kesehatan yang bertugas dalam kegiatan prola
nis. Tahapan kegiatan yaitu FGD dengan petugas kesehatan, peningkatan ketera
mpilan petugas kesehatan Puskesmas dalam melakukan promosi kesehatan men
genai pencegahan dan pengendalian Hipertensi melalui pendampingan pada saat
prolanis.
METODE KEGIATAN
1. Focus Group Discussion (FGD) dengan petugas kesehatan yang bertanggung ja
wab terhadap kegiatan Prolanis di FKTP Klinik Mutiara Sehat .
2. Melakukan pendampingan dalam pelaksanaan kegiatan prolanis sebanyak dua
kali pemdampingan meliputi kegiatan:
a. Konsultasi Medis Peserta Prolanis : jadwal konsultasi disepakati bersama antar
a peserta dengan Faskes Pengelola
b. Edukasi Kelompok Peserta Prolanis Langkah - langkah:
 Mendorong Faskes Pengelola melakukan identifikasi peserta terdaftar ses
uai tingkat severitas penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi yang disandang.
 Memfasilitasi koordinasi antara puskesmas dengan Organisasi Profesi/Do
kter Spesialis diwilayahnya
 Memfasilitasi penyusunan kepengurusan dalam Klub
 Memfasilitasi penyusunan kriteria Duta PROLANIS yang berasal dari peser
ta. Duta PROLANIS bertindak sebagai motivator dalam kelompok Prolanis
(membantu Faskes Pengelola melakukan proses edukasi bagi anggota Klu
b)
c. Reminder melalui SMS Gateway
1. Melakukan rekapitulasi nomor Handphone peserta PROLANIS/Keluarga pesert
a per masing-masing Faskes Pengelola
2. Entri data nomor handphone kedalam aplikasi SMS Gateway
3. Melakukan rekapitulasi data kunjungan per peserta per Faskes Pengelola
4. Entri data jadwal kunjungan per peserta per Faskes Pengelola
5. Melakukan monitoring aktifitas reminder (melakukan rekapitulasi jumlah pese
rta yang telah mendapat reminder)
d. Home Visit
1. Melakukan identifikasi sasaran peserta yang perlu dilakukan Home Visit
2. Memfasilitasi Faskes Pengelola untuk menetapkan waktu kunjungan
3. Bila diperlukan, dilakukan pendampingan pelaksanaan Home Visit
4. Melakukan administrasi Home Visit kepada Faskes Pengelola dengan berkas se
bagai berikut:
a. Formulir Home Visit yang mendapat tanda tangan Peserta/Keluarga peserta y
ang dikunjungi
b. Lembar tindak lanjut dari Home Visit/lembar anjuran Faskes Pengelola
5. Melakukan monitoring aktifitas Home Visit (melakukan rekapitulasi jumlah pes
erta yang telah mendapat Home Visit)
6. Melakukan analisa data berdasarkan jumlah peserta yang mendapat Home Visi
t dengan jumlah peningkatan angka kunjungan dan status kesehatan peserta.
13. Tujuh Tip Makanan Sehat bagi Lansia

Asupan makanan untuk orang lanjut usia (lansia) tentu berbeda dengan orang ya
ng lebih muda. Selain kemampuan organ pencernaan yang mulai berubah, kebut
uhan nutrisi pun berubah. Maklum, sejumlah potensi penyakit dengan mudah da
tang di masa tua. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menu makanan bagi lansia, sebagaimana ditulis dalam situs Perhimpunan Dokter
Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.

1 Membuat masakan dengan bumbu yang tidak merangsang, seperti pedas atau
asam, karena dapat mengganggu kesehatan lambung dan alat pencernaan.

2. Mengurangi pemakaian garam, yakni tidak lebih dari 4 gram per hari, untuk m
engurangi risiko tekanan darah tinggi.
3. Mengurangi santan, daging yang berlemak, dan minyak agar kolesterol darah
tidak tinggi. Memperbanyak makanan yang berkalsium tinggi, seperti susu dan ik
an. Pada orang lanjut usia, khususnya ibu-ibu yang menopause, sangat perlu men
gkonsumsi kalsium untuk mengurangi risiko keropos tulang.

4. Memperbanyak makanan berserat, seperti sayuran mentah, agar pencernaan l


ancar dan tidak sembelit.

5. Mengurangi konsumsi gula dan makanan yang mengandung karbohidrat tinggi


agar gula darah normal, khususnya bagi penderita kencing manis agar tidak terja
di komplikasi lain.

6. Menggunakan sedikit minyak untuk menumis dan kurangi makanan yang digor
eng. Perbanyak makanan yang diolah dengan dipanggang atau direbus karena m
akanan tersebut mudah dicerna.

7. Membuat masakan yang lunak dan mudah dikunyah sehingga kesehatan gigi t
erjaga.
Daftar Pustaka
(Basit et al., 2019)Basit, M., Fikriyadi, M., Agustin, D., Diana, N., Anjarwati, Per
mana, R. J., Kharismawati, D., & Afriyaldi, M. (2019). Program Pelangi (Pe
ngontrol Diet Pada Lansia Dengan Hipertensi) Di Sei Lulut Banjarmasin. Jur
nal Suaka Insan Mengabdi (Jsim), 1(1), 33–41.
Soesanto, E., Al Jihad, M. N., PS, D. N. R., Rahma, V. N., Putra, R. D., Ikhsana,
M. D., Ilma, N. N., & Ilma, Z. N. (2021). Program P2H (Pencegahan Penyaki
t Hipertensi) Dalam Upaya Menciptakan Lansia Bebas Hipertensi Di RW 03
Desa Mranggen, Kec. Mranggen, Kab. Demak. SALUTA: Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat, 1(2), 55. https://doi.org/10.26714/sjpkm.v1i2.10432
https://infopublik.id/kategori/nusantara/620002/puskesmas-ambacang-kenalkan-
inovasi-papa-baper
Gustini, dkk. Gaya Hidup Penderita Hipertensi , Pustaka Khalistiwa, 03, 27–36.(2
022).Riskesdas. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar, Jakarta: Kementerian K
esehatan Republik Indonesia (2018).
Agustini, D, I. (2015). Pengaruh senam bugar lansia terhadap penurunan tekanan
darah tinggi ibu Lansia di desa kebon tunggul kec.gondang kab. Mojokerto. (http:/
/www.repository.poltekkesmajapahit.ac.id/index.php/PUB) Asmawati, Nurngaini,
Ririn Sri Handayani, and Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang. “Efekti
vitas Rebusan Seledri Dalam Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita
Hipertensi Di Posyandu Lansia Kelurahan Pajar Bulan Kecamatan Way Tenong L
ampung Barat.” Jurnal Kesehatan 6, no. 2 (March 27, 2016). Accessed January 19,
2022. https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/93.
Herlinah, L. Kelompok Swabantu Sebagai Bentuk Intervensi Pengendalian Hipert
ensi Berbasis Pemberdayaan Masyarakat di Kelurahan Pasir Gunugn Selatan Keca
matan Cimanggis Depok. (Universitas Indonesia, 2012).
Arisman. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi.Jakarta:EGC. Bro
wn, Judith et al. 2005. Departemen Kesehatan RI. 2015. Kemenkes RI. 2014. Info
datin : Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Kementeriaan Kesehatan Republik Indone
sia.http://www.depkes.go.id.

Anda mungkin juga menyukai