Anda di halaman 1dari 4

Nama : Tiara Nindia

NIM : 15401191051
Prodi : D3 Kebidanan/1/Semester 2
Dosen Pengampu : Elvina Indah S, M. Keb
Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Kehamilan

PENGARUH PEMBERIAN MEDITASI TERHADAP


PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA
DENGAN HIPERTENSI

 ANALISIS JURNAL

Seiring meningkatnya drajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk akan berpengaruh


pada peningkatan UHH di Indonesia. Berdasarkan laporan perserikatan Bangsa-Bangsa 2011,
pada tahun 2000 adalah 66,4 tahun ( dengan persentase populasi lansia tahun 2000 adalah
7,74% ) angka ini akan meningkat pada tahun 2045-2050 yang diperkirakan UHH menjadi 77,6
tahun ( dengan persentase populasi lansia 2045 adalah 28,68%), begitu pula dengan laporan
Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi peningkatan UHH. Pada tahun 2000 UHH di Indonesia
adalah 64,5 tahun ( dengan persentase populasi lansia adalah 7,18%) angka ini meningkat
menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 ( dengan persentase populasi lansia adalah 7,56% ) dan
pada tahun 2011 menjadi 69,65 ( dengan persentase lansia adalan 7,58%).

Prevalensi hipertensi diperkirakan akan terus meningkat, dan diprediksi pada tahun 2025
sebanyak 29% orang dewasa diseluruh dunia menderita hipertensi, sedangkan di Indonesia
angkanya mencapai 31,7%. Hipertensi dikenal dengan tekanan darah tinggi dan sering disebut
sebagai “silent killer” karena terjadi tanpa adanya tanda dan gejala, sehingga penderita tidak
mengetahui jika dirinya terkena hipertensi, dari hasil penelitian mengungkapkan sebanyak 76,1%
tidak mengetahui jika dirinya terkena hipertensi. (KEMENKES, 2013)

Jika dilihat dari sebaran penduduk lansia menurut provinsi, persentase penduduk lansia
diatas 10% sekaligus paling tinggi ada di provinsi DI Yogyakarta ( sebesar 13,04%), Jawa Timur
( sebanyak 10,40%), dan Jawa Tengah (10,34%). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan
darah persisten dimana tekanan sistolitiknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolic diatas 90
mmHg. Pada populasi manula , hipertensi didefinisikan sebagai tekanan systolic 160 mmHg dan
tekanan diastolic 90 mmHg. (Smeltzer & Suzanne, 2002).

Selain terapi farmakologis juga terdapat terapi non farmakologis untuk pengobatan
hipertensi. Susilo & Wulandari (2011) menyatakan pengobatan non farmasikologis hipertensi
adalah mengatsi obesitan atau menurunkan berat badan, mengurangi asupan garam ke dalam
darah, menciptakan keadaan rileks seperti meditasi, yoga, atau hypnosis yang mengontrol sistem
saraf untuk mengendalikan tekanan darah, melakukan olahraga secara rutin, berhenti merokok,
dan berhenti mengkomsumsi alcohol.
Berikut adalah penjelasan menurut Ahli :

- Menurut Iskandar (2008)


Meditasi adalah latihan oleh jiwa yang dapat menyeimbangkan fisik, emosi, mental dan
spiritual seseorang.
- Menurut Sukmono (2009)
Meditasi adalah pemfokusan pikiran menuju status ketenangan, kejelasan, dan
kebahagiaan yang merupakan media NSR.

Sehingga dijelaskan secara umum bahwa, meditasi adalah latihan olah jiwa yang dapat
menyeimbangkan fisik, emosi, mental dan spiritual seseorang yang dapat mengarahkan pikiran
menuju status kesadaran, yang membawa ketenangan, kejelasan, serta kebahgiaan.

Berdasarkan penelitian Anderson, Liu & Kryscio (2007) yang diterbitkan oleh American
Journal Of Hipertension yang berjudul “Blood Pressure Response To Trancedental
Meditation” , berdasarkan penelitian tersebut daoat disimpulkan bahwa dengan latihan meditasi
transdental dengan teratur memiliki potensi untuk mengurangi tekanan darah systole dan diastole
4,7 mmHg dan 3,2 mmHg.

 METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan desain quasi-eksperiment
Design yaitu suatu desain penelitian yang tidak mempunyai perbatasan yang ketat
terhadap randomisi, pada saat yang sama dapat mengontrol ancaman-ancaman validitas
dan tidak memiliki ciri-ciri rancangan yang sebenarnya karena variable-variable yang
seharusnya dikontrol (Notoatmodjo 2010). Rancangan penelitian yang digunakan Non
Equivalent Control Group. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang memiliki
riwayat hipertensi, adapun teknik pengambilan sampelnya dengan menggunakan
purposive sampling yaitu teknik yang digunakan dengan pertimbangan tertentu yang
dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya (Notoatmojo. 2010).
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka didapatkan jumlah sampel untuk
kelompok kontrol dan kelompok intervensi sebanyak 15 responden sehingga, total
seluruh sampel adalah sejumlah 30 orang, dalam pelaksanaan penelitian tidak ada
responden yang masuk dalam kategori drop out.
Kriterian insklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi
target yang terjangkau yang akan diteliti. Karena inklusi dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Lansia dengan hipertensi.
2. Lansia yang memiliki riwayat hipertensi.
3. Lansia yang tidak mengkonsumsi obat anti hipertensi.
4. Orang yang sadar dan dapat berkomunikasi dengan baik.
5. Orang yang bersedia menjadi responden.
6. Orang yang mampu melakukan posisi duduk selama latihan meditasi.
7. Tidak mempunyai komplikasi penyakit penyerta lainnya.

Sedangkan Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penderita hipertensi yang rajin melakukan olahraga (olahraga kardio seperti aerobic).
2. Penderita hipertensi yang sedang mengkonsumsi obat hipertensi.
3. Batas tekanan darah lansia TDS>190 dan TDD>110

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer dan untuk Analisa
data menggunakan uji statistik paramentris yaitu analisa compere means dengan uji
paired sampel T test atau uji T dependen untuk menguji perbedaan hasil pre test dan pos
test tekanan darah

Penelitian ini merupakan salah satu upaya untuk menurunkan tekanan darah pada
lansia dengan riwayat hipertensi menggunakan teknik meditasi yang dilakukan selama
satu minggu dengan lama latihan 2 x 15 menit dengan frekuensi 3 kali/seminggu.

Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa,


misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan otot, susunan saraf, dan jaringan lain
sehingga tubuh “mati” sedikit demi sedikit. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup, yang di tandai dengan kegagalan tubuh dalam mempertahankan homostatis tubuh
terhadap tekanan fisiologis yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur tubuh dan
perubahan fungsional sehingga menyebabkan adanya gangguan, ketidakmampuan, dan
sering menjadi penyakit. Lanjut usia diharapkan dapat menyesuaikan diri terhadap
penurunan kekuatan dan kesehatan secara bertahap. Mereka diharapkan mencari kegiatan
untuk mengganti kegiatan-kegiatan terdahulu. Salah satu perubahan yang menonjol
adalah pada sistem kardiovaskuler dimana massa jantung bertambah, ventrikel kiri
mengalami hipertrhofi dan kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan
jaringan ikat dan penumpukan lipofusin, hal ini akan mempengaruhi elastisitas dan
permeabilitas, sehingga menyebabkan peningkatan tekanan sistolik dan perfusi jaringan,
dengan demikian tekanan darah akan meningkat, inilah yang menyebabkan prevalensi
hipertensi meningkat.

Kelemahan pada penelitian ini antara lain adalah tidak dilakukan pemeriksaan
responden sebelum memperlakukan guna mengetahui adanya ataupun tidak adanya
aterosklerosis pada sistem kardiovaskuler yang mempengaruhi tekanan darah. Proses
intervensi pada penelitian ini, para perawat guna membantu jalannya penelitian.
Sedangkan responden juga dilakukan beberapa kali penelitian terapi meditasi sebelum
perlakuan dengan harapan sudah mengerti dan bias melakukan dengan benar teknik
meditasi yang benar teknik meditasi yang akan dilakukan pada penelitian ini. Namun hal
itu tidak bias menjamin para responden dapat melakukan meditasi dengan sempurna
karena tidak diamati secara khusus dalam proses meditasi tersebut, apakah responden
melalukan dengan benar atau tidak.

 KESIMPULAN
Rata – rata tekanan darah sitolik sebelum meditasi sebesar 158,93 mmHg,
sedangkan untuk diastoliknya sebesar 88,67 mmHg, setelah melakukan meditasi tekanan
darah sistoliknya 146,00 mmHg, dan tekanan darah diastoliknya 86,87 mmHg ( setelah
dilakukan meditasi tekanan darah sistolik dapat diturunkan sebanyak 12,93 mmHg dan
diastolic sebesar 3,8 mmHg) karakteristik lansia dengan rata-rata umur 69 tahun dengan
sebanyak 15 responden. Ada perbedaan secara statistic pada penurunan tekanan darah
sistolik sebesar 12,23 mmHg dengan nilai P (0,000) setelah dilakukan meditasi. Untuk
tekanan darah diastolic setelah melakukan terapi meditasi pada penurunan sebesar 3,8
mmHg dengan nilai P (0,161) yang berarti menunjukan lebih besar dari nilai α (0,005)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan mengingat keterbatasan penelitian ini,
maka ada hal-hal yang perlu disampaikan sebagai berikut :
1. Bagi perawat, terapi meditasi dapat dijadikan sebagai salah satu alternative intervensi
yang dapat dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan, khususnya bagi perawat untuk
digunakan sebagai terapi komplementer atau pelaksanaan nonfarmakologi untuk
menurunkan tekanan darah pada lansia dengan riwayat hipertensi.
2. Bagi para lansia ataupun pasien masyarakat, terapi meditasi dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk para lansia maupun pasien masyarakat yang menderita
hipertensi.
3. Bagi unit yang melaksnakan penelitian, terapi meditasi dapat digunakan sebagai salah
satu alternatif yaitu sebagai terapi nonfarmakologi atau sebagai pelaksanaan pada
lansia untuk menurunkan tekanan darah bagi penderita hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai