Anda di halaman 1dari 6

KEEFEKTIFAN TERAPI HEALING TOUCH UNTUK

MENURUNKAN TEKANAN DARAH BAGI PENDERITA


HIPERTENSI
Esai Argumentatif Modul Complementery Therapy

Disusun Oleh :

Nama : Qisthi Qonia


NIM : 11151040000093

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
KEEFEKTIFAN TERAPI HEALING TOUCH UNTUK
MENURUNKAN TEKANAN DARAH BAGI PENDERITA
HIPERTENSI

Sampai saat ini Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang banyak
ditemukan pada pelayanan kesehatan di Indonesia. Hipertensi atau tekanan darah
tinggi ditandai dengan pembacaan tekanan darah yang melebihi nilai 140 (sistolik)
atau lebih dari 90 (diastolik) dengan pengukuran berulang saat orang tersebut
dalam keadaan istirahat atau tenang. Hipertensi tersebut muncul dari hasil
interaksi dari beberapa faktor risiko yang dimiliki seseorang. Beberapa faktor
risiko atau faktor pemicu ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor pemicu
terkontrol yaitu obesitas, kurangnya aktivitas fisik, kebiasaan merokok, pola
konsumsi makanan yang mengandung natrium dan lemak jenuh. Faktor yang
tidak dapat dikontrol yaitu riwayat keluarga, jenis kelamin, dan umur. (Pusat Data
dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2014)

Pada tahun 2013 WHO menyebutkan bahwa Hipertensi atau tekanan darah
tinggi merupakan salah satu penyebab utama penyakit jantung dan stroke. Pada
setiap tahunnya Hipertensi penyebab kematian pada angka 9.4 juta orang yang
diakibatkan penyakit jantung dan stroke. Apabila penyakit hipertensi ini tidak
terkontrol, organ target akan terserang, maka menyebabkan serangan jantung,
stroke, dan gangguan ginjal. Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil pengukuran
tekanan darah, prevalensi hipertensi penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2007
di Indonesia adalah sebesarr 31,7%. Menurut provinsi, prevalensi hipertensi
tertinggi di KalimantanSelatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%).
Sedangkkan jika dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan 5,9% (dari
31,7% menjadi 25,8%). Penurunan ini bisa terjadi berbagai macam faktor, seperti
alat pengukur tensi yang bebeda, masyarakat yang sudah mulai sadar akan bahaya
penyakit hipertensi. Prevalensi tertinggi di provinsi Bangka belitung (30,9%), dan
Papua yang terendah (16,8%). . (Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI, 2014)
Selanjutnya gambaran di tahun 2013 dengan menggunakan unit analisis
individu menunjukkan bahwa secara nasional 25,8% penduduk Indonesia
menderita penyakit hipertensi. Jika saat itu penduduk Indonesia sebear
252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi. Suatu
kondisi yang mengejutkan. Terdapat 13 provinsi yangpresentasinya melebihi
angka nasional, dengan tertiggi di Provindi Bangka Belitung (30,9%) atau secara
absolut sebanyak 30,9% x 1.380.762 jiwa = 426.655 jiwa. Berdasarkan Riskesdas
2007 & 2013, prevalensi hipertensi berdasarkan jenis kelamin, memang
perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki. (Riskesdas, 2013)

Terlebih hipertensi ini mempunyai beberapa penyakit komplikasi yang


sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup seseorang. Adapun beberapa dari
penyakit komplikasi hipertensi adalah Penyakit Jantung Koroner (PJK), Gagal
ginjal dan Stroke. Prevalensi PJK umur >15 tahun berdasarkan wawancara
sebsesar 1,5%. Provinsi Nusa Tenggara Timur mempunyai prevalensi hipertensi
yang tertinggi (4,4%) dan Provinsi Riau mempunyai prevalensi terendah (0,3%).
Untuk prevlensi Gagal ginjal kronis sebesar 0,2%. Adaun provinsi yang
mempunyai prevalensi tertinggi adalah Sulawesi Tengah (0,5%) dan ada 7
provinsi yang mempunyai prevalensi terendah. Berdasarkan gambaran di tahun
2013 dengan menggunakan unit analisis individu menunjukkan bahwa secara
nasional 0,2% penduduk Indonesi menderita penyakit gagal ginjla kronis. Jika
yang menderita gagal ginjal kronis (0,2% x 252.124.458 jiwa* = 504.248 jiwa).
Suatu kondisi yang memprihatinkan kondisi kesehatan di Indonseia. Prevalensi
yang lebih tinggi lagi diperlihatkan pada penyakit stroke. Sebesar 3,8% (dari 8,3%
menjadi 12,1%). Untuk tahun 2013 Sulawesi Selatan prevalensi stroke nya
mencapai (17,9%) dan in menjadi yang paling tinggi sedangkan Provinsi Riau
yang terendah dengan (5,2%). Dapun secara absolut jumlah penduduk Indonesia
yang menderita stroke 12,1% x 252.124.458 jiwa* = 3.050.949 jiwa. Sungguh ini
angka yang sangat mengejutkan. (Riskesdas, 2013)
Minum obat lama, namun tak kunjung membaik?

Banyak dari penderita Hipertensi sudah mengonsumsi obat anti hipertensi


dalam jangka waktu yang cukup lama, namun pada hasil pemeriksaan penilaian
tekanan darah, tidak jarang hasilnya tetap berada di kategori Hipertensi. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut, seperti dosis obat yang kurang
tepat; dosis obat ini bisa dikurangi atau bahkan dilebihkan tergantung keputusan
dokter saat penderita memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan, kurang olah raga
dan aktivitas fisik lainnya, pola makan yang masih belum diatur, kebiasaan
merokok terus berjalan dan masih banyak lagi. Banyak faktor yang sebenarnya hal
tersebut sumber kontrolnya adalah si penderita itu sendiri termasuk faktor stres.

Apa perlu terapi lain untuk penderita Hipertensi?

Terapi lain sebagai terapi penunjang (Terapi Komplementer) dirasa perlu


untuk proses pengobatan penderita Hipertensi, mengingat status sehat seseorang
bukan hanya dilihat dari fisik, namun juga psikologis.

Penderita Hipertensi erat hubungannya dengan seseorang yang stres.


Katerin (2015) menyatakan dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Antara
Stres dengan Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Rapak Mahang
Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur, bahwa ada hubungan
antara stres dengan Hipertensi. Penelitian tersebut menggunakan metode
observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Diambil 33 responden
(70,2%) yang mengalami stres an 14 responden (29,8%) tidak mengalmai stres.
Sedangkan responden yang tidak menderita hipertensi didapatkan 8 responden
(17%) mengalami stres dan 39 responden (83%) tidak mengalami stres. Setelah
dilakukan uji analisis statistik dengan uji korelasi koefisien kontingensi
didapatkan nilai p<0,05 yang berarti terdapat korelasi yang bermakna dengan
nilali r = 0,473 yang berarti kekuatan korelasi yang diuji adalah sedang, dengan
arah korelasi positif (+) yang berarti searah. Maka terdapat hubungan yang
bermakna antara stres dengan hipertensi pada pasien rawat jalan dii Puskesmas
Rapak Mahang Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur

Salah satu terapi komplementer yang dapat membantu mengobati penyakit


Hipertensi adalah Healing Touch. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Sukarmin (2016), menunjukkan adanya pengaruh terapi Healing Touch terhadap
perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi di desa
Tulakan Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara. Penelitian dilakukan dengan
desain Pretest – Post test Control Group. Dalam desain tersebut terdapat dua
kelompok yang dipilih secara random, sampel yang digunakan sebanyak 38
sampel. Hasil uji terapi Healing Touch terhadap perubahan tekanan darah pada
penderita hipertensi menunjukkan bahwa dengan analisis statistik uji wilcoxon
diperoleh (p value = 0,000) yaitu lebih kecil dari (α = 0,05), maka kesimpulannya
adalah terdapat pengaruh antara terapi sentuhan terhadap tekanan darah (sistolik
dan diastolik) pasien hipertensi. Terdapat penurunan nilai rata-rata tekanan darah
sistolik dari 151.58 mmHg menjadi 131.58 mmHg setelah terapi Healing Touch.

Sejalan dengan penelitian yang sebelumnya juga sudah dilakukan oleh


Yudi Abdul Madjid, dkk (2014). Dalam penelitiannya ia menggunakan desain
Pretest – Post test Control Group. Pemilihan sampel dengan teknik concecutive
sampling yang terdiri dari 32 responden, yang terbagi menjadi 16 responden
kelompok perlakuan dan 16 responden kontrol. Kelompok perlakuan di
akupresure dengan prinsip Healing Touch yang menimbulkan rasa rileks dan
tenang sebanyak 3 kali dalam seminggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna pada tekanan darah responden antara sebelum
dan sesudah pada kelompok perlakan (p value 0,001) dan terdapat perbedaan yang
bermakna teanan darah sistole responden kelompok perlakuan dan kontrol setelah
perlauan (p value 0,008).

Dari beberapa penelitian diatas dan hasil dari data-data riset kementrian
kesehatan terhadap penyakit hipertensi, maka perlu disimpulkan bahwa angka
hipertensi harus ditekan agar angka kualitas hidup masyarakat Indonesia
meningkat. Mengingat bahaya komplikasi yang ditimbulkan dari hipertensi
tersebut dapat menimbulkann kematian. Healing Touch diambil sebagai terapi
pendamping (terapi komplementer) bagi penderita hipertensi karena caranya yang
mudah serta aman dilakukan. Healing Touch ini juga sudah terbukti dapat
menurunkan tekanan darah para penderita hipertensi, dibuktikan dari penelitian-
penelitian diatas. Sehingga tekanan darah dapat berangsur membaik dan normal
dengan cara yang aman dan mudah.

DAFTAR PUSTAKA

Islami, Katerin Indah. (2015). Hubugan Antara Stres dengan Hipertemsi Pada
Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten
Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur. Surakarta : FK
UMS

Majid, Yudi Abdul, dkk. (2014). Terapi Akupresure Memberikan Rasa Tenang
dan Nyaman Serta Mampu Menurunkan Tekanan Darah Lansia.
Palembang : STIKES Muhammadiya Palembang

Kemenkes RI. (2014). Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Jakarta : Kemenkes RI

Kemenkes RI. (2013). Riskesdas Penyakit Jantung Koroner, Gagal ginjal dan
Stroke. Balitbangkes : Kemenkes RI

Sukarmin .(2016). Pengaruh Terapi Healing Touch Terhadap Perubahan Tekanan


Darah Pasien Hipertensi di Desa Tulakan Donorojo Jepara.
Kudus : STIKES Muhammadiyah Kudus

Anda mungkin juga menyukai