Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KLIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)

DI RUANG TERATAI LANTAI 6 SELATAN RSUP


FATMAWATI

Disusun Oleh:

DEVI AYU LESTARI

PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
A. PENGERTIAN
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami
kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan
nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang jantung
(dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh
atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu memompa
darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu
memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan
air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ
tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi
bengkak (congestive). (Udjianti, 2010).
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/ kemampuannya hanya ada kalau
disertai peninggian volume diastolik secara abnormal (Mansjoer dan Triyanti, 2007).
Gagal jantung adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari struktur atau
fungsi jantung sehingga mengakibatkan ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah ke jaringan dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Darmojo, 2004 cit
Ardini 2007).

B. ETIOLOGI
Etiologi gagal jantung kongestif (CHF) dikelompokan berdasarkan faktor
eksterna maupun interna, yaitu:
1. Faktor eksterna (dari luar jantung) seperti hipertensi renal, hipertiroid, dan
anemia kronis/ berat.
2. Faktor interna (dari dalam jantung)
a. Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum Defect
(ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
b. Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
c. Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard.
d. Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut
C. KLASIFIKASI
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4
kelas: (Mansjoer dan Triyanti, 2007)
 kelas 1 Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tampa keluhan
 kelas 2 Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari
aktivitas sehari-hari tanpa keluhan.
 kelas 3 Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa
keluhan.
 kelas 4 Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun
dan harus tirah baring.

D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan
kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari normal.
Dapat dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV di mana curah jantung (CO:
Cardiac output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR: Heart Rate) x Volume
Sekuncup (SV: Stroke Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah jantung
berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk
mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk
mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah
yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang
tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim dengan Hukum Starling
pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding
langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut
jantung); (2) Kontraktilitas (mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi
pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan
kadar kalsium); (3) Afterload (mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus
dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh
tekanan arteriole).
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang terjadi baik
pada jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua ventrikel berkurang
akibat penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka volume
dan tekanan pada akhir diastolik di dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Hal
ini akan meningkatkan panjang serabut miokardium pada akhir diastolik dan
menyebabkan waktu sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama,
maka akan terjadi dilatasi ventrikel. Cardiac output pada saat istirahat masih bisa
berfungsi dengan baik tapi peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama
(kronik) akan dijalarkan ke kedua atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik.
Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat yang akan menyebabkan transudasi cairan
dan timbul edema paru atau edema sistemik.
Penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan tekanan
arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem saraf dan
humoral. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi
miokardium, frekuensi denyut jantung dan vena; yang akan meningkatkan volume
darah sentral yang selanjutnya meningkatkan preload. Meskipun adaptasi-adaptasi ini
dirancang untuk meningkatkan cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat mengganggu
tubuh. Oleh karena itu, takikardi dan peningkatan kontraktilitas miokardium dapat
memacu terjadinya iskemia pada pasien dengan penyakit arteri koroner sebelumnya
dan peningkatan preload dapat memperburuk kongesti pulmoner.
Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer. Adaptasi
ini dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ-organ vital, tetapi jika aktivasi
ini sangat meningkat malah akan menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Salah
satu efek penting penurunan cardiac output adalah penurunan aliran darah ginjal dan
penurunan kecepatan filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan retensi sodium dan
cairan. Sitem rennin-angiotensin-aldosteron juga akan teraktivasi, menimbulkan
peningkatan resistensi vaskuler perifer selanjutnya dan penigkatan afterload ventrikel
kiri sebagaimana retensi sodium dan cairan.
Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin vasopresin dalam
sirkulasi, yang juga bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi cairan. Pada
gagal jantung terjadi peningkatan peptida natriuretik atrial akibat peningkatan
tekanan atrium, yang menunjukan bahwa disini terjadi resistensi terhadap efek
natriuretik dan vasodilator.
E. PATHWAY

Disfungsi Miokard Beban Beban diastolik Peningkatan kebutuhan Beban volume


(AMI) Miokarditis tekanan berlebihan metabolisme berlebihan
berlebihan
Kontraktilitas Beban sistol Preload meningkat
menurun meningkat

Kontraktilitas
menurun

Hambatan pengosongan
ventrikel
Gagal jantung kanan

COP menurun

Beban jantung meningkat

CHF

v ventrikel kiri
Gagal pompa Gagal pompa ventrikel kanan

Tekanan diastol
Forward failure Backward failure meningkat

LVED naik
Suplai darah Suplai O2 otak Renal flow Bendungan atrium
jaringan menurun menurun menurun Tekanan vena pulmonalis meningkat kanan

Metabolisme anaerob Sinkop RAA Bendungan vena


Tekanan kapiler paru meningkat
meningkat sistemik
Asidosis metabolik
Penurunan perfusi Aldosteron
jaringan Edema paru Beban ventrikel kanan Hepatomegali,
meningkat
meningkat Splenomegali
Peningkatan asam laktat
dan ATP menurun Ronkhi basah
ADH meningkat
Hipertropi Mendesak
Fatigue ventrikel kanan diafragma
Iritasi mukosa
Llllllllllllllllllll Retensi natrium paru
lllllllllllllllllllll dan air
Intoleransi aktivitas
lllllllllllllllllllll Penyempitan Sesak napas
lllllllllllllllllllll lumen ventrikel
Kelebihan Reflkes batuk kanan
lllllllllllllllllllll menurun
lllllllllllllllllllll volume cairan
vaskuler Pola napas tidak
lllllllllllllllllllll
efektif
lllllllllllllllllllll
lllllllllllllllllllll
llllllllllllllllm,.
Penumpukan
sekret

Gangguan pertukaran gas

F. TANDA DAN GEJALA


1. Peningkatan volume intravaskular.
2. Kongesti jaringan akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat turunnya
curah jantung.
3. Edema pulmonal akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis yang
menyebabkan cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli; dimanifestasikan
dengan batuk dan nafas pendek.
4. Edema perifer umum dan penambahan berat badan akibat peningkatan tekanan
vena sistemik.
5. Pusing, kekacauan mental (confusion), keletihan, intoleransi jantung terhadap
latihan dan suhu panas, ekstremitas dingin, dan oliguria akibat perfusi darah dari
jantung ke jaringan dan organ yang rendah.
6. Sekresi aldosteron, retensi natrium dan cairan, serta peningkatan volume
intravaskuler akibat tekanan perfusi ginjal yang menurun (pelepasan renin ginjal).
Gambaran klinis jantung sering dipisahkan menjadi efek ke depan (forward)
atau efek kebelakang (backward), dengan sisi kanan atau kiri jantung sebagai titik
awal serangan. Efek ke depan dianggap “hilir” dari miokardium yang melemah. Efek
ke belakang dianggap “hulu” dari miokardium yang melemah.
1. Efek ke depan gagal jantung kiri
a. Penurunan tekanan darah sistemik
b. Kelelahan
c. Peningkatan kecepatan denyut jantung
d. Penurunan pengeluaran urin
e. Ekspansi volume plasma
2. Efek ke belakang gagl jantung kiri
a. Peningkatan kongesti paru, terutama sewaktu berbaring.
b. Dispnea (sesak napas)
c. Apabila keadaan memburuk, terjadi gagal jantung kanan
3. Efek ke depan gagal jantung kanan
a. Penurunan aliran darah paru
b. Penurunan oksigenasi darah
c. Kelelahan
d. Penurunan tekanan darah sistemik (akibat penurunan pengisian jantung kiri)
dan semua tanda gagal jantung kiri
4. Efek ke belakang gagal jantung kanan
a. Peningkatan penimbunan darah dalam vena, edema pergelangan kaki dan
tangan
b. Distensi vena jugularis
c. Hepatomegali dan splenomegali
d. Asites : pengumpulan cairan dalam rongga abdomen dapat mengakibatkan
tekanan pada diafragma dan distress pernafasan
G. KOMPLIKASI YANG MUNCUL
1. Stroke
2. Penyakit katup jantung
3. Infark miokard
4. Emboli pulmonal
5. Hipertensi
H. PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG
1. Hitung sel darah lengkap: anemia berat atau anemia gravis atau
polisitemia vera
2. Hitung sel darah putih: Lekositosis atau keadaan infeksi lain
3. Analisa gas darah (AGD): menilai derajat gangguan keseimbangan
asam basa baik metabolik maupun respiratorik.
4. Fraksi lemak: peningkatan kadar kolesterol, trigliserida, LDL
yang merupakan resiko CAD dan penurunan perfusi jaringan
5. Serum katekolamin: Pemeriksaan untuk mengesampingkan penyakit
adrenal
6. Sedimentasi meningkat akibat adanya inflamasi akut.
7. Tes fungsi ginjal dan hati: menilai efek yang terjadi akibat CHF
terhadap fungsi hepar atau ginjal
8. Tiroid: menilai peningkatan aktivitas tiroid
9. Echocardiogram: menilai senosis/ inkompetensi, pembesaran ruang
jantung, hipertropi ventrikel
10. Cardiac scan: menilai underperfusion otot jantung, yang
menunjang penurunan kemampuan kontraksi.
11. Rontgen toraks: untuk menilai pembesaran jantung dan edema paru.
12. Kateterisasi jantung: Menilai fraksi ejeksi ventrikel.
13. EKG: menilai hipertropi atrium/ ventrikel, iskemia, infark, dan
disritmia

I. PENATALAKSANAAN

Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah:

1. Meningkatkan oksigenasi dengan terapi O2 dan menurunkan konsumsi oksigen


dengan pembatasan aktivitas.
2. Meningkatkan kontraksi (kontraktilitas) otot jantung dengan digitalisasi.
3. Menurunkan beban jantung dengan diet rendah garam, diuretik, dan vasodilator.
Penatalaksanaan Medis
1. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan
konsumsi O2 melalui istirahat/ pembatasan aktifitas
2. Memperbaiki kontraktilitas otot jantung
a. Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk tirotoksikosis, miksedema,
dan aritmia.
b. Digitalisasi
I. Dosis Digitalis
 Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 mg dalam 4 - 6 dosis
selama 24 jam dan dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4 hari.
 Digoksin IV 0,75 - 1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam.
 Cedilanid IV 1,2 - 1,6 mg dalam 24 jam.
II. Dosis penunjang untuk gagal jantung: digoksin 0,25 mg sehari.
untuk pasien usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.
III. Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg.
Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut
yang berat:
 Digoksin: 1 - 1,5 mg IV perlahan-lahan.
 Cedilamid 0,4 - 0,8 IV perlahan-lahan. (Mansjoer dan Triyanti (2007)
Terapi Lain:
1. Koreksi penyebab-penyebab utama yang dapat diperbaiki antara lain: lesi katup
jantung, iskemia miokard, aritmia, depresi miokardium diinduksi alkohol, pirau
intrakrdial, dan keadaan output tinggi.
2. Edukasi tentang hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan.
3. Posisi setengah duduk.
4. Oksigenasi (2-3 liter/menit).
5. Diet: pembatasan natrium (2 gr natrium atau 5 gr garam) ditujukan untuk
mencegah, mengatur, dan mengurangi edema, seperti pada hipertensi dan gagal
jantung. Rendah garam 2 gr disarankan pada gagal jantung ringan dan 1 gr pada
gagal jantung berat. Jumlah cairan 1 liter pada gagal jantung berat dan 1,5 liter
pada gagal jantung ringan.
6. Aktivitas fisik: pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktivitas, tetapi bila
pasien stabil dianjurkan peningkatan aktivitas secara teratur. Latihan jasmani dapat
berupa jalan kaki 3-5 kali/minggu selama 20-30 menit atau sepeda statis 5
kali/minggu selama 20 menit dengan beban 70-80% denyut jantung maksimal pada
gagal jantung ringan atau sedang.
7. Hentikan rokok dan alkohol
8. Revaskularisasi koroner
9. Transplantasi jantung
10. Kardoimioplasti
J. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Primer
1. Airways
a. Sumbatan atau penumpukan secret
b. Wheezing atau krekles
2. Breathing
a. Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
b. RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
c. Ronchi, krekles
d. Ekspansi dada tidak penuh
e. Penggunaan otot bantu nafas
3. Circulation
a. Nadi lemah , tidak teratur
b. Takikardi
c. TD meningkat / menurun
d. Edema
e. Gelisah
f. Akral dingin
g. Kulit pucat, sianosis
h. Output urine menurun
Pengkajian Sekunder
 Riwayat Keperawatan
1. Keluhan
a. Dada terasa berat (seperti memakai baju ketat).
b. Palpitasi atau berdebar-debar.
c. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) atau orthopnea, sesak nafas saat
beraktivitas, batuk (hemoptoe), tidur harus pakai bantal lebih dari dua
buah.
d. Tidak nafsu makan, mual, dan muntah.
e. Letargi (kelesuan) atau fatigue (kelelahan
f. Insomnia
g. Kaki bengkak dan berat badan bertambah
h. Jumlah urine menurun
i. Serangan timbul mendadak/ sering kambuh.
2. Riwayat penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard kronis, diabetes
melitus, bedah jantung, dan disritmia.
3. Riwayat diet: intake gula, garam, lemak, kafein, cairan, alkohol.
4. Riwayat pengobatan: toleransi obat, obat-obat penekan fungsi jantung,
steroid, jumlah cairan per-IV, alergi terhadap obat tertentu.
5. Pola eliminasi orine: oliguria, nokturia.
6. Merokok: perokok, cara/ jumlah batang per hari, jangka waktu
7. Postur, kegelisahan, kecemasan
8. Faktor predisposisi dan presipitasi: obesitas, asma, atau COPD yang
merupakan faktor pencetus peningkatan kerja jantung dan mempercepat
perkembangan CHF.
Pemeriksaan Fisik
1. Evaluasi status jantung: berat badan, tinggi badan, kelemahan, toleransi aktivitas,
nadi perifer, displace lateral PMI/ iktus kordis, tekanan darah, mean arterial
presure, bunyi jantung, denyut jantung, pulsus alternans, Gallop’s, murmur.
2. Respirasi: dispnea, orthopnea, suara nafas tambahan (ronkhi, rales, wheezing)
3. Tampak pulsasi vena jugularis, JVP > 3 cmH2O, hepatojugular refluks
4. Evaluasi faktor stress: menilai insomnia, gugup atau rasa cemas/ takut yang
kronis
5. Palpasi abdomen: hepatomegali, splenomegali, asites
6. Konjungtiva pucat, sklera ikterik
7. Capilary Refill Time (CRT) > 2 detik, suhu akral dingin, diaforesis, warna kulit
pucat, dan pitting edema.

Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

1. Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung, peningkatan frekuensi,
dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup
2. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan volume paru
3. Perfusi jaringan tidak efektif b/d menurunnya curah jantung, hipoksemia jaringan,
asidosis dan kemungkinan thrombus atau emboli
4. Gangguan pertukaran gas b/d kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan
perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung.
5. Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung, retensi cairan dan
natrium oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan hipertensi pulmonal
6. Kurang pengetahuan b/d keterbatasan pengetahuan penyakitnya, tindakan yang
dilakukan, obat obatan yang diberikan, komplikasi yang mungkin muncul.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Penurunan curah jantung b/d respon NOC : Cardiac Care
fisiologis otot jantung, peningkatan Cardiac Pump effectiveness  Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi)
frekuensi, dilatasi, hipertrofi atau Circulation Status  Catat adanya disritmia jantung
peningkatan isi sekuncup Vital Sign Status  Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
Kriteria Hasil:
Tanda Vital dalam rentang normal  Monitor status kardiovaskuler
(Tekanan darah, Nadi, respirasi)  Monitor status pernafasan yang menandakan gagal
Dapat mentoleransi aktivitas, tidak jantung
ada kelelahan  Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
Tidak ada edema paru, perifer, dan  Monitor balance cairan
tidak ada asites  Monitor adanya perubahan tekanan darah
Tidak ada penurunan kesadaran  Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan
antiaritmia
 Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
kelelahan
 Monitor toleransi aktivitas pasien
 Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
 Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor adanya pulsus paradoksus dan pulsus alterans
Monitor jumlah dan irama jantung dan monitor bunyi
jantung
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor suara paru, pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

2 Pola Nafas tidak efektif NOC NIC


Respiratory status : Ventilation
Definisi : Pertukaran udara inspirasi Respiratory status : Airway patency  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
dan/atau ekspirasi tidak adekuat Vital sign Status  Pasang mayo bila perlu
Faktor yang berhubungan :  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Hiperventilasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan
- Penurunan energi/kelelahan selama…. Pasien menunjukan  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Perusakan/pelemahan keefektifan pola napas, dibuktikan  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
muskuloskletal dengan :  Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
- Obesitas  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
- Kelelahan otot pernafasan Kriteria Hasil :  Monitor respirasi dan status O2
- Hipoventilasi sindrom Mendemonstrasikan batuk efektif  Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
- Nyeri dan suara nafas yang bersih, tidak  Pertahankan jalan nafas yang paten
- Kecemasan ada sianosis dan dyspneu (mampu
- Disfungsi Neuromuskuler  Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
mengeluarkan sputum, mampu
- Injuri tulang belakang bernafas dengan mudah, tidak ada  Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
DS pursed lips)  Monitor vital sign
- Dyspnea Menunjukkan jalan nafas yang  Informasikan pada pasien dan keluarga tentang teknik
- Nafas pendek paten (klien tidak merasa tercekik, relaksasi untuk memperbaiki pola nafas
DO irama nafas, frekuensi pernafasan  Ajarkan bagaimana batuk secara efektif
- Penurunan tekanan dalam rentang normal, tidak ada  Monitor pola nafas
inspirasi/ekspirasi suara nafas abnormal)
- Penurunan pertukaran udara Tanda Tanda vital dalam rentang
permenit normal (tekanan darah, nadi,
- Menggunakan otot pernafasan pernafasan)
tambahan
- Orthopnea
- Pernafasan pursed-lip
- Tahap ekspirasi berlangsung
sangat lama
- Penurunan kapasitas vital
respirasi < 11- 24x/menit

3 Perfusi jaringan tidak efektif b/d NOC : NIC :


menurunnya curah jantung, Circulation status Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi
hipoksemia jaringan, asidosis dan Tissue Prefusion : cerebral perifer)
kemungkinan thrombus atau emboli Kriteria Hasil : Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
a. mendemonstrasikan status sirkulasi panas/dingin/tajam/tumpul
Definisi :  Tekanan systole dandiastole Monitor adanya paretese
Penurunan pemberian oksigen dalam rentang yang diharapkan Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada
dalam kegagalan memberi makan  Tidak ada ortostatikhipertensi lsi atau laserasi
jaringan pada tingkat kapiler Gunakan sarun tangan untuk proteksi
 Tidak ada tanda tanda
Batasan karakteristik : Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
peningkatan tekanan intrakranial
Renal Monitor kemampuan BAB
(tidak lebih dari 15 mmHg)
- Perubahan tekanan darah di luar Kolaborasi pemberian analgetik
b. mendemonstrasikan kemampuan Monitor adanya tromboplebitis
batas parameter
kognitif yang ditandai dengan: Diskusikan menganai penyebab perubahan sensasi
- Hematuria
- Oliguri/anuria  berkomunikasi dengan jelas dan
- Elevasi/penurunan BUN/rasio sesuai dengan kemampuan
kreatinin  menunjukkan perhatian,
Gastro Intestinal konsentrasi dan orientasi
- Secara usus hipoaktif atau tidak  memproses informasi
ada  membuat keputusan dengan
- Nausea benar
- Distensi abdomen c. menunjukkan fungsi sensori motori
- Nyeri abdomen atau tidak terasa cranial yang utuh : tingkat kesadaran
lunak (tenderness) mambaik, tidak ada gerakan gerakan
Peripheral involunter
- Edema
- Tanda Homan positif
- Perubahan karakteristik kulit
(rambut, kuku, air/kelembaban)
- Denyut nadi lemah atau tidak ada
- Diskolorisasi kulit
- Perubahan suhu kulit
- Perubahan sensasi
- Kebiru-biruan

- Perubahan tekanan darah di


ekstremitas
- Bruit
- Terlambat sembuh
- Pulsasi arterial berkurang
- Warna kulit pucat pada elevasi,
warna tidak kembali pada
penurunan kaki
Cerebral
- Abnormalitas bicara
- Kelemahan ekstremitas atau
paralis
- Perubahan status mental
- Perubahan pada respon motorik
- Perubahan reaksi pupil
- Kesulitan untuk menelan
- Perubahan kebiasaan
Kardiopulmonar
- Perubahan frekuensi respirasi di
luar batas parameter
- Penggunaan otot pernafasan
tambahan
- Balikkan kapiler > 3 detik
(Capillary refill)

4 Gangguan pertukaran gas b/d NOC : NIC :


kongesti paru, hipertensi pulmonal, Respiratory Status : Gas exchange
penurunan perifer yang Respiratory Status : ventilation Airway Management
mengakibatkan asidosis laktat dan Vital Sign Status
penurunan curah jantung. Kriteria Hasil :  Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust
 Mendemonstrasikan peningkatan
Definisi : Kelebihan atau ventilasi dan oksigenasi yang bila perlu
kekurangan dalam oksigenasi dan adekuat  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
atau pengeluaran karbondioksida di  Memelihara kebersihan paru paru  Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas
dalam membran kapiler alveoli dan bebas dari tanda tanda distress buatan
pernafasan  Pasang mayo bila perlu
Batasan karakteristik :  Mendemonstrasikan batuk efektif  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Gangguan penglihatan dan suara nafas yang bersih, tidak
- Penurunan CO2  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
ada sianosis dan dyspneu (mampu
- Takikardi mengeluarkan sputum, mampu  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Hiperkapnia bernafas dengan mudah, tidak ada  Lakukan suction pada mayo
- Keletihan pursed lips)  Berika bronkodilator bial perlu
- somnolen  Tanda tanda vital dalam rentang  Barikan pelembab udara
- Iritabilitas normal  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
- Hypoxia
 Monitor respirasi dan status O2
- kebingungan
- Dyspnoe
- nasal faring Respiratory Monitoring
- AGD Normal
- sianosis Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha
- warna kulit abnormal (pucat, respirasi
kehitaman) Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan
- Hipoksemia otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan
- hiperkarbia intercostal
- sakit kepala ketika bangun Monitor suara nafas, seperti dengkur
- frekuensi dan kedalaman nafas Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,
abnormal hiperventilasi, cheyne stokes, biot
Catat lokasi trakea
Monitor kelelahan otot diagfragma ( gerakan
paradoksis )
Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak
adanya ventilasi dan suara tambahan
Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi
crakles dan ronkhi pada jalan napas utama
Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
5 Kelebihan volume cairan b/d NOC : Fluid management
berkurangnya curah jantung, retensi Electrolit and acid base balance Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
cairan dan natrium oleh ginjal, Fluid balance Pasang urin kateter jika diperlukan
hipoperfusi ke jaringan perifer dan Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN
hipertensi pulmonal Kriteria Hasil: , Hmt , osmolalitas urin )
 Terbebas dari edema, efusi, Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP,
Definisi : Retensi cairan isotomik anaskara dan PCWP
meningkat  Bunyi nafas bersih, tidak ada Monitor vital sign
Batasan karakteristik : dyspneu/ortopneu Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP ,
- Berat badan meningkat pada edema, distensi vena leher, asites)
 Terbebas dari distensi vena
waktu yang singkat Kaji lokasi dan luas edema
jugularis, reflek hepatojugular (+)
- Asupan berlebihan dibanding Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake
 Memelihara tekanan vena sentral, kalori harian
output tekanan kapiler paru, output jantung
- Tekanan darah berubah, Monitor status nutrisi
dan vital sign dalam batas normal Berikan diuretik sesuai interuksi
tekanan arteri pulmonalis
 Terbebas dari kelelahan, kecemasan Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi
berubah, peningkatan CVP
atau kebingungan dengan serum Na < 130 mEq/l
- Distensi vena jugularis
 Menjelaskanindikator kelebihan Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
- Perubahan pada pola nafas,
cairan memburuk
dyspnoe/sesak nafas,
Fluid Monitoring
orthopnoe, suara nafas
Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan
abnormal (Rales atau crakles),
eliminaSi
kongestikemacetan paru,
Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak
pleural effusion
seimbangan cairan (Hipertermia, terapi diuretik, kelainan
- Hb dan hematokrit menurun, renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll )
perubahan elektrolit, khususnya
Monitor serum dan elektrolit urine
perubahan berat jenis
Monitor serum dan osmilalitas urine
- Suara jantung SIII Monitor BP, HR, dan RR
- Reflek hepatojugular positif Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama
- Oliguria, azotemia jantung
- Perubahan status mental, Monitor parameter hemodinamik infasif
kegelisahan, kecemasan Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer dan
penambahan BB
Monitor tanda dan gejala dari odema

6 Kurang pengetahuan b/d NOC : NIC :


keterbatasan pengetahuan Kowlwdge : disease process Teaching : disease Process
penyakitnya, tindakan yang Kowledge : health Behavior Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien
dilakukan, obat obatan yang Kriteria Hasil : tentang proses penyakit yang spesifik
diberikan, komplikasi yang mungkin  Pasien dan keluarga menyatakan Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal
muncul dan perubahan gaya hidup pemahaman tentang penyakit, ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan
kondisi, prognosis dan program cara yang tepat.
Definisi : pengobatan Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
Tidak adanya atau kurangnya  Pasien dan keluarga mampu penyakit, dengan cara yang tepat
informasi kognitif sehubungan melaksanakan prosedur yang Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
dengan topic spesifik. dijelaskan secara benar Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang
 Pasien dan keluarga mampu tepat
Batasan karakteristik : menjelaskan kembali apa yang Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan
memverbalisasikan adanya masalah, dijelaskan perawat/tim kesehatan cara yang tepat
ketidakakuratan mengikuti instruksi, lainnya. Hindari harapan yang kosong
perilaku tidak sesuai. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara yang tepat
Faktor yang berhubungan : Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
keterbatasan kognitif, interpretasi diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang
terhadap informasi yang salah, akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
kurangnya keinginan untuk mencari Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
informasi, tidak mengetahui Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan
sumber-sumber informasi. second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., Wagner, C.M.,


2013. Nursing Interventions Classification (NIC) 6th
Edition.USA : Elsevier Mosby.
Mansjoer, A ., et al. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1
edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E. 2013. Nursing
Outcomes Classification (NOC) 5th Edition. SA : Elsevier
Mosby.
NANDA. 2014. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2012-
2014. The North American Nursing Diagnosis Association.
Philadelphia. USA
Price, S.A & Wilson, L.M. 2005. Patofisiologi ; Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta : EGC.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol.1. Jakarta : EGC.
Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta:
Salemba medika
RENCANA KEPERAWATAN CHF

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1 Penurunan cardiac Setelah dilakukan askep 3X24 jam Cardiac care: akut
output b.d perubahan Klien menunjukkan respon pompa  Kaji vital sign, bunyi, fkekuensi, dan irama
kontraktilitas jantung efektif dg jantung.
Kriteria Hasil:  Kaji keadaan kulit (pucat, cianois)
 menunjukkan vital sign  Pantau seri EKG 12 lead
dalam batas normal (TD,  Catat urine output
nadi, ritme normal, nadi  Posiskan pasien supinasi dg elevasi 30
perifer kuat) derajat dan elevasi kaki
 melakukan aktivitas tanpa  Berikan oksigen.
dipsnea dan nyeri  Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk
 edema ekstremitas istirahat
berkurang Monitoring vital sign
 perfusi perifer adekuat  Pantau TD, denyut nadi dan respirasi
Monitoring neurologikal
 Kaji perubahan pola sensori
 Catat adanya letargi dan cemas
Manajemen lingkungan
 Cptakan lingkungan ruangan yang nyaman
 Batasi pengunjung
2 Intoleransi Setelah dilakukan askep 3x24 jam Terapi aktivitas :
aktivitas B.d Klien dapat menunjukkan  Kaji kemampuan ps melakukan aktivitas
ketidakseimbangan toleransi terhadap aktivitas dgn  Jelaskan pada ps manfaat aktivitas bertahap
suplai & kebutuhan KH:  Evaluasi dan motivasi keinginan ps u/
O2  Klien mampu aktivitas meningktkan aktivitas
minimal  Tetap sertakan oksigen saat aktivitas.
 Kemampuan aktivitas Monitoring VITAL SIGN
meningkat secara bertahap  Pantau VITAL SIGN ps sebelum, selama, dan
 Tidak ada keluhan sesak setelah aktivitas selama 3-5 menit.
nafas dan lelah selama dan Energi manajemen
setelah aktivits minimal  Rencanakan aktivitas saat ps mempunyai
 vital sign dbn selama dan energi cukup u/ melakukannya.
setelah aktivitas  Bantu klien untuk istirahat setelah
aktivitas.
Manajemen nutrisi
 Monitor intake nutrisi untuk memastikan
kecukupan sumber-sumber energi

Emosional support
 Berikan reinfortcemen positip bila ps
mengalami kemajuan
3 Pola nafas tidak Setelah dilakukan Akep 3x24 Respiratory monitoring:
efektif b.d. jam, pola nafas pasien menjadi  Monitor rata-rata irama, kedalaman dan usaha
kelemahan efektif dg untuk bernafas.
Criteria hasil:  Catat gerakan dada, lihat kesimetrisan,
 menunjukkan pola nafas penggunaan otot Bantu dan retraksi dinding
yang efektif tanpa adanya dada.
sesak nafas, sesak nafas  Monitor suara nafas
berkurang  Monitor kelemahan otot diafragma
 vital sign dbn  Catat omset, karakteristik dan durasi batuk
 Catat hail foto rontgen

4 Kelebihan volume Setelah dilakukan askep 3x24 jam Fluit manajemen:


cairan b.d. gangguan pasien akan menunjukkan  Kaji lokasi edem dan luas edem
mekanisme regulasi keseimbangan cairan dan  Atur posisi elevasi 30-45 derajat
elektrolit dengan  Kaji distensi leher (JVP)
Kriteria hasil:  Monitor balance cairan
 VITAL SIGN dbn
 Tidak menunjukkan Fluid monitoring
peningkatan JVP  Ukur balance cairan / 24 jam atau / shif
 Tidak terjadi dyspnu, jaga
bunyi nafas bersih, RR;  Ukur VITAL SIGN sesuai indikasi
16-20 X/mnt  Timbang BB jika memungkinkan
 Balance cairan adekuat  Awasi ketat pemberian cairan
 Bebas dari edema  Observasi turgor kulit (kelembaban kulit,
mukosa, adanya kehausan)
 Monitor serum albumin dan protein total
 Monitor warna, kualitas dan BJ urine
5 Risiko infeksi b/d Setelah dilakukan askep 3x24 jam Konrol infeksi :
imunitas tubuh tidak terdapat faktor risiko  Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
menurun, prosedur infeksi pada klien dibuktikan lain.
invasive, edem dengan status imune klien  Batasi pengunjung bila perlu.
adekuat,  Intruksikan kepada keluarga untuk mencuci
mendeteksi risiko dan mengontrol tangan saat kontak dan sesudahnya.
risiko, vital sign dbn. Al dbn.  Gunakan sabun anti miroba untuk mencuci
tangan.
 Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.
 Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat
pelindung.
 Pertahankan lingkungan yang aseptik selama
pemasangan alat.
 Lakukan dresing infus setiap hari.
 Tingkatkan intake nutrisi.
 berikan antibiotik sesuai program.
Proteksi terhadap infeksi
 Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan lokal.
 Monitor hitung granulosit dan WBC.
 Monitor kerentanan terhadap infeksi.
 Pertahankan teknik aseptik untuk setiap
tindakan.
 Inspeksi kulit dan mebran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase.
 Dorong masukan nutrisi dan cairan yang
adekuat.
 Dorong istirahat yang cukup.
 Monitor perubahan tingkat energi.
 Dorong peningkatan mobilitas dan latihan.
 Instruksikan klien untuk minum antibiotik
sesuai program.
 Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan
gejala infeksi.
 Laporkan kecurigaan infeksi

6 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan askep 3x24 Teaching : Dissease Process


tentang penyakit dan jam, pengetahuan klien  Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga
perawatan nya b/d meningkat. Dg KH: tentang proses penyakit
kurang terpapar  Klien / keluarga mampu  Jelaskan tentang patofisiologi penyakit,
terhadap informasi, menjelaskan kembali apa tanda dan gejala serta penyebab yang mungkin
terbatasnya kognitif yang telah dijelaskan.  Sediakan informasi tentang kondisi klien
 Klien dan keluarga  Siapkan keluarga atau orang-orang yang
kooperatif dan mau kerja berarti dengan informasi tentang
sama saat dilakukan perkembangan klien
tindakan  Sediakan informasi tentang diagnosa klien
 Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa
yang akan datang dan atau kontrol proses
penyakit
 Diskusikan tentang pilihan tentang terapi
atau pengobatan
 Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan
atau terapi
 Dorong klien untuk menggali pilihan-pilihan
atau memperoleh alternatif pilihan
 Gambarkan komplikasi yang mungkin terjadi
 Anjurkan klien untuk mencegah efek samping
dari penyakit
 Gali sumber-sumber atau dukungan yang ada
 Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan
gejala yang muncul pada petugas kesehatan
 kolaborasi dg tim yang lain.
7 Sindrom defisit Self Setelah dilakukan asuhan Bantuan perawatan diri
care b.d kelemahan, keperawata 3x24 jam kebutuhan ps  Monitor kemampuan pasien terhadap perawatan
penyakitnya sehari hari terpenuhi dengan diri
criteria hasil :  Monitor kebutuhan akan personal hygiene,
 Pasien dapat melakukan berpakaian, toileting dan makan
aktivitas sehari-hari  Beri bantuan sampai klien mempunyai kemapuan
makan, moblisasi secara untuk merawat diri
minimal, kebersihan,  Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
toileting dan berpakaian  Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas
bertahap sehari-hari sesuai kemampuannya
 Kebersihan diri pasien  Pertahankan aktivitas perawatan diri secara
terpenuhi rutin
 Evaluasi kemampuan klien dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
 Berikan reinforcement atas usaha yang
dilakukan dalam melakukan perawatan diri
sehari hari.

Anda mungkin juga menyukai