Anda di halaman 1dari 12

Volume 10, Juni 2019, Nomor 2 Lily Marleni1, Jessy Haryani2

PENGARUH RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN


DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI
Lily Marleni1, Jessy Haryani2

Program Studi DIII Keperawatan STIK Siti Khadijah Palembang1


Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Siti Khadijah Palembang2
Lily_marleni@stik-sitikhadijah.ac.id1
Jessyharyani@gmail.com2

ABSTRAK
Latar belakang: Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau
tekanan diastolic 90 mmHg (Nurarif & Kusuma, 2015). Hipertensi merupakan penyakit yang dapat
menyerang siapa saja, baik muda maupun tua. Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan
kondisi ketika seseorang mengalami kenaikan tekanan darah baik secara lambat atau mendadak (akut).
Seiring berubahnya gaya hidup mengikuti era globalisasi, kasus hipertensi terus meningkat, hipertensi
merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Tujuan: pengaruh relaksasi autogenik
terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Rumah Sakit Bhayangkara
Palembang Tahun 2018. Metode: Disain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment pretest
and post test control group desain.. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian adalah
seluruh penderita hipertensi sebanyak 21 responden dengan teknik purposive sampling. Jenis
analisa data dalam penelitian ini yaitu menggunakan uji wilcoxon. Hasil: Berdasasarkan hasil
penelitian didapatkan rata-rata tekanan darah sebelum diberikan terapi relaksasi autogenik sebesar
150.00/100.00 dengan standar deviasi 7.400/5.115. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan 95%
di yakini bahwa rata-rata tekanan darah sistol sebelum di berikan terapi relaksasi autogenik di antara
146.16 sampai dengan 152.89 dan rata-rata tekanan darah diastol sebelum diberikan terapi relaksasi
autogenik diantara 92.91 sampai dengan 97.57. Saran: Diharapkan bagi petugas kesehatan untuk
memberikan penyuluhan tentang cara mencegah terjadinya hipertensi, bagaimana gaya hidup
yang sehat dan sebagainya, mulai untuk mencoba pengobatan non-farmakologi seperti terapi
relaksasi autogenic.
Kata kunci: Hipertensi, Relaksasi Autogenik

ABSTRACT
Background: Hypertension is an increase in systolic blood pressure of at least 140 mmHg or diastolic
pressure of 90 mmHg (Nurarif & Kusuma, 2015). Hypertension is a disease that can affect anyone,
both young and old. Hypertension or high blood pressure is a condition when a person experiences a
rise in blood pressure either slowly or suddenly (acute). As lifestyle changes follow the era of
globalization, cases of hypertension continue to increase, hypertension is one of the deadliest diseases
in the world. Objective: the effect of autogenic relaxation on the reduction of blood pressure in
hypertensive patients in Bhayangkara Palembang Hospital in 2018. Method: The research design used
was a quasi-experimental pretest and post test control group design. The samples to be used in the
study were 21 hypertensive patients. respondents with purposive sampling technique. The type of data
analysis in this study is using the Wilcoxon test. Results: Based on the results of the study it was
found that the average blood pressure before being given autogenic relaxation therapy was 150.00 /
100.00 with a standard deviation of 7,400 / 5,115. From the results of interval estimation, it can be
concluded that 95% are believed that the average systolic blood pressure before autogenic relaxation
therapy is given between 146.16 to 152.89 and the average diastolic blood pressure before being given
autogenic relaxation therapy between 92.91 and 97.57. Conclusions: There were differences in blood
pressure before and after autogenic relaxant therapy was given at Bhayangkara Palembang Hospital (ρ
= 0.001). Suggestion: It is expected that health workers to provide counseling on how to prevent the
occurrence of hypertension, how a healthy lifestyle and so on, start to try non-pharmacological
treatments such as autogenic relaxation therapy
Keywords: Hypertension, Autogenic Relaxation

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan |184


Volume 10, Juni 2019, Nomor 2 Lily Marleni1, Jessy Haryani2

PENDAHULUAN Berdasarkan data dari Riset


Hipertensi merupakan peningkatan Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun
tekanan darah sistolik sedikitnya 140 2013 menunjukkan bahwa penderita
mmHg atau tekanan diastolic 90 mmHg hipertensi yang berusia diatas 18 tahun
(Nurarif & Kusuma, 2015). Hipertensi mencapai 25,8% dari jumlah keseluruhan
merupakan penyakit yang dapat penduduk indonesia (Anies, 2018).
menyerang siapa saja, baik muda maupun Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
tua. Hipertensi atau penyakit darah tinggi (Kemenkes RI, 2017) menyatakan
merupakan kondisi ketika seseorang prevalensi masyarakat Indonesia dengan
mengalami kenaikan tekanan darah baik hipertensi sebesar 30,9% (Saundari, et. al.
secara lambat atau mendadak (akut). 2018), Prevalensi tertinggi di Bangka
Seiring berubahnya gaya hidup mengikuti Belitung 30,9%, diikuti Kalimantan
era globalisasi, kasus hipertensi terus Selatan 30,8%, Kalimantan Timur 29,6%,
meningkat, hipertensi merupakan salah Jawa Barat 29,4%, dan Gorontalo 29,4%
satu penyakit paling mematikan di dunia (Riskesdas, 2013).
(Pudiastuti, 2013). Data hipertensi dari Sumatera
Menurut World Health Organization Selatan tiga tahun berturut-turut
(WHO) prevalensi hipertensi di dunia mengalami kenaikan pada tahun 2015
tahun 2015 pada penduduk umur diatas 18 berjumlah 20.848 jiwa dan pada tahun
tahun mencapai 1 miliar orang, Prevalensi 2016 berjumlah 21.499 jiwa dan pada
hipertensi tertinggi di Benua Afrika yaitu tahun 2017 berjumlah 25.900 jiwa
46% dan prevalensi terendah yaitu 35% (Dinkes, 2017).
ditemukan di Amerika. Menurut American Menurut data dari Dinas Kesehatan
Heart Association (AHA), penduduk Kota Palembang, penyakit hipertensi
Amerika yang berusia diatas 20 tahun termasuk 10 penyakit terbesar dan pada
menderita hipertensi telah mencapai angka urutan kedua di kota Palembang dengan
hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir penderita pada tahun 2016 berjumlah
sekitar 90-95% kasus tidak diketahui 16.940 jiwa dan mengalami peningkatan
penyebabnya. Sebanyak 1 milyar orang pada tahun 2017 berjumlah 17.550 jiwa
didunia atau 1 dari 4 orang dewasa (Profil Dinkes, 2017).
menderita penyakit ini. Diperkirakan Berdasarkan data yang di peroleh
jumlah penderita hipertensi akan dari medical record di Rumah Sakit
meningkat menjadi 1,6 milyar pada tahun Bhayangkara Palembang, bahwa data
2025 (Pudiastuti, 2013). hipertensi di Poli Penyakit Dalam pada

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan |185


Volume 10, Juni 2019, Nomor 2 Lily Marleni1, Jessy Haryani2

tahun 2015 sebanyak 2.581 jiwa (13.4%), 140/90 mmHg. Dalam penatalaksanaan
pada tahun 2016 sebanyak 3.133 jiwa hipertensi ada 2 cara yaitu pengobatan
(23.4%), pada tahun 2017 sebanyak 7.701 farmakologi dengan obat anti hipertensi
jiwa (57.4%) dan prevalensi pasien dan terapi non farmakologi dengan cara
hipertensi pada tahun 2018 selama tiga terapi relaksasi salah satunya adalah
bulan terakhir yaitu pada bulan Januari dengan relaksasi autogenik (Padila, 2013).
sebanyak 359 jiwa (21.7%), pada bulan Watanabe (2016) mengatakan
Februari sebanyak 350 jiwa (23.0%), dan relaksasi autogenik merupakan suatu
pada bulan maret sebanyak 381 jiwa metode yang bersumber dari diri sendiri
(26.8%). dan kesadaran tubuh dengan
Hipertensi secara umun dapat mengendalikan ketegangan otot dan hati
disebabkan oleh beberapa faktor untuk perbaikan tekanan darah tinggi yang
diantaranya adalah usia, keturunan, jenis diakibatkan terutama oleh stress. Relaksasi
kelamin, faktor olahraga, pola makan, autogenik akan membantu tubuh untuk
minuman beralkohol, dan stress (Anies, membawa perintah melalui auto sugesti
2018). Gaya hidup gemar makanan fast untuk rileks sehingga dapat
food yang kaya lemak, asin, malas mengendalikan tekanan darah, denyut
berolahraga dan mudah tertekan ikut jantung dan suhu tubuh. Sensasi tenang,
berperan dalam menambah jumlah ringan, hangat yang menyebar ke seluruh
penderita hipertensi (Pudiastuti, 2013). tubuh merupakan efek yang bisa di
Hipertensi tidak secara langsung rasakan dari relaksasi autogenik.
membunuh penderitanya, akan tetapi Perubahan-perubahan yang terjadi selama
hipertensi memicu munculnya penyakit maupun setelah relaksasi mempengaruhi
lain yang mematikan. Laporan Komite kerja saraf otonom. Respon emosi dan
Nasional pencegahan, Deteksi, dan efek menenangkan yang ditimbukan oleh
Penanganan Hipertensi bahwa tekanan relaksasi ini mengubah fisiologi dominan
darah yang tinggi dapat meningkatkan simpatis menjadi dominan sistem
resiko serangan jantung, gagal jantung, parasimpatis (Dermawan & Nugroho,
stroke, dan gagal ginjal. Penanganan 2015).
hipertensi bertujuan untuk mencegah Terapi relaksasi autogenik dapat
morbiditas dan mortalitas akibat menurunkan tekanan darah sistole dan
komplikasi kardiovaskuler yang diastole dengan cara meningkatkan proses
berhubungan dengan pencapaian dan pengaliran hormon-hormon baik keseluruh
pemeliharaan tekanan darah dibawah tubuh dan menstimulasi sistem saraf

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan |186


Volume 10, Juni 2019, Nomor 2 Lily Marleni1, Jessy Haryani2

parasimpatis yang membuat otak wilayah kerja puskesmas 23 ilir palembang


memerintahkan pengaturan renin tahun 2015. Hasil penelitian didapatkan
angiotensin pada ginjal, yang mengatur ada pengaruh relaksasi autogenik terhadap
tekanan darah (Watanabe, 2016). penurunan tekanan darah pada klien
Diperlukan peran kita sebagai hipertensi dengan p value = 0,000. Hal ini
perawat, yaitu sebagai pemberi asuhan juga sejalan dengan penelitian Rizal dan
keperawatan dan pendidik dimana selain Budi (2015) tentang pengaruh terapi
sebagai pemberi penyuluhan kesehatan, relaksasi autogenik terhadap perubahan
perawat diharapkan mampu untuk tekanan darah hipertensi di posyandu
memberika intervensi yang dapat lansia desa jabon kecamatan jombang
membantu klien hipertensi untuk kabupaten jombang. Hasil penelitian
menurunkan tekanan darah melalui didapatkan ada pengaruh relaksasi
penatalaksanaan nonfarmakologis. autogenik dengan penurunan tekanan darah
(Sasono Mardiono, 2015). sistole dan diastole dengan nilai sistole p =
Upaya untuk menurunkan tekanan 0,000 dan pada diastole p = 0,027.
darah adalah dengan cara menghindari Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik
faktor-faktor pemicu timbulnya penyakit untuk meneliti tentang Pengaruh Relaksai
tersebut, oleh karena itu kita sebagai Autogenik terhadap Penurunan Tekanan
perawat berkewajiban memberikan health Darah pada Penderita Hipertensi di Rumah
education atau pendidikan kesehatan Sakit Bhayangkara Palembang Tahun
tentang pencegahan yang baik (stop high 2018.
blood pressure ) antara lain dengan
METODE PENELITIAN
mengurangi konsumsi garam, menghindari
Penelitian ini menggunakan desain
kegemukan, membatasi konsumsi lemak,
Quasi eksperiment pre test and post test
olahraga teratur, banyak makan sayur
control group desain. Peneliti
segar, tidak merokok dan tidak minum
membandingkan efektifitas terapi musik
alkohol serta pemberian relaksasi sebagai
klasik dengan terapi murotal terhadap
tehnik untuk mengurangi stres yang dapat
tingkat kecemasan pasien pre operasi pada
menyebabkan tekanan darah tinggi
dua kelompok independen. Desain
(Yulianto, et.al, 2017).
penelitian yang digunakan yaitu quasy
Penelitian terdahulu oleh Sasono
eksperimental dengan pendekatan one
Mardiono (2015) tentang pengaruh
group pre-post test design, dan tidak
relaksasi autogenik terhadap penurunan
menggunakan kelompok kontrol.
tekanan darah pada klien hipertensi di

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan |187


Volume 10, Juni 2019, Nomor 2 Lily Marleni1, Jessy Haryani2

Sampel yang akan digunakan dalam sampel yang digunakan sebanyak 21


penelitian adalah seluruh penderita responden.
hipertensi di Poli Penyakit Dalam Rumah Adapun kriteria sampel dalam
Sakit Bhayangkara Palembang. penelitian ini sebagai berikut :
Rumus pengambilan sampel dalam a. Kriteria Inklusi
penelitian ini yaitu : 1) Pasien yang mengalami hipertensi
Sp2 = (n1 – 1) S12 + (n2 – 1) S22 stadium I.
2) Pasien yang mampu berkomunikasi
(n1 – 1) + (n2 – 1)
dengan baik dan kooperatif.
3) Pasien yang tidak ada gangguan
(50-1) 0,6872 + (50-1) 0,5932
= pendengaran.
(50-1) + (50-1)
4) Pasien yang bersedia menjadi
40.18 responden.
=
5) Pasien tidak mengkonsumsi anti
98
hipertensi
= 0,41
b. Kriteria Ekslusi
n= 2σ2(z1-α/2 + z1-β )2
(μ1 – μ2)2 1) Pasien yang memiliki komplikasi.
= 2×0,412 (1.96+1,28)2
2) Pasien yang mengundurkan diri
(1,76 – 1,34)2
= 3,5 sebagai responden.
0,18
Analisa data dalam penelitian ini
= 19,4 + 10% = 20,9
Besar sampel yang didapat dalam menggunakan uji analisis terlebih dahulu
penelitian ini adalah 20,9 responden dilakukan uji normalitas data, dalam
dibulatkan menjadi 21 responden. penelitian ini peneliti melakukan uji
Sampel yang akan diambil pada normalitas secara analitik yaitu dengan
penelitian ini adalah penderita hipertensi di menggunakan uji Shapiro-Wilk dan
rumah sakit bhayangkara, pengambilan didapatkan data berdistribusi tidak normal
sampel di ambil secara non probability sehingga dilakukan uji non parametrik
sampling dengan teknik Purposive yaitu dengan uji Wilcoxon.
sampling yakni teknik sampel dengan cara
HASIL PENELITIAN
memilih sampel diantara populasi sesuai
Analisa Univariat
dengan yang dikehendaki peneliti sehingga Analisis univariat adalah cara analisis
sampel tersebut dapat mewakili data dengan mendeskripsikan atau
karakteristik populasi yang telah dikenal menggambarkan data yang telah terkumpul
sebelumnya (Nursalam, 2016). Sehingga

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan |188


Volume 10, Juni 2019, Nomor 2 Lily Marleni1, Jessy Haryani2

sebagaimana adanya tanpa membuat Hasil penelitian menunjukkan


kesimpulan yang berlaku untuk umum. rerata tekanan darah sebelum diberikan
Rerata Tekanan Darah Sebelum terapi relaksasi autogenik terlihat dalam
Diberikan Terapi Relaksasi Autogenik tabel berikut ini:
Tabel 1.
Rerata Tekanan Darah Sebelum Diberikan Terapi Relaksasi Autogenik
Variabel Median SD Min-Maks 95% CI

Rerata tekanan darah sistol 150.00 7.400 140-160 146.16-152.89


sebelum diberikan terapi
relaksasi autogenik

Rerata tekanan darah diastol 100.00 5.118 90-100 92.91-97.57


sebelum diberikan terapi
relaksasi autogenik

Dari tabel 1 diatas dapat dilihat sampai dengan 152.89 dan rata-rata
bahwa rata-rata tekanan darah sebelum tekanan darah diastol sebelum diberikan
diberikan terapi relaksasi autogenik terapi relaksasi autogenik diantara 92.91
sebesar 150.00/90.00 dengan standar sampai dengan 97.57.
deviasi 7.400/5.115. Tekanan darah Rerata Tekanan Darah Setelah
terendah adalah 140/90 dan tertinggi Diberikan Terapi Relaksasi Autogenik
Hasil penelitian menunjukkan rerata
160/100, dari hasil estimasi interval dapat
tekanan darah setelah diberikan terapi
disimpulkan 95% di yakini bahwa rata-rata
relaksasi autogenik terlihat dalam tabel
tekanan darah sistol sebelum di berikan
berikut ini:
terapi relaksasi autogenik di antara 146.16

Tabel 2.
Rerata Tekanan Darah Setelah Diberikan Terapi Relaksasi Autogenik
Variabel Median SD Min-Maks 95% CI

Rerata tekanan darah sistol 140.00 11.832 120-160 134.61-145.39


setelah diberikan terapi
relaksasi autogenik

Rerata tekanan darah diastol 90.00 6.690 80-100 86.48-92.57


setelah diberikan terapi
relaksasi autogenik

Dari tabel 2 diatas dapat dilihat diberikan terapi relaksasi autogenik


bahwa rata-rata tekanan darah setelah sebesar 140.00/90.00 dengan standar

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan |189


Volume 10, Juni 2019, Nomor 2 Lily Marleni1, Jessy Haryani2

deviasi 11.832/6.690. Tekanan darah Analisa Bivariat


Dalam penelitian ini peneliti
terendah adalah 120/80 dan tertinggi
melakukan uji normalitas secara analitik
160/100, dari hasil estimasi interval dapat
yaitu dengan menggunakan uji Shapiro-
disimpulkan 95% di yakini bahwa rata-rata
Wilk dan didapatkan data berdistribusi
tekanan darah sistol setelah di berikan
tidak normal dengan nilai 0,002 sehingga
terapi relaksasi autogenik di antara 134.61
dilakukan uji non parametrik yaitu dengan
sampai dengan 145.39 dan rata-rata
uji Wilcoxon.
tekanan darah diastol setelah diberikan
Analisa bivariat dilakukan untuk
terapi relaksasi autogenik diantara 86.48
melihat perbedaan tekanan darah sebelum
sampai dengan 92.57.
dan setelah pemberian terapi relaksasi
autogenik.
Tabel 4.
Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah
di Berikan Terapi Relaksasi Autogenik
Variabel N Median ρ value
(Min-Maks)
Tekanan darah 21 150 (140-160) 0.002
sistole pre-post 140 (120-150)
Tekanan darah 21 100 (90-100) 0.003
diastol pre-post 90 (80-100)

Berdasarkan hasil penelitian dengan disimpulkan bahwa ada perbedaan antara


menggunakan uji wilcoxon didapatkan tekanan darah sebelum dan setelah
bahwa rata-rata tekanan darah sistol pemberian terapi relaksasi autogenik.
sebelum diberikan terapi relaksasi
PEMBAHASAN
autogenik 150 mmHg dan setelah
Tekanan Darah Sebelum Diberikan
diberikan terapi relaksasi autogenik adalah Terapi Relaksasi Autogenik
Berdasasarkan hasil penelitian
140 mmHg dan rata-rata pada pengukuran
didapatkan rata-rata tekanan darah sebelum
tekanan darah diastol sebelum diberikan
diberikan terapi relaksasi autogenik
terapi relaksasi autogenik 100 mmHg dan
sebesar 150.00/100.00 dengan standar
setelah dilakukan relaksasi autogenik
deviasi 7.400/5.115. Dari hasil estimasi
didapatkan rata-rata tekanan darah 90
interval dapat disimpulkan 95% di yakini
mmHg. Hasil uji statistik didapatkan nilai
bahwa rata-rata tekanan darah sistol
ρ value 0,001 Karena ρ<α 0,05 maka dapat
sebelum di berikan terapi relaksasi

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan |191


Volume 10, Juni 2019, Nomor 2 Lily Marleni1, Jessy Haryani2

autogenik di antara 146.16 sampai dengan Relaksasi otogenik adalah salah satu cara
152.89 dan rata-rata tekanan darah diastol untuk memudahkan masyarakat untuk
sebelum diberikan terapi relaksasi mengatasi tekanan darah tinggi dengan
autogenik diantara 92.91 sampai dengan cara yang lebih efektif dan efisien
97.57. menciptakan keadaan rileks dengan cara
Menurut Savitri (2017), tekanan relaksasi otogenik untuk mengontrol
darah berarti tekanan darah pada pembuluh sistem syaraf yang akhirnya dapat
nadi dari peredaran darah sistemik didalam menurunkan tekanan darah.
tubuh manusia. Tekanan darah dibedakan Hasil penelitian ini juga sejalan
antara tekanan darah sistolik dan diastolik. dengan penelitian yang dilakukan Priyo,
Tekanan darah sistolik adalah tekanan dkk (2017), tentang terapi relaksasi
darah ketika jantung memompa, adapun autogenik untuk menurunkan tekanan
tekanan diastolik adalah tekanan darah darah dan kepala sakit pada hipertensi di
ketika jantung beristirahat, semakin daerah rawan bencana merapi, didapatkan
banyak darah yang di pompa ke dalam nilai rata-rata tekanan darah sebelum
arteria menyebabkan arteria akan lebih diberikan terapi relaksasi autogenik 173/95
menggelembung dan mengakibatkan mmHg. Pada saat melakukan terapi
bertambahnya tekanan darah. relaksasi autogenik keadaan fisik istirahat
Meningkatnya tekanan darah juga dapat secara mendalam akan mengatasi respons
disebabkan karena gaya hidup gemar sistem yang dirasakan. Hal ini diaktifkan
makanan fast food yang kaya lemak, asin, oleh parasympathetic nervous system,
malas berolahraga dan mudah tertekan. cabang lain dari system saraf otonom.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Seluruh sistem tubuh dan pikiran kembali
penelitian yang dilakukan oleh Darmawan ke keadaan harmonis dan seimbang. Detak
dan Nugroho (2015), tentang pengaruh jantung dan pernapasan menjadi lebih
terapi relaksasi autogenik terhadap lambat, ketegangan otot dan tekanan darah
perubahan tekanan darah hipertensi di menurun yang akan mampu menurunkan
posyandu desa jabon kecamatan jombang sakit kepala. Terapi autogenik akan
kabupaten jombang, didapatkan hasil nilai mampu memperbaiki kersakan vaskuler
rata-rata tekanan darah sebelum di berikan pada hipertensi dengan mnurunkan
terapi relaksasi autogenik 170/84 mmHg. resistensi pembuluh darah otak.
Dengan dilakukannya tehnik relaksasi Berdasarkan hasil penelitian serta
otogenik diharapkan dapat membantu teori yang ada dan penelitian terkait maka
untuk menstabilkan tekanan darah. peneliti berpendapat bahwa hipertensi

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 191


Volume 10, Juni 2019, Nomor 2 Lily Marleni1, Jessy Haryani2

selain disebabkan karena gaya hidup juga & Nugroho (2017), tentang pengaruh
disebabkan karena adanya perubahan- terapi relaksasi autogenik terhadap
perubahan secara biologis yang mungkin perubahan tekanan darah hipertensi di
berperan pada terjadinya peningkatan posyandu desa jabon kecamatan jombang
tekanan darah adalah adanya perubahan kabupaten jombang, didapatkan nilai rata-
curah jantung, tahanan perifer yang rata setelah pemberian relaksasi autogenik
meningkat, aliran darah yang menurun. 155/82 mmHg. Dengan dilakukannya
Tekanan Darah Setelah Diberikan tehnik relaksasi otogenik diharapkan dapat
Relaksasi Autogenik
membantu untuk menstabilkan tekanan
Berdasarkan hasil penelitian
darah. Relaksasi otogenik adalah salah satu
didapatkan rata-rata tekanan darah setelah
cara untuk memudahkan masyarakat untuk
diberikan terapi relaksasi autogenik
mengatasi tekanan darah tinggi dengan
sebesar 140.00/90.00 dengan standar
cara yang lebih efektif dan efisien
deviasi 11.832/6.690, dari hasil estimasi
menciptakan keadaan rileks dengan cara
interval dapat disimpulkan 95% di yakini
relaksasi otogenik untuk mengontrol
bahwa rata-rata tekanan darah sistolik
sistem syaraf yang akhirnya dapat
setelah di berikan terapi relaksasi
menurunkan tekanan darah.
autogenik di antara 134.61 sampai dengan
Berdasarkan hasil penelitian serta
145.39 dan rata-rata tekanan darah diastol
teori yang ada dan penelitian terkait maka
setelah diberikan terapi relaksasi autogenik
peneliti berpendapat bahwa penyakit
diantara 86.48 sampai dengan 92.57.
hipertensi jika tidak segera ditangani maka
Menurut Watanabe (2016),
dalam jangka panjang dapat menimbulkan
relaksasi autogenik melibatkan berbagai
kerusakan arteri di dalam tubuh sampai
daerah didalam tubuh (lengan dan kaki)
organ-organ yang mendapatkan suplai
efeknya menjadi hangat dan berat. Sensasi
darah seperti jantung, otak dan ginjal.
hangat dan berat ini disebabkan oleh
Hipertensi merupakan penyebab utama
peralihan aliran darah pusat tubuh ke
penyakit stroke, serangan jantung, gagal
daerah tubuh yang diinginkan. Tubuh
jantung, gagal ginjal, oleh karena itu
merasakan hangat merupakan akibat dari
sangat penting dilakukan penatalaksanaan
arteri perifer yang mengalami vasodilatasi
hipertensi salah satunya tarapi non
pembuluh darah yang dapat menurunkan
farmakologis yaitu dengan menggunakan
tekanan darah.
terapi relaksasi autogenik yang dapat
Hasil penelitian ini sejalan dengan
menurunkan hipertensi.
penelitian yang dilakukan oleh Darmawan

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 192


Volume 10, Juni 2019, Nomor 2 Lily Marleni1, Jessy Haryani2

Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan penderita hipertensi. Menurut Yulianto


Setelah di Berikan Terapi Relaksasi
(2017), penanganan hipertensi selain
Autogenik
Berdasarkan hasil penelitian dengan dengan terapi pengobatan juga harus
menggunakan uji wilcoxon didapatkan didukung dengan terapi non farmakologi,
nilai ρ value = 0.001 dengan niali α 0,05 sehingga penanganan hipertensi bisa lebih
karena ρ<α 0,05 maka dapat disimpulkan efektif.
ada perbedaan antara tekanan darah Berdasarkan hasil penelitian serta
sebelum dan setelah pemberian terapi teori yang ada dan penelitian terkait maka
relaksasi autogenik, maka dapat peneliti berpendapat bahwa dalam
disimpulkan bahwa ada pengaruh relaksasi autogenik hal yang menjadi
pemberian terapi relaksasi autogenik anjuran pokok adalah penyerahan pada diri
terhadap penurunan tekanan darah pada sendiri sehingga memungkinkan berbagai
penderita hipertensi. daerah di dalam tubuh (tangan dan kaki)
Sejalan dengan teori yang di menjadi hangat dan berat. Sensasi hangat
kemukakan oleh Haruyama (2014), yang dan berat ini disebabkan oleh peralihan
menyatakan bahwa relaksasi autogenik aliran darah (dari pusat tubuh ke daerah
membantu tubuh untuk membawa perintah tubuh yang diinginkan), yang
melalui auto sugesti untuk rileks sehingga menyejukkan dan merelaksasikan otot-otot
dapat mengendalikan tekanan darah. di sekitarnya. Relaksasi autogenik akan
Sensasi tenang, hangat yang menyebar ke membantu tubuh untuk membawa perintah
seluruh tubuh merupakan efek yang bisa melalui autosugesti untuk rileks sehingga
dirasakan dari relaksasi autogenik, dapat mengendalikan tekanan darah dan
perubahan-perubahan yang terjadi selama menurunkan tekanan darah. Tubuh
maupun setelah relaksasi mempengaruhi merasakan hangat, merupakan akibat dari
saraf otonom. arteri perifer yang mengalami vasodilatasi,
Hasil penelitian ini sejalan dengan sedangkan ketegangan otot tubuh yang
penelitian Yulianto dkk (2017), tentang menurun mengakibatkan munculnya
pengaruh terapi relaksasi autogenik sensasi ringan. Perubahan-perubahan yang
terhadap perubahan tekanan darah pada terjadi selama maupun setelah relaksasi
pasien hipertensi di UPT panti werdha mempengaruhi kerja saraf otonom.
mojopahit mojokerto didapatkan nilai ρ Stimulus positif dari relaksasi autogenik
value 0.000 (α ≤ 0.05), sehingga ada akan menurunkan aktivitas produksi HPA
pengaruh terapi relaksasi autogenik (Hipotalemik Pituitary Adrenal) Axis,
terhadap perubahan tekanan darah pada yang ditandai adanya penurunan hormon

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 193


Volume 10, Juni 2019, Nomor 2 Lily Marleni1, Jessy Haryani2

CRF (Corticotropin Releasing Factor) di KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
hipotalamus dan juga akan merangsang
1. Rerata tekanan darah sebelum
pituitary anterior untuk memproduksi
diberikan terapi relaksasi autogenik
ACTH menjadi menurun. Penurunan ini
sebesar 150/100 mmHg dengan
akan merangsang medulla adrenal untuk
standar deviasi 7.400/5.115.
memproduksi hormon katekolamin dan
2. Rerata tekanan darah setelah diberikan
kartisol sebagai hormon stres menjadi
terapi relaksasi autogenik sebesar
menurun. Penurunan ini akan menurunkan
140/90 mmHg dengan standar deviasi
kerja syaraf simpatis, dan sebaliknya kerja
11.832/6.690.
syaraf parasimpatis menjadi meningkat
3. Ada perbedaan tekanan darah sebelum
atau dominan sehingga menyebabkan
dan setelah diberikan terapi relaksassi
pelebaran atau vasodilatasi pembuluh
autogenik di Rumah Sakit
darah yang akhirnya dapat menurunkan
Bhayangkara Palembang (ρ = 0.001)
tekanan darah. Teknik relaksasi yang
Saran
dilakukan secara rutin dapat membuat
Diharapkan bagi petugas Rumah
peredaran darah menjadi lancar, membuat
Sakit untuk memberikan penyuluhan
efek tenang sehingga membuat tekanan
tentang cara mencegah terjadinya
darah menjadi stabil. Sehingga dapat
hipertensi, bagaimana gaya hidup yang
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
sehat dan sebagainya, mulai untuk
rerata tekanan darah sebelum diberikan
mencoba pengobatan non-farmakologi
relaksasi autogenik dan setelah diberikan
seperti terapi relaksasi autogenik.
relaksasi autogenik.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press.


Brunnerdan Suddarth, 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8, volume 1, EGC,
Jakarta
Darmawan & Nugroho (2017), Pengaruh Terapi Relaksasi Autogenik terhadap Perubahan
Tekanan Darah Hipertensi di Posyandu Desa Jabon Kecamatan Jombang Kabupaten
Jombang
Haruyama, 2014. The Miracle of Endhorpin. Bandung. Qonita PT. Mizan Pustaka
Mufidaturrohmah, 2017, Dasar-Dasar Keperawatan Buku Referensi Ilmu Keperawatan, Gava
Media, Yogyakarta
Notoatmodjo,S.2012.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 194


Volume 10, Juni 2019, Nomor 2 Lily Marleni1, Jessy Haryani2

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta:EGC
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. Ed. 4.
Jakarta: Salemba Medika
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.Yogyakarta
Pudiastuti, Dewi Ratna. 2013. Penyakit-Penyakit Mematikan. Yogjakarta: Nuha Medika.
Priyo, dkk (2017). Terapi Relaksasi Autogenik untuk Menurunkan Tekanan Darah dan Kepala
Sakit pada Hipertensi di Daerah Rawan Bencana Merapi
Udjianti, W. J.(2011). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika
Rendy, M.C, and TH, Margareth.(2012).Asuhan Keperawatan Medikal BedahPenyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Savitri, T. 2017. Parenting, Nutrisi Anak, https,// hellosehat. Com> Nutrtisi.
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 195

Anda mungkin juga menyukai