Anda di halaman 1dari 27

REVIEW JURNAL

HIPERTENSI

(Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Farmakologi)

Disusun Oleh :

ANDINI HERNANINGTYAS 202207005


FAUZIAH LUTFI SYAHARANI 202207014
NURUL AROFAH 202207018
TYANNA PUTRI MINARTI 202207027

Dosen Pengampu :

Bapak apt. R.F.X Premihadi Putra, M.Farm

PROGRAM D3 PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN TAHUN

2023/2024
Review Jurnal 1

DETERMINAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PENGUNJUNG


POSBINDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BALLAPARANG KOTA MAKASSAR

Jumriani Ansar, Indra Dwinata, Apriani.M

A. Abstrak
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah abnormal yang
dapat menjadi penyebab utama timbulnya penyakit kardiovaskuler. Oleh
karena prevalensi hipertensi yang masih cukup tinggi di Indonesia, maka
pemerintah mencanangkan program deteksi dini penyakit tidak menular
(PTM) yakni Posbindu guna mengendalikan faktor risiko yang ada.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui factor yang berhubungan dengan
hipertensi pada pengunjung posbindu di wilayah kerja Puskesmas
Ballaparang Kota Makassar Tahun 2018.

B. Pendahuluan
Triple Burden Diseases (segitiga beban penyakit) menjadi salah satu
tantangan yang dihadapi dalam bidang pembangunan kesehatan.
Kemunculan kembali penyakit-penyakit mematikan seperti malaria,
tuberculosis, dan HIV-AIDS diperparah dengan terjadinya transisi pola
penyakit yang pada awalnya didominasi oleh penyakit menular dan saat ini
telah berpindah ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Salah satu penyakit tidak
menular yang saat ini menjadi prioritas dalam dunia kesehatan secara global
adalah hipertensi.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dalam Global
Status Report On Non-Communicable Disease, prevalensi tekanan darah
tinggi tahun 2014 pada orang dewasa berusia 18 tahun keatas sekitar 22%.
Penyakit ini juga bertanggung jawab atas 40% kematian akibat penyakit
jantung dan 51% kematian akibat stroke. Faktor risiko berperan penting
terhadap kejadian hipertensi. Apabila faktor risiko diketahui maka akan
lebih mudah dilakukan pencegahan. Saat ini, pemerintah Indonesia mulai
memberikan perhatian serius terhadap penyakit tidak menular yaitu dengan
memaksimalkan kinerja dalam hal. Selain secara global, hipertensi juga
menjadi salah satu penyakit tidak menular yang paling banyak di derita
masyarakat Indonesia (57,6%). Hal ini dibuktikan melalui jumlah kunjungan
hipertensi di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang terus meningkat
setiap tahunnya.
Data Dinas Kesehatan Kota Makassar menyatakan hipertensi
merupakan urutan ke 2 dari 10 penyakit terbanyak. Prevalensi hipertensi di
Kota makassar pada tahun 2016 mencapai 27,61% sedangkan angka
mortalitasnya mencapai 18,6%. Adapun salah satu puskesmas dengan
prevalensi hipertensi yang cukup tinggi yaitu Puskesmas Ballaparang. Selam
3 (tiga) tahun terakhir kasus hipertensi selalu mengalami peningkatan dan
data terakhir diperoleh jumlah penderita hipertensi mencapai 35,7% dari
total morbiditas akibat penyakit tidak menular.
Faktor risiko berperan penting terhadap kejadian hipertensi. Apabila
faktor risiko diketahui maka akan lebih mudah dilakukan pencegahan. Saat
ini, pemerintah Indonesia mulai memberikan perhatian serius terhadap
penyakit tidak menular yaitu dengan memaksimalkan kinerja dalam hal
pencegahan dan deteksi dini PTM melalui kegiatan Posbindu.

C. Metode
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Ballaparang
pada tanggal 13 – 28 April 2018. Jenis penelitian yang digunakan adalah
observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Variabel bebas
terdiri dari riwayat keluarga, IMT (Indeks Masa Tubuh), obesitas sentral,
merokok dan stress sedangkan hipertensi sebagai variable terikatnya.
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di wilayah kerja puskesmas
ballaparang (18-60 tahun) yang melakukan kunjungan posbindu pada bulan
April 2018. Besar sampel adalah 95 orang yang diperoleh dengan metode
Purposive Sampling. Analisis univariat dilakukan pada setiap variabel,
sementara analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antar
variabel dalam bentuk tabulasi silang (crosstab) dengan menggunakan
program STATA 12 dengan uji statistik chi-square.

D. Hasil
Berdasarkan karakteristik, kelompok umur responden paling banyak
pada usia 51- 60 tahun yaitu sebanyak 43 orang (45,26%), sedangkan yang
paling sedikit adalah kelompok umur < 20 tahun sebanyak 1 orang (1,05%).
Pengunjung termuda berusia 19 tahun dan pengunjung tertuaberusia 59
tahun. Berdasarkan jenis kelamin, responden paling banyak yaitu perempuan
sebanyak 74 orang (77,89%) sedangkan responden laki-laki sebanyak 21
orang (22,11%).
Dari 95 responden 56,84 % tergolong normotensi, 16,84%
prehipertensi dan 26,32% mengalami hipertensi. Distribusi responden
berdasarkan riwayat keluarga terdapat 45 responden (47,37%) memiliki
riwayat hipertensi dalam keluarganya. Dari 45 orang tersebut, 44,44%
memiliki ayah/ibu yang menderita hipertensi. Sedangkan sebagian kecil
responden 8,89% memiliki kakek/nenek yang menderita hipertensi. Menurut
IMT, lebih banyak responden yang memiliki status gizi tidak normal yaitu
sebanyak 67 responden (70,53%), sebanyak 28 responden (29,47%)
memiliki status gizi normal. Dari lingkar perut, sebanyak 63 responden
(66,32%) mengalami obesitas sentral. Sedangkan 32 orang (33,68%) lainnya
memiliki lingkar perut yang normal. Variabel merokok menunjukkan bahwa
lebih banyak responden tidak merokok (50,53%) dibandingkan tidak
merokok (49,47%). Adapun responden yang memiliki skor stress tinggi
hanya 17,89% sedangkan 82,11% lainnya memiliki skor stres rendah.

E. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel riwayat keluarga
tidak memiliki hubungan yang siginifikan dengan kejadian hipertensi. Hal
ini disebabkan karena seseorang yang mempunyai riwayat keluarga
hipertensi beberapa gennya akan berinteraksi dengan lingkungan dan
menyebabkan peningkatan tekanan darah. Peran factor genetik terhadap
timbulnya hipertensi terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa
hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot (satu sel telur) daripada
heterozigot (berbeda sel telur). Seorang penderita yang mempunyai sifat
genetic hipertensi primer (esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa
intervensi terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya
berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda dan
gejala.
Hasil uji statistik diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan
antara obesitas sentral dengan hipertensi. Lingkar pinggang dikatakan
mempunyai korelasi yang tinggi dengan jumlah lemak intra abdominal.
Jaringan lemak intrabdominal terdiri dari lemak viseral atau lemak
intraperitoneal yang terdiri dari lemak omental dan mesenterial serta masa
lemak retroperitoneal. Lemak intra abdominal adalah lemak yang berbahaya
karena lemak yang berada dibagian perut paling bawah ini akan
mengeluarkan asam lemak bebas dan puluhan hormon yang dapat
menimbulkan beragam masalah seperti meningkatkan tekanan darah,
penyakit jantung dan stroke. Hasil uji statistik diperoleh bahwa ada
hubungan yang signifikan antara merokok dan hipertnsi. Jumlah responden
perokok dan bukan perokok hampir sama. Perokok yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah responden yang mengkomsumsi rokok (aktif) maupun
yang hanya menghirup asap rokok (pasif). Responden yang dominan
merupakan perokok pasif perlu diwaspadai. Pasalnya, pada perokok pasif
peningkatan tekanan darah tergantung pada lama dan jenis paparan asap
rokok yang diterima dari Leone et al dalam penelitiannya juga
menyimpulkan bahwa merokok bertindak sebagai faktor risiko independent
yang dapat meningkatkan penyakit kardiovaskuler. Sehingga ada hubungan
yang erat antara merokok dan hipertensi meskipun masih sulit menentukan
peran spesifik masing-masing dari keduanya ketika dikaitkan.
Hasil uji statistik diperoleh bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara stress dengan hipertensi. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa responden masih memiliki emosi yang stabil dan terkontrol namun
memiliki tingkat aktivitas yang padat sehingga sulit bersantai. Biasanya
keadaan stress hanya akan meningkatkan tekanan darah untuk sementara
waktu dan akan kembali normal setelah stress menurun. Hal ini dikarenakan
kondisi stres yang membuat tubuh menghasilkan hormon adrenalin lebih
banyak, membuat jantung berkerja lebih kuat dan cepat. Namun, apabila
keadaan ini berulang dapat menimbulkan masalah pada psikologis maupun
kesehatan lainnya seperti hipertensi.

F. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa riwayat keluarga, obesitas
sentral dan merokok memiliki hubungan terhadap kejadian hipertensi,
sedangkan IMT dan stres tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap
kejadian hipertensi pada pengunjung posbindu di wilayah kerja Puskesmas
Ballaparang Kota Makassar. Adapun saran dalam penelitian ini adalah bagi
kader posbindu sebaiknya lebih aktif berpartisipasi mensosialisasikan
kegiatan posbindu dan membantu pada setiap pelaksanaan posbindu serta
bagi petugas kesehatan sebaiknya lebih sering melakukan penyuluhan terkait
penyakit degenerative seperti hipertensi serta faktor risikonya yang dapat
dihindari kepada masyarakat di wilayah kerja puskesmasnya. Bagi peneliti
selanjutnya, sekiranya dapat melanjutkan penelitian yang serupa dengan
menggunakan variabel penelitian yang lainnya.
Review Jurnal 2

Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Hipertensi Pada Masyarakat (Studi

Kasus Di Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow) Hairil

Akbar, Eko Budi Santoso

A. Abstrak
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi
permasalahan terbesar di dunia. Hipertensi dapat menyebabkan
menyebabkan komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, seperti penyakit
jantung, stroke dan ginjal. Prevalensi penyakit hipertensi di Provinsi
Sulawesi Utara pada tahun 2016 sebanyak 38.36% atau 73,108 kasus dan di
Kabupaten Bolaang Mongondow sebanyak 23.02% (381 kasus). Tujuan
penelitian menganalisis faktor penyebab terjadinya hipertensi di Kecamatan
Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow. Kesimpulan bahwa obesitas,
kebiasaan merokok, dan stres merupakan faktor penyebab terjadinya
hipertensi pada masyarakat di Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang
Mongondow. Perlunya masyarakat melakukan upaya pencegahan dan
menerapkan pola hidup sehat sejak dini.

B. Pendahuluan
Hipertensi merupakan suatu tantangan Kesehatan masyarakat secara
global, dimana dapat mengurangi kualitas hidup secara signifikan dan juga
merupakan salah satu faktor risiko yang sangat berkaitan erat dengan
penyakit kardiovaskuler dan mortalitas atau kematian pada usia muda akibat
penyakit hipertensi. Prevalensi hipertensi diperkirakan akan meningkat
seiring dengan meningkatnya populasi dan usia. Secara global, prevalensi
hipertensi diperkirakan 22%, dimana hipertensi dapat menyebabkan 7,5 juta
kematian di seluruh dunia, yang mewakili sekitar 12,8% dari total semua
kematian dan tekanan darah tinggi diidentifikasi sebagai faktor risiko utama
untuk penyakit jantung koroner, penyakit ginjal, dan stroke. Selain itu,
hipertensi akan menambah beban ekonomi yang secara tidak langsung juga
akan mempengaruhi kesejahteran baik di tingkat rumah tangga, regional
maupun nasional.
Pada umumnya, penyakit hipertensi sangat banyak terjadi pada
Masyarakat yang berusia lanjut, akan tetapi tidak menutup kemungkinan
penduduk usia remaja hingga dewasa juga dapat menderita penyakit
hipertensi. Remaja dan dewasa muda yang berada pada rentang usia 15-25
tahun memiliki angka prevalensi hipertensi 1 dari 10 orang. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Kini (2016), prevalensi pre hipertensi dan hipertensi
pada dewasa muda (20-30 tahun) adalah sebesar 45,2%. Hipertensi kini telah
menjadi salah satu penyakit degeneratif yang diturunkan pada anggota
keluarga yang memiliki riwayat kejadian hipertensi.
Prevalensi hipertensi akan terus meningkat sejalan dengan
perubahan gaya hidup seperti kebiasaan merokok, obesitas, pola makan yang
kurang bergizi, dan stres psikososial. Penyakit hipertensi akan terus menjadi
masalah kesehatan masyarakat dan akan menjadi lebih besar jika tidak
ditanggulangi sejak dini. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis faktor penyebab terjadinya hipertensi pada masyarakat
(studi kasus di Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow).

C. Metode
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan
menggunakan rancang bangun cross sectional study. Penelitian ini
dilakukan di Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow
Provinsi Sulawesi Utara mulai dari bulan September sampai dengan bulan
November tahun 2019. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
masyarakat yang tinggal di Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang
Mongondow sedangkan sampel pada penelitian ini Sebagian Masyarakat
yang tinggal di Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow
yaitu sebanyak 94 sampel.
Teknik pengambilan sampel yaitu Simple random sampling.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan melakukan wawancara
langsung dengan responden. Sementara untuk pengukuran antropometri
dilakukan dengan mengukur berat badan dan tinggi badan untuk menghitung
nilai indeks massa tubuh. Pengukuran hipertensi didapatkan dari hasil
pemeriksaan kesehatan yang dilakukan responden di Puskesmas Passi Barat.
Analisis data menggunakan uji statistik uji chi-square. Penyajian data
menggunakan tabel dan narasi.

D. Hasil
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap karakteristik responden dengan
mendeskripsikan hasilhasil penelitian ke dalam bentuk distribusi frekuensi.
Hasil analisis univariat dari penelitian ini. Berdasarkan dari hasil
pengumpulan data tentang karakteristik responden bahwa responden
perempuan lebih banyak yaitu 53 orang (56,4%) dibandingkan laki-laki
yaitu sebanyak 41 orang (43,6%). Untuk kelompok usia 45-54 tahun lebih
banyak yaitu 34 orang (36,2%) dibandingkan pada kelompok usia 55-64
tahun yaitu 23 orang (24,5%), usia 25-34 tahun sebanyak 15 orang (16,0%),
usia 35-44 tahun sebanyak 14 orang (14,9%), dan usia 15-24 tahun sebanyak
8 orang (8,5%). Untuk tingkat pendidikan lebih banyak pada responden yang
berpendidikan SMA yaitu 30 orang (31,0%), dibandingkan perguruan tinggi
yaitu sebanyak 21 orang (22,4%), SMP yaitu sebanyak 21 orang (22,3%),
SD yaitu sebanyak 17 orang (18,1%), dan tidak tamat SD yaitu sebanyak 5
orang (5,3%). Untuk jenis pekerjaan lebih banyak responden yang tidak
bekerja/IRT yaitu sebanyak 41 orang (43,6%), dibandingkan buruh dan
wiraswasta yaitu sebanyak 11 orang (11,7%), pegawai swasta yaitu
sebanyak 13 orang (13,8%), pegawai negeri yaitu sebanyak 12 orang
(12,8%), dan pelajar/ mahasiswa yaitu sebanyak 6 orang (6,4%).
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk menganalisis dan mengetahui hubungan
antara variabel dependen (hipertensi) terhadap variabel independen
(obesitas, kebiasaan merokok, dan stres).
3. Obesitas
Distribusi Pengaruh Obesitas terhadap Kejadian Hipertensi di
Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow. Menunjukkan
bahwa dari 46 responden yang obesitas, terkena penyakit hipertensi
sebanyak 34 responden (73,9%), dan dari 48 respondenyang tidak obesitas,
terkena penyakit hipertensi sebanyak 19 responden (39,6%). Hasil uji
statistik chisquare diperoleh nilai (ρ=0,001) yang berarti obesitas merupakan
faktor penyebab terjadinya hipertensi pada masyarakat di Kecamatan Passi
Barat Kabupaten Bolaang Mongondow.
4. Kebiasaan Merokok
Distribusi Pengaruh Kebiasaan Merokok terhadap Kejadian
Hipertensi di Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow.
Menunjukkan bahwa dari 34 responden yang memiliki kebiasaan merokok,
terkena penyakit hipertensi sebanyak 24 responden (70,6%), dan dari 60
responden yang tidak memiliki kebiasaan merokok, terkena penyakit
hipertensi sebanyak 29 responden (48,3%). Hasil uji statistik chi-square
diperoleh nilai (ρ=0,037) yang berarti kebiasaan merokok merupakan faktor
penyebab terjadinya hipertensi pada masyarakat di Kecamatan Passi Barat
Kabupaten Bolaang Mongondow.
5. Stress
Distribusi Pengaruh Stres terhadap Kejadian Hipertensi di
Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang Mongondow. Menunjukkan
bahwa dari 37 responden yang stres tinggi, terkena penyakit hipertensi
sebanyak 26 responden (70,3%), dan dari 57 responden yang stres rendah,
terkena penyakit hipertensi sebanyak 27 responden (47,4%). Hasil uji
statistik chisquare diperoleh nilai (ρ=0,029) yang berarti stress merupakan
faktor penyebab terjadinya hipertensi pada masyarakat di Kecamatan Passi
Barat Kabupaten Bolaang Mongondow.
E. Pembahasan
1. Obesitas Merupakan Faktor Penyebab Terjadinya Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyebab kematian dan
berkontribusi utama beban di negara maju dan berkembang serta penyebab
utama perdarahan dan atherostroke trombotik, penyakit jantung hipertensi,
hipertensi, gagal ginjal, dan penyakit arteri koroner. Menurut beberapa
penelitian, obesitas memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian
hipertensi. Berdasarkan Studi Framingham menyebutkan bahwa kelebihan
berat badan (kelebihan berat badan dan obesitas), menyumbang sekitar 26%
kasus hipertensi pada pria dan 28% pada Wanita.
Obesitas dapat menyebabkan terjadinya hipertensi melalui berbagai
mekanisme, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Secara
langsung obesitas menyebabkan terjadinya peningkatan cardiac output
karena semakin besar massa tubuh seseorang maka semakin banyak pula
jumlah darah yang beredar sehingga curah jantung akan ikut meningkat.
Sedangkan secara tidak langsung melalui perangsangan aktivitas sistem
saraf simpatis dan Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS) oleh
mediator-mediator seperti hormon, sitokin, dan adipokin. Salah satunya
adalah hormon Aldosteron yang terkait erat dengan retensi air dan natrium
sehingga volume darah meningkat.

2. Kebiasaan Merokok Merupakan Faktor Penyebab Terjadinya


Hipertensi
Merokok tembakau dapat menimbulkan suatu gangguan kesehatan,
paling tidak ada tiga hal yang dapat terjadi yaitu, timbulnya penyakit pada
paru, kanker, dan penyakit kardiovaskuler. Merokok juga merupakan salah
satu faktor risiko yang memicu timbulnya hipertensi.
Pada penelitian ini banyak ditemukan masyarakat memiliki
kebiasaan merokok baik itu laki-laki maupun perempuan. Menurut beberapa
responden bahwa kebiasaan merokok mereka lakukan sudah cukup lama dan
dilakukan pada saat setelah makan atau sedang santai sambil bercerita
dengan tetangga lain. Selain itu, bukan hanya pada
kalangan laki-laki tetapi juga pada perempuan banyak yang ditemukan
merokok. Kebiasaan ini sangat sulit untuk dihilangkan oleh responden
karena sudah menjadi kebiasaan mereka sehari-hari baik pada saat istirahat
maupun pada saat bekerja.
Nikotin dan karbon monoksida memiliki racun berpengaruh pada
jantung dan pembuluh darah. Nikotin bisa meningkatkan pelepasan
katekolamin sehingga bisa meningkatkan tekanan darah sistolik dan detak
jantung. Karbon monoksida dapat mengikat dengan membentuk hemoglobin
karboksihemoglobin. Karboksihemoglobin ini menyebabkan hipoksia
jaringan sehingga dapat merusak jantung dan pembuluh darah. Selain
pengaruh rokok sehingga dapat menyebabkan hipertensi dipengaruhi oleh
kandungan atau zat yang terkandung di dalam rokok antara lain nikotin dan
karbon monoksida. Merokok menyebabkan aktivasi simpatetik, stress
oksidatif, dan efek vasopresor akut yang meningkatkan marker inflamasi
yang berhubungan dengan hipertensi. Mekanisme rokok sehingga
menimbulkan hipertensi terutama dilihat dari konsumsi rokok dalam waktu
yang lama.

3. Stress Merupakan Faktor Penyebab Terjadinya Hipertensi


Stress merupakan suatu ketidakmampuan seseorang dalam
mengatasi ancaman yang dihadapi baik secara mental, fisik, emosional,
maupun spiritual, yang dapat mempengaruhi kesehatan fisik orang tersebut.
Stres adalah persepsi, baik secara nyata maupun imajinasi, persepsi terhadap
stres berasal dari rasa takut atau marah. Perasaan ini diekspresikan dalam
sikap yang tidak sabar, frustasi, iri, tidak ramah, depresi, bimbang, cemas,
rasa bersalah, khawatir, atau apati.
Masih banyak ditemukan masyarakat jika terjadi suatu
permasalahan dalam lingkungan keluarga maupun dilingkungan masyarakat,
masih kurang baik dalam manajemen stresnya. Hal ini terlihat sering marah
dan tidak dapat mengontrol emosinya dalam mengatasi masalah tersebut.
Sehingga sering terjadi perkelahian dan perdebatan.
Kondisi stres yang membuat tubuh menghasilkan hormon adrenalin
lebih banyak, membuat jantung berkerja lebih kuat dan cepat. Apabila
terjadi dalam jangka waktu yang lama maka akan timbul rangkaian reaksi
dari organ tubuh lain. Perubahan fungsional tekanan darah yang disebabkan
oleh kondisi stres dapat menyebabkan hipertropi kardiovaskuler bila
berulang secara intermiten. Begitupula stres yang dialami penderita
hipertensi, maka akan mempengaruhi peningkatan tekanan darahnya yang
cenderung menetap atau bahkan dapat bertambah tinggi sehingga
menyebabkan kondisi hipertensinya menjadi lebih berat.

F. Kesimpulan
Obesitas, kebiasaan merokok, dan stres merupakan faktor penyebab
terjadinya hipertensi pada masyarakat di Kecamatan Passi Barat Kabupaten
Bolaang Mongondow.
Review Jurnal 3

Hipertensi pada Remaja di Kabupaten Semarang

Yuliaji Siswanto, Sigit Ambar Widyawati, Alya Asyura Wijaya, Budi Dewi
Salfana, Karlina

A. Abstrak
Hipertensi umumnya terjadi pada usia lanjut, tetapi beberapa
penelitian menunjukkan bahwa hipertensi dapat muncul sejak remaja dan
prevalensinya mengalami peningkatan selama beberapa dekade terakhir.
Namun banyak yang belum menyadari sehingga menjadi penyebab
munculnya hipertensi pada usia dewasa dan lansia. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui prevalensi hipertensi pada remaja di
Kabupaten Semarang.

B. Pendahuluan
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup
berbahaya di dunia, karena hipertensi merupakan faktor risiko utama yang
mengarah kepada penyakit kardiovaskuler seperti serangan jantung, gagal
jantung, stroke dan penyakit ginjal yang mana pada tahun 2016 penyakit
jantung iskemik dan stroke menjadi dua penyebab kematian utama di dunia
(WHO, 2018).
Kejadian hipertensi di seluruh dunia mencapai lebih dari 1,3 milyar
orang, yang mana angka tersebut menggambarkan 31% jumlah penduduk
dewasa di dunia yang mengalami peningkatan sebesar 5,1% lebih besar
dibanding prevalensi global pada tahun 2000-2010 (Bloch, 2016). Hipertensi
umumnya terjadi pada usia lanjut, tetapi beberapa penelitian menunjukkan
bahwa hipertensi dapat muncul sejak remaja dan prevalensinya mengalami
peningkatan selama beberapa dekade terakhir, namun banyak yang belum
menyadari sehingga menjadi penyebab munculnya hipertensi pada usia
dewasa dan lansia.
Hipertensi merupakan kondisi yang penting pada anak-anak, dengan
perkiraan prevalensi populasi 1-2% di negara maju. Survei nutrisi di AS
menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dalam tekanan darah
sistolik dan tekanan darah diastolik. Penyebab peningkatan tekanan darah
dikaitkan dengan obesitas, perubahan pola makan, penurunan aktivitas fisik
dan meningkatnya stres (Sangamesh, 2016). Mekanisme terjadinya
hipertensi pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berkaitan
dengan gaya hidup. Faktor tersebut diantaranya adalah berat badan lebih atau
obesitas, riwayat hipertensi dalam keluarga atau faktor genetik, ras atau etnik,
jenis kelamin, berat lahir rendah, konsumsi garam yang tinggi, merokok,
aktivitas fisik atau olahraga dan pengetahuan rendah. Faktor risiko gaya
hidup tidak sehat pada remaja disebabkan oleh banyak faktor, salah satu
diantaranya adalah pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat berpengaruh terhadap tindakan atau perilaku seseorang
(Notoatmodjo, 2012). Rendahnya pengetahuan tenaga kesehatan, pasien,
dan masyarakat tentang hipertensi merupakan penyebab utama tidak
terkontrolnya tekanan darah, terutama pada pasien hipertensi di Asia (Park,
J.B., 2015).Hal- hal yang dapat dilakukan sebagai upaya perbaikan
kesehatan bukan sekadar memperbaiki kerusakan atau kelainan fisik, tetapi
melibatkan kompleksitas kebutuhan, motivasi, dan prioritas individu yang
dapat dilakukan melalui komunikasi intrapersonal yang melibatkan jiwa,
kemauan, kesadaran, dan pikiran (Arianto, 2013).

C. Metode
Penelitian dilakukan secara observasional dengan pendekatan cross
sectional yang bertujuan untuk mengetahui prevalensi hipertensi pada
remaja di Kabupaten Semarang, dengan cara pendekatan observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Semarang yang terdiri dari
19 kecamatan dan terdapat 60 SMA/SMK/MA. Populasi yang diambil
adalah seluruh remaja yang tercatat di SMA/SMK/MA yang ada di
Kabupaten Semarang pada tahun ajaran 2018/2019, yaitu sebanyak 30.230
siswa. Sampel penelitian ini merupakan bagian dari populasi yang
ditentukan dengan rumus sampel survei pada populasi finit sebanyak 147
siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan two stage cluster sampling.
Pada tahap pertama dilakukan pemilihan kelompok sebagai sampel, yaitu
memilih kecamatan sebagai kelompok/cluster. Pemilihan kelompok di
dapat Kecamatan Bergas, Kecamatan Sumowono dan Kecamatan Ungaran.
Selanjutnya diambil satu SMA yang berada kelompok tersebut, dan
didapatkan SMA Negeri 1 Bergas, SMK Sumowono dan SMA Negeri 2
Ungaran. Kemudian tahap kedua memilih siswa dari ketiga SMA/SMK/MA,
didapatkan 49 remaja dari SMA Negeri 1 Bergas, 49 remaja dari SMK
Sumowono dan 49 remaja dari SMA Negeri 2 Ungaran.
Variabel-variabel yang diukur dalam penelitian ini meliputi:
prevalensi hipertensi, jenis kelamin, dan tingkat pengetahuan mengenai
hipertensi pada remaja. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner
dan pengukuran fisik yaitu berat badan, tinggi badan, dan tekanan darah.
Analisis data dilakukan secara univariat dengan menggunakan tabel
distribusi frekuensi.

D. Hasil dan Pembahasan


Masa remaja yang merupakan peralihan anak menjadi dewasa
menyebabkan remaja berbeda dengan anak dan dewasa baik dalam gaya
hidup dan kebiasaan maupun perubahan metabolik dalam tubuh. Hal itu
menyebabkan pola penyakit pada remaja berbeda dengan anak yang lebih
muda. Dengan perubahan gaya hidup menyebabkan remaja rentan terhadap
timbulnya berbagai penyakit dan salah satu di antaranya adalah hipertensi.
Kejadian hipertensi biasanya terjadi pada kelompok usia lanjut, tetapi
beberapa penelitian menunjukkan bahwa hipertensi dapat muncul sejak
remaja dan prevalensinya mengalami peningkatan pada beberapa tahun
terakhir (Kurnianingtyas, 2017). Kondisi ini perlu diwaspadai mengingat
hipertensi pada usia remaja akan menimbulkan efek gangguan pada berbagai
organ dan merupakan faktor risiko berbagai penyakit degeneratif usia
lanjut, termasuk penyakit kardiovaskuler. Butch (2011) juga
menyatakan bahwa remaja dengan tekanan darah tinggi dapat meningkatkan
risiko hipertensi pada usia dewasa dan menderita komplikasi penyakit yang
ditimbulkan oleh hipertensi.
Banyak faktor penyebab hipertensi pada remaja, yang bisa dibedakan
menjadi faktor risiko yang dapat diubah dan yang tidak dapat diubah. Upaya
pencegahan dan penanggulangan hipertensi didasarkan pada faktor risiko
yang dapat diubah diantaranya perubahan pola makan dan gaya hidup. Upaya
pencegahan yang dapat dilakukan meliputi: perubahan pola makan,
pembatasan penggunaan garam hingga 4-6 gr per hari, makanan yang
mengandung soda kue, bumbu penyedap dan pengawet makanan,
mengurangi makanan yang mengandung kolesterol tinggi (jeroan, kuning
telur, cumi-cumi, kerang, kepiting, coklat, mentega, dan margarin),
menghentikan kebiasaan merokok, minum alcohol, olah raga teratur dan
menghindari stress. Pendapat lain menyatakan bahwa faktor risiko yang
dapat diubah meliputi obesitas, asupan natrium berlebih, kebiasaan
merokok, aktivitas fisik, dan kualitas tidur. Sedangkan faktor risiko yang
tidak dapat diubah meliputi riwayat hipertensi keluarga, berat lahir rendah,
dan jenis kelamin (Dharnidharka, 2015 & Nuraini, 2015).
Kejadian hipertensi pada remaja banyak yang diawali dengan
kegemukan atau obesitas yang berkaitan dengan gaya hidup. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa kejadian hipertensi lebih banyak dialami oleh
responden perempuan (36,5%) dibandingkan dengan responden laki- laki
(30,1%). Hal ini bisa dikarenakan karena gaya hidup terutama pola makan
remaja perempuan yang lebih suka mengkonsumsi makanan berlemak atau
tinggi natrium.Pola asupan garam dalam diet: badan kesehatan dunia yaitu
World Health Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi
garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium
yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram
sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih
menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat.
Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume
cairan ekstraseluler meningkat.
Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan
meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya
hipertensi (Shapo, 2003).
Hubungan antara rokok dengan peningkatan risiko terjadinya
penyakit kardiovaskular telah banyak dibuktikan. Selain lamanya, risiko
akibat merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap per hari.
Seseorang yang merokok lebih dari satu bungkus rokok sehari memiliki
risiko dua kali lebih tinggi dari pada yang tidak merokok. Zat kimia beracun,
seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisapmelalui rokok, masuk
kedalam aliran darah dan merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri,
mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi. Hanya dalam beberapa
detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan
memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin).
Hormon tersebut akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung
untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah merokok
dua batang saja, tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat
10 mmHg. Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit
setelah berhenti mengisap rokok. Setelah efek nikotin perlahan-lahan hilang,
tekanan darah juga akan menurun dengan perlahan. Pada perokok berat
tekanan darah akan berada pada level tinggi sepanjang hari.
Perokok pasif juga berhubungan dengan kerusakan endotel
pembuluh darah dan berdampakterhadap peningkatan tekanan darah.
Penelitian yang dilakukan oleh Seyedzadeh et al,(2012) menunjukkan bahwa
pajanan terhadap asap rokok dapat meningkatkan tekanan darah pada anak
dan mempunyai risiko terjadi penyakit kardiovaskuler di kemudian
hari.
Penyakit hipertensi berjalan dengan perlahan dan mungkin tidak
dirasakan sampai menimbulkan kerusakan organ yang bermakna. Semakin
tinggi tekanan darah semakin besar resiko terhadap kerusakan organ tersebut
(Price, 2012). Hipertensi yang tidak terkontrol akan menimbulkan berbagai
komplikasi, bila mengenai jantung kemungkinan dapat terjadi infark
miokard, jantung koroner, gagal jantung kongestif, bila mengenai
otak terjadi stroke, ensevalopati hipertensif, dan bila mengenai ginjal terjadi
gagal ginjal kronis, sedangkan bila mengenai mata akan terjadi retinopati
hipertensif. Dari berbagai komplikasi yang mungkin timbul merupakan
penyakit yang sangat serius dan berdampak terhadap psikologis penderita
karena kualitas hidupnya rendah terutama pada kasus stroke, gagal ginjal,
dan gagal jantung. Tekanan darah yang tinggi umumnya meningkatkan
resiko terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi yang tidak diobati akan
mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan
hidup sebesar 10-20 tahun (Cardiology, 2014).
Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya
tidak terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital.
Sebab kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau
tanpa disertai stroke dan gagal ginjal (Hoeymans, 1999). Oleh karena itu
pengobatan hipertensi memang menjadi suatu hal yang penting, tetapi tidak
lengkap jika tanpa dilakukan tindakan pencegahan untuk menurunkan faktor
resiko penyakit kardiovaskuler akibat hipertensi.

E. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 147 responden
sepertiganya sudah mengalami hipertensi dengan sebaran hipertensi stage 2
sebanyak 9 orang (6,1%), hipertensi stage 1 sebanyak 18 orang (12,2%), dan
pre-hipertensi sebanyak 22 orang (15,0%), dan sebanyak 98 orang (66,7%)
yang mempunyai tekanan darah normal. Hipertensi pada remaja perlu
diwaspadai sehingga penting untuk rutin mengukur tekanan darah pada anak
remaja. Berbagai faktor risiko hipertensi perlu diperhatikan pada anak
remaja.
Saran, perlu dilakukan upaya pencegahan sejak dini yang berkaitan
dengan pola makan dan gaya hidup pada remaja, meliputi: perubahan pola
makan, pembatasan penggunaan garam hingga 4-6 gr per hari, makanan
yang mengandung soda kue, bumbu penyedap dan pengawet makanan,
mengurangi makanan yang mengandung kolesterol tinggi (jeroan, kuning
telur, cumi-cumi, kerang, kepiting, coklat, mentega, dan margarin),
menghentikan kebiasaan merokok, minum alcohol, olah raga teratur dan
menghindari stress.
Review Jurnal 4
Karakteristik Faktor Resiko Hipertensi di Makassar Tahun 2017
Nurhikmawati, Syatirah Risky Ananda, Hasta Handayani Idrus, Wisudawan,
Nurfachanti Fattah

A. Abstrak
Hipertensi merupakan manifestasi gangguan keseimbangan
hemodinamik sistem kardiovaskular, yang mana patofisiologinya adalah
multi faktor, sehingga tidak bisa diterangkan dengan hanya satu mekanisme
tunggal. Menurut American Heart Association (AHA) 2017. Hipertensi
merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing
individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya Penelitian ini
bertujuan mengetahui karakteristik faktor risiko hipertensi di Makassar
tahun 2017. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif Sampel adalah
semua pasien hipertensi yang masuk di Puskesmas Tabaringan, Jumpandang
Baru, Layang, Andalas, Makkasau, Maccini Sawah, Mamajang, Pertiwi,
Jongaya, Kassikassi, Batua,Tamangapa, Sudiang, Tamalanrea, Makassar
mulai tanggal 1 Januari 2017 sampai 31 Desember
2017 sebanyak 1.528 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Teknik
sampling yang digunakan adalah accidental sampling Dari 1.528 subjek
penelitian didapatkan paling banyak usia >50 tahun sebanyak 872 orang
(57.05), dengan jenis kelamin paling banyak adalah perempuan sebanyak
956 orang (62.57%). Subjek yang memiliki riwayat keluarga hipertensi
sebanyak 756 orang (49.47%). Pekerjaan paling banyak dengan kategori
sangat berat sebanyak 656 orang (42.94%). Selain itu ditemukan sampel
dengan jarang konsumsi garam sebanyak 875 orang (57.27%), dan lebih
banyak mengkonsumsi makanan mengandung lemak sebanyak 844 orang
(55.23%). Pada sampel ini juga ditemukan penderita hipertensi yang
terbanyak termasuk kategori perokok pasif sebanyak 1.002 orang (65.58%).
Dari gaya hidup yang mengalami hipertensi lebih banyak yang tidak pernah
konsumsi alkohol sebanyak 1.478 orang (96.72%). Subjek yang mengalami
hipertensi dan mengalami obesitas sebanyak 861 orang (56.35%), dan lebih
banyak pada sampel yang jarang olahraga sebanyak 1.104 orang 72.25%).
Selain itu, ditemukan juga subjek yang mengalami hipertensi lebih banyak
pada sampel yang tidak pernah mengalami mendengkur sebanyak 877 orang
(57.4%). Penderita hipertensi di Makassar paling banyak pada usia >50
tahun, perempuan, tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi, pekerjaan
tergolong kategori sangat berat, jarang konsumsi garam, sering konsumsi
lemak, perokok pasif, tidak pernah konsumsi alkohol, obesitas, jarang
olahraga, dan tidak pernah mengalami mendengkur

B. Pendahuluan
Hipertensi merupakan manifestasi gangguan keseimbangan
hemoodinamik system kardiovaskular, yang mana patofisiologinya adalah
multi faktor, sehingga tidak bisa diterangkan dengan hanya satu mekanisme
tunggal. Hipertensi banyak menyangkut faktor genetic, lingkungan dan
pusat-pusat regulasi hemodinamik. Kalau disederhanakan sebetulnya
hipertensi adalah interaksi cardiac output (CO) dan total peripheral
resistence (TPR). Menurut American Heart Association (AHA) 2017,
Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada
masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya.
Gejala-gejalanya itu adalah sakit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet
(vertigo), jantung berdebar-debar, mudah Ieiah, penglihatan kabur, telinga
berdenging (tinnitus), dan mimisan. Meningkatnya arus globalisasi disegala
bidang dengan perkembangan teknologi dan industry telah banyak membuat
perubahan pada perilaku dan gaya hidup pada masyarakat. Perubahan gaya
hidup, sosial ekonomi, industralisasi dapat memacu meningkatnya penyakit
seperti hipertensi. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung,
stroke dan ginjal.
Berdasarkan data dari American Heart Association (AHA) 2017,
dalam 9623 orang hipertensi, terdapat 4717 (49%) laki-laki dan 4906 (51%)
perempuan menderita hipertensi. Data Riskesdas 2013, penyakit tidak
menular paling banyak di Indonesia adalah hipertensi atau tekanan darah
tinggi, yaitu 25,8%. Penyakit terbanyak kedua adalah penyakit sendi, yaitu
24,7% kemudian stroke, yaitu 12,1%. Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Kota Makassar 2016, prevalensi hipertensi di Makassar tertinggi
pada kecamatan Tallo dengan jumlah 2.386 orang dan terendah pada
kecamatan Ujung Pandang jumlah 13 orang. Dari penelitian dini diharapkan
ditemukan gambaran karakteristik factor risiko hipertensi pada sebagian
penduduk di wilayah makassar. Hal ini bisa nantinya bisa menjadi sebaran
gambaran faktor risiko yang akhirnya bisa menjadikan acuan dalam
pengendalian hipertensi di Makassar.

C. Metode
Penelitian ini menggunakan studi deskriptif untuk mengetahui faktor
risiko hipertensi di Makassar tahun 2017. Penelitian dilakukan di Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Tabaringan, Jumpandang Baru, Layang,
Andalas, Makkasau, Maccini Sawah, Mamajang, Pertiwi, Jongaya,
Kassikassi, Batua, Tamangapa, Sudiang, Tamalanrea, Makassar. Waktu
pengambilan data dimulai pada bulan Februari 2018. Populasi dan sampel
adalah pasien hipertensi yang masuk di Puskesmas Tabaringan, Jumpandang
Baru, Layang, Andalas, Makkasau, Maccini Sawah, Mamajang, Pertiwi,
Jongaya, Kassi-kassi, Batua, Tamangapa, Sudiang, Tamalanrea, Makassar
mulai tanggal 1 Januari 2017 sampai 31 Desember
2017 sebanyak 1.528 pasien.
Penelitian menggunakan teknik accidental sampling. Seluruh
sampel yang masuk dalam kriteria inklusi dijadikan sebagai sampel dalam
penelitian ini. Dalam penelitian ini menggunakan data rekam medis dari
Puskesmas Tabaringan, Jumpandang Baru, Layang, Andalas, Makkasau,
Maccini Sawah, Mamajang, Pertiwi, Jongaya, Kassi-kassi, Batua,
Tamangapa, Sudiang, Tamalanrea, Makassar. Data disajikan dalam bentuk
table data menggunakan microsof excel.
D. Hasil
Penelitian ini dilakukan di bagian Rekam Medik Puskesmas
Tabaringan, Jumpandang Baru, Layang, Andalas, Makkasau, Maccini
Sawah, Mamajang, Pertiwi, Jongaya, Kassi-kassi, Batua, Tamangapa,
Sudiang, dan Tamalanrea, Makassar. Pengumpulan data dimulai pada
tanggal 8 Februari 2018 sampai 25 Juli 2018. Proses pengumpulan data
dilakukan dengan melihat data rekam medik pasien hipertensi yang tercatat
pada tahun 2017. Data yang diperoleh dari bagian rekam medik di
Puskesmas Tabaringan, Jumpandang Baru, Layang, Andalas, Makkasau,
Maccini Sawah, Mamajang, Pertiwi, Jongaya, Kassi-kassi, Batua,
Tamangapa, Sudiang, dan Tamalanrea tercatat sebanyak 1.528 orang
penderita hipertensi.

E. Pembahasan
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui sebaran karakteristik
pasien hipertensi di Makassar pada 1.528 sampel, dimana sampel dari 14
puskesmas yang tersebar di Makassar. Pada penelitian ini didapatkan
ternyata pasien hipertensi lebih banyak didapatkan pada kategori usia tua
(>50 tahun) yaitu sekitar 872 orang (57.05%). Dan prevalensi usia >50 tahun
ini konsisten di semua puskesmas. Hasil penelitian ini berbanding lurus
dengan teori insiden hipertensi makin meningkat dengan bertambahnya usia,
disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh yang mempengaruhi
jantung, pembuluh darah dan hormon. Arteri kehilangan elastisitas atau
kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan
enam puluhan.
Berikutnya pada pasien hipertensi di makassar memperlihatkan
bahwa persentase perempuan yang menderita hipertensi jauh lebih tingi pada
perempuan dibandingkan laki-laki, yaitu sebanyak 956 orang (62.57%).
Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian oleh Dwi Lestari di
Yogyakarta dengan sampel 180 orang, didapatkan perempuan sebanyak
139 orang (77.2%) dan laki-laki 41 orang (22.78%). Hal ini sudah
menggeser teori dimana dikatakan bahwa prevalensi hipertensi lebih banyak
pada jenis kelamin laki-laki, dibandingkan perempuan. Secara teori
perempuan dipengaruhi oleh beberapa hormon termasuk hormon estrogen
yang melindungi perempuan dari hipertensi dan komplikasinya termasuk
penebalan dinding pembuluh darah atau aterosklerosis. Perempuan usia
produktif sekitar 30-40 tahun, kasus serangan jantung jarang terjadi, tetapi
meningkat pada laki-laki. Tingginya angka pasien hipertensi yang
perempuan juga bisa dipengaruhi oleh kultur masyarakat dimana perempuan
lebih waspada terhadap penyakit yang dideritanya dibandingkan laki-laki,
sehingga perempuan lebih banyak memeriksakan diri ke layanan kesehatan
dibandingkan laki-laki.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa riwayat keluarga
hipertensi pada penderita hipertensi di Makassar hampir sama merata, antara
yang memiliki riwayat keluarga ataupun tidak memiliki riwayat keluarga
yang hipertensi. Untuk sebaran puskesmas pun, cenderung merata, antara
yang memiliki riwayat hipertensi dan tidak memiliki riwayat hipertensi.
Individu dengan riwayat keluarga memiliki penyakit tidak menular lebih
sering menderita penyakit yang sama. Jika ada riwayat keluarga dekat yang
memiliki faktor keturunan hipertensi, akan mempertinggi risiko terkena
hipertensi pada keturunannya. Keluarga dengan riwayat hipertensi akan
meningkatkan risiko hipertensi sebesar empat kali lipat. Data statistik
membuktikan jika seseorang memiliki riwayat salah satu orang tuanya
menderita penyakit tidak menular, maka dimungkinkan sepanjang hidup
keturunannya memiliki peluang 25% terserang penyakit tersebut

F. Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,
maka dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa Karakterisktik usia lebih
banyak usia >50 tahun (57,05%) dan berjenis kelamin perempuan (62,57%).
Berdasarkan riwayat penyakit keluarga, lebih banyak yang tidak memiliki
riwayat keluarga hipertensi sebelumnya (52,09%). Berdasarkan aktivitas
sehari-hari, pasien lebih banyak memiliki pekerjaan berat (42,94%), dan
lebih banyak yang jarang olahraga (72,25%). Berdasarkan gaya hidup,
pasien yang lebih banyak adalah obesitas (56,35%), dan tidak pernah
mendengkur (88,94%), serta lebih banyak perokok pasif (65,68%). Untuk
makanan sehari-hari lebih banyak pasien hipertensi yang tidak
mengkonsumsi garam (57,27%), tetapi sering mengkonsumsi makanan
berlemak (55,23%), serta lebih banyak yang tidak mengkonsumsi alcohol
((86,72%) Sebagai saran, bahwa berbagai macam karakteristik pasien
hipertensi menunjukkan banyaknya faktor risiko. Dari penelitian ini
diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat mencari leih dalam antara
hubungan masing-masing faktor risiko ini, bisa dalam bentuk wawancara
langsung. Untuk tenaga kesehatan ini bisa menjadi salah satu data untuk
menjadi dasar edukasi ke masyarakat dalam pengendalian hipertensi di
wilayah masing-masing. Bagi pemerintah bisa memprioritaskan
pelaksanaan program promosi kesehatan dan upaya preventif seperti
promosi Kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Hairil Akbar, E. B. (2020). Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Hipertensi Pada


Masyarakat (Studi Kasus Di Kecamatan Passi Barat Kabupaten Bolaang
Mongondow). MPPKI (Januari, 2020) Vol. 3. No. 1, 3, 13-19.

Jumriani Ansar1, I. D. (2019). DETERMINAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA


PENGUNJUNG POSBINDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BALLAPARANG KOTA MAKASSAR. Volume 1. Edisi 3 2019, 1, 28-35.

Nurhikmawati, S. R. (2020). Karakteristik Faktor Risiko Hipertensi di Makassa


Tahun 2017.
Indonesia Journal of Health, Vol.1 No.1 Oktober 2020, 1, 53-73.

Yuliaji Siswanto, S. A. (2020). Hipertensi pada Remaja di Kabupaten Semarang.


JPPKMI 1 (1) (2020), 1, 11-17.

Anda mungkin juga menyukai