Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN MAKAN DENGAN TERJADI HIPERTENSI

PADA PASIEN RST Dr. REKSODIWIRYO


KECAMATAN PADANG TIMUR
TAHUN 2021

Penelitian keperawatan dasar

OLEH :
RAHMADONI
NIM : 1802068

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SYEDZA SAINTIKA PADANG
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Kemajuan teknologi di negara-negara berkembang mengakibatkan


transisi demografi dan epidemiologi yang ditandai dengan perubahan gaya
hidup dan tumbuhnya prevalensi penyakit tidak menular (PTM).
Terjadinya transisi ini disebabkan terjadinya perubahan sosial ekonomi,
lingkungan,dan perubahan struktur penduduk. Saat masyarakat telah
mengadopsi gaya hidup tidak sehat, misalnya merokok, kurang aktivitas
fisik, makanan tinggi lemak dan kalori, serta konsumsi alkohol yang
diduga perupakan faktor risiko PTM. Pada abad ke-21 ini diperkirakan
terjadi peningkatan insiden dan prevalensi PTM secara cepat, yang
merupakan tantangan utama masalah kesehatan dimasa yang akan datang.
WHO memperkirakan, pada tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73%
kematian dan 60% seluruh kesakitan di dunia. Diperkirakan negara yang
paling merasakan dampaknya adalah negara berkembang termasuk
Indonesia.3Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan yang sangat
serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer(Ade
yonata, Arif Satria Putra Pratama 2016).
Hiprtensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal
dan di ukur paling tidak pada tiga kali kesempatan yang berbeda.
Seseorang di angap mengalami hipertensi apabila tekanan darah lebih dari
140/90 mmHg(Elizabeth dalam Ardianyah M., 2012).
Menurut price (dalam nurarif A.H., & Kusuma H. (2016),
hipertensi adalah sebagai penngkat tekanan darah sistolik sekitar 140
mmHg atau tekanan diastolik sedikitnnya 90 mmHg. Hipertensi tidak
hanya beresiko tinggi menderita penykit jantung, tetapi menderita penyakit
lain yamg peyakit saraf, ginjal, dan pembulu darah dan makin tinggi
tekanan darah, makin besar resikonya.
Hipertensi adalah gejala dari sebuah sindroma, kemudian akan
memicu penerasan pembulu darah sampai terjadi kerusakan target organ
terkait. Hipertensi meruakan manifestasi ganguan keseimbangan
hemodnamik sistem kardiovaskuer, yang mana patofisiloginya adalah
multi faktor. Ada banyak faktor risiko yang berperan untuk kejadian
komplikasi penyakit kardiovaskuler, ialah faktor resiko mayor seperti
hipertensi, dan kerusakan organ sasaran seperti jantung, otak, penyakit
ginjal kronik, penyakit arteri perifer(yogiontoro 2014).
Definisi hipertensi tidak berubah sesuai dengan umur.Hipertensi
merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih dari
sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90
mmHg.4,5 Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu
hipertensi primer atau esensial yang penyebabnya tidak diketahui dan
hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit
endokrin, penyakit jantung, dan gangguan anak ginjal (adrenal). Hipertensi
seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus-
menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan
komplikasi(Ade yonata, Arif Satria Putra Pratama 2016).
Saat ini hipertensi menjadakan the silent disease terhadap
masyarakat modern. Dari hasil survay kesehatan rumah tangga atau
SKRT, posisinya mencapai urutan pertama. Masalah hipertensi tidak
terleps dari perubahan pola makan seseorang. Pola makan erat kaitannya
dengan frekuensi makan yang berlebihan akan mengakibatkan kegemukan
yang merupakan faktor pemicu timbulnya infeksi. Selain itu asupan garam
yang berlebihan akan megakibatkan hipetensi(Slamet Suyono, 2001).
Hipertensi belum diketahui faktor penyebabnya, namun ditemukan
beberapa faktor risiko.Banyak faktor yang dapat memperbesar risiko atau
kecenderungan seseorang menderita hipertensi, diantaranya ciri-ciri
individu seperti umur, jenis kelamin dan suku, faktor genetik serta faktor
lingkungan yang meliputi obesitas, stres, konsumsi garam, merokok,
konsumsi alkohol, dan sebagainya. Beberapa faktor yang mungkin
berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi biasanya tidak berdiri sendiri,
tetapi secara bersama-sama. Sesuai dengan teori mozaik pada hipertensi
esensial. Teori tersebut menjelaskan bahwa terjadinya hipertensi
disebabkan oleh beberapa faktor yang saling mempengaruhi, dimana
faktor utama yang berperan dalam patofisiologi adalah faktor genetik dan
paling sedikit tiga faktor lingkungan yaitu asupan garam, stres, dan
obesitas(Ade yonata, Arif Satria Putra Pratama 2016).
Akibat dari hipertensi antara lain adalah pendarahan ventria, gaguan
penglihatan, kebutaan, gagal jantung, pecahnya pembulu darah otak, stroke
bahkan kematian.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dibagi dalam
dua kelompok besar yaitu faktor yang melekat atau tidak dapat diubah
seperti jenis kelamin, umur, genetik dan faktor yang dapat diubah seperti
pengetahuan, kebiasaan olahraga, dan pola makan. Untuk terjadinya
hipertensi perlu peran faktor risiko tersebut secara bersama-sama (common
underlying risk factor) (Arif et al., 2013). Global Action Plan
direkomendasikan oleh WHO tahun 2014 dalam upaya mengendalikan
prevalensi penyakit tidak menular meliputi pengendalian faktor risiko
seperti merokok, konsumsi diet tinggi garam, ketidakaktifan fisik dan
pengendalian stress atau psikologis (Carlson et al., 2014; Andri et al.,
2018).
Faktor yang dapat di kendalikan adalah pola makan, kebiasaan olah
raga, konsumsi garam, kopi, alkohol, dan stres. Primakan di indonesia
adalah kecendriangan komsumsi makanan karbohitrat tinggi, rendah
protein, serat, dan vitamin. Karena karbohitrat masih merupakan sumber
energi yang murah. Sejumlah orang dalam mengkomsumsi makanan dalam
jumlah yang besar dari pada yang seharusnnya(Indrawati, 2009).
Faktor makanan yang merupakan penenntu dari tingginnya tekanan
darah adalah kelebihan lemak dalam tubuh, intake garam yang tinggi dan
komsumsi alkohol yang berlebihan, sedangkankan salah satu faktor resiko
yang tidak bisa di kendalikan yaitu usia. Seiring bertambahnya usia,
tekanan daran sistolik biasannya menurun, akan tetapi biasannya tekanan
darah diastolik biasannya meningkat.
Penelitian yang dilakukan oleh saban,dkk (2013) menunjukkan ada
hubungan yang bermakna antara pola makan yang di komsumsi dengan
hipertensi. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian
Widyaningrum(2012), yang menyatakan ada hubungan dengan makam
makan yang memicu hipertensi yaitu telur asin. Responden penderita
mempunyai pola makan yang tidak sesuai dengan diit hipertensi.
Responden yang memiliki ukuran perut dalam batas normal 56%
sedangkan responden yang memiliki ligkaran perut di atas normal 44%
pola makan yang berisiko meningkatkan tekanan darah adalah biscuit, telur
dan terasi dinyatakan dengan signifikan secara statistic dengan hipertensi.
Data WHO pada tahun 2014 terdapat sekitar 600 juta penderita
hipertensi di seluruh dunia. Prevalensi tertinggi terjadi di wilayah Afrika
yaitu sebesar 30%. Prevalensi terendah terdapat di wilayah Amerika
sebesar 18%. Secara umum, laki-laki memiliki prevalensi hipertensi yang
lebih tinggi dibandingkan wanita. Data WHO (World Health Organization)
(2015) menunjukan sekitar 1,13 milliar orang di dunia menderita
hipertensi. Artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita
hipertensi, hanya 36,8% di antaranya yang minum obat. Jumlah penderita
hipertensi di dunia terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada
2025 akan ada 1,5 milliar orang yang terkena hipertensi, di perkiran juga
setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan
komplikasinya. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil
pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di
Kalimantan Selatan (44,1%), sedangkan terendah di Papua sebesar
(22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%),
umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%) (Riskesdas,
2018).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2013, hipertensi merupakan
penyakit tidak menular terbanyak di Indonesia dengan prevalensi 26,5%.
Dengan kata lain, sekitar satu dari empat penduduk Indonesia menderita
hipertensi. Sebaran prevalensi hipertensi di Indonesia sangat beragam.
Provinsi di Indonesia dengan prevalensi hipertensi tertinggi adalah Bangka
Belitung (30,9%) dan yang terendah adalah Papua (16,9%), sementara
prevalensi hipertensi di Sumatra Barat adalah 22,6% (Depkes RI, 2014).
Menurut Dinas Kesehatan Sumbar (2014), hipertensi termasuk peringkat
kelima dari sepuluh penyakit terbanyak di Sumatra Barat dengan 84.345
kasus.
Hipertensi menduduki peringkat ketujuh dari sepuluh penyakit
terbanyak dengan 10.783 kasus. Kasus hipertensi tertinggi di Kota Padang
pada tahun 2015 berada di wilayah kerja Puskesmas Andalas dengan 4072
kasus pada tahun 2015 dan 4678 kasus pada tahun 2016. Kasus baru
hipertensi di Puskesmas Andalas juga meningkat dari tahun 2015 hingga
tahun 2016, yaitu 825 kasus menjadi 1029 kasus dan merupakan kasus
baru hipertensi tertinggi di Kota Padang (Dinas Kesehatan Kota Padang,
2016).
Puskesmas Andalas merupakan puskesmas dengan kasus hipertensi
tertinggi di Kota Padang dan merupakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama (FPKTP) yang berada di wilayah Kecamatan Padang
Timur. Dapat diperkirakan kejadian hipertensi pada masyarakat Padang
Timur cukup tinggi.
Berdsarkan latar belakang di atas, maka penelitian telah melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan Makan Dengan Terjadi Hipertensi
Pada Pasien Rst Dr. Reksodiwiryo Kecamatan Padang Timur tahun 2021”

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan di atas maka


yang akan men jadi permasalhan penting adalah apakah ada hubungan
pola makan dengan kejadian hipertensi pada pasien rst dr. Reksodiwiryo
kecamatan padang timur tahun 2021

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan pola makan dengan kejadian
hipertensi pada pasien rst dr. Reksodiwiryo kecamatan padang timur tahun
2021.
2. Tujuan khususa
a. Diketahui distribusi frekuensi kejadian hipertensi pada pasien rst
dr. Reksodiwiryo kecamatan padang timur tahun 2021.
b. Diketahui frekuensi pola makan pada pasien rst dr. Reksodiwiryo
kecamatan padang timur tahun 2021.
c. Diketahui hubungan pola makan dengan kejadian hipertensi pada
pasien rst dr. Reksodiwiryo kecamatan padang timur tahun 2021.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi tempat penelitian(rst dr. Reksodiwiryo)


Sebagai informasi bagi rst dr. Reksodiwiryo untuk meningkatkan
pelayanan dan pengobatan penderita hipertensi melalui upaya
peningkatan pola hidup sehat.

2. Bagi istitusi pendidikan (stikes syedza saintika padang)


Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan bacaan atau referensi
bagi mahasiswa di perpus stikes syedza saintika padang

3. Bagi peneliti selanjutnnya


Sebagai data awal untuk melakukan peneliti selajutnnya dengan
melakukan variabel dan tempat yang berbeda tentang hubungan pola
makan dengan kejadian hipertensi pada pasien poli umum.

E. Ruang lingkup

Pada penelitian ini peneliti ingin melihat hubungan pola makan


dengan kejadian hipertensi pada pasien pasien rst dr. Reksodiwiryo
kecamatan padang timur tahun 2021. Variabel independen adalah pola
makan, variabel dependen adalah kejadian hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai