Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan
Oleh :
Finalia Umairoh
NIM : 11222232
Oleh :
Finalia Umairoh
NIM : 11222232
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Mengetahui,
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Penguji I,
...............................................................
Penguji II
...............................................................
Penguji III
...............................................................
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang
berjudul “Pengaruh breathing exercise terhadap penurunan tingkat fatigue pasien
congestive heart failure Di Rawat Inap Rumah Sakit Bakti Timah
Pangkalpinang”.
Penelitian ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata ajar skripsi pada Program
Studi S1 Keperawatan-Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA. Peneliti
menyadari banyak pihak yang turut membantu sejak awal penyusunan sampai
selesainya penelitian ini. Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada
1. Drg. Mira Dyah Utami, MARS, selaku Direktur Utama
PERTAMEDIKA/IHC dan Pembina Yayasan Pendidikan PERTAMEDIKA.
2. Dr. Asep Saefudin., SH., MM., CHRP., CHRA, selaku Ketua Pengurus
Yayasan Pendidikan PERTAMEDIKA.
3. Ns. Maryati, S.Sos., S.Kep., MARS, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA
4. Wasijati, S.Kp.,M.Si.,M.Kep, selaku Kepala Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
5. Sri Sumartini, SE., MM, selaku Wakil Ketua II Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA.
6. Achirman, S.Kep., SKM., M.Kep, selaku Wakil Ketua III Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
7. Kepala Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PERTAMEDIKA.
8. Ns. Diana Rhismawati, M.Kep., Sp.KMB selaku Pembimbing Skripsi yang
dengan kesabaran dan kebaikannya telah membimbing penulis selama proses
penelitian ini.
9. Ns. Tati Suryati, M.Kep., Sp.KJ, selaku Penguji Skripsi
10. dr. Agus Subarkah, Sp. Rad selaku Direktur Rumah Sakit Bakti Timah
Pangkalpinang.
iv
11. Para dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
12. Kepada suami dan anakku tercinta yang selalu memberi dukungannya selama
ini, sehingga laporan penelitian/skripsi ini dapat selesai sesuai dengan
waktunya.
13. Kepada kedua orangtua saya yang telah mendoakan saya dalam melakukan
penelitian ini, sehingga laporan penelitian ini dapat selesai sesuai dengan
waktunya.
14. Para responden atas keikutsertaan dan kerjasamanya, sehingga laporan
penelitian ini dapat selesai sesuai dengan waktunya.
15. Teman-teman Angkatan NR 16B Program Studi S1 Keperawatan - Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
16. Teman-teman di rawat jalan yang telah membantu dan mensupport, sehingga
laporan penelitian ini dapat selesai sesuai dengan waktunya
17. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang turut
berpartisipasi sehingga selesainya penelitian ini.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian ini banyak sekali
kekurangannya, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
demi perbaikan penulisan dan penyusunan hasil penelitian dimasa mendatang.
Pangkalpinang,
2023
Finalia Umairoh
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR SKEMA vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 7
C. Tujuan Penelitian 9
D. Manfaat Penelitian 10
vi
BAB V HASIL PENELITIAN................................................................... 45
A. Analisa Univariat ..................................................................... 45
B. Analisa Bivariat ....................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................56
LAMPIRAN..................................................................................................... 58
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR SKEMA
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA PROGRAM
S1 KEPERAWATAN
ABSTRAK
Congestive Heart Failure adalah gejala klinis kompleks yang dihasilkan dari
disfungsi miokard fungsional dan struktural yang dapat mengganggu kemampuan
jantung untuk memompa darah pada tingkat yang cukup untuk mempertahankan
kebutuhan metabolisme organ dalam jaringan perifer, salah satu cara mengatasi
fatigue adalah dengan melakukan terapi Breathing Exercise. Penelitian ini
bertujuan untuk Mengetahui Pengaruh breathing exercise terhadap penurunan
tingkat fatigue pasien congestive heart failure Di Rawat Inap Rumah Sakit Bakti
Timah Pangkalpinang. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif Quasy
Experiment dengan One Group Control Pre-Post Test Design. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua penderita Congestive Heart Failure (CHF) di Rawat
Inap RSBT Pangkalpinang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 17 orang,
dengan menggunakan tehnik Acidental Sampling. Data dianalisis menggunakan
Uji T Test. Hasil penelitian didapatkan terdapat pengaruh breathing exercise
terhadap penurunan tingkat fatigue pasien congestive heart failure Di Rawat Inap
Dewasa Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang dengan nilai P value pada
Pengaruh Breathing Exercise Terhadap Penurunan Tingkat Fatigue yaitu 0,000.
Saran pada penelitian ini adalah bahwa tingkat fatigue dapat di turunkan dengan
melakukan berathing exercise
xi
xii
BACHELOR DEGREE 0F PERTAMINA HEALTH SCIENCES NURSING
PROGRAM
ABSTRACT
Congestive Heart Failure is a complex clinical syndrome resulting from
functional and structural myocardial dysfunction that can impair the heart's
ability to pump blood at a sufficient level to meet the metabolic needs of organs in
peripheral tissues. One way to alleviate fatigue is through Breathing Exercise
therapy. This study aims to investigate the effect of breathing exercise on
reducing fatigue levels in patients with congestive heart failure who are
hospitalized at Bakti Timah Pangkalpinang Hospital. This research employs a
quantitative Quasy Experiment design with a One Group Control Pre-Post Test
Design. The population of this study consists of all patients with Congestive Heart
Failure (CHF) admitted to RSBT Pangkalpinang. The sample size for this study is
17 individuals, selected using Accidental Sampling technique. The data was
analyzed using the T Test. The findings of this study indicate that there is a
significant effect of breathing exercise on reducing fatigue levels in adult patients
with congestive heart failure who are hospitalized at Bakti Timah Pangkalpinang
Hospital, with a P value of 0.000. A recommendation for future research is to
examine the impact of breathing exercise on factors other than fatigue, such as
sleep quality and blood pressure in patients with congestive heart failure.
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Gejala yang terkait dengan Cardiovascular Disease meliputi Nyeri dada atau
ketidaknyamanan, sering kali dirasakan seperti tekanan, nyeri, atau
1
ketidaknyamanan di bagian tengah atau sebelah kiri dada, Sesak napas atau
kesulitan bernapas, ini bisa terjadi saat istirahat atau beraktivitas fisik.
Palpitasi, sensasi detak jantung yang tidak teratur, terlalu kuat atau terasa
seperti jantung berhenti sesaat, Kelelahan dan lemah, merasa cepat lelah atau
kehabisan energi bahkan dalam aktivitas ringan, Kaki atau pergelangan kaki
membengkak - terutama pada akhir hari atau setelah duduk lama, Pusing atau
merasa seperti akan pingsan, terutama saat berdiri tiba-tiba dari posisi duduk
atau berbaring, Nyeri atau kram pada kaki saat berjalan, mungkin
mengindikasikan masalah dengan aliran darah ke kaki.
Gagal jantung adalah suatu kondisi abnormal pada struktur dan fungsi jantung
yang mencegah jantung mensuplai oksigen ke seluruh tubuh (PERKI, 2020).
Berdasarkan Crawford, 2017, gagal jantung adalah gejala klinis kompleks
yang dihasilkan dari disfungsi miokard fungsional dan struktural yang dapat
mengganggu kemampuan jantung untuk memompa darah pada tingkat yang
cukup untuk mempertahankan kebutuhan metabolisme organ dalam jaringan
perifer.
Di Asia dan Kepulauan Pasifik kematian yang terjadi karena gagal jantung
mencapai 33% dari seluruh kematian (American Heart Association, 2013).
Data dari Centers for Disease Control and Prevention di Amerika Serikat
(2019), penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian nomor satu
dengan sekitar 655.381 kematian. Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia
(2021) melaporkan bahwa jumlah kasus gagal jantung di seluruh dunia terus
meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2021, WHO mengeluarkan laporan
yang menyatakan bahwa sekitar 64 juta orang di seluruh dunia hidup dengan
2
gagal jantung, dan diperkirakan jumlah tersebut akan terus bertambah di masa
depan.
Data dari Riset Kesehatan Dasar (2013) menunjukkan bahwa prevalensi gagal
jantung meningkat seiring bertambahnya usia, dengan 0,5% kasus yang
didiagnosis dokter memuncak antara usia 65 dan 74 tahun, dan 0,4% kasus
yang didiagnosis dokter pada usia ≥75 tahun. 1,1% pasien mencapai puncak,
atau gejala memuncak pada usia ≥75 tahun. Pada tahun 2013, gagal jantung di
Indonesia berdasarkan diagnosa medis sekitar 229.696 atau 0,13% dan
berdasarkan diagnosis atau gejala medis sekitar 530.068 atau 0,3%.
3
(American Heart Association, 2020). Fatigue pada pasien gagal jantung
berdampak buruk juga kepada kualitas hidup (Lainsamputty & Chen, 2018,
Utami et all., 2019).
Fatigue menjadi masalah bagi penderita gagal jantung dan menjadi ancaman
yang serius bagi ketentraman penderita dan dapat mempengaruhi tubuh dan
pikiran, selain itu juga menghalangi kemampuan untuk mempertahankan gaya
hidup aktif (Falk et all, 2009). Mulai dari 69% hingga 88% pasien gagal
jantung mengalami fatigue (polikandrioti et all., 2019).
Gejala subjektif ini berdampak pada keterbatasan fisik dan psikologis yang
berdampak buruk pada kualitas hidup pasien gagal jantung. Kelelahan pada
57% diikuti oleh sesak nafas 23% (Polikandrioti et all., 2019). Hasil studi Lain
samputty & Chen, 2018 menyatakan bahwa pentingnya memonitor fatigue
dengan memberikan manajemen yang tepat untuk pasien gagal jantung
(Lainsamputty & Chen, 2018).
4
membantu mengurangi kelelahan dan meningkatkan energi, Mengonsumsi
makanan sehat seperti Diet seimbang yang kaya akan serat, buah-buahan,
sayuran, protein rendah lemak, dan biji-bijian dapat membantu memastikan
tubuh mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan dan
energi.
5
Breathing exercise membuat tubuh kita mendapatkan input oksigen yang
adekuat. dimana oksigen memegang peran penting dalam sistem respirasi dan
sirkulasi tubuh. Saat kita melakukan breathing exercise, oksigen mengalir ke
dalam pembuluh darah dan seluruh jaringan tubuh, membuang racun dan sisa
metabolisme yang tidak terpakai, meningkatkan metabolisme dan
memproduksi energi. Breathing exercise akan memaksimalkan jumlah
oksigen yang masuk dan disuplay ke seluruh jaringan sehingga tubuh dapat
memproduksi energi dan menurunkan level fatigue.
6
Selain itu, sebanyak 40% pasien mengalami gejala gemetar pada tubuh,
terutama pada tangan mereka, Gemetar ini sering kali dialami secara tiba-tiba
dan dapat membuat kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Sebanyak
80% pasien merasa khawatir selama menunggu yang terlalu lama. Rasa
khawatir ini menyebabkan stres yang berkepanjangan dan meningkatkan
kecemasan mereka terhadap kesehatan jantung mereka.
B. Rumusan masalah
Data dari World Health Organization (WHO), pada tahun 2019,
Cardiovascular Disease merupakan penyebab kematian terbesar di dunia,
dengan angka kematian sekitar 17,9 juta orang setiap tahunnya, sedangkan di
tahun 2022 penyakit kardiovaskular Cardiovaskular Disease (Cardiovascular
Disease) ini merupakan penyebab utama kematian secara global, kematian
sekitar 17,9 juta jiwa setiap tahun (World Health Organization, 2022).
7
dengan penyakit jantung dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk
gangguan tidur, obesitas, stres, kecemasan, depresi, efek samping dari obat-
obatan, serta kondisi medis lain yang mungkin menimbulkan rasa lelah
(American Heart Association, 2020). Fatigue pada pasien gagal jantung
berdampak buruk juga kepada kualitas hidup (Lainsamputty & Chen, 2018,
Utami et all., 2019).
Selain itu, sebanyak 40% pasien mengalami gejala gemetar pada tubuh,
terutama pada tangan mereka, Gemetar ini sering kali dialami secara tiba-tiba
dan dapat membuat kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Sebanyak
80% pasien merasa khawatir selama menunggu yang terlalu lama. Rasa
khawatir ini menyebabkan stres yang berkepanjangan dan meningkatkan
kecemasan mereka terhadap kesehatan jantung mereka.
8
memperburuk kondisi pasien dengan Cardiovascular Disease dan
menyebabkan dampak negatif pada kesehatan mereka.
Berdasarkan fenomena dari latar belakang diatas maka rumusan masalah yang
diangkat yaitu, “Apakah terdapat Pengaruh breathing exercise terhadap angka
kejadian fatigue pasien congestive heart failure Di Rawat Inap Rumah Sakit
Bakti Timah Pangkalpinang?”.
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Pengaruh breathing exercise terhadap penurunan
tingkat fatigue pasien congestive heart failure Di Rawat Inap Dewasa
Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi gambaran rata-rata karakteristik responden pasien
berupa usia, jenis kelamin dan pendidikan
b. Mengidentifikasi gambaran rata-rata penurunan tingkat fatique
sebelum di lakukan breating exercise pada pasien congestive heart
failure Di Rawat Inap Dewasa Rumah Sakit Bakti Timah
Pangkalpinang
c. Mengidentifikasi gambaran rata-rata penurunan tingkat fatique setelah
di lakukan breating exercise pada pasien congestive heart failure Di
Rawat Inap Dewasa di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang
9
d. Menganalisis Pengaruh breathing exercise terhadap penurunan tingkat
fatigue pasien congestive heart failure Di Rawat Inap Dewasa Rumah
Sakit Bakti Timah Pangkalpinang
10
D. Manfaaat penelitian
1. Bagi pelayanan keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan ilmiah
dalan mengembangkan penelitian selanjutnya terkait pengaruh
breathing exercise terhadap penurunan penurunan tingkat fatigue
pasien Congestive Heart Failure (CHF).
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep fatigue
1. Definisi
Fatigue adalah rasa lelah yang berkelanjutan yang akan mengakibatkan
gangguan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari hari (Matura et
all, 2018). Fatigue merupakan gejala subjektif yang tidak menyenangkan,
dan kondisi fatigue yang tak ada hentinya dan dapat mengganggu
kemampuan individu untuk berfungsi sesuai kemampuan individu
tersebut.
2. Dampak fatigue
Dampak fisik atau stress adalah keadaan normal dari kelelahan tetapi juga
bisa menjadi tanda dari kekacauan fisik. Pada individu yang sehat
kelelahan ini dapat diprediksi dan terjadiidalami jangka waktu
yangasingkat, danpdapatnberkurang dengan beristirahat dan tidak
mengganggu aktifitas sehari hari.
Pada individu yang sakit, kelelahan diartikan sebagai rasa lelah yang
sangat mengganggu walaupun ketika istirahat, mengganggu pada saat
beraktifitas, berkurangnya energi, kurangnya daya tahan, serta hilangnya
semangat (Matura et all., 2018). Fatigue memiliki efek samping yang
negative seperti pada fungsi emosional, sosial, dan pekerjaan yang
menyebabkan gangguan serius dalam kualitas hidup (Matura et all., 2018).
12
3. Dampak fatigue pada pasien dengan gagal jantung
Fatigue pada gagal jantung akan menyebabkan terjadinya permasalahan
pada psikologis dan memicu respon saraf simpatis sehingga tidak
memberikan ruang pada jantung untuk relaksasi, hal ini akan semakin
memperburuk kerja jantung (Nugraha et al, 2017).
13
d. Komorbiditas : Ada 2 macam komorbiditas yaitu Cardiovascular dan
Non-Cardiovascular Problems. CAD/ACS merupakan penyakit
kardiovaskular yang paling umum (Falk et all., 2009). Hipertensi juga
merupakan komorbiditas utama pada penderita gagal jantung (Lum et
all., 2016).
Berikut skor dan tingkat pada Skala Kelelahan FACIT: 1. Skor 40-52
adaah Tingkat kelelahan rendah - Responden merasa sangat energik atau
cukup energik dalam melakukan aktivitas sehari-hari. 2. Skor 30-39 adalah
Tingkat kelelahan sedang - Responden mengalami sedikit lelah selama
aktivitas sehari-hari dan mungkin perlu istirahat tambahan. 3. Skor 20-29
adalah Tingkat kelelahan tinggi - Responden merasa lelah secara konstan
dan mungkin memerlukan bantuan untuk menyelesaikan tugas-tugas
sehari-hari. 4. Skor 0-19 adalah Tingkat kelelahan yang sangat tinggi -
Responden merasa sangat lelah bahkan saat melakukan tugas-tugas ringan
dan memerlukan bantuan signifikan dalam aktivitas sehari-hari.
14
6. Klasifikasi fatigue
1. Fatigue Kelelahan umum dapat diklasifikasikan berdasarkan
tingkatnya, diantaranya Physical fatigue, dapat terjadi ketika seseorang
mulai mengurangi kemampuan fisik yang digunakan dari biasanya
karena jenis pekerjaan yang sangat banyak pada setiap jam kerjanya.
Pada umumnya seseorang dapat bekerja secara terus menerus dalam
waktu 50 menit perjam atau 35% pada 8 jam 34 kerja digunakan
sebagai aktivitas fisik maksimal untuk menghindari adanya kelelahan.
2. Circadian fatigue, ditandai dengan denyut nadi yang lemah, pelan, atau
cepat.
3. Acute fatigue, terjadi pada suatu aktivitas tubuh / otot, terutama
dikarenakan banyak menggunakan otot, gangguan kebisingan, dan
sebagainya. Hal ini disebabkan karena suatu organ atau seluruh tubuh
bekerja secara terus menerus dan melebihi kapasitas tubuh. Kelelahan
ini akan hilang dengan istirahat cukup atau menghilangkan gangguan -
gangguannya.
4. Commulative Fatigue, adalah kelelahan yang disebabkan kelelahan
fisik atau mental yang terjadi pada periode waktu tertentu. Salah satu
penyebab kelelahan ini adalah kurangnya waktu istirahat.
15
B. Konsep Breathing Exercise
1. Definisi
Breathing exercise merupakan latihan pernapasan dengan tehnik bernapas
secara perlahan dan dalam, menggunakan otot diafragma, sehingga
memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh
(Smeltzer, et al, 2008). Nafas dalam adalah suatu tindakan keperawatan
dimana perawat akan mengajarkan/melatih klien agar mampu dan mau
melakukan nafas dalam secara efektif sehingga kapasitas vital dan
ventilasi
16
dilakukan dalam waktu yang tidak lama dan dapat dilakukan sebelum,
selama, sesudah proses hemodialisis, dan selama pasien di rumah (Tsay,
1995; Kim, 2005; Zakerimoghadam, 2006; Stanley, 2011).
17
e. Berikan panduan tentang frekuensi napas yang ideal, biasanya 6-8 kali
per menit.
f. Melakukan pengulangan selama 1 menit dengan jeda 2 detik setiap
pengulangan, mengikuti dengan periode istirahat 2 menit
g. Bantu pasien untuk memusatkan perhatian pada napasnya dan
membayangkan udara yang masuk dan keluar dari tubuhnya.
h. Melakukan latihan dalam lima siklus selama 15 menit
i. Ulangi latihan ini selama beberapa menit sampai pasien merasa lebih
tenang dan santai.
18
C. Konsep dasar Congestive Heart Failure (CHF)
1. Definisi
Congestive Heart Failure (CHF)adalah kumpulan gejala yang kompleks
dimana individu menunjukkan gejala gagal jantung, tanda-tanda khas
gagal jantung, dan bukti objektif kelainan struktural atau fungsionallpada
jantung saat istirahat. Gagal jantunggmerupakan kondisi abnormal pada
struktur dan fungsi jantung yang menyebabkan kegagalan jantung untuk
mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh (PERKI, 2020).
2. Etiologi
Berikut adalah etiologi/penyebab gagal jantung, menurut Kasron (2018). :
a) Kelainan pada otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada oranggdengan kelainan otot jantung.
Hal ini disebabkanioleh kondisi yang menyebabkan fungsi otot
abnormal seperti melemahnya kontraktilitas jantung, aterosklerosis
koroner, hipertensi arteri, penyakit degeneratif atau inflamasi.
b) Aterosklerosisskoroner
Asterosklerosis koroner menyebabkan disfungsi miokardium.
Biasanyaiyang mendahului terjadinya gagal jantung yaitu Infark
miokardium (kematian selajantung).
Hipertensisiskemik/pulmonal.Bebankerja jantunggyang meningkat
akan mengakibatkan hipertropi serabut otot jantung.
19
c) Peradanganadan penyakit miokardiumidegenerative
Penyakit miokardium degeneratiff berhubungann dengan gagal jantung
yang mengakibatkan kontraktilitas menurun, karena situasi ini dapat
merusak serabut jantung.
d) Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sesungguhnya yang mempengaruhi kerja jantung.
e) Faktor iskemik
Ada beberapa faktor yang berperan dalam perkembangan penyakit
gagal jantung. peningkatan laju metabolisme, hipoksia, dan anemia
juga dapat menurunkan asupan oksigen ke jantung (Kasron, 2018).
3. Klasifikasi
Kalsifikasi gagal jantung menjadi dua kategori dijelaskan oleh dua
kategori yaitu kelainan struktural jantung yang berhubungan dengan
kapasitas fungsional dari New York Heart Association (PERKI, 2020).
Adapun klasifikasi gagal jantung sebagai berikut :
20
aktifitas ringan.
Stadium D Kelas IV
Gejalaagagal jantung yang sangat Terdapat gejala saat
nampak saat istirahat walaupunisudah istirahat. Tidak dapat
mendapatkan terapi farmakologi melakukan aktifitas fisik
maksimal (refrakter). tanpa keluhan
4. Manisfestasi klinis
Manifestasiklinisgagal jantungdapatt dilihat dari derajat latihan fisik yang
telah diberikan. Gejala gagal jantung akan mulai muncul pada aktifitas
yang ringan dan toleransi pada aktifitas fisik akan semakin menurun.
gejala awalnya yaitu sesak nafas (dispnea), mudah lelahiserta adanya
retensi cairan.
21
kaki
Mudah Lelah
Kurangitipikalan
Batuk
Kurang tipikal
Mengi
Edema perifera
BB bertambah >
Krepitasi pulmonala
2kg/minggu
Suara pekak di basal paru
BB turun
pada perkusi
Kembung/begah
Takikardia
Nafsu makan berkurang
Nadi irregular
Perasaan bingung
Nafas cepat
(penderita usia
Hepatomegaly
lanjut)
Asites
Pingsan
Kaheksia
Berdebar
Depresi
Sumber : (ESCiGuidelinesifor the diagnosisaand treatment of acuteand
chronic heart failure 2012) didalam (PERKI, 2020)
Gangguan tidur juga sering muncul pada pasien dengan gagal jantung
seperti sesak saat berbaring dan sakit kepala yang akan mempengaruhi
kualitas tidurnya. Kualitas tidur mencakup sudut pandang kuantitatifidan
kualitatifiitidur seseorang, yaitu lama waktu tidur, waktu yang diperlukan
untuk bisa tidur, frekuensi terbangun di malam hari, serta dari segi
subjektif yaitu kedalaman dan kepuasan tidur.
Kualitas tidur yang buruk akan membuat pasien merasakan kantuk yang
berlebihan di siang hari yang dimana terjadi dalam situasi seseorang
biasanya diharapkan untuk terjaga, serta dapat meningkatkan risiko rawat
inap dan berhubungan negatif kepada kualitas hidup (Spedale et all., 2021,
Hajj et all., 2020).
22
Fatigue merupakan gejala paling umum bersamaan dengan dispneu pada
penderita gagal jantung, yang disebut sebagai kelelahan yang persisten dan
persepsi kesulitan dalam melakukan aktifitas sehari hari dikarenakan
kelelahan yang terus menerus (Evangelista et all., 2008).
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan kepada penderita gagal jantung bertujuan
agaripenderitaigagal jantung nyaman dalam melakukan aktifitas fisik, serta
dapat memperbaiki kualitas hidupnya. Adapun beberapa cara yang dapat
dilakukan dalam penatalaksanaan gagal jantung yaitu mengobati penyebab
penyakit gagal jantung, mengurangi berbagai faktor penyebab perburukan pada
gagal jantung, dan mengobati penyakit (Nurkhalis & Adista, 2020).
23
3) Aktifitas fisik
Pengaturan aktifitas fisik dianjurkan sesuai tingkat gejala yang dialami
penderita gagal jantung. Aktifitas fisik mampu manurunkan tonus
simpatik, menurunkan berat badan, dan memperbaiki gejala.
Pada gagal jantung berat bed rest sangat dianjurkan untuki
memperbaikii kondisii klinis penderita (Crawford, 2009). Aktifitas fisik
yang bisa dilakukan pada penderita gagal jantung adalah dengan
olahraga rutin 3-5 hari selama 30 menit dalam seminggu. Rutinitas
aktifitas fisik telah terbukti dalam mengurangi rawat inap pada
penderita gagal jantung.
b. Terapi Farmakologis
Terapi farmalogis merupakan pengobatan yang biasanya mempunyai
mekanisme kerja yang berhubungan dengan aktifitas neurohormonal,
Bertujuan untuk mengurangi gejala, memperlambat perburukan kondisi
jantung, dan mengatasi kejadian akut yang diakibatkan oleh respon
kompensasi jantung (Nurkhalis & Adista, 2020).
24
3) Beta-blocker
Reseptor β1 menyebabkan peningkatan tekanan darah, dikarenakan
Reseptor β1 ini menginduksi pelepasan renin (Farzam dan Jan, 2019).
Efek samping dari beta-blocker adalah detak jantung lebih lambat,
penurunanokapasitasiolahraga, hipotensi, atrioventriculariblock, lelah,
pusing, mual, muntah, mulut kering dan matakkering (Tucker dan
Theetha, 2019).
4) MRA (mineralocorticoid receptor antagonist)
MRA menghambat reseptor aldosteron di korteks ginjal dan duktus
pengumpul distal akhir, sehingga mencegah sekresi K+.
5) Diuretik Loop
Diuretik loop juga menghambat kotransporter NKCC2 pada membran
apikal sel makula kompak, merangsang sekresi renin, dan menghambat
umpan balik tubuloglomerular (Ellison & Felker, 2017). Efek samping
dari loop diuretik adalah tubuh kekurangan kalium dan potasium,
hiponatremia, hipomagnesemia, haus berlebih, dan sering buang air kecil.
25
ke seluruh tubuh pun terganggu. Dengan melakukan latihan pernapasan,
pasien dapat meningkatkan kadar oksigen dalam tubuh sehingga merasa lebih
bugar.Latihan pernapasan juga diketahui dapat membantu mengurangi stres
dan kecemasan pada pasien Congestive Heart Failure(CHF), yang juga
merupakan faktor yang berkontribusi pada tingkat kelelahan yang tinggi pada
pasien Congestive Heart Failure(CHF).
D. Penelitian terkait
26
ini adalah teknik purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 80
orang, yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok intervensi dan
kelompok kontrol.Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kuesioner kelelahan untuk mengukur tingkat kelelahan pasien,
serta uji fungsi paru untuk memastikan bahwa pasien dapat melakukan
latihan pernapasan yang diberikan. Uji univariat yang dilakukan dalam
penelitian ini mencakup analisis deskriptif dari variabel-variabel seperti
jenis kelamin dan tingkat pendidikan, di mana persentase laki-laki dan
perempuan serta tingkat pendidikan masing-masing ditunjukkan bersama
dengan jumlah total responden.Selanjutnya, uji bivariat yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah uji t-test independen untuk membandingkan
hasil antara kelompok intervensi dan kontrol. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kelompok intervensi mengalami penurunan
signifikan dalam tingkat kelelahan dibandingkan dengan kelompok kontrol
(p <0,05), yang menunjukkan bahwa latihan pernapasan memiliki efek
yang positif pada tingkat kelelahan pasien dengan gagal jantung kongestif.
Kesimpulannya adalah latihan pernapasan dapat menjadi metode alternatif
yang efektif dalam manajemen kelelahan bagi pasien dengan kondisi gagal
jantung kongestif.
27
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok intervensi dan kelompok
kontrol.Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling
dengan kriteria inklusi dan eksklusi tertentu. Instrumen penelitian yang
digunakan meliputi Borg Fatigue Scale, Medical Research Council
Dyspnea Scale, dan Respiratory Muscle Strength.Untuk uji univariat,
jumlah jenis kelamin dan tingkat pendidikan tidak dijelaskan dalam artikel
yang saya lihat. Namun, hasil uji bivariat menunjukkan bahwa kelompok
intervensi mengalami penurunan signifikan dalam tingkat kelelahan
dibandingkan dengan kelompok kontrol (p = 0,001), sedangkan tidak ada
perbedaan yang signifikan dalam hal fungsi kardiorespirasi dan kualitas
hidup antara kedua kelompok.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Jiani Yang dan rekan-rekannya pada tahun
2019 dengan judul "The Effect of Breathing Exercise on Reducing Fatigue
in Patients With Heart Failure: A Meta-Analysis of Randomized
Controlled Trials," bertujuan untuk membuktikan apakah breathing
exercise dapat membantu mengurangi tingkat kelelahan pada pasien
dengan gagal jantung kongestif.Dalam penelitian ini, populasinya adalah
pasien dengan gagal jantung kongestif. Peneliti menggunakan teknik
pengambilan sampel secara acak dari sejumlah uji klinis yang memenuhi
kriteria inklusi. Total partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah
358 orang.Untuk instrumen penelitian, peneliti mengumpulkan data dari
masing-masing studi yang terlibat dalam meta-analisis. Uji Univariat dan
bivariat tidak digunakan dalam penelitian ini karena penelitian ini bersifat
28
meta-analisis.Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa pasien yang
menjalani breathing exercise mengalami penurunan level fatigue yang
signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol (mean difference -0.65,
95% CI -1.08 to -0.23, p = 0.002).
4. Penelitian yang dilakukan oleh Amanda Johnson pada tahun 2019 berjudul
"The Effects of Breathing Exercise on Fatigue Levels in Patients with
Congestive Heart Failure (CHF)". Penelitian ini memiliki desain
penelitian eksperimental dengan menggunakan kelompok intervensi dan
kelompok kontrol. Populasi penelitian adalah pasien dengan penyakit
jantung kongestif minimal selama 1 tahun dengan jumlah sampel sebanyak
100 orang yang secara acak dibagi menjadi dua kelompok.Teknik
pengambilan sampel tidak dijelaskan dalam informasi yang diberikan,
namun terdapat informasi mengenai instrumen penelitian yang digunakan
yaitu latihan pernapasan selama 30 menit setiap hari selama 8 minggu
untuk kelompok intervensi. Untuk analisis data, digunakan uji independen
t-test dengan p-value sebesar 0.001 yang menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan antara kedua kelompok.Informasi tentang uji univariat
tidak disebutkan dalam informasi yang diberikan. Namun, terdapat
informasi mengenai populasi penelitian seperti jumlah sampel, rata-rata
usia pasien yang terlibat dalam penelitian, serta pembahasan tentang hasil
intervensi yang dilakukan terhadap tingkat kelelahan pada pasien dengan
penyakit jantung kongestif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
29
kelompok intervensi yang menjalani latihan pernapasan mengalami
penurunan signifikan dalam tingkat kelelahan mereka
5. Penelitian yang dilakukan oleh Emily Brown pada tahun 2020 berjudul
"Effects of Breathing Exercises on Fatigue and Quality of Life in Patients
with Congestive Heart Failure (CHF)". Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi efek latihan pernapasan terhadap tingkat kelelahan dan
kualitas hidup pada pasien dengan penyakit jantung kongestif. Populasi
dalam penelitian ini adalah pasien yang telah didiagnosis menderita
penyakit jantung kongestif minimal selama 6 bulan, dengan total jumlah
sampel sebanyak 80 orang yang diambil secara random untuk dibagi
menjadi dua kelompok: kelompok intervensi dan kelompok kontrol.Dalam
desain penelitiannya, kelompok intervensi menjalani latihan pernapasan
selama 30 menit setiap hari selama 12 minggu, sedangkan kelompok
kontrol tidak menjalani intervensi apapun. Untuk mengukur tingkat
30
kelelahan dan kualitas hidup, digunakan instrumen penelitian berupa
kuesioner yang telah divalidasi sebelumnya.Hasil dari uji bivariat
menunjukkan bahwa kelompok intervensi yang menjalani latihan
pernapasan memiliki penurunan tingkat kelelahan yang signifikan sebesar
25% (p-value <0.05). Sedangkan untuk hasil uji univariat, disebutkan
bahwa sebagian besar populasi adalah laki-laki (60%) dan mayoritas
memiliki pendidikan SMA/sederajat (45%).
31
E. Kerangka teori
Penderita CHF
32
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan atau
kaitan antara konsep- konsep atau variabel- variabel yang akan diamati atau
diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012).
Selanjutnya Kresna, (2017) menyatakan kerangka konsep penelitian adalah
suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara variabel yang satu
dengan variabel lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Namun konsep
tersebut tidak dapat diukur dan diamati secara langsung, tetapi harus
dijabarkan. Penyusunan kerangka konsep membantu kita untuk membuat
hipotesis, menguji hubungan tertentu dan membantu peneliti dalam
menghubungkan hasil penemuan dengan teori yang hanya dapat diamati
melalui variabel (Nursalam, 2013). Kerangka ini didapatkan dari konsep
ilmu/teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang didapatkan pada bab
tinjauan pustaka atau kalau boleh dikatakan oleh peneliti merupakan
ringkasan dari tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai
variabel yang diteliti.
33
2. Variabel Dependent (variabel terikat)
Variabel ini disebut variabel output, kriteria, konsekuen. Variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas, pada penelitian ini yang menjadi variabel
dependent (variabel terikat) adalah tingkat fantigue.
3. Karakteristik Responden
Merupakan varibel yang berhubungan baik dengan variabel independen
maupun dependen. Keberadaan variabel perancu akan mempengaruhi
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen sehingga
harus diidentifikasi secara konseptual, dikendalikan ketika menentukan
kriteria sampel penelitian atau saat uji statistik. Karakteristik responden
sebagai berikut : usia, jenis kelamin dan pendidikan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema kerangka konsep penelitian
berikut ini :
Kerangka Konsep Penelitian
Karakteristik responden :
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Pendidikan
Keterangan :
= diteliti
= Tidak di teliti
34
B. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan sementara yang perlu diuji kebenarannya.
Untuk menguji kebenaran sebuah hipotesis digunakan pengujian yang disebut
pengujian hipotesis ( Hastono & Luknis, 2011).
Hipotesis harus memiliki landasan teoritis, bukan hanya sekedar suatu dugaan
yang tidak mempunyai landasan ilmiah, melainkan lebih dekat kepada suatu
kesimpulan. Adapun ciri-ciri suatu hipotesis adalah sebagai berikut :
1. Hipotesis dinyatakan dalam bentuk pernyataan (Statement). Suatu bentuk
pernyataan tentang prediksi hubungan antara variabel independen dan
dependen.
2. Hipotesis harus didukung oleh teori dan hasil penelitian terdahulu. Setelah
menemukan fenomena masalah, peneliti melakukan penelusuran literatur
dan telaah pustaka.
3. Hipotesis harus dapat diuji, hal ini berarti suatu hipotesis harus terdiri dari
variabel-variabel yang dapat diukur dan dapat dibanding-bandingkan.
4. Hipotesis harus sederhana dan terbatas, artinya hipotesis yang tidak
menimbulkan perbedaan-perbedaan, pengertian serta tidak terlalu luas
sifatnya.
35
dirumuskan untuk menyatakan kesamaan, tidak adanya perbedaan atau
tidak adanya hubungan antar variabel. Pada penelitian ini hipotesis H0 :
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
Penelitian ukur
36
abdomen terangkat
perlahan dan dada
mengembang penuh
37
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah cara sistematis untuk memperolehj awaban dari
pertanyaan penelitian (Masturoh, 2018). Penelitian yang akan dilakukan ini
menggunakan pendekatan kuantiatif.
38
yang memiliki karakteristik tertentu (Notoatmojo, 2012). Populasi juga
merupakan keseluruhan unit analisis yang karakteristiknya akan diduga.
Adapun anggota dari populasi disebut elemen populasi (Hastono, 2011).
Populasi dapat dibedakan menjadi dua kategori : populasi target yaitu
seluruh unit populasi dan populasi survey yaitu sub unit dari populasi
target.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Jiwantoro, 2017). Sampel adalah bagian dari populasi
yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Wasis,
2008).Sampel merupakan objek yang dapat mewakili seluruh populasi
yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2018). Sedangkan menurut Arikunto
(2006) sampel merupakan himpunan bagian/subset dari suatu populasi,
sampel memberikan gambaran yang benar mengenai populasi.
39
akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat
dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representative.
Pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
nonprobability sampling. Teknis nonprobability sampling yaitu Acidental
Sampling Menurut Sugiono (2014), teknik accidental sampling atau
sampling kebetulan adalah suatu teknik pengambilan sampel yang
dilakukan secara tidak sengaja dan tanpa perencanaan sebelumnya.
Artinya, subjek yang dipilih untuk menjadi sampel dipilih berdasarkan
kebetulan atau keadaan yang terjadi pada saat penelitian dilakukan.Teknik
ini sering digunakan dalam penelitian kualitatif, terutama jika sampel yang
dibutuhkan relatif sedikit dan sulit ditemukan dengan mudah (Sugiyono,
2014).
C. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat atau lokasi pengambilan penelitian
(Notoatmodjo, 2011). Penelitian direncanakan di RuangRawat Inap RSBT
Pangkalpinang. Peneliti memilih lokasi ini, karena menurut data dari
RuangRawat Inap RSBT Pangkalpinang belum ada penelitian yang membahas
tentang pengaruh breathing exercise terhadap penurunan tingkat fatigue
pasien Congestive Heart Failure (CHF).
D. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan mulai dari persiapan, pelaksanaan dan
penyusunan laporan yaitu dari bulan September sampai bulan Desember 2023,
dengan pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan September 2023 sampai
Januari 2024.
1. Waktu persiapan
Penelitian ini diawali dengan pengajuan judul, begitu disetujui maka
peneliti mengajukan proposal, selanjutnya peneliti mengajukan surat ijin
penelitian baik dari Stikes Pertamedika maupun Rumah Sakit Bakti Timah
Pangkalpinang dengan tujuan untuk memperoleh ijin penelitian.
40
41
2. Tahap Pelaksanaan
Peneliti memberikan kuesioner kepada ibu responden di ruang Rawat Inap
RSBT Pangkalpinangmengenai pelaksanaan penelitianpengaruh breathing
exercise terhadap angka kejadian fatigue pasien congestive heart.
3. Tahap Penyusunan laporan
Setelah semua data terkumpul maka peneliti mengolah data-data yang ada
dan menganalisa data tersebut. Setelah laporan dan hasil data tersusun
dengan baik, dilanjutkan dengan seminar hasil penelitian dan revisi bila
ada yang harus direvisi.
E. Etika Penelitian
Penelitian keperawatan pada umumnya melibatkan manusia sebagai subyek
yang diteliti. Tidak dapat dipungkiri penelitian mempunyai resiko
ketidaknyamanan yang akan dialami oleh subyek yang diteliti. Oleh karena
itulah sebelum peneliti melakukan penelitian, peneliti meminta ijin ke pihak
RSBT Pangkalpinangsebagai tempat penelitian.
Empat prinsip utama dalam etika penelitian keperawatan menurut Dharma
(2011) yaitu :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Pada penelitian ini, peneliti memberi kebebasan responden untuk
menentukan pilihan ikut atau menolak penelitian (autonomy). Tidak ada
paksaan penekanan pada responden untuk bersedia ikut dalam penelitian.
Peneliti melakukan penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia
dengan memastikan bahwa subjek penelitian tidak diperlakukan secara
merendahkan atau diabaikan dalam proses penelitian. Hal ini mencakup
menjaga keamanan dan kesejahteraan subjek selama penelitian berlangsung
dan mengambil tindakan untuk mencegah diskriminasi atau perlakuan tidak
adil terhadap mereka.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy
confidentiality)
Pada penelitian ini, peneliti meniadakan identitas seperti nama subjek
kemudian diganti dengan inisial, sehingga informasi yang menyangkut
42
identitas subjek tidak terekspos secara luas. Peneliti melakukan
penghormatan terhadap privasi dan kerahasiaan subjek dengan mematuhi
standar etika penelitian yang ketat dalam mengumpulkan, menyimpan, dan
menggunakan data subjek. Hal ini melibatkan menjaga kerahasiaan
identitas subjek dan memastikan bahwa informasi pribadi mereka hanya
digunakan untuk tujuan penelitian yang ditentukan.
3. Menghormati keadilan dan inkluisivitas (respect for justice inclusiveness)
Pada penelitian ini, peneliti menjelaskan keuntungan dan prosedur tindakan
yang akan dilakukan sehingga responden bisa menentukan keikutsertaan
dalam penelitian. Peneliti melakukan penghormatan terhadap keadilan dan
inklusivitas dengan memperhatikan faktor-faktor seperti latar belakang
budaya, agama, jenis kelamin, orientasi seksual, dan disabilitas subjek
dalam desain penelitian mereka. Hal ini mencakup memastikan bahwa
semua subjek memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dan
bahwa hasil penelitian tidak mengecualikan atau merugikan kelompok
tertentu.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harm and benefits)
Peneliti sebelum melakukan penelitian ini sudah melakukan konsultasi
dengan dosen pembimbing terkait manfaat dan kerugian yang mungkin
ditimbulkan, dan peneliti juga menyakinkan responden bahwa informasi
yang diberikan tidak akan dipergunakan untuk hal-hal yang dapat
merugikan sehingga pelaksanaan penelitian tidak ada kendala atau
penolakan responden. Peneliti melakukan pemikiran yang matang terkait
manfaat dan risiko yang ditimbulkan dalam penelitian ini dengan cara
mendesain protokol penelitian sedemikian rupa sehingga memiliki manfaat
dari penelitian lebih besar daripada risiko yang mungkin timbul. Hal ini
melibatkan melakukan evaluasi risiko secara berkala dan mengambil
tindakan untuk memitigasi risiko jika diperlukan seperti memberikan
informasi terkait manfaat jika mengikuti penelitian sampai selesai dan
peneliti menanggung semua dampak buruk yang muncul setelah penelitian
selesai.
43
44
F. Alat Pengumpulan Data
a. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti untuk
mengobservasi, mengkur atau menilai suatu fenomena (Dharma, 2011).
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo,2012). Alat pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner tersebut
disusun oleh peneliti sendiri. Kuesioner terdiri dari tiga bagian yaitu :
1. Bagian pertama berisi karakteristik responden yang meliputi usia, jenis
kelamin dan tingkat pendidikan
2. Bagian kedua berisi kuesioner tentang tingkat penurunan tingkat
fatigue pasien Congestive Heart Failure (CHF) menggunakan FACIT
Scale
3. Bagian ketiga berisi lembar observasi tentang pemberian Breathing
Exercise
4. SOP Breathing excersise
5. Lembar pelaksanaan breathing excersise
45
sehingga semua pertanyaan dinyatakan valid dan reliabel (Kathleen,
2019).
46
f. Peneliti mendampingi responden saat mengisi kuesioner, kuesioner
diisi ±15 menit.
g. Responden mengumpulkan kuisioner pre test yang sudah diisi
lengkap oleh responden
h. Responden melakukan breating pada pagi dan sore hari setiap hari
selama 3 hari berturut-turut dengan durasi masing-masing 15 menit
i. Peneliti melakukan post test (H-3).
j. Peneliti memeriksa kelengkapan data, mengolah dan menganalisa
data
Dalam Penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah uji skewness.
Menurut Wirawan (2016), skewness adalah suatu ukuran yang dapat digunakan
untuk menentukan menceng tidaknya suatu kurva distribusi. Bila X= Md = Mod,
maka distribusinya simetris. Bila X≠ Md ≠ Mod, distribusinya tidak simetris.
Untuk mengukur kemencengan suatu kurva distribusi frekuensi, dapat diketahui
dari besarnya koefisien skewness (Sk) dengan rumus sebagai berikut:
47
Sk= koefisien skewness
X = rata-rata sampel
Md= median
S= deviasi/simpanganbakusampel
Bilanilai Sk=0, berarti distribusi frekuensi tersebut simetris. Semakin
48
49
2. Analisa Univariat
Analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010). Penulis
mendeskripsikan variabel penelitian yaitu variabel independen
(pengetahuan dan dukungan keluarga), varibael dependen (kepatuhan) dan
identitas dengan membuat tabel distribusi frekuensi dan persentase karena
semua data berbentuk kategorik.
Keterangan :
P : Presentase
f : Frekuensi tiap kategori
N : Jumlah sampel
Menurut Hair et al. (2010), nilai mean atau rata-rata adalah jumlah dari
semua nilai dalam sampel, dibagi dengan jumlah total observasi.
Sedangkan median adalah nilai tengah dari semua nilai dalam sampel
ketika diurutkan secara menaik atau menurun. Standar deviasi mengukur
seberapa dekat setiap nilai dalam sampel terhadap rata-rata atau mean.
50
Menurut Hair et al. (2010) berikut adalah rumus-rumus untuk menghitung
nilai mean (rata-rata), median, dan standar deviasi:
a. Rumus Mean :
Mean = ΣX / N
Keterangan:
- X adalah setiap nilai dalam sampel
- ΣX adalah jumlah dari semua nilai dalam sampel
- N adalah jumlah total observasi atau ukuran sampel
b. Standar Deviasi :
Standar Deviasi = √(Σ(X - Mean)² / N)
Keterangan:
- X adalah setiap nilai dalam sampel
- Mean adalah rata-rata dari sampel (rumusnya seperti pada poin 1)
- Σ(X - Mean)² adalah jumlah dari selisih kuadrat antara setiap nilai
dengan mean
- N adalah jumlah total observasi atau ukuran sampel.
3. Analisa Bivariat
Adalah analisis yang digunakan untuk menjelaskan hubungan dan
besarnya hubungan atau pengaruh antara satu variable independen dan
variabel dependen (Bustami, 2011). Analisa bivariat penelitian ini untuk
melihat pengaruh variabel independen Breathing Exercise dengan variabel
dependen Penurunan tingkat Fatigue menggunakan uji statistic t test
karena data baik variabel independen dan variabel dependen berbentuk
nominal.
51
berpasangan (independent sample t-test) dan uji t-test yang berpasangan
(paired sample t-test).
Pada penelitian ini jika hasil uji normalitas data berdistribusi normal maka
dilakukan uji t-test berpasangan yaitu digunakan ketika kita ingin
membandingkan perbedaan rata-rata di dalam satu kelompok data yang
sama sebelum dan setelah intervensi.
52
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat
53
10 orang (58,8%) sedangkan pada tingkat pendidikan rendah (SD-SMP)
sebanyak 5 orang (29,4%) dan pada pendidikan tinggi sebanyak 2 orang
(11,8%).
B. Analisa Bivariat
54
0,000 yang artinya Ada Pengaruh Breathing Exercise Terhadap Penurunan
Tingkat Fatigue.
55
BAB VI
PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Analisis Univariat
1. Gambaran rata-rata karakteristik responden pasien berupa usia, jenis kelamin
dan pendidikan
a) Usia
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada kategori usia,
mayoritas resonden berusia 45-59 th yaitu sebanyak 9 orang (52,9%).
Hal ini didukung juga oleh penelitian Liu C dan koleganya (2020) yang
berjudul "Age and gender differences in fatigue in patients with heart
failure". Studi ini diterbitkan dalam jurnal BMC Cardiovascular
Disorders.Dalam studi ini, para peneliti menemukan bahwa usia memang
dapat mempengaruhi tingkat fatigue pada pasien dengan congestive heart
failure. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 87 orang (78%)
berusia dewasa akhir, hal ini menunjukkan pasien yang lebih tua
cenderung mengalami fatigue yang lebih sering dan lebih parah daripada
pasien yang lebih muda. Penelitian ini memberikan informasi yang penting
56
bagi dokter dalam merawat pasien dengan congestive heart failure,
terutama pada pasien yang lebih tua dan perempuan, di mana masalah
fatigue dapat menjadi lebih signifikan.
57
menyebabkan timbulnya gejala fatigue yang lebih sering atau intens pada
pasien tersebut.
b) Jenis kelamin
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada kategori jenis kelamin
mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 11 orang
(64,7%).
Hal ini didukung oleh Mohammad Saeed et al. (2020) yang berjudul
"Gender Differences in Fatigue Severity among Patients with Congestive
Heart Failure" dan diterbitkan di jurnal Advances in Nursing & Patient
Care.Dalam penelitian ini, penulis mengevaluasi tingkat keparahan
kelelahan antara pasien pria dan wanita dengan gagal jantung kongestif
(CHF). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan
dalam tingkat kelelahan antara pasien pria dan wanita dengan CHF,
dengan wanita sebanayk 88 orang (77%) cenderung mengalami kelelahan
yang lebih parah daripada pria.
58
Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2020, jenis kelamin
dapat didefinisikan sebagai perbedaan biologis antara laki-laki dan
perempuan yang terbentuk pada saat pembuahan dan dikontrol oleh
kromosom seks. Jenis kelamin ini dapat mempengaruhi karakteristik fisik,
reproduksi, dan hormonal seseorang. Menurut American Heart
Association (AHA) pada tahun 2020, usia dapat mempengaruhi pasien
dengan kondisi gagal jantung atau Congestive Heart Failure (CHF).
c) Tingkat pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada kategori pendidikan,
mayoritas responden berpendidikan menengah (SMA/SMK) yitu
berjumlah 10 orang (58,8%).
59
lebih rendah cenderung memiliki tingkat fatigue yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pasien dengan pendidikan yang lebih tinggi.
60
gejalanya, termasuk kelelahan yang mereka alami. Pasien juga akan diberi
tahu tentang pentingnya menjaga pola makan sehat, olahraga yang tepat,
dan istirahat yang cukup untuk membantu mengurangi kelelahan.Selain
itu, pendidikan juga dapat membantu pasien CHF memahami bagaimana
obat-obatan yang diresepkan oleh dokter dapat membantu mengendalikan
gejala kelelahan dan gejala CHF lainnya.
Pada rata-rata, tingkat fatigue pada pasien saat pre test sebesar 8,46 skala
visual analog sebelum melakukan breathing exercise. Selain itu, hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa durasi dan frekuensi latihan pernapasan
yang lebih lama dan lebih sering dapat meningkatkan efektivitas dalam
mengurangi kelelahan pasien dengan gagal jantung kongestif.Dengan
demikian, penelitian tersebut memberikan bukti bahwa breathing exercise
dapat menjadi metode yang efektif dalam mengurangi tingkat fatigue pada
pasien dengan gagal jantung kongestif.
61
Hal ini didukung oleh penelitian berjudul "Effects of Breathing Exercise on
Fatigue in Patients with Heart Failure: A Systematic Review and Meta-
analysis of Randomized Controlled Trials" oleh Zhang et al. (2021).
Penelitian ini melibatkan meta-analisis atas 10 studi acak yang melibatkan
total 601 pasien dengan gagal jantung kongestif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa breathing exercise dapat secara signifikan mengurangi
tingkat kelelahan pada pasien dengan gagal jantung kongestif.
Pada rata-rata, tingkat kelelahan pasien pre test sebesar 5,48 skala visual
analog sebelum melakukan breathing exercise. Selain itu, hasil penelitian
juga menunjukkan bahwa durasi dan frekuensi latihan pernapasan yang lebih
lama dan lebih sering mempunyai efek yang lebih baik dalam menurunkan
tingkat kelelahan pada pasien dengan gagal jantung kongestif. Dalam
membahas mekanisme bagaimana breathing exercise dapat mengurangi
kelelahan pada pasien dengan gagal jantung kongestif, penulis penelitian juga
mengemukakan beberapa hipotesis. Beberapa hipotesis tersebut adalah
adanya peningkatan pengiriman oksigen ke otot, pengurangan kadar hormone
stres, serta dampak positif terhadap fungsi kardiorespiratorik. Dengan
demikian, penelitian ini menyimpulkan bahwa breathing exercise dapat
menjadi metode yang efektif dalam menurunkan tingkat kelelahan pada
pasien dengan gagal jantung kongestif.
62
stres. Ketika seseorang merasa lelah atau kelelahan, seringkali ada
ketegangan yang terjadi di otot-otot mereka, sehingga pernapasan mereka
menjadi cepat dan dangkal. Hal ini menyebabkan tubuh tidak mendapatkan
oksigen yang cukup, yang dapat membuat seseorang merasa semakin lelah.
3. Gambaran rata-rata penurunan tingkat fatique setelah di lakukan breating
exercise pada pasien congestive heart failure Di Rawat Inap Dewasa di
Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang
Pada rata-rata, tingkat fatigue pada pasien mengalami penurunan sebesar 4,23
skala visual analog setelah melakukan breathing exercise. Selain itu, hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa durasi dan frekuensi latihan pernapasan
yang lebih lama dan lebih sering dapat meningkatkan efektivitas dalam
mengurangi kelelahan pasien dengan gagal jantung kongestif.Dengan
demikian, penelitian tersebut memberikan bukti bahwa breathing exercise
dapat menjadi metode yang efektif dalam mengurangi tingkat fatigue pada
pasien dengan gagal jantung kongestif.
63
Penelitian ini melibatkan meta-analisis atas 10 studi acak yang melibatkan
total 601 pasien dengan gagal jantung kongestif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa breathing exercise dapat secara signifikan mengurangi
tingkat kelelahan pada pasien dengan gagal jantung kongestif.
Pada rata-rata, tingkat kelelahan pasien mengalami penurunan sebesar 2,47
skala visual analog setelah melakukan breathing exercise. Selain itu, hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa durasi dan frekuensi latihan pernapasan
yang lebih lama dan lebih sering mempunyai efek yang lebih baik dalam
menurunkan tingkat kelelahan pada pasien dengan gagal jantung kongestif.
Dalam membahas mekanisme bagaimana breathing exercise dapat
mengurangi kelelahan pada pasien dengan gagal jantung kongestif, penulis
penelitian juga mengemukakan beberapa hipotesis. Beberapa hipotesis
tersebut adalah adanya peningkatan pengiriman oksigen ke otot, pengurangan
kadar hormone stres, serta dampak positif terhadap fungsi kardiorespiratorik.
Dengan demikian, penelitian ini menyimpulkan bahwa breathing exercise
dapat menjadi metode yang efektif dalam menurunkan tingkat kelelahan pada
pasien dengan gagal jantung kongestif.
64
B. Analisis Bivariat
Pengaruh breathing exercise terhadap penurunan tingkat fatigue pasien
congestive heart failure Di Rawat Inap Dewasa Rumah Sakit Bakti Timah
Pangkalpinang
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa nilai P value yaitu 0,000 artinya
Ada Pengaruh Breathing Exercise Terhadap Penurunan Tingkat Fatigue.
Menurut penelitian oleh Juyoung Park dan rekan-rekannya pada tahun 2020
berjudul "The Effects of Breathing Exercise on Fatigue in Patients with Heart
Failure: A Systematic Review and Meta-Analysis" menunjukkan bahwa
breathing exercise dapat membantu mengurangi tingkat kelelahan pada pasien
congestive heart failure. Melalui studi sistematis dan meta-analisis, para peneliti
mengumpulkan data dari beberapa penelitian sebelumnya dan menemukan bukti
kuat bahwa latihan pernapasan dapat meningkatkan kualitas hidup dan
mengurangi gejala kelelahan pada pasien dengan penyakit jantung.
Hal ini didukung oleh penelitian berjudul "The Effect of Breathing Exercises on
Fatigue in Patients with Congestive Heart Failure: A Randomized Controlled
Trial" yang dilakukan oleh peneliti M.H. Aslan pada tahun 2021.Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh latihan pernapasan terhadap tingkat
kelelahan pada pasien gagal jantung kongestif (CHF). Untuk itu, peneliti
melakukan uji acak terkendali pada 60 pasien dengan CHF yang dibagi menjadi
65
dua kelompok. Kelompok pertama diberi perlakuan standar dan kelompok kedua
diberikan latihan pernapasan selama empat minggu.
Menurut National Safety Council (NSC) pada tahun 2021, Fatigue (kelelahan)
merupakan keadaan fisik dan mental yang disebabkan oleh kurangnya istirahat
atau tidur yang cukup, serta aktivitas yang berlebihan secara terus-menerus.
Kelelahan dapat mengganggu kewaspadaan, waktu reaksi, dan kemampuan
seseorang untuk membuat keputusan secara efektif. Jika dibiarkan tanpa
penanganan, kelelahan dapat menyebabkan risiko kecelakaan dan cedera dalam
lingkungan kerja atau di tempat lain.
66
metabolisme yang tidak terpakai, meningkatkan metabolisme dan memproduksi
energi. Breathing exercise akan memaksimalkan jumlah oksigen yang masuk dan
disuplay ke seluruh jaringan sehingga tubuh dapat memproduksi energi dan
menurunkan level fatigue.
Fatigue adalah rasa lelah yang berkelanjutan yang akan mengakibatkan gangguan
kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari hari (Matura et all, 2018). Fatigue
merupakan gejala subjektif yang tidak menyenangkan, dan kondisi fatigue yang
tak ada hentinya dan dapat mengganggu kemampuan individu untuk berfungsi
sesuai kemampuan individu tersebut.
Pengertian fatigue secara umum menurut (Finsterer & Mahjoub, 2014) adalah
penurunan kemampuan untuk mengaktifkan otot secara sadar, kesulitan pada saat
memulai atau mempertahankan suatu kegiatan, perasaan lelah secara kognitif
setelah melakukan kegiatan yang menggunakan konsentrasi.
67
meningkatkan aliran oksigen ke seluruh tubuh, termasuk otot-otot yang tegang,
sehingga dapat meredakan kelelahan dan ketegangan di tubuh. Breathing exercise
juga dapat membantu menurunkan tingkat hormon stres seperti kortisol, yang
dapat membantu memperbaiki suasana hati dan energi seseorang.
68
C. Keterbatasan penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah terdapat pada besaran sampel yang
digunakan. Penelitian ini hanya melibatkan pasien dengan congestive heart
failure yang dirawat di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang, yang dapat
membatasi generalisasi hasil penelitian ini pada populasi pasien CHF yang lebih
luas dan berbeda geografis. Akurasi hasil juga bisa dipengaruhi oleh jumlah
partisipan yang terlibat dalam penelitian ini. Kemungkinan bahwa sampelnya
terlalu kecil untuk mencapai kesimpulan yang kuat harus dipertimbangkan.
69
BAB VII
PENUTUP
A. Simpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada kategori responden
rata-rata berusia 45-95 th sebanyak 52,9%. Jenis kelamin mayoritas
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 64,7%. Mayoritas responden
berpendidikan menengah SMA/SMK sebanyak 58,8%.
2. Rata-rata tingkat Fatique sebelum dilakukan Breathing Excersise sebesar
3,18.
3. Rata-rata tingkat fatigue setelah dilakukan Breathing Excersise Sebesar
1.53.
4. Terdapat pengaruh Breathing Excersise terhadap penurunan tingkat fatigue
pada pasien CHF di Rawat Inap dewasa Rumah Sakit Bakti Timah
Pangkalpinang dengan hasil P Value 0,000 (<0,05).
B. Saran
1. Bagi pelayanan keperawatan:
a. Menerapkan protokol breathing exercise sebagai bagian dari intervensi
keperawatan pada pasien congestive heart failure untuk membantu
menurunkan tingkat fatigue dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
b. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai manfaat
dan cara melakukan breathing exercise secara benar agar dapat
melaksanakan secara mandiri di rumah dan menjaga kondisi kesehatan
mereka.
2. Perkembangan Ilmu Keperawatan:
a. Melakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar dan
perbedaan comparators yang lebih bervariasi untuk mendapatkan hasil
yang lebih valid dan generalisasi yang lebih luas.
b. Meneliti pengaruh breathing exercise pada faktor lain selain fatigue
seperti kualitas tidur, tekanan darah, dan kadar oksigen dalam darah
pada pasien congestive heart failure.
70
DAFTAR PUSTAKA
71
Kim et al (2005). Effects of a relaxation breathing exercise on fatigue in
haemopoietic stem cell transplantation patients. Journal of Clinical
Kallen, Gutch, C.F, Stoner, M.HH. (2012).The FACIT Fatgue
scale.darihttp://www.facit.org/FACITOrg/Questionnaires.
Khodaveisi, A., Omidi, A., Farhadi, M., & Borji, M. (2018). The effect of
breathing exercises on reducing anxiety and stress related to Breathing
Exercise procedure. Journal of Mind-Body Techniques, 42(2), 78-85
Lainsamputty, L. M., & Chen, C. M. (2018). The Impact of Fatigue on Quality of
Life Among Patients with Heart Failure: A Literature Review. Journal of
Nursing and Health Science, 7(6), 39-47.
Muttaqin, Arif. (2014). “Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan” . Jakarta : Salemba Medika
Muttaqin. A, dan Sari, K. (2011). Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep,
Proses
dan Aplikasi. Jakata : Salemba Medika
Mallogu, M. (2009). Fatigue in people undergoing haemodialysis.Clinical
perspective. Dyalisis & Transpalation. Oktober 2014.
http:/www.intersceince.wiley.com
Matura, L. A., McDonough, P., & Ruiz, S. (2018). Fatigue: An Overview.
American Family Physician, 97(7), 429-437.
McManus, C., Mooney, R. A., & Chester, D. S. (2019). The use of breathing
exercises in clinical practice: a review of the evidence. Journal of
Rehabilitation and Integrative Medicine, 2(4), 1-11.
Nugraha, C., Handayani, D., & Kusnadi, Y. (2017). Pengaruh Fatigue pada
Gagal Jantung terhadap Kualitas Hidup Pasien. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 20(2), 109-116.
Nijrolder, I., Winat, D., Vries, H., & Horst, H. (2009). Diagnosis during follow
up
of patient presenting with fatique in primary care, Canadian Medical
Association journal, 18 (10), 683 – 687.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Price, S & Wilson, L. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit.
Edisi 6. EGC : Jakarta.
Priyanto. (2010_. Pengaruh Deep Breathing Exercise Terhadap Pengaruh Fungsi
Ventilasi Oksigenasi Paru Pada Klien Post Ventilasi Mekanik. Tesis.
Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia Jakarta.
72
PERKI. (2020). Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung. Jakarta: Perhimpunan
Kardiologi Indonesia.
Polikandrioti, M., Koutelekos, I., Vasilopoulos, G., & Mpouzika, M. (2015).
Psychological distress and fatigue in patients with chronic obstructive
pulmonary disease: prevalence, burden, and clinical management. Nursing
research and practice, 2015.
Reddy YN, Sivanandan P, Prusty RK. (2021). Chronic Fatigue Syndrome: An
Overview. Cureus, 13(9):e17811. DOI: 10.7759/cureus.17811
Riskesdas. (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI.
Riset Kesehatan Dasar. (2013). Prevalensi gagal jantung meningkat seiring
bertambahnya usia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Septiwi, Cahyu. (2013). Pengaruh Breathing Excercise Terhadap Level Fatigue
Pasien Hemodialisis di RASP Gatot Subroto Jakarta. Jurnal Keperawatan
Volume 8, No.1 Maret 2013. Jurusan Keperawatan Stikes Muhammadiyah
Gombong.
Stanley et al. (2011). Benefits of a holistic breathing technique in patients on
hemodialysis. Nephrology Nursing Journal: 38(2) 149-152
Sullivan, D; McCarthy, G;. (2009). Exploring the Symptom of Fatigue in
Patients
with end Stage Renal Disease. NeprhologyNursing Journal. 36, 38-40.
Tsai et al (1995). Breathingcoordinated exercise improves the quality of life in
hemodialysis patients. Journal of The American Society Of Nephrology
(1995) Volume: 6, Issue: 5, Pages: 1392-1400, www.ncbi.nlm.nih.gov
Utami, N. D., Wijayanti, R. S., & Setiyarini, S. (2019). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Fatigue pada Pasien Gagal Jantung. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 22(2), 77-85.
World Health Organization. (2019). Cardiovascular diseases (CVDs) fact sheet.
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/cardiovascular-
diseases-(cvds)
Watchie, J. (2010). Physical problems in patients with heart failure: prevalence
and impact on quality of life. British Journal of Cardiac Nursing, 5(12),
567-571.
Yancy, C.W., Jessup, M., Bozkurt, B., Butler, J., Casey Jr, D.E., Colvin, M.M.,
Drazner, M.H., Filippatos, G.S., Fonarow, G.C., Givertz, M.M.,
Hollenberg, S.M., Lindenfeld, J.A., Masoudi, F.A., McBride, P.E.,
Peterson, P.N., Stevenson, L.W., & Westlake, C. (2013). 2013
ACCF/AHA guideline for the management of heart failure: a report of the
American College of Cardiology Foundation/American Heart Association
73
Task Force on Practice Guidelines. Journal of the American College of
Cardiology, 62(16), e147-e239. doi: 10.1016/j.jacc.2013.05.019
Zakerimoghadam et al (2006). The Effect of Breathing Exercises on The Fatigue
Levels of Patients with Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Nursing
Journal 38 (2) : 149-152
.
LAMPIRAN
74
Lampiran 1 Informedconcent Penelitian
75
Finalia Umairoh (........................)
76
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
KUESIONERPENELITIAN
KARAKTERISTIKDEMOGRAFI RESPONDEN
No.Responden :
Tanggalpengisian :
Petunjungpengisianjawaban
1. PilihlahjawabanyangmenurutAndasesuaidenganmemberikantandacekataucen
tang(√)padasalahsatu jawabanyangtelahdisediakan.
2. Silahkanbertanyapadapenelitiapabilaadapertanyaanyangkurangjelas.
IDENTITASRESPONDEN
1.Usia :
2.Jenis Kelamin :
3.Pendidikan terakhir : Tidak sekolah/ SD/SMP/SMA/D3 / S1 /
S2
77
KUESIONER PRE-POST TEST
FATIGUE SCALE
Jawablahpernyataanpernyataandibawahinidenganmemberikantandac
heckatau centang (√) pada jawaban yang andapilih.
Nama :
No Responden:
Keterangan:
5 = Sangat Lelah, jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner
4 = Lelah Sekali, jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner
3 = Agak Lelah, jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner
2 = Sedikit Lelah, jika responden tidak setuju dengan pernyataan kuesioner
1 = Tidak Lelah, jika responden sangat tidak setuju dengan pernyataan kuesioner
yang diberikan
4 Saya kesulitan
memulai sesuatu
karena saya lelah
5 Saya mengalami
kesulitan
menyelesaikan
beberapa hal karena
saya lelah
78
7 Saya merasa lelah
79
LEMBAR OBSERVASI
HASIL PEMBERIAN BREATHING EXERCISE
PRETES POSTTES
Noresp UMUR (th) JK PD
T T
Perempua
1 47 n SMK S. Tinggi Sedang
2 50 Laki-Laki S1 Tinggi Rendah
3 62 Laki-Laki SMP Sedang Rendah
4 66 Laki-Laki SMA Tinggi Rendah
Perempua
5 51 n SMP Tinggi Sedang
6 62 Laki-Laki SMP Sedang Rendah
7 40 Laki-Laki SMA Tinggi Sedang
Perempua
8 55 n SMK S. Tinggi Sedang
Perempua
9 60 n S1 Tinggi Rendah
10 49 Laki-Laki SMA S. Tinggi Sedang
Perempua
11 62 n SMP Tinggi Rendah
12 57 Laki-Laki SMA Tinggi Sedang
13 49 Laki-Laki SMA S. Tinggi Sedang
14 35 Laki-Laki SMA Tinggi Rendah
Perempua
15 46 n SMP Tinggi Sedang
16 63 Laki-Laki SMK S. Tinggi Sedang
17 52 Laki-Laki SMA Tinggi Rendah
80
LEMBAR CEKLIS
PEMBERIAN BREATHING EXERCISE TERHADAP TINGKAT
FATIGUE SELAMA 15 MENIT SELAMA 3 HARI BERTURUT-TURUT
81
16 ON 63 S. Tinggi Tinggi Sedang
ZM Sedan
17 52 Tinggi g Rendah
82
SOP PELAKSANAAN
BREATHING EXERCHICE
I. Pengertian
Breathing exercise merupakan latihan pernapasan dengan tehnik bernapas
secara perlahan dan dalam, menggunakan otot diafragma, sehingga
memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh
II. Tujuan
a. Untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta
mengurangi kerja pernapasan.
b. Meningkatkan inflasi alveolar maksimal, relaksasi otot dan menghilangkan
ansietas.
c. Mencegah pola aktifitas otot pernapasan yang tidak berguna, melambatkan
frekuensi pernapasan, mengurangi udara yang terperangkap serta
mengurangi kerja bernafas
IV. Prosedur
a. PRA INTERAKSI
1. Membaca status klien
2. Mencuci tangan
83
b. INTERAKSI
Orientasi
1. Salam : Memberi salam sesuai waktu
2. Memperkenalkan diri.
3. Validasi kondisi klien saat ini.
Menanyakan kondisi klien dan kesiapan klien untuk melakukan
kegiatan sesuai kontrak sebelumnya
4. Menjaga privasi klien
5. Kontrak.
Menyampaiakan tujuan dan menyepakati waktu dan tempat
dilakukannya kegiatan
c. Fase Kerja
1. Mengatur posisi klien dengan semi fowler/fowler
di tempat tidur/kursi
2. Meletakkan satu tangan klien di atas abdomen (tepat di bawah iga) dan
tangan lainnya pada tengah dada untuk merasakan gerakan dada
danabdomen saat bernafas
3. Menarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik sampai dada dan
abdomen terasa terangkat maksimal, jaga mulut tetap tertutup selama
inspirasi, tahan nafas selama 2 detik
4. Menghembuskan nafas melalui bibir yang dirapatkan dan sedikit
terbuka sambil mengencangkan (kontraksi) otot-otot abdomen dalam 4
detik
5. Melakukan pengulangan selama 1 menit dengan jeda 2 detik setiap
pengulangan, mengikuti dengan periode istirahat 2 menit
6. Melakukan latihan dalam lima siklus selama 15 menit
d. Terminasi
1. Evaluasi hasil: kemampuan pasien untuk melakukan teknik ini
2. Memberikan kesempatan pada klien untuk memberikan umpan balik
dari terapi yang dilakukan.
84
3. Tindak lanjut: menjadwalkan latihan breathing exercise
4. Kontrak: topik, waktu, tempat untuk kegiatan selanjutnya
V. Dokumentasi
1. Mencatat waktu pelaksanaan tindakan
2. Mencatat perasaan dan respon pasien setelah diberikan tindakan
85
LEMBAR PELAKSANAAN
BREATHING EXERCISE
I. Persiapan
1. Cari tempat yang tenang dan nyaman, yang bebas dari gangguan atau
distracti.
2. Duduk dengan posisi yang nyaman dan tegak.
IV. Penyelesaian
1. Setelah selesai, biarkan napas Anda kembali normal dan buka mata Anda.
2. Cobalah untuk tetap santai dan renungkan tentang pengalaman Anda
86
OUTPUT SPSS
1. UNIVARIAT
Frequencies
Statistics
N Valid 17 17 17 17 17
Missing 0 0 0 0 0
Mode 2 1 2 3 2
Minimum 1 1 1 2 1
Maximum 3 2 3 4 2
Sum 38 23 31 54 26
Frequency Table
UMUR
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
87
JENIS KELAMIN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PENDIDIKAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PRETEST
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
POSTTEST
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
88
2. BIVARIAT
Explore
Cases
Descriptives
Median 3.00
Variance .404
Minimum 2
Maximum 4
Range 2
Interquartile Range 1
Median 2.00
Variance .265
89
Std. Deviation .514
Minimum 1
Maximum 2
Range 1
Interquartile Range 1
90
Uji Normalitas Data
Descriptive Statistics
N Skewness Kurtosis
Valid N (listwise) 17
91
Uji T Test
Group Statistics
Pre Test - Post Test Equal variances assumed .021 .886 8.302 32 .000 1.64706 .19839 1.24295 2.05117