Anda di halaman 1dari 108

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA

DENGAN PELAKSANAAN MOBILISASI DINI


PASIEN PASCA OPERASI DENGAN PEMBIUSAN UMUM
DI RUMAH SAKIT EMC TANGERANG

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan

Oleh:
MAIMUNAH
NPM : 11192094

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
TAHUN 2021
SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA


DENGAN PELAKSANAAN MOBILISASI DINI
PASIEN PASCA OPERASI DENGAN PEMBIUSAN UMUM
DI RUMAH SAKIT EMC TANGERANG

Dibuat untuk memenuhi persyaratan penyelesaian


tugas akhir pada Program S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan

Oleh:
MAIMUNAH
11192094

ROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
TAHUN 2021

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Penelitian dengan judul:

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini


Pasien Pasca Operasi dengan Pembiusan Umum
di Rumah Sakit EMC Tangerang

Telah mendapatkan persetujuan untuk dilaksanakan


Tangerang, 20 Februari 2021

Menyetujui,
Pembimbing Skripsi

Ns. Diana Rhisnawati, M.Kep., Sp.KMB.

Mengetahui,
Ka. Prodi S1 Keperawatan

Ns. Wasijati, S.Kp., M.Si., M.Kep.

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan hasil penelitian dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga dengan


Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pasien Pasca Operasi dengan Pembiusan
Umum di Rumah Sakit EMC Tangerang”, ini telah diujikan dan dinyatakan
Lulus dalam ujian sidang dihadapan Tim Penguji pada tanggal 20 Februari 2021

Pembimbing

(Ns. Diana Rhisnawati, M.Kep., Sp.KMB)

Penguji I

(Ns. Ratna Sari D., M.Kep.,Sp,KMB.)

Penguji II

(Ns. Maryati, S.Kep., S.Sos., MARS.)

iv
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

MAIMUNAH
11192094

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PELAKSANAAN MOBILISASI DINI PASIEN


PASCA OPERASI DENGAN PEMBIUSAN UMUM DI RUMAH SAKIT EMC TANGERANG

VII Bab + 62 halaman + 10 tabel + 2 skema + 3 lampiran

ABSTRAK

Pasienpasca operasi masih banyak ditemukan tidak melakukan mobilisasi


dini. Kenyataan menunjukkan masih banyak keluarga yang belum mendukung
intervensi mobilisasi dini pasien pasca bedah. Tujuan penelitian untuk
mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan pelaksanaan mobilisasi dini
pasien pasca operasi. Metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional. Populasi adalah pasien pasca operasi sebanyak 32 pasien. Sampel sebanyak 32
responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling yaitu
jumlah sampel sama dengan jumlah populasi. Instrument menggunakan
kuesioner untuk mengukur dukungan keluarga dan mobilisasi dini. Hasil
univariat didapatkan 53% dukungan keluarga baik dan 59% mobilisasi baik. Hasil
analisis uji statistik menggunakan chi square didapatkan ada hubungan dukungan
keluarga dengan pelaksanaan mobilisasi dini pasien pasca operasi
(p=0,036). Perawat perlu memberikan dukungan kepada keluarga untuk mendukung
pasien pasca operasi melakukan mobilisasi dini.

Kata kunci : dukungan keluarga, mobilisasi dini, pasca operasi.


Daftar Pustaka : 43 (2010-2019)

v
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
PROGRAM STUDY OF NURSING

MAIMUNAH
11192094

RELATIONSHIP OF FAMILY SUPPORT WITH THE IMPLEMENTATION OF


EARLY MOBILIZATION OF POST-OPERATING PATIENTS WITH GENERAL
ANESTHESIA AT EMC TANGERANG HOSPITAL

VII Chapter + 62 pages + 10 tables + 2 schematics + 3 appendices

ABSTRACT

Postoperative patients are still found not to do early mobilization. The fact shows that
there are still many families who do not support early mobilization of post-surgical
patients. The research objective was to determine the relationship between family
support and early mobilization of postoperative patients. The research method used
quantitative with cross sectional approach. The population was 32 postoperative
patients. A sample of 32 respondents. The sampling technique used total sampling,
namely the number of samples equal to the population. The instrument uses a
questionnaire to measure family support and early mobilization. The results of statistical
test analysis using chi square found that there was a relationship between family support
and the implementation of early mobilization of postoperative patients (p = 0.036).
Nurses need to provide support to families to support postoperative patients in early
mobilization.
Key words : family support, early mobilization, postoperative.
Bibliography : 43 (2010-2019)

vi
PERNYATAAN NON PLAGIAT

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Maimunah
NIM : 11192094
Institusi : STIKes PERTAMEDIKA

Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga


dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pasien Pasca Operasi dengan
Pembiusan Umum di Rumah Sakit EMC Tangerang” adalah bukan hasil karya
orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang
telah disebutkan sumbernya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila


pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademis.

Tangerang, 20 Februari 2021


Yang Menyatakan,

Materai 6.000

(Maimunah)

vii
PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Sebagai civitas akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA


(STIKes PERTAMEDIKA), saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Maimunah
NPM : 11192094
Program Studi : S1 Keperawatan
Institusi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA
Jenis Karya : Skripsi

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA Hak Bebas Royalti Nonekslusif
(Non-exclusive Royalty Free Right)atas skripsi saya yang berjudul:

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini


Pasien Pasca Operasi dengan Pembiusan Umum di Rumah Sakit EMC
Tangerang.

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini STIKes PERTAMEDIKA berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (Database), merawat
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.


Dibuat di : Tangerang
Pada Tanggal : 20 Februari 2021

Yang Menyatakan

Maimunah

viii
ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan Rahamt dan Karunia-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan laporan penelitian dengan judul “Hubungan Dukungan
Keluarga dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pasien Pasca Operasi
dengan Pembiusan Umum di RS EMC Tangerang”.Penelitian ini dibuat
untuk memenuhi tugas akhir mata ajar Skripsi pada Program Studi S1
Keperawatan - Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.Peneliti
menyadari bahwa banyak pihak yang turut membantu sejak awal
penyusunan sampai selesainya laporan penelitian ini. Pada
kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada
1. Dr. dr. Fathemah Djan Rachmat, SpB, Sp.BTKV (K), MPH.,selaku
Direktur Utama PERTAMEDIKA/IHC dan Pembina Yayasan Pendidikan
PERTAMEDIKA.
2. Asep Saefullah, SH, MM,CHRP, CHRA.,selaku Ketua Pengurus
Yayasan Pendidikan PERTAMEDIKA.
3. Ns. Maryati, S.Kep., S.Sos., MARS, selaku Ketua Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA sekaligus sebagai Penguji III.
4. Dr. Lenny Rosbi Rimbun, S.Kp., M.Si., M.Kep., selaku Wakil
Ketua I Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
5. Sri Sumartini, SE, MM, selaku Wakil Ketua II Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
6. Ns. Achirman, SKep., SKM,M.Kep,selaku Wakil Ketua III Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
7. Wasijati, S.Kp., M.Si., M.Kep., selaku Kepala Program Studi S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
8. Ns. Diana Rhisnawati, M.Kep., Sp.KMB., selaku pembimbing
Skripsi yang dengan kesabaran dan kebaikannya telah membimbing
penulis selama proses penelitian.
9. Ns. Ratna Sari D., M.Kep.,Sp,KMB., selaku dosen penguji II
yang ikut membantu membimbing proses penelitian ini.

x
10. Dr. Clara Pelita Sri Hexanini, MARS., selaku Direktur Rumah
Sakit EMC Tangerang tempat penelitian.
11. Para Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
12. Suami dan anakku tercinta atas doa dan dukungannya selama ini,
sehingga laporan penelitian/ skripsi ini dapat selesai sesuai
dengan waktunya.
13. Ns.Tuty Indrahastuti,S.Kep sebagai kepala Ruangan Orchis RS
EMC Tangerang
14. Teman-teman Angkatan XIII, Program Studi S1 Keperawatan -
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
15. Teman-teman di ruangan yang telah membantu dan mensupport,
sehingga laporan penelitian ini dapat selesai sesuai dengan
waktunya.
16. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang
turut berpartisipasi sehingga penelitian ini dapat selesai
sesuai dengan waktunya.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian ini banyak


kekurangnnya, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan demi perbaikan penulisan dan penyusunan hasil
penelitian dimasa mendatang.

Tangerang, 20 Februari
2021

Peneliti

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..................................................................................... i
HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. iv
ABSTRAK........................................................................................................ v
PERNYATAAN NON PLAGIAT................................................................... vii
PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.......................................... viii
KATA PENGANTAR...................................................................................... ix
DAFTAR ISI.................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................................ xiii
DAFTAR SKEMA........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xv

BABI : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................... 1
B. Perumusan Masalah.............................. 6
C. Tujuan Penelitian.............................. 6
D. Manfaat Penelitian............................. 7

BAB II : TINJAUAN KEPUSTAKAAN


A. Konsep Mobilisasi Dini......................... 8
B. Konsep Dukungan Keluarga....................... 16
C. Konsep Pasien Pasca Operasi.................... 23
D. Penelitian Terkait............................. 25
E. Kerangka Teori................................. 29

BAB III : KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, dan DEFINISI OPERASIONAL


A. Kerangka Konsep................................ 30
B. Hipotesis...................................... 31
C. Definisi Operasional........................... 32

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN


A. Desain Penelitian.............................. 35
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengmabilan Sampel. 36
C. Tempat Penelitian.............................. 37
D. Waktu Penelitian............................... 37
E. Etika Penelitian............................... 37
F. Alat Pengumpulan Data/ Instrumen Penelitian. . . . 38
G. Prosedur Pengumpulan Data...................... 41

xii
H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data............ 43

BAB V : HASIL PENELITIAN


A. Hasil Univariat..................................................................... 49
B. Hasil Bivariat........................................................................ 51

BAB VI : PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat.................................................................. 53
B. Analisis Bivariat.................................................................... 57
C. Keterbatasan Penelitian......................................................... 59

BAB VII : PENUTUP


A. Simpulan................................................................................ 61
B. Saran...................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional.................................32


Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas.........................................................................
41
Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas.....................................................................
42
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas......................................................................
45
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur..................................... 49
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin........................ 50
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan............................ 50
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga.............. 51
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Mobilisasi Dini..................... 51
Tabel 5.6 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Mobilisasi Dini.............. 51

xiv
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teori......................................29


Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian..........................31

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan, Persetujuan, dan Kuesioner


Lampiran 2 Hasil SPSS
Lampiran 3 Daftar Riwayat Hidup

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, perumusan


masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian bagi pelayanan
keperawatan dan bagi perkembangan ilmu keperawatan.

A. Latar Belakang Masalah


Operasi atau pembedahan merupakan tindakan invasif dengan
membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan di intervensi.
Pembukaan bagian tubuh pada tindakan operasi dilakukan dengan
membuat sayatan, setelah itu bagian yang akan ditangani
dilakukan tindakan perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan
penjahitan luka. Tindakan operasi menyebabkan terjadinya
perubahan kontinuitas jaringan tubuh (Arici, Tastan, & Can,
2016).Untuk menjaga homeostasis, tubuh melakukan mekanisme
untuk segera melakukan pemulihan pada jaringan yang mengalami
perlukaan.Pada umumnya pasien beranggapan untuk memulihkan
kondisi pasca operasi maka harus istirahat di tempat tidur
tanpa melakukan aktivitas apapun.Pasien setelah dilakukan
tindakan operasi cenderung untuk istirahat di tempat tidur
dalam jangka waktu yang lama (Freeman & Maley, 2013).

Istirahat di tempat tidur setelah operasi berkontribusi pada


disfungsi sistem organ multipel. Imobilitas mengganggu
transportasi oksigen termasuk oksigenasi paru-paru dan
jaringan; meningkatkan risiko thrombosis vena dalam dan trombo
emboli paru, dan berkontribusi terhadap hilangnya massa dan
kekuatan otot (Santos, et al., 2017). Meskipun efeknya merusak,
pembatasan mobilitas setelah operasi telah ditentukan untuk
pasien yang menjalani operasi jantung berkaitan dengan
kelebihan beban kerja jantung (Barbosa et al.,
2010).Sebaliknya, penelitian terbaru telah menekankan

1
2

pentingnya mobilisasi untuk meningkatkan transportasi oksigen,


pengembalian fungsional, dan mengurangi komplikasi pasca
operasi serta mengurangi lama rawat di rumah sakit (Freeman,
2013; Santos, et al., 2017).
2

Tindakan pembedahan atau operasi dapat menimbulkan berbagai


keluhan dan gejala.Keluhan yang sering diungkapkan oleh pasien
yaitu nyeri.Nyeri menyebabkan pasien tidak mau melakukan
mobilisasi.Mobilisasi pasca operasi dilakukan untuk mengurangi
risiko seperti trombosis vena dalam, emboli paru, infeksi
pernapasan dan retensi urin yang berkaitan dengan istirahat
atau imobilitas (Renkawitz, 2010; Harikesavan, Chakravarty, &
Maiya, 2018).Setelah dilakukan tindakan operasi, penting bagi
pasien untuk melakukan mobilisasi sedini mungkin.Semakin cepat
bergerak, semakin baik, namun mobilisasi harus tetap dilakukan
secara hati-hati. Mobilisasi akan mencegah kekakuan otot dan
sendi sehingga dapat mengurangi nyeri (Kurniawati & Widaryati,
2013; Arici, Tastan, & Can, 2016).

Tujuan utama setelah tindakan operasi yaitu mengurangi stres


akibat operasi dan memfasilitasi pemulihan (Scott, et al.,
2015).Intervensi untuk mencapai tujuan ini adalah dengan
melakukan mobilisasi segera pada periode pasca
operasi.Melakukan mobilisasi dapat menunjang proses penyembuhan
pasca operasi. Mobilisasi dapat dilakukan dengan menggerakkan
badan atau melatih otot-otot dan sendi yang akan memperbugar
pikiran dan mengurangi dampak negatif dari beban psikologis
yang akan berpengaruh terhadap pemulihan fisik. Pengaruh
latihan/ mobilisasi pasca pembedahan memiliki dampak yang baik
terhadap proses pemulihan yang akan mencegah pasien dari
komplikasi pasca tindakan pembedahan (Harikesavan, Chakravarty,
& Maiya, 2018).

Pada pasien pasca operasi masih banyak ditemukan tidak


melakukan mobilisasi.Immobilisasi dapat menyebabkan dampak
buruk bagi pasien,dampak buruk bagi pasien hari rawat menjadi
lebih lama dan bertambah biaya perawatan serta proses
penyembuhan luka menjadi lama. Immobilisasi atau tidak
3

melakukan pergerakan sedini mungkin selama masa pemulihan,


serta pengaruh anastesi dan analgetik merupakan penyebab utama
timbulnya komplikasi pasca operatif.Mobilisasi pasca operasi
adalah suatu upaya membimbing kemandirian pasien sedini mungkin
untuk mempertahankan fungsi fisiologis tubuh (Sumarah, et al.,
2013).Mobilisasi pasca operasi dilakukan secara bertahap yaitu
dimulai dengan gerakan miring kanan dankiri, kemudian pasien
dapat duduk, menggerakkan kaki dan berjalan dengan bantuan
dapat dilakukan pada sisi tempat tidur (Fiore, et al., 2017).

Pasien pasca bedah dengan pembiusan regional bisa memulai


ambulasi setelah 24-36 jam.Mobilisasi bermanfaat untuk
menormalkan sirkulasi darah didalam tubuh (Marmi, 2014).
Mobilisasi menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki
metabolism tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organ-organ
vital yang pada akhirnya akan mempercepat penyembuhan luka
(Kurniawati & Widaryati, 2013; Santos, et al., 2017).
Penelitian lain menyimpulkan bahwa mobilisasi pasca operasi
mengakibatkan berkurangnya lama rawat di rumah sakit dan efek
yang menguntungkan dapat dicapai dalam24 jam pasca operasi.
Peningkatan pemulihan fungsional dan pengembalian awal ke
kehidupan mandiri dapat membaik dengan mobilisasi dini dan
pasien dapat menjalani hari rawat yang lebih efisien (Labraca
et al., 2011; Guerra, Singh & Taylor, 2015).

Mobilisasi pasca bedah belum optimal dilakukan oleh


pasien.Pasien masih merasa ketakutan akibat tindakan
pembedahan. Penelitian yang dilakukan Yanti (2016) terhadap 50
pasien pasca bedah didapatkan 52% pasien belum melakukan
mobilisasi dengan sempurna. Angka ini lebih banyak dibanding
pasien yang melakukan mobilisasi sempurna sebanyak 48%.Pasien
pasca bedah yang tidak melakukan mobilisasi masih cukup
tinggi.Data kegiatan pembedahan yang dilakukan di RS
4

Bhayangkara pada tahun 2015 sebanyak 578 pasien. Pasien yang


tidak melakukan mobilisasi dini sebanyak 63,49% dengan jumlah
hari rawat selama 5-7 hari, lebih lama dibandingkan yang
melakukan mobilisasi dini yaitu 3-4 hari rawat (Yanti, 2016).

Laporan deskriptip di RSUD Abdul Moeloek Palembang tahun 2015


menunjukkan 278 pasien (47,36%) melakukan mobilisasi dini pasca
operasi dan memiliki hari rawat 3-4 hari, sedangkan 309 pasien
(52,64%) yang tidak melakukan mobilisasi dini memiliki hari
rawat selama 6-7 hari (Yanti, 2016). Dampak dari tidak
melakukan mobilisasi dini yaitu hari rawat menjadi lebih lama.
Penelitian yang dilakukan oleh Steven dan kawan–kawan tahun
2001 yang di kutip oleh Nurkolis & Alimansur (2013) menunjukkan
mobilisasi dini berpengaruh terhadap masa pulih pasien dan masa
rawat inap. Dibuktikan dengan rata–rata lama rawat inap group
A yang mendapat intervensi mobilisasi yaitu 8,2 hari dan group
B yang tidak mendapat intervensi selama 38,7 hari setelah
pembedahan.

Pasien pasca operasi berada pada situasi dan kondisi yang lemah
dan tidak berdaya.Keluarga memainkan peran dalam membantu
pemenuhan kebutuhan pasien.Salah satu kebutuhan pasien pasca
operasi yaitu mobilisasi untuk mencegah komplikasi.Dukungan
keluarga menjadi faktor penting untuk motivasi pasien dalam
menjalankan mobilisasi. Pada kenyataannya banyak keluarga yang
kurang mengerti bagaimana cara merawat keluarga yang sakit.
Dukungan keluarga yang kurang baik disebabkan kurangnya
pemahaman tentang mobilisasi (Kurniawati & Widaryati, 2013).
Keluarga takut melakukan hal yang keliru sehingga cenderung
untuk tidak memberikan dukungan kepada pasien. Padahal peran
keluarga sangat dibutuhkan pada proses pemulihan dan mencegah
komplikasi yang mungkin timbul pasca operasi.
5

Dukungan keluarga diperlukan pada pasien pasca operasi.Pasien


pasca operasi berada pada kondisi yang rentan mengalami
komplikasi. Salah satu upaya untuk mencegah komplikasi pasca
operasi dengan melakukan mobilisasi dini. Namun tanpa dukungan
keluarga, upaya mobilisasi akan mengalami kendala dan tidak
optimal. Pada kenyataannya masih banyak keluarga yang belum
mendukung intervensi mobilisasi pasca bedah. Hasil penelitian
menunjukkan sebagian besar keluarga kurang medukung mobilisasi
pada pasien pasca operasi sectio caesarea sebesar 56,5%
(Suciwati, 2017). Dukungan keluarga yang kurang baik dapat
disebabkan karena faktor ketidaktahuan tentang manfaat
mobilisasi sehingga takut terjadi kesalahan terhadap pasien
yang baru saja menjalani operasi.

Penelitian lain menggambarkan bahwa keluarga lebih banyak tidak


mendukung mobilisasi sebanyak 30 pasien (60%), dibandingkan
keluarga yang mendukung sebanyak 20 pasien (40%). Sedangkan
dukungan tenaga kesehatan lebih banyak yang mendukung 28 (56%),
dibandingkan tidak mendukung 22 (44%) (Yanti, 2016).
Selanjutnya Yanti (2016) melakukan analisis statistik dengan
hasil p-value = 0,024 yang menunjukkan ada pengaruh dukugan
keluarga terhadap mobilisasi dengan nilai OR sebesar 4,67.
Nilai ini menunjukkan bahwa keluarga yang mendukung berpeluang
sebesar 4,67 kali dibandingkan keluarga yang tidak mendukung.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan awal yang dilakukan


peneliti di RS EMC Tangerang diperoleh data bahwa masih banyak
pasien yang belum melakukan mobisisasi dini pasca tindakan
operasi meskipun telah dianjurkan oleh perawat. Beragam alasan
dikemukakan oleh pasien diantaranya takut jahitan lepas jika
bergerak,bertambah nyeri,lebih nyaman bila diam,dan takut luka
operasi mengalami perdarahan.Hasil identifikasi terhadap
keluarga didapat bahwa keluarga kurang memberikan dukungan
6

terhadap mobilisasi pasca operasi karena keluarga tidak faham


harus melakukan apa terhadap pasien.Dampak dari tidak melakukan
mobilisasi dini yaitu hari rawat menjadi lebih lama dan
bertambah biaya perawatan.

Dari hasil wawancara dengan 10 orang pasien pasca operasi


dengan pembiusan umum yang di rawat di RS EMC Tangerang 2
orang pasien dapat melakukan aktifitas dini dengan bantuan
keluarga dan 8 orang pasien belum dapat melakukan aktifitas
dini, dikarenakan takut jahitan terlepas, bertambah nyeri jika
beraktifitas, lebih nyaman bila diam, takut luka operasi
mengalami perdarahan dan kurangnya dukungan keluarga. Melihat
kebanyakan pasien pasca operasi aktifitasnya masih membutuhkan
dukungan keluarga, oleh karena itu peneliti merasa tertarik
untuk meneliti tentang Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pasien Pasca Operasi dengan
Pembiusan Umum di RS EMC Tangerang.

B. Perumusan Masalah
Mobilisasi pasca operasi belum optimal dilakukan oleh pasien
karena merasa ketakutan akibat intervensi pembedahan.Dukungan
keluarga menjadi faktor penting untuk motivasi pasien dalam
melakukan mobilisasi, namun pada kenyataannya keluarga malah
menganjurkan pasien untuk istirahat ditempat tidur untuk alasan
percepatan pemulihan.Dukungan keluarga yang kurang baik, dapat
disebabkan kurangnya pemahaman tentang mobilisasi.Keluarga
takut melakukan hal yang keliru sehingga cenderung untuk tidak
memberikan dukungan mobilisasi dini kepada pasien.

Data studi pendahuluan, peneliti memperloleh data dari 10


pasien pasca operasi dengan pembiusan umum yang di rawat di RS
EMC Tangerang, 2 orang pasien dapat melakukan aktifitas dini
dengan bantuan keluarga dan 8 orang pasien belum dapat
7

melakukan aktifitas dini, dikarenakan takut jahitan


terlepas,bertambah nyeri bila beraktifitas,lebih nyaman bila
diam,takut luka operasi mengalami perdarahan dan kurangnya
dukungan keluarga.Dampak dari tidak melakukan mobilisai dini
yaitu hari rawat menjadi lebih lama dan bertambahnya biaya
perawatan. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini “apakah
ada hubungan dukungan keluarga dengan pelaksanaan mobilisasi
dini pasien pasca operasi dengan pembiusan umum di RS EMC
Tangerang”?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan pelaksanaan
mobilisasi dini pasien pasca operasi dengan pembiusan umum
di RS EMC Tangerang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran karakteristik responden (umur, jenis
kelamin, dan pendidikan) di RS EMC Tangerang.
b. Mengetahui gambaran dukungan keluarga dengan pelaksanaan
mobilisasai dini pasien pasca operasi dengan pembiusan
umum di RS EMC Tangerang.
c. Mengetahui gambaran mobilisasi pasien pasca operasi
dengan pembiusan umum di RS EMC Tangerang.
d. Menganalisa hubungan dukungan keluarga dengan pelaksanaan
mobilisasi dini pasien pasca operasi dengan pembiusan
umum di Ruang perawatan bedah RS EMC Tangerang.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi penelitian
selanjutnya dengan variabel yang berbeda.Penelitianini juga
dapat menambah pengetahuan mengenai dukungan keluargadan
tingkat mobilisasi pasien pasca operasi dengan pembiusan
8

umum, sehingga pasien mampu menjalaniprosespemulihan dengan


baik tanpa komplikasi.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan


Penelitian ini dapat memberikan kontribusi ilmiah dalam
pemberian asuhan keperawatan, khususnya dalam perawatan pada
pasien pasca pembedahan yang melakukan mobilisasi dini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas tinjauan pustaka tentang konsep mobilisasi,


dukungan keluarga, dan pasien pasca operasi serta kerangka teori
penelitian.

A. Konsep Mobilisasi Dini


1. Pengertian Mobilisasi Dini
Mobilisasi dini merupakan aktivitas yang dilakukan pasien
pasca pembedahan dimulai dari latihan ringan di atas tempat
tidur (latihan pernafasan, latihan batuk efektif dan
menggerakkan tungkai) sampai dengan pasien bisa turun dari
tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan keluar
kamar (Ibrahim, 2013). Mobilisasi dini dapat didefinisikan
sebagai melakukan aktivitas ringan sesegera mungkin di
tempat tidur, pindah dari tempat tidur dan atau berjalan
setelah operasi untuk mengurangi risiko yang berhubungan
dengan istirahat di tempat tidur (Harikesavan, Chakravarty,
& Maiya, 2018).Mobilisasi dini adalah proses aktivitas yang
dilakukan sesegera mungkin setelah operasi, dimulai dari
latihan ringan diatas tempat tidur sampai dengan bias turun
dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan ke
luar kamar (Brunner & Suddarth, 20014).

Sedangkan Carpenito (2000) menjelaskan bahwa mobilisasi dini


merupakan faktor utama dalam mempercepat pemulihan dan
pencegahan terjadinya komplikasi pasca bedah, mobilisasi
sangat penting dalam percepatan hari lama rawat dan
mengurangi resiko karena tirah baring lama seperti
terjadinya dekubitus, kekakuan atau penegangan otot-otot
diseluruh tubuh, gangguan sirkulasi darah, gangguan
pernafasan, dan gangguan peristaltik maupun berkemih.

8
9

Mobilisasi adalah kebutuhan dasar manusia yang diperlukan


oleh individu untuk melakukan aktifitas sehari-hari berupa
pergerakan sendi, sikap dan gaya berjalan guna untuk
memenuhi kebutuhan aktivitas dan mempertahankan kesehatannya
(Potter & Perry, 2010).

Mobilisasi dini pada pasien pasca operasi merupakan


kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing pasien
keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas
mungkin untuk berjalan. Mobilisasi dini merupakan faktor
yang penting dalam mempercepat pemulihan pasca bedah dan
dapat mencegah komplikasi pasca bedah. Mobilisasi perlu
dilakukan secara bertahap, guna mempercepat proses
penyembuhan. Mobilisasi dapat mempercepat proses penyembuhan
luka pasca bedah, meningkatkan fungsi paru-paru,
memperkecil risiko pembentukan gumpalan darah, dan juga
memungkinkan pasien kembali secara fungsional (Castelino,
2016).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa


mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan
kemandirian sedini mungkin melalui aktivitas bertahap dengan
cara membimbing pasien untuk mempertahankan fungsi
fisiologis.

Penilaian instrumen dari hasil ukur berdasarkan Cutt of


point by mean didapat mobilisasi dini pasca operasi baik
jika> 47,4 dan kurang baik jika< 47,4 .

2. Tujuan Mobilisasi Dini


Tujuan mobilisasi dini adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar
(termasuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari dan
aktivitas rekreasi); mempertahankan diri (melindungi diri
10

dari trauma); mempertahankan konsep diri; mengekspresikan


emosi dan gerakan tangan nonverbal; mempertahankan fungsi
tubuh dan menccegah kemunduran serta mengembalikan rentang
gerak aktivitas tertentu sehingga penderita dapat kembali
normal atau setidak-tidaknya dapat memenuhi kebutuhan
sehari-hari (Cassidy, Rosenkranz & McAneny, 2014).

Tujuan mobilisasi adalah mempertahankan fungsi tubuh,


memperlancar peredaran darah, membantu pernapasan menjadi
lebih baik, mempertahan-kan tonus otot, memperlancar
eliminasi buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK),
mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat
kembali normal memenuhi kebutuhan gerak harian, dan memberi
kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi dan
berkomunikasi. Tujuan mobilisasi untuk menurunkan kejadian
komplikasi thrombosis vena, emboli paru, pneumonia dan
retensi urin serta meningkatkan kepuasan pasien dan
mengurangi lama hari rawat (LOS) (Castelino, 2016).

3. Manfaat Mobilisasi Dini


Menurut Potter & Perry (2010), ada beberapa manfaat yang
dapat diperoleh dari dilakukannya mobilisasi dini pada
pasien, yaitu:
a. Sistem respiratori
Meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernapasan diikuti
oleh laju istirahat kembali lebih cepat juga dapat
meningkatkan ventilasi alveolar (normal 5-6 l/ menit),
menurunkan kerja pernapasan, meningkatkan pengembangan
diafragma jika mengubah posisi pasien 2 jam sekali.
b. Sistem kardiovaskuler
Meningkatkan curah jantung, memperbaiki kontraksi
miokardial, menguatkan otot jantung dan menyuplai darah
ke jantung dan ototyang sebelumnya terjadi pengumpulan
11

darah pada bagian ekstermitas, menurunkan tekanan darah


istirahat, serta memperbaiki aliran balik vena. Jumlah
darah yang dipompa oleh jantung (cardiac output)
normalnya adalah 5 l/ menit, dengan melakukan mobilisasi
meningkat sampai 30 l/menit.
c. Sistem metabolik
Meningkatkan laju metabolism basal dimana apabila pasien
melakukan aktivitas berat maka kecepatan metabolism
dapat meningkat hingga 20 kali dari kecepatan normal,
meningkatkan penggunaan glukosa dan asam lemak,
meningkatkan pemecahan trigliserida, meningkatkan
motilitas lambung, serta meningkatkan produksi panas
tubuh.
d. Menurunkan insiden komplikasi
Mencegah hipotensi/ tekanan darah rendah, otot mengecil,
hilangnya kekuatan otot, konstipasi, meningkatkan
kesegaran tubuh, dan mengurangi tekanan pada kulit yang
dapat mengakibatkan kulit menjadimerah ataubahkanlecet.
e. Sistem musculoskeletal
Memperbaiki tonus otot, meningkatkan mobilisasi sendi,
memperbaiki toleransi otot untuk latihan, mengurangi
kehilangan densitas tulang, meningkatkan toleransi
aktivitas dan mengurangi kelemahan pada pasien.

4. Faktor -faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini


Ada beberapa faktor yang memengaruhi mobilisasi dini pasien
pasca operasi (Suciawati, 2017; Setyowati & Supartini,
2013), antara lain:
a. Penyakit tertentu dan cidera
Penyakit-penyakit tertentu dan cidera berpengaruh
terhadap mobilitas.Misalnya penderita multipel aklerosis
dan cidera pada saraf tulang belakang. Demikian juga pada
12

pasien post operasi atau yang mengalami nyeri, cenderung


membatasi gerakan.
b. Budaya
Beberapa faktor budaya juga mempunyai pengaruh terhadap
aktivitas. Misalnya di Jawa berpenampilan halus dan
merasa tabu bila mengerjakan aktivitas berat dan pria
cenderung melakukan aktivitas lebih berat.
c. Energi
Tingkat energi bervariasi pada setiap individu.Terkadang
seseorang membatasi aktivitas tanpa mengetahui
penyebabnya. Selain itu tingkat usia juga berpengaruh
terhadap aktivitas. Misalnya orang pada usia pertengahan
cenderung mengalami penurunan aktivitas yang berlanjut
sampai usia tua.
d. Keberadaan nyeri
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, universal dan
bersifat individual.Dikatakan bersifat individual karena
respon individu terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak
bisa disamakan satu dengan yang lainnya. Menurut Perry &
Potter (2010), nyeri tidak dapat diukur secara objektif
misalnya dengan X-Ray atau tes darah. Namun tipe nyeri
yang muncul dapat diramalkan berdasarkan tanda dan
gejalanya.Kadang-kadang hanya bisa mengkaji nyeri dengan
berpatokan pada ucapan dan prilaku klien.Klien kadang-
kadang diminta untuk menggambarkan nyeri yang dialaminya
tersebut sebagai nyeri ringan, nyeri sedang, atau
berat.Bagaimanapun makna dari istilah tersebut
berbeda.Tipe nyeri tersebut berbeda pada setiap
waktu.Gambaran skala nyeri merupakan makna yang lebih
objektif yang dapat diukur. Gambaran skala nyeri tidak
hanya berguna dalam mengkajiberatnyanyeri, tetapi juga
dapat
Mengevaluasiperubahan kondisi klien.
13

e. Faktor perkembangan
Faktor yang mempengaruhi adalah umur dan paritas.Paritas
adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh
seorang wanita dan umur adalah lamanya hidup seseorang
dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan.
f. Tingkat kecemasan
Kecemasan turut mempengaruhi mobilisasi.Cemas (ansietas)
merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan
sesuatu diluar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan
dalam mengatasi permasalahan.
g. Tingkat Pengetahuan
Pasien yang sudah diajarkan mengenai gangguan
muskuloskeletal akan mengalami peningkatkan penanganan.
Informasi mengenai apa yang diharapkan termasuk sensasi
selama dan setelah penenganan dapat memberanikan pasien
untuk berpartisipasi secara aktif dalam pengembangan dan
penerapan penanganan. Informasi khusus mengenai
antisipasi peralatan misalnya penanganan alat fiksasi
eksternal, alat bantu ambulasi (trapeze, walker,
tongkat), latihan dan medikasi harus didiskusikan dengan
pasien (Brunner & Suddarth, 2014). Informasi yang
diberikan tentang prosedur perawatan dapat mengurangi
ketakutan pasien.
h. Ketidakmampuan atau kelemahan fisik dan mental
Tindakan pembedahan merupakan proses yang melelahkan.
Saat pembedahan, pasien berada pada posisi yang lemah dan
dalam ketidakberdayaan.Tidak jarang setelah tindakan
pembedahan pasien lebih sering memilih tidur dari pada
melakukan pergerakan secara bertahap.
i. Depresi
Besar kemungkinan setelah melahirkan ibu akan mengalami
depresi. Biasanya depresi berlangsung sekitar satu sampai
dua hari, hal ini dapat terjadi karena perubahan mendadak
14

dari hormon. Gejalanya berupa mudah tersinggung,


menangis, tanpa sebab, gelisah, takut pada hal yang
sepele.

5. Gerakan Mobilisasi Dini Pasca Operasi


Tahapan mobilisasi pasca operasi menurut Setiadi (2017),
yaitu:
a. 6-10 jam setelah pembedahan pasien dapat melakukan:
1) Latihan pernafasan sambil tidur terlentang dan
diulangi sebanyak 3 kali
2) Menggerakkan lengan dari posisi disamping tubuh ke
posisi disamping kepala sehingga membentuk sudut
180°, kemudian mengembalikannya ke posisi semula
dan diulangi sebanyak 3 kali pada masing-masing kedua
lengan
3) Menggerakkan lengan tangan kesamping badan sehingga
membantuk sudut 90° kemudian kembalikan kesamping
lengan
4) Menggerakkan tungkai kaki ke atas kemudian
mengembalikannya keposisi semula, diulangi sebanyak 3
kali pada masing-masing tungkai
5) Menggerakkan tungkai kaki ke arah samping hingga 30°-
50° kemudian mengembalikannya keposisi semula,
lakukan sebanyak 3 kali pada masing-masing tungkai
6) Pasien miring ke kanan dan ke kiri masing masing
selama 2 jam
b. Hari ke-2, pasien dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk nafas sedalam dalamnya lalu dihembuskan
disertai batuk-batuk kecil yang berguna untuk
melonggarkan pernafasan dan sekaligus menumbuhkan
kepercayaan pada diri pasien bahwa ia mulai pulih.
Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah
duduk (posisi semifowler).
15

c. Hari ke3-5, pasien dianjurkan untuk belajar duduk selama


sehari, belajar turun dari tempat tidur, berjalan di sisi
tempat tidur dan kemudian berjalan sendiri.

Pendapat lain yang dikemukakan Clark, et al., (2013),


menyatakan tahap-tahap mobilisasi pasca operasi sebagai
berikut:
a. Level 1: Pada 6-24 jam pertama pasca pembedahan, pasien
diajarkan teknik nafas dalam dan batuk efektif,
diajarkan latihan gerak (ROM) dilanjut dengan perubahan
posisi ditempat tidur yaitu miring kiri dan miring kanan,
kemudian meninggikan posisi kepala mulai dari 15°, 30°,
45°, 60°, dan 90°.
b. Level 2: Pada 24 jam kedua post pembedahan, pasien
diajarkan duduk tanpa sandaran dengan mengobservasi rasa
pusing dan dilanjutkan duduk ditepi tempat tidur.
c. Level 3: Pada 24 jam ketiga pasca pembedahan, pasien
dianjurkan untuk berdiri disamping tempat tidur dan
ajarkan untuk berjalan disamping tempat tidur.
d. Level 4: Tahap terakhir pasien dapat berjalan secara
mandiri.

6. Mobilisasi Dini pada Pasien Anestesi Umum


Menurut Rismalia (2010) mobilisasi dini pada pasien dengan
anestesi umum dapat dilakukan sedini mungkin mulaidari 6-12
jam setelah operasi. Mobilisasi dini pada pasien dengan
anestesi umum:
a. Pada saat awal (6 sampai 12 jam pertama) pasien dapat
melakukan pergerakan fisik seperti menggerakkan
ekstremitas seperti mengangkat tangan, menekuk kaki, dan
menggerakkan telapak kaki.
16

b. Pada hari kedua pasien dapat duduk di tempat tidur sambil


makan, atau duduk dengan kaki menjuntai di pinggir tempat
tidur.
c. Pada hari ketiga pasien dianjurkan untuk belajar duduk
bebas tanpa sandaran, belajar turun dari tempat tidur,
berjalan di sisi tempat tidur dan kemudian berjalan
sendiri.
d. Pada hari keempat, pasien dapat berjalan ke luar kamar
dengandibantu atau secara mandiri.Jika pasien sudah
berani, pasien dapat berjalan sendiri di sekitar kamar
seperti ke kamar mandi.

7. Kontraindikasi Mobilisasi Dini


Kontraindikasi pasien untuk mobilisasi dini yaitu (Brunner &
Suddarth, 2014; Ferraz et al., 2018):
a. Tekanan darah tinggi
Pasien dengan tekanan darah sistole > 200 mmHg dan
diastole > 100 mmHg.Peningkatan tekanan darah yang
mendadak pada orang yang sebelumnya memiliki tekanan
darah normal bisa menyebabkan pembuluh darah di otak
mengalami penciutan mendadak.
b. Pasien dengan fraktur tidak stabil
Pasien dengan fraktur atau patah tulang yang tidak stabil
karena pasien fraktur membutuhkan imobilisasi untuk
mempertahankan posisi dan kesejajaran yang benar sampai
masa penyatuan.
c. Penyakit sistemik atau demam
Mobilisasi dilakukan dengan bertahap sesuai dengan
pulihnya keadaan atau kekuatan pasien. Pengobatan yang
mendukung pada sistemik atau demam meliputi isitirahat
yang cukup, guna untuk mencegah komplikasi dan
mempercepat proses penyembuhan. Pasien harus tirah baring
sampai demam pasien menurun.
17

d. Trombus emboli pada pembuluh darah


Pembentukan thrombus dimulai dengan melekatnya trombosit-
trombosit pada pemeriksaan endotel pembuluh darah
jantung. Darah yang mengalir menyebabkan semakin banyak
trombosit tertimbun pada daerah tersebut. Pada saat
mobilisasi, peningkatan aliran darah yang cepat masa yang
terbentuk dari trombosit akan terlepas daridinding
pembuluh tetapi kemudian diganti oleh trombosit lain.

8. Hambatan Melaksanakan Mobilisasi Dini


Ada beberapa hambatan dalam melaksanakan mobilisasi. Menurut
Ferraz et al., (2018), diantaranya:
a. Gejala fisik yang dialami pasien seperti merasakan lemah,
nyeri dan kelelahan.
b. Kurangnya tenaga kesehatan untuk membantu dan membimbing
pasien ketika melakukan mobilisasi.
c. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran pasien tentang
pentingnya melakukan mobilisasi pasca pembedahan.
d. Kurang dukungan keluarga untuk memberikan bantuan dan
support untuk melakukan mobilisasi.

B. Konsep Dukungan Keluarga


1. Pengertian Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap anggotanya.Anggota keluarga dipandang
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam lingkungan
keluarga.Anggota keluarga memandang bahwa orang yang
bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan
bantuan jika diperlukan.Anggota keluarga memandang bahwa
orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga
adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang melindungi
seseorang dari efek stress yang buruk (Triharini, et al.,
18

2018). Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan


interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan
terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa
ada yang memperhatikan.
Pada hakekatnya keluarga diharapkan mampu berfungsi untuk
mewujudkan proses pengembangan timbal balik rasa cinta dan
kasih sayang antara anggota keluarga, antar kerabat, serta
antar generasi yang merupakan dasar keluarga yang harmonis.
Hubungan kasih sayang dalam keluarga merupakan suatu rumah
tangga yang bahagia.Dalam kehidupan yang diwarnai oleh rasa
kasih sayang maka semua pihak dituntut agar memiliki
tanggung jawab, pengorbanan, saling tolong menolong,
kejujuran, saling mempercayai, saling membina pengertian dan
damai dalam rumah tangga (Kyzar, et al., 2012).
Penilaian instrumen dari hasil ukur berdasarkan Cutt of
point by mean di dapat Dukungan keluarga baik jika > 59,6
dan kurang baik jika < 59,6 .

2. Fungsi Keluarga
King & McInerney, (2019), mengidentifikasi beberapa fungsi
keluarga yaitu:
a. Fungsi afektif
Gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan
dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga lain, saling menghargai dan kehangatan
di dalam keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Interaksi atau hubungan dalam keluarga, bagaimana
keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
c. Fungsi kesehatan
Sejauhmana keluarga menyediakan pangan, perlindungan dan
merawat anggota yang sakit, sejauhmana pengetahuan
tentang masalah kesehatan, kemampuan keluarga untuk
19

melakukan 5 tugas kesehatan dalam keluarga serta kemauan


keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan yang sedang
dihadapi.
d. Fungsi ekonomi
Keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan,
papan.Keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat
dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.Hal
yang menjadi pendukung keluarga adalah jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki
keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup
fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari
masyarakat setempat

3. Jenis Dukungan Sosial Keluarga


Kyzar, Turnbull, Summers, Gomez, (2012) menyatakan bahwa
dukungan keluarga memiliki beberapa jenis dukungan yaitu:
a. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan
diseminator (penyebar) informasi tentang
dunia.Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti,
informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu
masalah.Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan
munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan
dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada
individu.Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat,
usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.
Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan
tanggungjawab bersama, termasuk didalamnya memberikan
solusi dari masalah, memberikan nasehat, pengarahan,
saran, atau umpanbalik tentang apa yang dilakukan oleh
seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi dengan
menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya
20

dan tindakan spesifik bagi individu untuk melawan


stresor.

b. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,
membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai
sumber dan validator indentitas anggota keluarga
diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.
Individu mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara
tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi
pengaharapan positif individu kepada individu lain,
penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan
seseorang dan perbandingan positif seseorang dengan orang
lain, misalnya orang yang kurang mampu. Dukungan keluarga
dapat membantu meningkatkan strategi koping individu
dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan
pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek positif.
c. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan
konkrit. Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan
jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial dan
material berupa bantuan nyata (instrumental support/
material support), suatu kondisi dimana benda atau jasa
akan membantu memecahkan masalah praktis, termasuk di
dalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi
atau meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari,
menyampaikan pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan
merawat saat sakit, diantaranya: kesehatan penderita
dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat,
terhindarnya penderita dari kelelahan.

d. Dukungan emosional
21

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk


istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan
terhadap emosi.Aspek-aspek dari dukungan emosional
meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi,
adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan
didengarkan.Dukungan emosional memberikan individu
perasaan nyaman, merasa dicintai saat mengalami sakit,
bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya,
perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa
berharga.Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan
tempat istirahat dan memberikan semangat.

4. Sumber Dukungan Keluarga


Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang
dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses
atau diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau
tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa
orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial
keluarga dapat berupa dukungan sosial kelurga internal,
seperti dukungan dari suami atau istri serta dukungan dari
saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal
(Triharini, et al., 2018).

5. Manfaat Dukungan Keluarga


Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi
sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial
berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan.
Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan
sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan
berbagai kepandaian dan akal.Sebagai akibatnya, hal ini
meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga. Wills (1985)
dalam Triharini, et al., (2018) menyimpulkan bahwa baik
22

efek-efek penyangga (dukungan sosial menahan efek-efek


negatif dari stres terhadap kesehatan) dan efek-efek utama
(dukungan sosial secara langsung mempengaruhi akibat-akibat
dari kesehatan) juga ditemukan. Sesungguhnya efek-efek
penyangga dan utama dari dukungan sosial terhadap kesehatan
dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi bersamaan.Secara
lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat
terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih
mudah sembuh dari sakit dan dikalangan kaum tua, fungsi
kognitif, fisik dan kesehatan emosi.

6. Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga


Menurut Feiring dan Lewis (1984) dalam Kyzar, et al., (2012)
ada bukti kuat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa
keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif
menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak
yang berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak
perhatian daripada anak-anak dari keluarga yang besar.Selain
itu, dukungan yang diberikan orangtua (khususnya ibu) juga
dipengaruhi oleh usia. Ibu yang masih muda cenderung untuk
lebih tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan
anaknyadan juga lebih egosentris dibandingkan ibu-ibu yang
lebih tua.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga lainnya


adalah kelas sosial ekonomi orangtua.Kelas sosial ekonomi
disini meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua
dan tingkat pendidikan.Dalam keluarga kelas menengah, suatu
hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada,
sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada
lebih otoritas atau otokrasi.Selain itu orang tua dengan
kelas social menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan
23

keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan


kelas sosial bawah.

Lebih lanjut Kyzar, et al., (2012) mngkalsifikasi faktor-


faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga:
a. Faktor internal
1) Tahap perkembangan
Artinya dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia
dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan,
dengan demikian setiap rentang usia (bayi-lansia)
memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan
kesehatan yang berbeda-beda.
2) Pendidikan atau tingkat pengetahuan
Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk
oleh variabel intelektual yang terdiri dari
pengetahuan, latar belakang pendidikan dan pengalaman
masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara
berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk memahami
faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan
menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk
menjaga kesehatan dirinya.
3) Faktor emosi
Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap
adanya dukungan dan cara melakukannya. Seseorang yang
mengalami respon stress dalam setiap perubahan
hidupnya cenderung berespon terhadap berbagai tanda
sakit, mungkin dilakukan dengan cara mengkhawatirkan
bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya.
Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang
mungkin mempunyai respon emosional yang kecil selama
ia sakit. Seorang individu yang tidak mampu melakukan
koping secara emosional terhadap ancaman penyakit
mungkin.
24

4) Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana
seseorang menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan
keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga
atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti
dalam hidup.
b. Eksternal
1) Praktik di keluarga
Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya
mempengaruhi penderita dalam melaksanakan
kesehatannya. Misalnya, klien juga kemungkinan besar
akan melakukan tindakan pencegahan jika keluarga
melakukan hal yang sama.
2) Faktor sosio-ekonomi
Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan
resiko terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara
seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap
penyakitnya. Variabel psikososial mencakup: stabilitas
perkawinan, gaya hidup, dan lingkungan kerja.Seseorang
biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari
kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi
keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya. Semakin
tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan
lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang
dirasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan
ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.
3) Latar belakang budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai
dan kebiasaan individu, dalam memberikan dukungan
termasuk cara pelaksanaan kesehatan pribadi.
25

C. Konsep Pasien Pasca Operasi


1. Pengertian Pasca Operasi
Pemulihan pasca operasi merupakan proses kompleks yang
membutuhkan penatalaksanaan holistik untuk dimulainya
kembali kapasitas dan homoeostasis tubuh setelah peristiwa
pembiusan (Andrea & Colin, 2018). Evaluasi pemulihan pasca
operasi berfokus pada penilaian tanda-tanda fisik dan status
fungsional yang dinilai segera setelah kedatangan di ruang
pemulihan, kemudian setiap jam sesudahnya, sampai pasien
dipindahkan ke unit perawatan. Nyeri, mual, tekanan
emosional dan psikologis, dan komplikasi pasca operasi
merupakan indikator utama dari proses pemulihan (Oliveira,
et al., 2017).

Pasca/ post operasi adalah masa setelah dilakukan pembedahan


yang dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan
berakhir sampai evaluasi selanjutnya (Ferraz, et al.,
2018).Perawatan pasca operasi adalah perawatan yang
dilakukan setelah prosedur pembedahan selesai
dilakukan.Jenis perawatan pasca operasi yang butuhkan
tergantung pada jenis operasi yang dilakukan, serta riwayat
kesehatan pasien.Perawatan pasca operasi umumnya termasuk
pemulihan dari agen anestesi, manajemen nyeri dan perawatan
luka.Perawatan pasca operasi dimulai segera setelah
operasi.Tahap pasca-operasi dimulai dari memindahkan pasien
dari ruangan bedah ke unit perawatan pasca-operasi dan
berakhir saat pasien pulang.

Fase pasca operatif dimulai dengan masuknya ke ruang


pemulihan (recovery room) atau ruang perawatan intensive dan
berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada unit rawat inap,
klinik, maupun di rumah.Lingkup aktivitas keperawatan
mencakup rentang aktivitas yang luas selama periode pasca
26

operasi.Fokus pengkajian meliputi efek agen anastesi dan


memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi.Aktivitas
keperawatan kemudian berfokus pada peningkatan penyembuhan
pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut,
serta rujukan untuk penyembuhan, rehabilitasi, dan
pemulangan (Hipkabi, 2014).

2. Jenis-jenis Operasi
a. Menurut fungsinya/ tujuannya
Potter dan Perry (2010) membagi menjadi:
1) Diagnostik: biopsi, laparotomi eksplorasi
2) Kuratif (ablatif): tumor, appendiktomi
3) Reparatif: memperbaiki luka multipel
4) Rekonstruktif: mamoplasti, perbaikan wajah.
5) Paliatif: menghilangkan nyeri
6) Transplantasi: penanaman organ tubuh untuk
menggantikan organ atau struktur tubuh yang malfungsi
(cangkok ginjal, kornea).
b. Menurut luas atau Tingkat risiko:
1) Mayor
Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan
mempunyai tingkat risiko yang tinggi terhadap
kelangsungan hidup klien.
2) Minor
Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai
risiko komplikasi lebih kecil dibandingkan dengan
operasi mayor.

3. Komplikasi Operasi
Berdasarkan kajian yang dilakukan Bronsert, et al., (2019)
melalui data electronic health record (EHR) yang
mengidentifikasi komplikasi pasca bedah melalui system yang
terintegrasi didapatkan komplikasi meliputi infeksi luka
27

operasi, infeksi saluran kemih, sepsis, perdarahan, dan


komplikasi jenis lainnya. Dari 6.840 pasien yang menjalani
operasi di salah satu Unit Bedah sebuah RS di Amerika pada
2013 sampai 2016, pasien yang mengalami komplikasi cenderung
lebih tua (52,7 - 58,6 tahun). Pasien yang menjalani operasi
vaskular (33,2%) bedah saraf (17,2%) memiliki tingkat
komplikasi yang lebih tinggi. Sementara pasien yang
menjalani operasi gynegcologic (4,9%) atau bedah ortopedi
(10,6%). Tidak ada perbedaan signifikan dalam tingkat
komplikasi keseluruhan berdasarkan ras/ etnis atau jenis
kelamin (Bronsert, et al., 2019).

Komplikasi yang paling umum pada populasi pasien adalah


perdarahan (6,8% dari 6.840 pasien), Infeksi Saluran Kemih
(2%), infeksi luka operasi superfisial (1,6%), pneumonia
(1,4%), sepsis (1,3%), DVT/ tromboflebitis (1,1%), dan
infeksi sayatan operasi pada organ sekitar (1,0%). Sedangkan
komplikasi lainnya terjadi kurang dari 1% (Bronsert, et al.,
2019).Komplikasi lainnya yang dapat muncul adalah perubahan
status hemodinamik yang ditandai dengan hipotensi dan
hipertensi.Hipotensi didefinisikan sebagai tekanan darah
systole kurang dari 70 mmHg atau turun lebih dari 25% dari
nilai sebelumnya.Hipotensi dapat disebabkan oleh hipovolemia
yang diakibatkan oleh perdarahan dan overdosis obat
anestesia. Sedangkan hipertensi disebabkan oleh nyeri,
dampak analgesic dan agen hipnosis yang tidak adekuat,
batuk, penyakit hipertensi yang tidak diterapi, dan
ventilasi yang tidak adekuat.

Mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi merupakan


tindakan yang harus dilakukan melalui manajemen tatalaksana
pasien pasca operasi yang benar.Konsep komplikasi pasca
operasi dihasilkan dari interaksi tiga kategori variable
28

yaitu kondisi umum pasien, kompleksitas operasi, dan


kualitas perawatan perioperatif (McMahon, 2017; Colborn,
2018).Adanya penyakit kronis sebagai ko-morbid sebelum
operasi dan peradangan sistemik akan mempengaruhi kejadian
pasca operasi.

D. Penelitian Terkait
1. Penelitian yang dilakukan oleh Suciawati, (2017) yang
berjudul “Faktor faktor yang berhubungan dengan mobilisasi
dini pasien pasca section caesarea di RSIA AMC Metro
Provinsi Lampung”.Metode penelitian ini merupakan
penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional.
Populasiadalah seluruh ibu bersalin post sectio caesarea di
RSIA AMC Metro Provinsi Lampung dengan sampel adalah ibu
bersalin dengan cara sectio caesarea yang dirawat di Ruang
Bougenfil RSIA AMC Metro bulan Mei 2016 berjumlah 92 orang.
Teknik pengambilan sampel menggunakan pendekatan teknik
accidental sampling. Instrumen penelitian menggunakan
kuesioner. Data dianalisis dengan uji chi square. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan,
kondisi emosi, dukungan tenaga kesehatan dan dukungan
keluarga dengan mobilisasi dini pasien post sectio caesarea
di RSIA AMC Metro Provinsi Lampung tahun 2016 (pvalue<
0,05).

2. Peneltian yang dilakukan oleh Yanti (2016) yang berjudul


“Analisa determinan yang memengaruhi pelaksanaan
mobilisasi dini pada pasien pasca operasi di ruang
kebidanan RS Bhayangkara Bandar Lampung 2016”.Jenis
penelitian kuantitatif, dengan pendekatan cross sectional.
Sampel terdiri dari 50 orang, diambil menggunakan teknik
accidental sampling. Analisa data menggunakan uji chi
square dan regresi logistik ganda dengan derajat kepercayaan
29

95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan sikap


(pvalue = 0,018, OR= 5,182), persepsi (pvalue = 0,049,
OR=3,750), motivasi (pvalue =0,011, OR=5,429), dukungan
keluarga (pvalue = 0,024, OR=4,667), dan dukungan tenaga
kesehatan (pvalue = 0,021, OR= 4,8) dengan pelaksanaan
mobilisasi dini (pvalue<0,05). Variabel motivasi pasien
merupakan faktor dominan (pvalue = 0,011, OR=5,429).

3. Penelitian Auliya & Purwati, (2017) yang berjudul


“Hubungan dukungan suami dengan pelaksanaan mobilisasi
dini pada ibu post section caesarea di RSU PKU Muhammadiyah
Bantul”. Metode penelitan yang digunakan adalah metode
kuantitatif, desain penelitian deskriptif korelasi dengan
pendekatan cross sectional. Sampel yang terlibat sebanyak
41. 41 ibu post sectiocaesarea. Teknik sampel yang digunakan
adalah consecutive sampling. Analisis data menggunakan
kendall tau. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan
dukungan suami berkategori tinggi sebanyak 26 responden
(63,4%) dan berdasarkan pelaksanaan mobilisasi dini
berkategori baiksebanyak 27 responden (65,9%). Hasil
perhitungan uji korelasi kendall tau diperolehnilai
signifikasi (pvalue=0,000) artinya hipotesis Hditerima nilai
probabilitas (p) lebihkecil dari taraf signifikan 0,05
(pvalue<0,05).

4. Penelitian Kurniawati (2013) dengan judul “Hubungan


dukungan keluarga dengan pelaksanaan mobilisasi pada pasien
pasca operasi appendicitis di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta”.Metode penelitian menggunakan rancangan non
eksperimen dengan desain kuantitatif menggunakan metode
deskriptip dan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian
keluarga pasien dan pasien pasca operasi appendicitis
30

berjumlah 28 responden. Instrumen penelitian yang digunakan


yaitu kuesioner untuk dukungan keluarga dan ceklis untuk
pasien mobilisasi. Analisis data menggunakan uji kendall
tau. Hasil perhitungan uji korelasi kendall tau diperoleh
nilai signifikan sebesar 0,002, yang artinya hipotesis Ha
diterima dengan nilai probabilitas (pvalue) lebih kecil dari
taraf signifikansi 0,05 (pvalue< 0,05).

5. Penelitian yang dilakukan oleh Santos, et al. (2017) dengan


judul “Effects of early mobilisation in patients after
cardiac surgery: a systematic review”. Tujuan penelitian
untuk mengevaluasi bukti efek mobilisasi dini pada pasien
setelah operasi jantung terhadap lama hari perawatan di
rumah sakit, kapasitas fungsional dan komplikasi pasca
operasi. Metode penelitian menggunakan sistemic literatur
review. Proses seleksi menggunakan diagram PRISMA. Pencarian
awal mengidentifikasi 2.857 artikel. Dua puluh satu artikel
dipilih untuk dibaca secara lengkap. Dari jumlah tersebut,
12 artikel tidak memenuhi kriteria inklusi untuk dilakukan
tinjauan berikutnya. Dengan demikian 9 artikel dipilih untuk
dilakukan tinjauan sistematis dan dianalisis. Hasil analisis
menyimpulkan bahwa mobilisasi dini pasca operasi dapat
meningkatkan transportasi oksigen, pengembalian fungsional,
dan mengurangi komplikasi pasca operasi serta mengurangi
lama rawat di rumah sakit.

6. Penelitian dilakukan Harikesavan, Chakravarty, & Maiya,


(2018) dengan judul “Influence of early mobilization
program on pain, self-reported and performance based
functional measures following total knee replacement”.
Penelitian menggunakan metode eksperimen pada 78 partisipan/
responden yang terdiri dari 59 perempuan dan 19 laki-laki
yang dilakukan operasi penggantian lutut total (TKR).
31

Pengamatan dievaluasi setelah 1 sampai 3 bulan pasca


intervensi. Perubahan yang signifikan diamati pada skala
nyeri, kekuatan lutut, ROM lutut, dan berjalan setelah
penggantian lutut total.Hasil menunjukkan bahwa mobilisasi
dini (awal) dapat mengurangi rasa sakit dan peningkatan
kecepatan berjalan dalam 1 sampi 3 bulan serta kualitas
hidup menunjukkan perubahan yang signifikan.
32

E. Kerangka Teori
Skema 2.1 Kerangka Teori
Pengertian dukungan keluarga:
Sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga melalui bentuk
hubungan interpersonal yang
melindungi keluarga efek yang
buruk (Triharini, et al., 2018).

Faktor yang mempengaruhi


dukungan keluarga:
- Tahap perkembangan
- Pendidikan
- Tingkat pengetahuan Mobilisasi Dini
- Emosional Dukungan Pasien Pasca Operasi
- Spiritual Keluarga
- Praktik di keluarga
- Sosio-ekonomi
- Latar belakang budaya
(Feiring & Lewis, 1984; Kyzar,
et al., 2012) Faktor yang Pengertian pasien
mempengaruhi pasca operasi:masa
mobilisasi dini: setelah dilakukan
pembedahan yang
- Penyakit dan cidera dimulai saat pasien
- Budaya dipindahkan ke
Jenis dukungan keluarga: - Ketersediaan energi ruang pemulihan
- Dukungan informasional, - Keberadaan nyeri dan berakhir
- Dukungan penilaian, - Perkembangan dan sampai evaluasi
- Dukungan instrumental, paritas selanjutnya
- Dukungan emosional - Tingkat kecemasan (Ferraz, et al.,
(Kyzar, et al). - Pengetahuan 2018).
- Kelemahan fisik dan
mental
(Suciawati, 2017;
Setyowati &
. Supartini, 2013),
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS,
DAN DEFINISI OPERASIONAL

Bab ini membahas tentang kerangka konsep, hipotesis, dan definisi


operasional. Hipotesis disusun berdasarkan tujuan penelitian, dan
definisi operasional menjabarkan setiap variabel yang akan
diteliti sebagai acuan peneliti saat melakukan penelitian.

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan
atau kaitan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain
dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2015). Konsep
merupakan suatu abstraksi yang dibentuk dengan suatu
pengertian.Oleh sebab itu konsep tidak dapat diukur dan diamati
secara tidak langsung. Agar dapat diamati dan dapat diukur maka
konsep harus dijabarkan ke dalam variabel. Macam-macam tipe
variabel independent, dependent, moderator (intervening),
perancu atau peganggu (counfounding), kendali/ kontrol dan
random (Nursalam, 2017).

Kerangka konsep penelitian ini disusun berdasarkan landasan


teori dan dihubungkan dengan fenomena, serta dalam kerangka
konsep ini akan menjelaskan variabel-variabel yang diukur dalam
penelitian ini. Variabel tersebut antara lain:
1. Variabel independent (bebas) adalah variabel yang
memengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain
(Nursalam, 2017). Variabel independent pada penelitian ini
adalah dukungan keluarga.
2. Variabel dependent (terikat) adalah variabel yang
dipengaruhi dan nilainya ditentukan oleh variabel lain
(Nursalam, 2017). Variabel dependent pada penelitian ini

30
31

adalah pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien pasca operasi


dengan pembiusan umum.
3. Karakteristik responden, digunakan untuk mengetahui
keragaman dari responden berdasarkan umur, jenis kelamin dan
pendidikan. Hal tersebut diharapkan dapat memberikan
gambaran yang cukup jelas mengenai kondisi dari responden
dan kaitannya dengan masalah dan tujuan penelitian tersebut.
Skema berikut menggambarkan keterkaitan antar variabel
penelitian yang dilakukan.

Skema 3.1
Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independent Variabel Dependent

Mobilisasi dini
Dukungan keluarga
pasien pasca operasi

Katakteristik
responden
 Umur
 Jenis kelamin
 Pendidikan

Keterangan:
: dihubungkan
: tidak dihubungkan

B. Hipotesis
Hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang sesuatu yang diduga
atau hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih
yang dapat diuji secara empiris (Notoatmodjo, 2015). Hipotesis
pada umumnya di3nyatakan dalam bentuk hipotesis nol (H0) dan
hipotesis alternatif (Ha). H0 diartikan sebagai tidak adanya
32

pengaruh/ hubungan atau ada perbedaan antar variabel yang


diteliti, sedangkan Ha diartikan dengan adanya hubungan/
pengaruh. Sesuai dengan tujuan penelitian maka hipotesis
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Hipotesis Alternatif (Ha)
Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pelaksanaan
mobilisasi dini pasien pasca operasi dengan pembiusan umum
di RS EMC Tangerang.
2. Hipotesis Nol (H0)
Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan
pelaksanaan mobilisasi dini pasien pasca operasi dengan
pembiusan umum di RS EMC Tangerang.

C. DefinisiOperasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik
yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut
(Notoatmodjo, 2015). Dalam mendefinisikan suatu variabel harus
dijelaskan tentang apa yang harus diukur, bagaimana
mengukurnya, apa saja kriteria pengukurannya, instrument yang
digunakan untuk mengukurnya dan skala pengukurannya. Definisi
operasional yang diberikan kepada variabel dalam penelitian ini
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1
Definisi Operasional
Definisi Skala
Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
Dukungan Sebuah Responden Kuesione Jumlah skor Nominal
keluarga sikap, memberi r B jawaban
tindakan tanda yaitu dikategorika
bantuan dan checklist kueision n
penerimaan (√) pada er berdasarkan
keluarga sebar dukungan Cutt of
33

Definisi Skala
Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
terhadap quesioner sa keluarga point by
anggota lah satu dar terdiri mean:
keluarga yang i lima dari 15 1= baik jika
sakit setelah pilihan pertanya ≥ 59,6
operasi yang jawaban. Pil an 2= kurang
diwujudkan ihan jawaban baik jika
berupa menggunakan < 59,6
dukungan skala liker
emosional, t:
dukungan 5=selalu
penghargaan, 4= sering
dukungan 3= ragu-ragu
instrumental, 2= kadang-
serta kadang
dukungan 1= tidak
informatif. pernah
Mobilisasi Suatu Responden Kuesione Jumlah skor Nominal
dini pasien tindakan pada memberi r C jawaban
pasca pasien tanda yaitu dikategorika
operasi pasca checklist kuesione n
operasi, (√) pada sa r berdasarkan
setelah masa lah satu dar mobilisa Cutt of
anastesi i empat si dini point by
hilang pilihan terdiri mean:
dalam bentuk jawaban. Pil dari 12 1= baik jika
mobilisasi ihan jawaban pertanya ≥ 47,4
dini berupa menggunakan an 2= kurang
nafas dalam, skala liker baik jika
mengerakkan t: <47,4
kaki/ tangan 5=sangat
di tempat setuju
tidur 4= setuju
(latihan ROM 3= ragu-ragu
terbatas), 2= tidak
34

Definisi Skala
Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
miring kiri/ setuju
kanan. 1= sangat
tidak
setuju
Umur Masa Responden Kuesione Usia dalam Interval
kehidupan mengisi r A tahun.
responden bagian yaitu Pada
yang pertanyaan kuesione rentang:
dihitung data r 1=
sejak tanggal demografi karakte- remaja akhir
kelahiran ristik (17-25 th).
hingga ulang responde 2=
tahun n dewasa awal
terakhir saat terdiri (26-35 th).
pengambilan dari 3 3=
data pertanya dewasa akhir
dilakukan an (36-45 th).
4=
lansia awal
(46-55 th)
5= lansia (>
55 tahun)
Jenis Karakteristik Responden Kuesione 1= laki-laki Nominal
kelamin seksual mengisi r A 2= perempuan
responden bagian yaitu
secara pertanyaan kuesione
biologis yang data r
menjadi demografi karakte-
identitas ristik
sejak lahir responde
n
Pendidikan Pendidikan Responden Kuesione 1= Ordinal
formal mengisi r A pendidikan
terakhir yang bagian yaitu dasar (SD,
diselesaikan pertanyaan kuesione SMP, SMA)
35

Definisi Skala
Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
oleh data r 2=
responden demografi karakte- pendidikan
ristik tinggi
responde
n
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas tentang desain penelitian, populasi dan sampel,


tempat dan waktu, etika penelitian, alat pengumpul data/
instrumen, prosedur pengolahan dan analisis data.
A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai
tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai
pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian
(Nursalam, 2017). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
non-eksperimental, yaitu suatu pendekatan yang dilakukan dengan
cara melakukan pengukuran sistematis untuk menyelidiki fenomena
dengan tujuan mengetahui, menjelaskan, memprediksi suatu
fenomena (Almalki, 2016). Metode penelitian kuantitatif
digunakan untuk mendeskripsikan fenomena pada karakteristik
yang diamati, dan biasanya mengidentifikasi korelasi antara
dua entitas atau lebih. Metode kuantitatif dipilih dengan
tujuan untuk mengkonfirmasi hipotesis korelasi antara dukungan
keluarga dengan mobilisasi pasien pasca operasi berdasarkan
persepsi keluarga.

Desain yang digunakan pada penelitian adalah kuantitatif


deskriptip menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu
pengukuran yang dilakukan pada satu titik waktu tertentu untuk
memperkirakan prevalensi dari suatu populasi (Creswell, 2014).
Pendekatan cross sectional dilakukan untuk menyelidiki hubungan
antara dukungan keluarga dengan mobilisasi pasien pasca operasi
pada suatu periode waktu yang sama. Pendekatan cross sectional
dipilih karena relatif murah dan mudah serta membutuhkan waktu
yang sedikit, tetapi dapat memperkirakan prevalensi kejadian.

B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

35
36

1. Populasi
Populasi merupakan jumlah keseluruhan yang menjadi subyek
penelitian. Populasi merupakan keseluruhan dari unit didalam
pengamatan yang akandilakukan penelitian (Sabri & Hastono,
2014). Sedangkan menurut Sugiyono (2017) menyatakan bahwa
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek
atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkanoleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian
ini adalah pasien pasca operasi dengan pembiusan umum di
Rumah Sakit EMC Tangerang. Data kunjungan pasien operasi
dengan pembiusan umum pada Bulan Oktober 2020 sampai dengan
November 2020 sebanyak 32 pasien.

2. Sampel
Sampel merupakan representasi dari populasi. Pada suatu
penelitian terutama penelitian klinis, perhitungan besar
sampel memainkanperan penting untuk menjamin akurasi dan
integritas hasil penelitian. Sampel merupakan perwakilan
populasi dengan karakteristik yang diukur dan hasil ukur
dari karakteristik nantinya digunakan untuk menduga
karakteristik populasi (Sabri & Hastono, 2014). Sampel
adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling
tertentu untuk dapat memenuhi/ mewakili populasi (Nursalam,
2017). Sampel yang diambil dari penelitian ini adalah 32
responden.

3. Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel merupakan cara untuk menentukan
sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan
dijadikan sumber data sebenarnya dengan memperhatikan sifat-
sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang
representatif (Sugiyono, 2017). Teknik pengambilan sampel
37

pada penelitian ini adalah Total Sampling. Menurut Arikunto


(2016) jika sampel kurang dari 100 maka seluruh anggota
populasi dijadikan sampel (sampel jenuh/ total sampling).
Penelitian ini menggunakan kriteria sampel yang meliputi
kriteria inklusi dan eksklusi. Menurut Nursalam (2017)
kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian
dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan
diteliti.Ciri-ciri sampel yang ditetapkan peneliti
dituangkan dalam kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria
inklusi merupakan kriteria atau ciri-ciri yang harus
dipenuhi oleh anggota populasi yang akan dijadikan sampel.
Pada penelitianini kriteria inklusinya adalah:
a. Dewasa, usia ≥ 17 tahun
b. Pasien pasca operasi dengan pembiusan umum
c. Bersedia menjadi responden dengan menandatangani lembar
pernyataan persetujuan menjadi responden pada informed
consent.
Sedangkan kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau
mengeluarkan beberapa subyek yang memenuhi kriteria inklusi
karena berbagai sebabtertentu (Nursalam, 2017).
Kriteriaeksklusi pada penelitianini yaitu:
a. Pasien yang tidak bersedia menjadi responden
b. Pasien pasca operasi dengan penyulit/ komplikasi operasi

C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit EMC Tangerang yang
berlokasi di Jl. K.H. Hasyim Ashari Kota Tangerang.Alasan
peneliti memilih RS EMC Tangerang sebagai lokasi penelitian
karena penelitian yang bertema tentang Hubungan dukungan
keluarga pada pasien pasca operasi masih terbatas.

D. Waktu Penelitian
38

Penelitian ini dilakukan pada Bulan November 2020 sampai dengan


Februari 2021.

E. Etika Penelitian
Penelitian dilakukan dengan memperhatikan dan mempertimbangkan
aspek sosioetika dan harkat kemanusiaan yang meliputi prinsip-
prinsip dasar etik yaitu beneficence, respect for human
dignity &justice (Polit & Beck, 2012).Masalah etika penelitian yang
harus diperhatikan oleh peneliti yaitu sebagai berikut (Hidayat, 2014).

1. Inform Consent
Pada awal pertemuan peneliti menjelaskan tentang tujuan dan manfaat
penelitian kepada responden. Peneliti menjelaskan bahwa data atau
informasi yang diperoleh dari responden tidak akan
menimbulkan kerugian bagi responden.Kemudian peneliti
terlebih dahulu meminta persetujuan melalui lembar informed
consent kepada responden dengan mengidentifikasi
karakteristik responden sesuai dengan kriteria.

2. Anonymity (Tanpa nama)


Pada data yang diinput kedalam program computer, peneliti tidak
mencantumkan nama responden, tetapi data tersebut peneliti berikan kode.
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti
tidak akan mencantumkan nama (anonymity), alamat atau asal
responden pada lembar kuesioner atau alat ukur, tetapi
peneliti menggunakan kode K1 untuk kuesioner 1, dan
seterusnya, yang hanya diisi dan diketahui oleh peneliti.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Peneliti menjaga kerahasiaan data responden dan peneliti tidak
memasukan data apapun yang bersifat rahasia pada laporan akhir.
39

4. Justice and inclusiveness ( Keadilan dan keterbukaan)


Peneliti menghindari perbedaan perlakuan karena alasan jenis
kelamin,ras,suku,dan faktor-faktor lain,dan peneliti mengkondisian
lingkungan agar peneliti dapat menjelaskan prosedur penelitian secara
terbuka.

F. Alat Pengumpulan Data/ Instrumen Penelitian


1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk
mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau
mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data
secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan
suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis (Arikunto,
2016). Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah
lembar kuesioner. Menurut Sugiyono (2017) mengatakan bahwa
kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari b


agian A, B, dan C.
a. Bagian A merupakan data demografi yang berisi
karakteristik responden. Pada data demografi teridiri dar
i 3 pertanyaan yaitu usia, jenis kelamin, dan tingkat
pendidikan.
b. Bagian B merupakan kuesioner tentang dukungan keluarga. T
erdiri dari 15 pernyataan yang akan diberikan kepada resp
onden. Pernyataan dukungan keluarga berisi dukungan
emosional, instrumental, informasional/ pengetahuan, dan
penghargaan. Pengisian kuesioner menggunakan tanda centan
g (√). Kuesioner menggunakan skala Likert 1 sampai 5.
Untuk pernyataan positif (favorable) menggunakan
40

ketentuan dimana 1 = tidak pernah; 2 = kadang-kadang;


3=ragu-ragu 4 = sering; 5 = selalu. Sedangkan untuk
pernyataan negatif (unfavorable) menngunakan ketentuan
terbalik yaitu 5 = tidak pernah; 4 = kadang-kadang;3=
ragu-ragu 2 = sering; dan 1 = selalu.
c. Bagian C merupakan kuesioner mobilisasi dini pasca
operasi yang akan digunakan peneliti untuk menilai
persepsi keluarga. Terdiri dari 12 pernyataan. Kuesioner
menggunakan skala Likert 1 sampai 5. Untuk pernyataan
positif (favorable) menggunakan ketentuan dimana 1 =
sangat tidak setuju; 2 = tidak setuju; 3 = ragu-ragu4
setuju; 5 = sangat setuju. Sedangkan untuk pernyataan
negatif (unfavorable) menngunakan ketentuan 5 = sangat
tidak setuju; 4 = tidak setuju;3 =ragu-ragu 2 = setuju;
dan 1 = sangat setuju.

2. Hasil Uji Coba Instrumen


Uji coba instrumen sangat diperlukan dalam suatu
penelitian.Sebelum instrumen digunakan sebagai alat
pengumpul data, instrumen harus diuji terlebih dahulu agar
peneliti mendapatkan instrumen yang valid (sahih) dan
reliable (terpercaya).
Dengan demikian akan digunakan uji validitas dan
reliabilitas
a. Hasil Uji Validitas
Uji validitas instrumen dilakukan untuk menunjukkan
keabsahan dari instrumen yang akan dipakai pada
penelitian. Validitas (kesahihan) adalah pengukuran dan
pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam
pengumpulan data. Menurut Arikunto (2016), validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
dan kesahihan suatu instrumen. Pengertian validitas
tersebut menunjukkan ketepatan dan kesesuaian alat ukur
41

yang digunakan untuk mengukur variabel. Alat ukur dapat


dikatakan valid jika benar-benar sesuai dan menjawab
secara cermat tentang variabel yang akan diukur.

Untuk menguji validitas instrumen dalam penelitian, maka digunakan


corrected item total correlation dengan bantuan perangkat lunak
komputer. Uji validitas adalah pengujian yang dilakukan guna
mengetahui seberapa cermat suatu instrument dalam mengukur apa
yang ingin diukur. Pengambilan keputusan pada uji validitas
menggunakan batasan r-tabel dengan signifikansi 0,05.

Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus korelasi yang


digunakan adalah Pearson Product Moment.

Rumus Pearson Product Moment:

Keterangan:
r : koefisian korelasi
∑x : jumlah skor item
∑y : jumlah skor seluruh pertanyaan
n : jumlah subjek/ sampel

Instrumen yang diuji berupa kuesioner dukungan keluarga


dan mobilisasi dini pasien pasca operasi dengan pembiusan
umum. Uji coba instrument dilakukan pada 30 responden di
Ruang Brasia Rumah Sakit EMC Tangerang pada Bulan
November 2020. Koefisien r-tabel pada 30 sampel menunjukan 0,361
sehingga item pernyataan dikatakan valid jika nilai r hitung > 0,361.

Hasil uji validitas instrument penelitian sebagai berikut:

Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas
42

Instrument Dukungan Keluarga dan Mobilisasi Dini


Ruang Brasia RS EMC Tangerang
(n=30)
Nomor
Variabel Pernyataan Nilai r hitung Keterangan

Dukungan keluarga 1-15 0,386-0,872 Valid


Mobilisasi dini 1-12 0,469-0,911 Valid

b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas terhadap item-item peryataan dan kuesioner digunakan
untuk mengukur kehandalan atau konsistensi dari instrumen penelitian.
Notoatmodjo (2015) berpendapat bahwa reliabilitas adalah index yang
menunjukan apakah suatu alat pengukur dalam penelitian dapat
dipercaya. Hal ini berarti menunjukan sejauh mana hasil pengukuran
dari instrument tersebut tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua
kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat
ukur yang sama. Hasil pengukuran yang memiliki tingkat reliabilitas
yang tinggi akan mampu memberikan hasil yang terpercaya.

Reliabilitas merupakan suatu instrumen yang bila digunakan beberapa


kali untuk mengukur objek yang sama maka akan menghasilkan data
yang sama. Hasil pengukuran yang memiliki tingkat reliabilitas yang
tinggi akan mampu memberikan hasil yang terpercaya. Tinggi
rendahnya reliabilitas instrumen ditunjukkan oleh suatu angka yang
disebut koefisien reliabilitas. Jika suatu instrumen dipakai dua kali
untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukurannya yang
diperoleh konsisten, instrumen itu reliabel. Perhitungan dalam
pengujian reliabilitas, yaitu suatu variabel dapat dikatakan reliabel
apabila memberikan nilai Cronbach’s Alpha ≥ 0,6 (Hastono, 2014).

Rumus perhitungan Uji Reliabilitas yaitu:

Keterangan:
r11 : reliabilitas instrumen
43

k : banyaknya pertanyaan
∑ơb2 : jumlah varian butir
Ơt2 : varians total

Hasil uji reliabilitas r alpha cronbach kuesioner dukungan keluarga


dan mobilisasi dini dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2
Hasil Uji Reliabilitas
Instrument Dukungan Keluarga dan Mobilisasi Dini
Ruang Brasia RS EMC Tangerang
(n=30)
Nomor Nilai r Cronbach
Variabel Pernyataan Keterangan
hitung alpha
Dukungan keluarga 1-13 0,945-0,956 0,951 Reliabel
Mobilisasi dini 1-35 0,916-0,933 0,931 Reliabel

G. Prosedur Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan proses pendekatan kepada subjek dan
pengumpulan karakteristik subjek dalam penelitian. Prosedur
pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Prosedur Administrasi
Prosedur administrasi dilakukan sebelum melakukan
penelitian, yaitu:
a. Mengajukan surat izin penelitian ke STIKes Pertamedika.
b. Menyerahkan surat izin penelitian dengan melampirkan
proposal penelitian ke RS EMC Tangerang.
c. Setelah izin penelitian disetujui, selanjutnya peneliti
mulai melakukan sosialisasi kepada unit-unit terkait dan
melakukan pengambilan data.
2. Prosedur Pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan diuraikan sebagai berikut:
a. Peneliti mengidentifikasi calon responden yang sesuai
memenuhi kriteria sampel yang ditetapkan.
44

b. Peneliti kemudian mendatangi calon responden dan


memperkenalkan diri.
c. Peneliti menjelaskan tentang tujuan dan prosedur
penelitian, kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan,
manfaat penelitian, hak menolak untuk berpartisipasi
serta jaminan kerahasiaan atau privacy.
d. Peneliti memberikan kesempatan calon responden untuk
bertanya tentang hal-hal yang belum jelas mengenai
penelitian yang akan dilakukan.
e. Peneliti kemudian menawarkan calon responden untuk
menjadi responden penelitian.
f. Responden yang bersedia, kemudian menandatangani lembar
persetujuan menjadi responden (informed consent).
g. Selanjutnya peneliti mulai melakukan pengumpulan data.
h. Peneliti membagikan kueisoner dan menjelaskan tentang
cara pengisian kuesioner.
i. Peneliti mendampingi responden pada saat pengisian data,
jika ada pertanyaan yang kurang dipahami responden,
peneliti dapat langsung menjelaskannya.
j. Setelah pengisian kuesioner selesai, responden dapat
langsung menyerahkannya pada peneliti.
k. Kuesioner yang telah diisi dikumpulkan dan bila ada data
yang kurang lengkap dapat langsung dilengkapi saat itu
juga.
l. Peneliti dan responden tetap memperhatikan protokol
kesehatan untuk mencegah kemungkinan penularan Covid-19.

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan data adalah kegiatan lanjutan setelah pengumpulan
data selesai dilaksanakan. Pengolahan data yang dilakukan dalam
penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut
(Hastono, 2016):
1. Pengolahan Data
45

Setelah data terkumpul maka langkah berikutnya adalah


pengolahan data. Dalam penelitian ini pengolahan data
terdiri atas beberapa tahap, yaitu(Hastono, 2016):
a. Editing
Editing dilakukan untuk memeriksa validitas data yang
masuk. Kegiatan ini terdiri dari pemeriksaan atas
kelengkapan pengisian kuesioner dan alat ukur. Langkah-
langkah yang dilakukan yaitu peneliti memeriksa
kelengkapan data. Peneliti melakukan pemeriksaan data
pada kuesioner dan mendapatkan kuesioner data telah
terisi semua, dan dapat dibaca dengan baik sehingga dapat
dimengerti.

b. Coding
Coding merupakan kegiatan merubah data ke dalam bentuk
yang lebih ringkas dengan menggunakan kode-kode tertentu.
Maksudnya bahwa data yang sudah di-editdiberi identitas
sehingga memiliki arti tertentu pada saat dianalisis.
Semua variabel pada penelitian ini dikategorikan pada
proses coding. Pemberian kode data yang semula berupa
huruf, diubah menjadi angka untuk mempermudah proses
pengolahan data.

Peneliti memberi tanda (kode) pada masing-masing jawaban dengan


angka untuk memudahkan saat memasukan data. Peneliti mengganti
usiadengan kode 1 (26-35 tahun dewasa awal), kode 2 (36-45 tahun
dewasa akhir), dan kode 3 (46-55 tahun lansia awal). Untuk jenis
kelamin, peneliti menggunakan kode 1 (laki-laki), kode 2
(perempuan). Untuk variabel pendidikan, peneliti menggunakan kode
1 untuk pendidikan dasar (SD/ SMP dan SMA), kode 2 untuk
pendidikan tinggi (Perguruan Tinggi). Sedangka kode untuk variabel
dukungan keluarga, peneliti menggunakan kode 1 (baik), dan kode 2
46

(kurang baik. Untuk variabel mobilisasi dini, peneliti menggunakan


kode 1 (baik), dan kode 2 (kurang baik).

c. Entry
Entryadalah proses memasukkan jawaban yang telah dikode
ke dalam tabel melalui pengolahan komputer. Peneliti
memasukan data ke dalam komputer dengan bantuan aplikasi pera
ngkat lunak komputer program SPSS (Statistical Program
for Social Science) versi 20. Sebelum entri data terlebih
dahulu penelitian melakukan pembuatan template berisi variabel
penelitian yang dibutuhkan.

d. Cleaning
Peneliti melakukan kegiatan pengecekan ulang terhadap
data yang sudah dimasukkan kedalam program pengolahan
data untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan
dalam pengkodingan, dan adanya ketidaklengkapan.

2. Analisis Data
Setelah data dikumpulkan, selanjutnya dilakukan pengolahan
data dengan menggunakan uji statistic yang sesuai dengan
pendekatan atau desain yang digunakan, sehingga diperoleh
suatu kesimpulan yang disebut analisa data (Notoatmodjo,
2015). Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisa
univariat dan bivariat.Pada penelitian ini menggunakan
sistem komputer dalam perhitungan data.Adapun Analisa yang
digunakan sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas merupakan suatu distribusi yang
menunjukkan sebaran data yang seimbang dan sebagian besar
data berada pada nilai ditengah. Tujuannya untukmenguji
apakah dalam model regresi,variabel pengganggu memiliki
47

distribusi normal (Jiwantoro, 2017). Uji normalitas yang


digunakan penelitian ini adalah uji statistik dengan
Skewness.

Dalam mengetahui suatu data berdistrubusi normal atau


tidak, peneliti menggunakan nilai Skewness dan standar
error-nya, bila nilai Skewness dibagi standar erornya
menghasilkan nilai -2 (-1,96) sampai +2 (+1,96) maka data
dinyatakan berdistribusi normal (Hastono, 2016).
Rumus Skewness:

X− Mo
Sk=
S

Keterangan:
Sk : Koefisien Skewness
X : Rata-rata
Mo : Modus
S : Simpangan baku

Hasil uji normalitas terhadap data yang dikumpulkan dapat dilihat


pada tabel berikut:

Table 4.3
Hasil Uji Normalitas
Variabel Dukungan Keluarga dan Mobilisasi Dini
RS EMC Tangerang Tahun 2021 (n: 32)
Standar Mea
Variabel Skewness Hasil Keterangan
error n

Dukungan Distribusi
-0.751 0.414 1.814 59,6
keluarga data normal

Mobilisasi Distribusi
-0.817 0.414 1.973 47,4
dini data normal
48

b. Analisa Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristk setiap variabel
penelitian.Bentuk analisis ini tergantung dari jenis
datanya.Untuk data numerik digunakan nilai rata-rata,
median, dan standar deviasi.Pada umumnya dalam analisis
ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan
presentasi dari tiap variabel (Notoatmodjo,
2016).Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran
distribusi frekuensi dan presentasi masin-masing variabel
yang diteliti (Notoatmodjo, 2016). Variabel univariat
dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, dan
tingkat pendidikan.

Adapun perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus


menurut Arikunto (2016) sebagai berikut:

F
p= x 10 0 %
N

Keterangan:
P : Presentase
F : Jumlah pernyataan yang benar
N : Jumlah seluruh pertanyaan
Pada analisis univariat, dilakukan perhitungan:
1) Distribusi frekuensi
Distribusi frekuensi adalah susunan data angka menurut
besarnya (kuantitas) atau menurut kategorinya
(kualitas).Susunan data angka menurut besarnya disebut
distribusi frekuensi kuantitatif, sedangkan yang
disusun menurut kategorinya disebut frekuensi
kualitatif. Contoh data kuantitatif adalah data yang
mencakup berat badan, tinggi badan, kadar kolesterol,
49

dll. Sedangkan contoh data kualitatif adalah data


mengenai jenis pekerjaan, jenis kelamin, Pendidikan,
status perkawinan (Sabri & Hastono, 2018).

c. Analisa Bivariat
Untuk menguji hubungan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan uji statistik yaitu uji Chi Square karena
variabel independent berupa variabel kategorik (Sugiyono,
2017). Adapun rumus yang digunakan dalam uji chi square
adalah sebagai berikut:


( fo−fe )2
x2¿ ∑
❑ fe

Keterangan:
x2 = Nilai chi square
fo = Nilai hasil pengamatan untuk tiap kategori
(frekuensi empiris)
fe = Nilai hasil yang diharapkan untuk tiap kategori
(frekuensi teoritis)
Kesimpulan uji statistik sebagai berikut:
1) Jika didapatkan nilai p value ≤ 0,05, maka H0 ditolak
dan Ha diterima, artinya ada hubungan dukungan
keluarga denganpelaksanaan mobilisasi dini pasien
pasca operasi dengan pembiusan umum diruang perawatan
bedah RS EMC Tangerang.
2) Jika didapatkan nilai p value > 0,05, maka H0 diterima
dan Ha ditolak, artinya artinya tidak ada hubungan
dukungan keluarga dengan pelaksanaan mobilisasi dini
pasien pasca operasidengan pembiusan umum di ruang
perawatan bedah RS EMC Tangerang.
BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Hasil Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan karakteristik dari masing-
masing variabel yang diteliti. Berikut merupakan hasil analisis karakteristik
responden berdasarkan umur, jenis kelamin, dan pendidikanserta variabel
independen dukungan keluarga dan variabel dependen mobilisasi dini pasien
pasca operasi.

1. Karakteristik Responden
a. Berdasarkan Umur
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Ruang Perawatan Bedah RS EMC Tangerang
Tahun 2021
(n: 32)

Umur Frekuensi(n) Persentase (%)


17-25 tahun 6 19
26-35 tahun 5 16
36-45 tahun 8 25
46-55 tahun 9 28
>55 tahun 4 12
Jumlah 32 100

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 32 responden


didapatkan usia responden lebih banyak antara 46-55 tahun sebanyak 9
responden (28%), diikuti usia 36-45 tahun sebanyak 8 responden
(25%).

49
50

b. Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Ruang Perawatan Bedah RS EMC Tangerang
Tahun 2021
(n: 32)

Jenis Kelamin Frekuensi(n) Persentase (%)


Laki-laki 12 38
Perempuan 20 62
Jumlah 32 100

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 32 responden


didapatkanjenis kelamin perempuan sebanyak 20 responden (62%)
lebih banyak dibanding laki-laki sebanyak 12 responden (38%).

c. Berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
Ruang Perawatan Bedah RS EMC Tangerang
Tahun 2021
(n: 32)

Pendidikan Frekuensi(n) Persentase (%)


Pendidikan dasar 23 72
Pendidikan tinggi 9 28
Jumlah 32 100

Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 32 responden


didapatkanmayoritas responden berada pada jenjang pendidikan dasar
sebanyak 23 responden (72%) dibanding jenjang pendidikan tinggi
sebanyak 9 responden (28%).

2. Gambaran Dukungan Keluarga dan Mobilisasi Dini


a. Dukungan Keluarga
51

Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga
Ruang Perawatan Bedah RS EMC Tangerang
Tahun 2021
(n: 32)

Dukungan Keluarga Frekuensi (n) Persentase (%)


Baik 17 53
Kurang baik 15 47
Jumlah 32 100

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 32 responden


didapatkan dukungan keluarga baik sebanyak 17 responden (53%) dan
sebanyak 15 responden (47%) dukungan keluarga kurang baik.
Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Mobilisasi Dini
Ruang Perawatan Bedah RS EMC Tangerang
Tahun 2021
(n: 32)

Mobilisasi Dini Frekuensi (n) Persentase (%)


Baik 19 59
Kurang baik 13 41
Jumlah 32 100

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 32 responden


didapatkan mobilisasi dini kategori baik sebanyak 19 responden (59%)
lebih banyak dibanding mobiliasi dini kategori kurang baik sebanyak
13 responden (41%).

B. Hasil Bivariat
Analisis bivariat menggunakan pendekatan uji statistik chi-square. Hasil
korelasi dan signifikansi dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut.
52

Tabel 5.6
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Mobilisasi Dini
Pasien Pasca Operasi Ruang Perawatan Bedah RS EMC Tangerang
Tahun 2021
(n: 32)
Mobilisasi Dini
Pasien Pasca OR
∑n ∑% p
Variabel Operasi (95% CI)
Baik Kurang
N % n %
Dukungan Baik 11 55 9 45 20 100 15,4 0.036
Keluarga Kurang 8 67 4 33 12 100 (2,49-95,0) *
Total 19 59 13 41 32 100
*Bermakna pada α<0.05
Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan 19 responden dengan dukungan keluarga
baik sebanyak 11 responden yang melakukan mobilisasi dini baik, sedangkan
keluarga yang kurang mendukung sebanyak 8 responden yang melakukan
mobilisasi dini dengan baik. Dari 13 responden dengan dukungan keluarga
baik sebanyak 9 responden melakukan mobilisasi dini baik, sedangkan
dukungan keluarga kurang baik sebanyak 4 responden yang tidak melakukan
mobilisasi dini dengan baik. Hasil analisis bivariat antara variabel dukungan
keluarga dengan mobilisasi dini pasien pasca operasi menggunakan Uji Chi
Square, diperoleh nilai signifikansi p = 0.036 (p-value< 0.05). Hasil tersebut
menunjukkan Ho (hipotesis nihil) ditolak dan Ha (hipotesis alternatif) diterima
sehingga terdapat hubungan antara dukungan keluargadengan pelaksanaan
mobilisasi dini pasien pasca operasi dengan pembiusan umum di RS EMC
Tangerang. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR=15,4, artinya responden
yang memiliki dukungan keluarga baik mempunyai peluang 15 kali lebih
tinggi untuk melakukan mobilisasi dini pasien pasca operasi dibanding
responden yang memiliki dukungan kelaurga kurang.
BAB VI
PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat
1. Umur
Hasil penelitian distribusi frekuensi dari 32 responden menunjukkan usia
lebih banyak pada rentang 46-55 tahun sebanyak 9 responden (28%) yang
merupakan usia pada tahap perkembangan lansia di ruang perawatan
bedah RS EMC Tangerang.

Hasil ini sedikit berbeda dengan penelitian yang dilakukan Kurniawati


(2013) tentang dukungan keluarga terhadap mobilisasi pasien pos operasi
appendicitis yang menunjukkan usia responden terbanyak pada rentang
34-44 tahun (47%) yang merupakan usia dewasa akhir. Sedangkan
penelitian Nurkolis & Alimansur (2013) yang menyelidiki hubungan
tingkat pengetahuan perawat dengan pelaksanaan mobilisasi pasien post
operasi mendapatkan mayoritas usia pada rentang 21-40 tahun (100%).
Terdapat perbedaan rentang usia antara hasil peneliti dan hasil penelitian
lainnya kemungkinan dikarenakan tempat dan waktu dilakukan penelitian
berbeda.

Usia menggambarkan tahap perkembangan seseorang sehingga dapat


diasumsikan bahwa bertambahnya usia, bertambah pula kemampuan
seseorang dalam melakukan sesuatu. Seseorang pada usia lansia awal
tentunya lebih banyak pengalaman dan semakin bijak dalam memutuskan
sesuatu. Keluarga pada usia lansia awal menganggap bahwa menemani
pasien sebagai keluarga yang sedang sakit merupakan bentuk dukungan
yang dibutuhkan pasien. Pemberian dukungan terhadap keluarga yang
sakit menjadi tanggung jawab dan bagian dari kepedulian terhadap
keluarga (Kyzar, et al., 2012).

Peneliti berpendapat bahwa kebanyakan usia responden pada rentang 46-


55 tahun (28%) yang merupakan kategori usia lansia awal. Hal ini
menggambarkan kondisi responden dalam usia yang matang. Pada rentang

53
54

usia ini, seseorang akan dengan bijak menyikapi setiap permasalahan yang
muncul, termasuk masalah kesehatan dalam keluarga. Sehingga
kebanyakan keluarga yang menunggu pasien pasca operasi kebanyakan
pada rentang usia lansia awal.

2. Jenis Kelamin
Berdasarakan hasil penelitian distribusi frekuensi dari 32 responden
didapatkan jenis kelamin responden lebih banyak perempuan (62%)
dibanding laki-laki (38%) di ruang perawatan bedah RS EMC Tangerang.

Hasil berbeda ditunjukkan oleh penelitian Kurniawati (2013) tentang


dukungan keluarga terhadap mobilisasi pasien pos operasi appendicitis
yang menyimpulkan jenis kelamin responden lebih banyak laki-laki (57%)
dibanding perempuan (44%).

Pada dasarnya, jenis kelamin tidak menjadi tolok ukur yang berarti untuk
mengaitkan seberapa besar dukungan yang diberikan pada pasien.
Pengkategorian jenis kelamin pada penelitian ini untuk kepentingan
deskripsi karakteristik dalam ilmu statistik. Meskipun demikian,
nampaknya perempuan menjadi sosok yang identic dengan feminimisme
yang berarti bahwa sosok perempuan lebih peduli terhadap keluarga yang
sakit (Yanti, 2016).Secara fisik jenis kelamin menggambarkan
karakteristik tertentu. Perempuan dilambangkan dengan kelembutan,
empati, kasih sayang, dan tidak egois (Brown, Nolan, & Crawford, 2000).

Peneliti berpendapat bahwa kebanyakan responden adalah perempuan


(62%) menunjukkan bahwa perempuan dianggap lebih peduli dalam
membantu memberikan perawatan kepada pasien pasca operasi. Hal ini
menjadi alasan responden sebagai penunggu pasien (keluarga) lebih
banyak perempuan. Perempuan lebih care dalam memenuhi kebutuhan
pasien pasca operasi dimana pasien dalam kondisi keterbatasan dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya.
55

3. Pendidikan
Berdasarakan hasil penelitian distribusi frekuensi dari 32 responden
didapatkan tingkat pendidikan responden mayoritas berpendidikan dasar
sebesar 72% dan sisanya berpendidikan tinggi (28%). Temuan ini sejalan
dengan hasil penelitian Kurniawati (2013) yang menggambarkan tingkat
pendidikan mayoritas responden yaitu pendidikan dasar (64%).

Tingkat pendidikan merupakan variabel yang paling sering


diperiksa dalam penelitian, meskipun hanya untuk tujuan
deskripsi saja. Tingkat pendidikan pada umumnya dikaitkan
dengan pengetahuan seseorang. Beberapaa teori menyatakan semakin
tinggi pendidikan seseorang, semakin tinggi pula pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan tanggung jawabnya (Atefi et al., 2014).Idealnya
adalah semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi
tingkat pengetahuan (Nursalam, 2014). Namun, pengetahuan
tentang kesehatan, khususnya tentang mobilisasi pasien
setelah operasi menjadi materi eksklusif yang tidak
diketahui masayarakat secara umum.

Peneliti berpendapat bahwa kebanyakan responden pada tingkat


pendidikan dasar karena kemungkinan berkaitan dengan usia yang
kebanyakan lansia sehingga hanya mengenyam pendidikan dasar. Peneliti
juga berpendapat bahwa tingkat pendidikan seseorang dapat berpengaruh
terhadap pengetahuan secara umum. Namun tidak spesifik terhadap tema
penelitian yaitu dukungan keluarga terhadap mobilisasi pasca operasi.
Rasa ingin tahu dan kepedulian untuk mencari informasi tentang
perawatan pasca bedah, lebih memberikan kontribusi ketimbang tingkat
pendidikan itu sendiri.

4. Dukungan Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi dari 32 responden
didapatkan dukungan keluarga baik pada pasien pasca operasi sebanyak 17
56

responden. Hasil berbeda didapatkan oleh penelitian yang dilakukan


Suciawati (2017) yang mendapatkan dukungan keluarga yang kurang
mendukung sebanyak 56%. Perbedaan hasil kemungkinan disebabkan
karena perbedaan persepsi diantara responden. Pada kenyataannya
masih banyak keluarga yang belum mendukung intervensi
mobilisasi pasca bedah. Hasil penelitian Yanti (2016) tentang
pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien pasca operasi menunjukkan
bahwa dukungan keluarga yang tidak mendukung sebanyak 60%.

Pasien pasca operasi berada pada situasi dan kondisi yang


lemah dan tidak berdaya. Dukungan keluarga menjadi faktor
penting untuk memberikan semangat dan support kepada pasien
dalam menjalankan mobilisasi (Kurniawati & Widaryati, 2013).
Dukungan keluarga yang kurang baik dapat disebabkan karena
faktor ketidaktahuan tentang manfaat mobilisasi sehingga
takut terjadi kesalahan terhadap pasien yang baru saja
menjalani operasi.

Peneliti berpendapat bahwa kebanyakan dukungan keluarga baik


terlihat dari keluarga selalu memberikan semangat dan membantu
melakukan mobilisasi serta pemenuhan kebutuhan pada pasien pasca
operasi. Peneliti berasumsi bahwa melibatkan keluarga
merupakan kunci keberhasilan agar program mobilisasi dapat
dilakukan secara berkesinambungan yang akan memberikan hasil
yang optimal. Tanpa dukungan keluarga, pasien akan merasa
tidak dipedulikan sehingga berdampak pada pelaksanaan
mobilisasi. Keluarga bertugas sebagai pemberi semangat dan
kepanjangan tangan dari perawat dalam memberikan latihan
mobilisasi pasca operasi.

5. Mobilisasi Dini
57

Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi dari 32 responden


didapatkan mobilisasi dini pada kategori baik sebanyak sebanyak 17
responden (53%). Setelah diberikan edukasi tentang pentingnya mobilisasi
dini pasca, responden melakukan mau melakukan mobilisasi. Hasil ini
sejalan dengan penelitian Suciawati (2017) yang menunjukkan mobilisasi
dini baik sebanyak 59 % pada pasien pos operasi sectiocaesarea.
Penelitian lain membagi kategori pelaksanaan mobilisasi pada pasien pos
operasi appendicitis menjadi tiga kategori yaitu pelaksanaan mobilisasi
baik sebanyak 18 %, sedang 50%, dan kurang sebanyak 32%
(Kurniawati & Widaryati, 2013).

Mobilisasi dini setelah operasi memiliki banyak manfaat


untuk mendukung proses pengembalian fungsi tubuh setelah
dilakukan pembiusan. Mobilisasi dini dapat meningkatkan
ventilasi, pemulihankekuatan tubuh dan mengembalikan
kapasitas fungsional (Ferraz et al., 2017). Penelitian lain
yang dilakukan Barbosa, et al,. (2017) melalui metode
tinjauan literatureterhadap 15 penelitian menunjukkan bahwa
mobilisasi dini merupakan cara yang efektif, aman dan
memiliki dampak positif pada kapasitas fungsional pasien.

Latihan mobilisasi dini dapat dilakukan dengan mudah dan


aman, tentunya dengan mempertimbangkan status fisiologis
pasien pos operasi. Semakin cepat bergerak, semakin baik,
namun mobilisasi harus tetap dilakukan secara hati-hati
dengan memperhatikan kondisi pasien (Fiore, et al.,
2017).Perawat dapat memberikan program pelatihan pada pasien
untuk melakukan mobilisasi dini. Mobilisasi dapat dilakukan
dengan menggerakkan badan atau melatih otot-otot dan sendi
yang akan memperbugar pikiran dan mengurangi dampak negatif
dari beban psikologis yang akan berpengaruh terhadap
pemulihan fisik(Scott, et al., 2015).
58

Peneliti berpendapat bahwa lebih banyak responden


mempersepsikan mobilisasi dini baik dilakukan untuk
mendukung proses pemulihan. Terlihat dari sebagian responden
rajin melakukan mobilisasi dini, tanpa disuruh sudah mau melakukan
mobilisasi. Mobilisasi dini setelah operasi merupakan kunci
penting dalam proses pemulihan pasien dan untuk mencegah
komplikasi yang dapat muncul setelah pembiusan. Mobilisasi
harus dilakukan segera setelah pasien sadar dari pembiusan.
Mobilisasi dilakukan agar pasien cepat pulih dan mendukung
proses penyembuhan sehingga pasien dapat beraktivitas
kembali.

B. Analisis Bivariat
Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-square menunjukkan adanya
signifikansi hubungan antara dukungan keluarga dengan mobilisasi dini pasien
pasca operasi di ruang perawatan bedah RS EMC Tangerang dengan nilai p sebesar
0.036. (pvalue < 0,05). Peneliti berkesimpulan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara dukungan keluarga dengan mobilisasi dini pasien pasca operasi
dengan pembiusan umum di RS EMC Tangerang.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Auliya & Purwati (2017) yang
menyimpulkan ada hubungan dukungan suami dengan pelaksanaan mobilisasi dini
pada ibu post sectio caesarea di RSU PKU Muhammadiyah Bantul (p-value =
0.000). Hal serupa disimpulkan Yanti (2016) yang menyatakan ada hubungan
dukungan keluarga dengan pelaksanaan mobilisasi dini pasien pasca operasi di
RS Bhayangkara Bandar Lampung (p-value = 0.024).

Dukungan keluarga merupakan bentuk perhatian yang dapat


meningkatkan aspek psikologis pasien. Menurut Friedman (2010),
salah satu tugas keluarga dibidang kesehatanadalah memelihara
kesehatan anggota keluarganya dan memberi perawatan serta
dukungan kepada anggota keluarga. Dukungan tersebut dapat
59

berupa dukungan moril sepertiperhatian, kasih sayang, rasa


aman, dan dukungan materil berupa usaha keluarga untuk memenuhi
kebutuhan anggota keluarganya, sehingga memungkinkan keluarga
untuk berfungsi penuh kompetensi dan sumber, sehingga mampu
meningkatkan adaptasi dalam meningkatkan kesehatankeluarga.

Hasil penelitianmenunjukkan hubungan signifikan antara dukungan


keluarga dengan mobilisasi dini. Hal ini berarti dukungan
keluarga sangat penting bagi pasien dalam meningkatkan
kepercayaan diri serta sebagai motivasi untuk melaksanakan
anjuran yang diberikan oleh petugas kesehatan seperti melakukan
mobilisasi dini pasca operasi. Tanpa dukungan keluarga,
intervensi mobilisasi dini menjadi kurang optimal. Keluarga
sebagai orang terdekat bagi pasien yang selalu siap memberikan
dukungan, baik informasi, penghargaan, instrumental dan
emosional (Triharini, et al., 2018). Menurut Kyzar, et al.,
(2012) menyatakan bahwa dukungan keluarga merupakan sikap,
tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggota kelaurga yang
sakit.

Keluarga berperan dalam memberikan dukungan informasional.


Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator
(penyebar) informasi tentang dunia (Kyzar, et al., 2012).
Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu
stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan
aksi sugesti yang khusus pada individu. Perawat dapat
memfasilitasi fungsi ini melalui penguatan dukungan keluarga
untuk memberikan latihan mobilisasi. Melalui keluarga, anjuran
dan pesan kesehatan yang diberikan perawat akan lebih mudah
diterima.

Perawat dapat mengajarkan pentingnya mobilisasi untuk mendukung


proses pemulihan pasien. Keluarga diberikan pengetahuan dan
kemampuan untuk mendukung latihan mobilisasi pada pasien.
60

Perawat mengajarkan bahwa pasien tidak perlu khawatir dan takut


dengan adanya jahitan luka. Latihan mobilisasi dini bermanfaat
untuk mempercepat kesembuhan luka, mencegah terjadinya
trombosis dan tromboemboli, sirkulasi darah menjadi lancar dan
normal sehingga mempercepat pemulihan kekuatan pasien dan
mendukung penyembuhan luka. Mobilisasi dini dapat dilakukan
pada 6-8 jam pasca operasi dengan latihan nafas dalam, batuk
efektif, latihan gerak (ROM) dilanjutkan dengan perubahan
posisi ditempat tidur (Clark, et al., 2013).

Mobilisasi pasca operasi penting dilakukan karena sangat


bermanfaat dalam mendukung proses penyembuhan. Pasien yang
tidak melakukan mobilisasi cenderung akan tinggal di rumah
sakit lebih lama dan memudahkan terjadinya komplikasi pasca
pembedahan (Ferraz et al., 2017). Proses pemulihan pasca
operasi merupakan proses yang kompleks dan multidimensi yang
memerlukan pendekatan holistik dan dukungan dari berbagai
pihak. Keluarga merupakan subsistem pendukung yang paling dekat
dengan pasien. Keluarga memegang peran sentral terhadap upaya
pemulihan melalui dukungan dalam melakukan mobilisasi dini
setelah pembedahan.

Peneliti berpendapat bahwa adanya signifikansi hasil yang


dibuktikan dengan nilai p < 0,05 menunjukkan bahwa dukungan
keluarga memegang peranan penting dalam pelaksanaan mobilisasi
dini pada pasien pasca operasi. Keluarga memberikan dukungan
kepada pasien pasca operasi dengan membantu melakukan
mobilisasi seperti membantu pasien menggerakkan tangan dan
kaki, membantu duduk di tempat tidur, dan membantu mobilisasi
ke kamar mandi. Keluarga merupakan lingkungan terdekat dengan
pasien sehingga peran dan dukungannya sangat dibutuhkan oleh
pasien. Melalui keluarga, anjuran dan pesan kesehatan yang
diberikan perawat akan lebih mudah diterima.
61

C. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian yang dirasakan yaitu peneliti kesulitan dalam


mencari instrument baku tentang variabel mobilisasi, sehingga peneliti
melakukan adopsi dan adaptasi terhadap bebrapa kuesioner mobilisasi yang
sudah digunakan orang lain.Hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan
peneliti, karena peneliti masih tahap pemula dan belum berpengalaman.
BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan dukungan
keluarga dengan mobilisasi dini pasien pasca operasi di ruang perawatan
bedah RS EMC didapatkan:
1. Mayoritas umur responden lebih banyak berada pada rentang
usia 46-55 tahun sebanyak 9 responden (28%), mayoritas jenis
kelamin yaitu perempuan sebanyak 20 responden (62%),
mayoritas tingkat pendidikan pada jenjang pendidikan dasar
sebanyak 23 (72%).
2. Mayoritas dukungan keluarga pada kategori baik sebanyak 17
responden (53%) lebih banyak dibanding dukungan keluarga
pada kategori kurang baik sebanyak 15 responden (47%).
3. Mayoritas mobilisasi dini pasien pasca operasi yaitu
mobilisasi baik sebanyak 19 responden (59%) dan mobilisasi
kurang baik sebanyak 13 responden (41%).
4. Hasil analisis menunjukkan adahubungan yang signifikan antara
dukungan keluarga dengan pelaksanaan mobilisasi dini pasien pasca
operasi dengan pembiusan umum di Ruang Perawatn Bedah RS EMC
Tangerang dengan nilai p sebesar 0,036.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian,maka dapat diberikan saran-saran
yang bermanfaat bagi pihak terkait,yaitu sebagai berikut:
1. Pelayanan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan
pelayanan keperawatan sebagai salah satu solusi dalam mengatasi dan
mencegah komplikasi pasien pasca operasi dengan melibatkan dukungan
keluarga.

61
62

2. Perkembangan ilmu keperawatan.


Hasilpenelitian ini dapat dijadikan referensi tambahan sebagai intervensi
mandiri keperawatan dalam mencegah dan memberikan penatalaksanaan
pasien pasca operasi dengan pembiusan umum.
DAFTAR PUSTAKA

Almalki, S. (2016). Integrating Quantitative and Qualitative Data


in Mixed Methods Research—Challenges and Benefits. Journal of
Education and Learning, 5(3), 288. doi:10.5539/jel.v5n3p288

Andrea, B., & Colin, R. (2018).Approaches to the measurement of


postoperative recovery. Best Practice & Research Clinical
Anaesthesiology. doi:10.1016/j.bpa.2018.02.001

Arici, E., Tastan, S., & Can, M. F. (2016). The effect of using
an abdominal binder on pascaoperative gastrointestinal
function, mobilization, pulmonary function, and pain in
patients undergoing major abdominal surgery: A randomized
controlled trial. International Journal of Nursing Studies, 62,
108–117. doi:10.1016/j.ijnurstu.2016.07.017

Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Auliya, N. & Purwati, Y. (2017). Hubungan dukungan suami dengan


pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post section caesarea di
RSU PKU Muhammadiyah Bantul.

Barbosa, P., Santos, F. V., Neufejd, P. M., Bernardelli, G. F.,


Castro, S. S., Fonseca, J. H. P., et al. (2010). Effects of
early mobilization on cardiovascular and autonomic behavior in
postoperative myocardial revascularization. ComSci Saúde
2010;9:111–7.

Bronsert, M., Singh, A. B., Henderson, W. G., Hammermeister, K.,


Meguid, R. A., & Colborn, K. L. (2019). Identification of
postoperative complications using electronic health record
data and machine learning.The American Journal of Surgery.
doi:10.1016/j.amjsurg.2019.10.009

Brunner & Suddarth.(2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah


Brunner & suddarth.Edisi 12. Jakarta: EGC.

Cassidy, M. R., Rosenkranz, P., & McAneny, D. (2014). Reducing


Postoperative Venous Thromboembolism Complications with a
Standardized Risk-Stratified Prophylaxis Protocol and
Mobilization Program.Journal of the American College of
Surgeons, 218(6), 1095–1104.
doi:10.1016/j.jamcollsurg.2013.12.061
Castelino, T., Fiore, J. F., Niculiseanu, P., Landry, T.,
Augustin, B., & Feldman, L. S. (2016). The effect of early
mobilization protocols on postoperative outcomes following
abdominal and thoracic surgery: A systematic review.Surgery,
159(4), 991–1003. doi:10.1016/j.surg.2015.11.029

Colborn, K. L., Bronsert, M., Amioka, E., et, al. (2018).


Identification of surgical site infectionsusing electronic
health record data.Am J Infectio Control.
2018/06/17.doi.org/10.1016/j.ajic.2018.05.011

Creswell, J. W. (2014). Research Design: Qualitative,


Quantitative and Mixed Methods Approaches (4th ed.).
London: Sage Publications Ltd.

Cuello-Garcia, C. A., Mai, S. H. C., Simpson, R., Al-Harbi, S., &


Choong, K. (2018). Early Mobilization in Critically Ill
Children: A Systematic Review.The Journal of Pediatrics.
doi:10.1016/j.jpeds.2018.07.037

Ferraz, S. M., Moreira, J. P., Mendes, L. C., Amaral, T. M.,


Andrade, A. R., Santos, A. R., & Abelha, F. J. (2018).
Evaluation of the quality of recovery and the postoperative
health status after elective surgery. Brazilian Journal of
Anesthesiology (English Edition), 68(6), 577–583.
doi:10.1016/j.bjane.2018.06.002

Fiore, J. F., Castelino, T., Pecorelli, N., Niculiseanu, P.,


Balvardi, S., Hershorn, O., et al. (2017).Ensuring early
mobilization within an enhanced recovery program for colo-
rectal surgery: a randomized controlled trial. Ann Surg
2017;266(2):223e31.

Freeman, R. & Maley, K. (2013). Mobilization of intensive care


cardiac surgery patients on mechanical circulatory support.
Crit Care Nurs Q 2013;36:73–88.
Gjorgjievski, M., & Ristevski, B. (2019).Postoperative Management
Considerations of the Elderly Patient Undergoing Orthopaedic
Surgery.Injury. doi:10.1016/j.injury.2019.12.027

Guerra, M. L., Singh, P. J., Taylor, N. F. (2015). Early


mobilization of patients who have had a hip or knee joint
replacement reduces length of stay in hospital: a systematic
review. Clin Rehabilit. 2015;29(September (9)):844–854.

Harikesavan, K., Chakravarty, R. D., & Maiya, A. G. (2018).


Influence of early mobilization program on pain, self-reported
and performance based functional measures following total knee
replacement.Journal of Clinical Orthopaedics and Trauma.
doi:10.1016/j.jcot.2018.04.017

Hastono, S. P. (2016). Analisis Data pada Bidang Kesehatan.


Jakarta: PT. Rajawali Pers. ISBN 9786024250010.

Hastono, S. P., & Sabri, L. (2014). Statistik Kasehatan.Jakarta:


PT. Raja GrafindoPersada.

King, R. B., & McInerney, D. M. (2019). Family-support goals


drive engagement and achievement in a collectivist context:
Integrating etic and emic approaches in goal
research.Contemporary Educational Psychology.
doi:10.1016/j.cedpsych.2019.04.003.

Kurniawati, F. & Widaryati.(2013). Hubungan Dukungan Keluarga


dengan Pelaksanaan Mobilisasi pada Pasien Pasca Operasi
Appendicitis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Kyzar, K., Turnbull, A., Summers, J., Gomez, V. (2012). The


relationship of family supportto family outcomes: a synthesis
of keyfindings from research on severedisability. Res Pract
Persons Severe Disabil 2012;37:31e44

Labraca, N. S., Castro-Sánchez, A. M., Matarán-Peñarrocha, G. A.,


Arroyo-Morales, M., Sánchez-Joya, M. D., Moreno-Lorenzo, C.
(2011).Benefits of starting rehabilitation within 24 hours of
primary total knee arthroplasty: randomized clinical trial.
Clin Rehabilit. 2011;25(June (6)):557–566.
McMahon, J., Handley, T. P. B., Bobinskas, A., Elsapagh, M.,
Anwar, H. S., Ricciardo, P. V., … Campbell, R. (2017).
Postoperative complications after head and neck operations
that require free tissue transfer - prevalent, morbid, and
costly. British Journal of Oral and Maxillofacial Surgery,
55(8), 809–814. doi:10.1016/j.bjoms.2017.07.015.

Notoatmodjo, S. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan (Ed.


Revisi). Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nurkolis, Z. & Alimansur, M. (2013). Hubungan tingkat pengetahuan


perawat tentang mobilisasi dini dengan pelaksanaan tindakan
mobilisasi dini pada pasien post operasi.Jurnal Ilmu Kesehatan
Vol. 1 No. 2.ISSN 2303-1433. 1-7

Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:


Pendekatan Praktis. (P. P. Lestari, Ed.) (4th ed.). Jakarta:
Salemba Medika

Oliveira, R. A., Guatura, G. M. G. B. da S., Peniche, A. de C. G.,


Costa, A. L. S., & Poveda, V. de B. (2017). An Integrative
Review of Postoperative Accelerated Recovery Protocols. AORN
Journal, 106(4), 324–330.e5. doi:10.1016/j.aorn.2017.08.005

Polit, F. D., & Beck, T. C. (2012). Resource Manual for Nursing


Research.Generating and Assessing Evidence for Nursing
Practice.Ninth Edition. USA: Lippincott.

Potter, P. A. & Perry, A. G. (2010). Fundamental of Nursing:


Consep, Proses and Practice.Edisi 7.Vol. 3. Jakarta: EGC

Renkawitz, T., Rieder, T., Handel, M., et al. (2010). Comparison


of two accelerated clinical pathways-after total knee
replacement how fast can we really go?. Clin Rehabilit.
2010;24(3):230–239.

Santos, P. M. R., Ricci, N. A., Suster, É. A. B., Paisani, D. M.,


& Chiavegato, L. D. (2017). Effects of early mobilisation in
patients after cardiac surgery: a systematic review.
Physiotherapy, 103(1), 1–12. doi:10.1016/j.physio.2016.08.003
Schram, A., Ferreira, V., Minnella, E. M., Awasthi, R., Carli, F.,
& Scheede-Bergdahl, C. (2019). In-hospital resistance training
to encourage early mobilization for enhanced recovery programs
after colorectal cancer surgery: A feasibility study.European
Journal of Surgical Oncology. doi:10.1016/j.ejso.2019.04.01

Scott, M. J., Baldini, G., Fearon, K, C, H., Feldheiser, A.,


Feldman, L. S., Gan, T. J., et al. (2015). Enhanced Recovery
after Surgery (ERAS) for gastrointestinal surgery, part 1:
pathophysiological considerations. Acta Anaesthesiol Scand
2015;59(10): 1212e31

Setyowati & Supartini. (2013). Karakteristik yang mempengaruhi


mobilisasi dini pada ibu nifas pasca sectio caesarea.Embrio.
Jurnal Kebidanan. gol. II.

Suciawati, A. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan


mobilisasi dini pasien pasca section caesarea di RSIA AMC
Metri in Lampung.Volume 3, Maret 2017.ISSN 2442-7039.194-200.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D. Bandung: Alfabeta, CV.

Sumarah, Marianingsih, E., Kusnanto, H., & Haryanti, W. (2013).


Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka Post
Section Caesarea.Jurnal Involusio Kebidanan,59-69.

Triharini, M., Nursalam, Sulistyono, A., Adriani, M., Armini, N.


K. A., & Nastiti, A. A. (2018). Adherence to iron
supplementation amongst pregnant mothers in Surabaya,
Indonesia: Perceived benefits, barriers and family support.
International Journal of Nursing Sciences, 5(3), 243–248.
doi:10.1016/j.ijnss.2018.07.002

Van der Wal- Huisman, H., Dons, K. S. K., Smilde, R., Heineman,
E., & van Leeuwen, B. L. (2018). The effect of music on
postoperative recovery in older patients: A systematic
review.Journal of Geriatric Oncology.
doi:10.1016/j.jgo.2018.03.010

Yanti, D. E. (2016). Analisa determinan yang memengaruhi


pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien pasca operasi di ruang
kebidanan RS Bhayangkara Bandar Lampung 2016.Jurnal Dunia
Kesmas Volume 5.Nomor 2.59-64.
Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Saudara/i calon responden
di –
tempat.

Dengan Hormat,
Saya bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Maimunah
NPM : 11192094
adalah mahasiswa Program S1 Keperawatan Non-reguler Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA yang sedang melakukan penelitian dengan
judul “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pelaksanaan Mobilisasi
Dini Pasien Pasca Operasi dengan Pembiusan Umum di RS EMC
Tangerang”. Partisipasi dari Bapak/Ibu/Saudara/i tidak akan
mengakibatkan kerugian apapun karena informasi yang diberikan
dijamin kerahasiannya. Apabila Bapak/Ibu/Saudara/i bersedia,
dimohon untuk menandatangani lembar persetujuan yang terlampir
dalam lembaran ini.Atas perhatian serta kesediaan Bapak/Ibu, saya
ucapkan terima kasih.

Tangerang, Desember
2020
Peneliti,

Maimunah
LEMBAR PERESETUJUAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,


Nama : …………………………………(Inisial)

Setelah mendapat informasi dan penjelasan peneliti, saya memahami


maksud dan
manfaat penelitian yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pasien Pasca Operasi dengan
Pembiusan Umum di RS EMC Tangerang”. Saya dengan ini secara
sukarela dan tanpa paksaan, menyetujui dan bersedia untuk
berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini.Demikian
pernyataan persetujuan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Tangerang, Desember,
2020

Peneliti Responden

(Maimunah) (……………………………)
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

Kode Responden

Tanggal Pengisian : …… Desember, 2020

Kuesioner ini terdiri dari 3 bagian, yaitu:


1. Kuesioner A : Karakteristik responden
2. Kuesioner B : Duikungan keluarga
3. Kuesioner C : Mobilisasi dini pasca operasi

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Isilah bagian titik-titik dengan jawaban dan berilah tanda (√)
pada kolom yang sesuai.
1. Usia : ……………. Tahun
2. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
3. Pendidikan : 1. SD/ SMP/ SMU 2. Perguruan Tinggi
LEMBAR KUESIONER B: DUKUNGAN KELUARGA

Petunjuk pengisian:
Isilah setiap pernyataan dibawah ini dengan tanda (√) pada kolom
yang tersedia dengan alternatif pilihan sebagai berikut:
Tidak pernah : tidak pernah melakukan sama sekali
Kadang-kadang : kadang-kadang saja melakukan
Ragu-ragu : ragu-ragu untuk melakukan
Sering : sering melakukan/ sebagian waktu
Selalu : selalu melakukan/ setiap waktu
Tidak Kadang- Ragu- Serin Selal
No Pernyataan
pernah kadang ragu g u
Dukungan emosional
1 Keluarga mendampingi
pasien dalam
perawatan
2 Keluarga tetap
memperhatikan keadaan
pasien selama pasien
sakit
3 Keluarga berusaha
mendengarkan setiap
kali pasien mengeluh
4 Keluarga dengan ramah
membantu pasien untuk
memenuhi kebutuhan
pasien
Dukungan instrumental
5 Keluarga menyediakan
waktu dan fasilitas
jika pasien
memerlukan untuk
keperluan pengobatan
6 Keluarga berperan
aktif dalam setiap
Tidak Kadang- Ragu- Serin Selal
No Pernyataan
pernah kadang ragu g u
pengobatan dan
perawatan
7 Keluarga bersedia
membiayai perawatan
dan pengobatan pasien
8 Keluarga mencarikan
kebutuhan sarana dan
peralatan yang pasien
perlukan
Dukungan informasioanl/
pengetahuan
9 Keluarga tidak
memberitau mengenai
hasil pemeriksaan
kesehatan pasien
10 Keluarga mengingatkan
pasien untuk minum
obat, latihan dan
makan
11 Keluarga memberikan
informasi pada pasien
tentang hal-hal yang
bisa memperburuk
penyakit pasien
12 Keluarga menjelaskan
kepada pasien setiap
pasien bertanya hal-
hal yang tidak jelas
tentang penyakitnya
Dukungan penghargaan
13 Keluarga memberi
pujian kepada pasien
ketika pasien
melakukan yang
Tidak Kadang- Ragu- Serin Selal
No Pernyataan
pernah kadang ragu g u
dianjurkan oleh
dokter/ perawat
14 Keluarga berusaha
memberikan support
pasien dalam
pengobatan
15 Keluarga berusaha
menghibur pasien
setiap kali pasien
sedih
LEMBAR KUESIONER C: MOBILISASI DINI PASCA OPERASI

Petunjuk pengisian:
Isilah setiap pernyataan dibawah ini dengan tanda (√) pada kolom
yang tersedia dengan alternatif pilihan sebagai berikut:
STS :Sangat tidak setuju (STS), jika pernyataan sama sekali tidak
sesuai dengan pemahaman atau pendapat anda
TS :Tidak setuju (TS), jika pernyataan tidak sesuai dengan
pemahaman atau pendapat anda
RR :Ragu-ragu (RR), jika pernyataan diragukan dengan pemahaman
dan pendapat anda
S :Setuju (S), jika pernyataan sesuai dengan pemahaman atau
pendapat anda
SS :Sangat setuju (SS), jika pernyataan sangat sesuai dengan
pemahaman atau pendapat anda

No.
Pernyataan STS TS RR S SS
1 Pada 6-10 jam setelah operasi, saya
sudah menganjurkan pasien untuk
mencoba melakukan latihan pernafasan,
menarik nafas melalui hidung kemudian
menghembuskan melalui mulut.
2 Pada 6-10 jam setelah operasi, saya
sudah menganjurkan pasien untuk
mencoba menggerakkan/ menggeser lengan
kearah samping
3 Pada 6-10 jam setelah operasi, saya
sudah menganjurkan pasien untuk
mencoba menggerakkan/ menggeser kaki/
tungkai kearah samping
4 Pada 6-10 jam setelah operasi, saya
sudah menganjurkan pasien untuk
mencoba merubah posisi dari terlentang
ke posisi miring kanan dan kiri di
tempat tidur.
No.
Pernyataan STS TS RR S SS
5 Pada 6-10 jam setelah operasi, saya
sudah menganjurkan pasien untuk
mencoba mengangkat lengan.
6 Pada 6-10 jam setelah operasi, saya
sudah menganjurkan pasien untuk
mencoba mengangkat kaki keatas dan
kebawah
7 Pada hari ke-2 setelah operasi, saya
membantu pasien untuk duduk sambil
bersandar di tempat tidur
8 Pada hari ke-2 setelah operasi, saya
membantu pasien untuk duduk sambil
menurunkan kedua kaki disisi tempat
tidur
9 Pada hari ke-3 setelah operasi, saya
membantu pasien untuk duduk di tempat
tidur tanpa menggunakan sandaran
10 Pada hari ke-3 setelah operasi, saya
membantu pasien untuk turun dari
tempat tidur sambal berpegangan di
sisi tempat tidur
11 Pada hari ke-3 setelah operasi, saya
membantu pasien untuk belajar berjalan
sambil berpegangan disisi tempat tidur
12 Pada hari ke-3 atau ke-4 setelah
operasi, saya membantu pasien untuk
belajar berjalan ke kamar mandi
HASIL SPSS

Univariat
Frequency Table

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 17-25 6 18.8 18.8 18.8

26-35 5 15.6 15.6 34.4

36-45 8 25.0 25.0 59.4

46-55 9 28.1 28.1 87.5

>55 4 12.5 12.5 100.0

Total 32 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Valid Laki-laki 12 37.5 37.5 37.5

Perempuan 20 62.5 62.5 100.0

Total 32 100.0 100.0

Pendidikan

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Valid Diploma 23 71.9 71.9 71.9

Ners 9 28.1 28.1 100.0

Total 32 100.0 100.0


Statistics

Dukungan Mobilisasi
Keluarga Dini

N Valid 32 32

Missing 0 0
Mean 59.59 47.41
Std. Error of Mean 1.658 1.317
Median 59.50 48.00
Mode 57 48
Std. Deviation 9.377 7.448
Skewness -.751 -.817
Std. Error of Skewness .414 .414
Kurtosis .542 .648
Std. Error of Kurtosis .809 .809
Minimum 36 28
Maximum 73 57

Dukungan Keluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 36 1 3.1 3.1 3.1

39 1 3.1 3.1 6.3

42 1 3.1 3.1 9.4

47 1 3.1 3.1 12.5

50 1 3.1 3.1 15.6

56 2 6.3 6.3 21.9

57 5 15.6 15.6 37.5

58 2 6.3 6.3 43.9

59 1 3.1 3.1 47.0

60 3 9.4 9.4 56.4

61 2 6.3 6.3 62.5

62 2 6.3 6.3 68.8

64 1 3.1 3.1 71.9

67 1 3.1 3.1 75.0

69 1 3.1 3.1 78.1

70 2 6.3 6.3 84.4

71 3 9.4 9.4 93.8


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Valid Baik 17 53.1 53.1 53.1

Kurang baik 15 46.9 46.9 100.0

Total 32 100.0 100.0

Mobilisasi

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Valid Baik 19 59.4 59.4 59.4

Kurang baik 13 40.6 40.6 100.0

Total 32 100.0 100.0

Bivariat
Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

DukunganKeluarga1 *
32 100.0% 0 0.0% 32 100.0%
Mobilisasi

DukunganKeluarga * Mobilisasi Crosstabulation

Mobilisasi

Baik Kurang Total

DukunganKeluarga Baik Count 11 9 20

% within
55.0% 45.0% 100.0%
DukunganKeluarga

Kurang Count 8 4 12

% within
66.7% 33.3% 100.0%
DukunganKeluarga
Total Count 19 13 32

% within
59.4% 40.6% 100.0%
DukunganKeluarga
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 10.494 1 .035
b
Continuity Correction 8.291 1 .036
Likelihood Ratio 11.298 1 .031
Fisher's Exact Test .036 .022
Linear-by-Linear Association 10.166 1 .021
N of Valid Cases 32

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.50.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Dukungan


15.400 2.495 95.053
Keluarga (Baik / Kurang)
For cohort Mobilisasi = Baik 2.800 1.323 5.928
For cohort Mobilisasi = Kurang .182 .048 .693
N of Valid Cases 32

UJI NORMALITAS
Descriptives

Statistic Std. Error

Dukungan Mean 59.59 1.658


Keluarga 95% Confidence Interval for Lower Bound 56.21
Mean Upper Bound 62.97

5% Trimmed Mean 60.12

Median 59.50

Variance 87.926

Std. Deviation 9.377

Minimum 36

Maximum 73

Range 37

Interquartile Range 12
Skewness -.751 .414

Kurtosis .542 .809


Mobiliasi Mean 47.41 1.317

95% Confidence Interval for Lower Bound 44.72


Mean Upper Bound 50.09

5% Trimmed Mean 47.87

Median 48.00

Variance 55.475

Std. Deviation 7.448

Minimum 28

Maximum 57

Range 29

Interquartile Range 10

Skewness -.817 .414

Kurtosis .648 .809

Uji Validitas dan Reliabilitas


Kuesioner Dukungan Keluarga

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 32 100.0

Excludeda 0 .0

Total 32 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.951 15

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted

DK1 55.59 76.378 .823 .946


DK2 55.88 76.371 .767 .947
DK3 55.50 78.065 .771 .948
DK4 55.69 73.899 .792 .947
DK5 55.63 80.113 .589 .951
DK6 55.56 74.577 .848 .945
DK7 55.63 79.274 .545 .952
DK8 55.69 75.964 .753 .948
DK9 55.50 80.194 .638 .950
DK10 55.66 73.652 .857 .945
DK11 55.66 75.652 .792 .947
DK12 55.78 75.338 .795 .947
DK13 55.53 82.838 .386 .956
DK14 55.56 74.254 .872 .945
DK15 55.47 76.322 .841 .946

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

59.59 87.926 9.377 15

Kuesioner Mobilisasi Dini

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 32 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 32 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.931 12

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted

Mob1 43.50 45.871 .728 .924


Mob2 43.34 42.814 .911 .916
Mob3 43.41 48.959 .557 .930
Mob4 43.38 47.984 .677 .926
Mob5 43.56 45.738 .749 .923
Mob6 43.47 49.031 .592 .929
Mob7 43.50 44.710 .835 .919
Mob8 43.44 46.448 .745 .923
Mob9 43.44 49.738 .497 .932
Mob10 43.59 46.959 .739 .924
Mob11 43.44 44.448 .854 .919
Mob12 43.41 50.184 .469 .933

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

47.41 55.475 7.448 12


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Maimunah
Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 18 juni 1979
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jln. Pintu Air RT 002 Rw 04 No. 28 Karang Tengah
Ciledug Tangerang

Riwayat Pendidikan:
1. SDI AL-FALAH IV lulus tahun 1992
2. MTsN 3 Jakarta lulus tahun 1995
3. MAN 4 Jakarta lulus tahun 1998
4. AKPER POLRI Jakarta lulus tahun 2001
5. Sedang menempuh Program Studi SI Keperawatan di STIKes Pertamedika
sejak tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai