Anda di halaman 1dari 67

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

DENGAN OSTEOARTHRITIS Ny. N DI PONDOK JAGUNG

KOTA TANGERANG

Disusun Oleh :
DWI LILIK SURYANI
21220113

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS NON


REGULER STIKES PERTAMEDIKA JAKARTA SELATAN

2021/2022

1
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
(STIKes PERTAMEDIKA)
Dwi Lilik Suryani
Program Profesi/Ners S1 Non Reg Keperawatan

A. KONSEP LANSIA
1. Pengertian Menua
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari
satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua
merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara
biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan semakin memburuk, gerakan-gerakan lambat, dan postur tubuh
yang tidak proforsional (Nugroho, 2015).

Lansia adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan
adanya beberapa perubahan dalam hidup. Lanjut usia (lansia) apabila usianya > 65
tahun. Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia (Dewi, 2014).

Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk


mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini
berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan
kepekaan secara individual. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan
kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut,
kemudian mati (Efendi, 2009). Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun (Dewi, 2014).

2
2. Teori-teori Proses Menua
Menurut Padila (2013), Sampai saat ini banyak definisi dan teori yang
menjelaskan tentang proses menua yang tidak seragam. Proses menua bersifat
individual : dimana proses menua pada setiap orang terjad dengan usia yang
berbeda, setiap lanjuat usia mempunyai kebiasaan atau life style yang berbeda.
Tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua.
Adakalanya seseorang belum tergolong tua (masih muda) tetapi telah munujukan
kekurangan yang mencolok adapula orang yang tergolong lanjut usia
penampilannya masih sehat. Harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang
sering dialami oleh lanjut usia. Misalnya hipertensi, diabetes melitus, rematik,
asam urat, dimensia semilis, sakit ginjal dan lain-lain.
Teori-teori tentang penuaan sudah banyak yang dikemukakan, namun tidak
semuanya bisa diterima. Teori-teori itu dapat digolongkan dua kelompok, yaitu
yang termasuk kelompok teori biologis dan teori psikososial.
a. Teori Biologis
Teori yang merupakan, teori biologis adalah sebagai berikut :
1) Teori Jam Genetik
Secara genetik sudah terprogram bahwa material didalam intisel dikatakan
bagaikan memiliki jam genetis terkait dengan frekuensi metosis. Teori ini
didasarkan pada kenyataan bahwa spesies-spesies tertentu memiliki
harapan hidup (life span) yang tertentu pula. Manusia yang memiliki
rentang kehidupan maksimal sekitar 110 tahun, sel-selnya diperkirakan
hanya mampu membelah sekitar 50 kali sesl-selnya diperkirakan sesudah
itu akan mengalami deteriorasi.
2) Teori cross-linkage ( rantai silang )
Kolagen yang merupakan unsur penyusun tulang diantara susunan
molukuler, lama kelamaan akan meningkat kekuannya (tidak elastis). Hal
ini disebabkan karena sel-sel yang sudah tua dan reaksi kimianya
menyebabkan jaringan yang sangat kuat.
3) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas merusak membran sel yang menyebabkan kerusakan dan
kemunduran secara fisik.
4) Teori Genetik
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat biokimia yang diprogram
3
oleh molekul-molekul atau DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi.
5) Teori Imunologi
Didalam metabolisme tubuh suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak dapat tahan terhadap zat tersebut
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah. Sistem imun menjadi kurang
efektif dalam memperthankan diri, regulasi dan resposibilitas.
6) Teori Stres Adaptasi
Teori stres adaptasi menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan tubuh. Regenaerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal. Kelebihan usaha dan stres menyebabkan
sel-sel tubuh telah terpakai.
7) Teori Wear and Tear
Kelebihan usaha dan stres menyababkan sel-sel tubuh lelah (terpakai).
b. Teori Psikososial
Teori yang merupakan teori psikososial adalah sebagai berikut :
1) Teori Integritas Ego
Teori perkembangan ini mengidentifikasi tugas-tugas yang harus dicapai
dalam tiap tahap perkembangan. Tugas perkembangan terakhir
merefleksikan kehidapan seseorang dan pencapainnya. Hasil akhir dan
penyelesaian konflik antara integritas ego dan keputusan adalah kebebasan.
2) Teori Stabilias Personal
Kepribadian sesorang terbentuk pada masa anak-anak dan tetap bertahan
secara stabil. Perubahan yang redikal pada usia tua bisa jadi
mengindikasikan penyakit otak.
c. Teori Sosial Kultural berikut
Teori yang merupakan sosiokultural adalah sebagaiberikut
1) Teori Pembebasan ( disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia seseorang
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya, atau
menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan interaksi
sosial lanjut usia menurun sehingga sering terjadi kehilangan ganda.
2) Teori aktifitas
Toeri ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari
bagaimana seorang usia lanjut merasakan kepuasan dalam berkativitas dan
4
mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin. Adapun kualitas
aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas yang dilakukan.
d. Teori konsekuensi fungsional
Teori yang merupakan teori fungsional adalah sebagai berikut:
1) Teori ini mengatakan tenang konsekuensi fungsional usia lanjut yang
berhubungan dengan perubahan karena usia dan faktor resiko tambahan
2) Tanpa intervensi maka beberapa konsekuensi fungsional akan negatif
dengan intervensi menjadi positif

3. Mitos-mitos Lasia
Menurut Lilik Ma’rifat (2011), pada saat lanjut lansia terjadi suatu mitos sebagai
berikut:
a. Kedamaiaan dan ketenangan
Lanjut usia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa
muda dan dewasanya, badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan-akan
sudah berhasil dilewati.
Kenyataan :
1) Sering ditemui stres karena kemiskinan dan berbagai keluhan saaat
penderitaan karena penyakit.
2) Depresi
3) Kekhawatiran
4) Paranoid
5) Masalah Psikotik
b. Mitos konservatisme dan Kemunduran
Pandangan pada lanjut usia umumnya :
1) Konservatif
2) Tidak kreatif
3) Menolak inovasi
4) Berorientasi
5) Merindunkan masa lalu
6) Kembali ke masa kanak-kanak
7) Susah berubah
8) Keras kepala
9) cerewet
c. Mitos Berpenyakit
5
Lanjut usia dipandang sebagai mata degenerasi biologis, yang disertai oleh
berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses menua
(lanjut usia merupakan masa berpenyakit dan kemunduran).
d. Mitos Senilitis
Lanjut usia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan
bagian otak ( banyak yang tetap sehat dan segar) untuk menyesuaikan diri
terhadap perubahan daya ingat.
e. Mitos tidak jatuh cinta
Lanjut usia tidak lagi jatuh cinta dan gairah pada lawan jenis tidak ada.
Kenyataan :
Perasaan cemas dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa. Perasaan
cinta tidak berhenti hanya karena menjadi lanjut usia.

4. Tipe-tipe Lanjut Usia


Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-macam
tipe lanjut usia menurut (Nugroho, 2015) yang menonjol antara lain:
a. Tipe arif bijaksana
lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,
sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan
b. Tipe mandiri
Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilangnya dengan kegiatan
baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi
undangan.
c. Tipe tidak puas
Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses
penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik
jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak
sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani, dan pengkritik.
d. Tipe pasrah
Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai
konsep (“habis gelap datang terang”), mengikuti kegiatan beribadah, ringan
kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe bingung

6
Lanjut usia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa
minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.
Lanjut usia dapat pula dikelompokkan dalam beberapa tipe yang bergantung pada
karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan
ekonominya. Tipe antara lain menurut (Nugroho, 2015):
a. Tipe optimis
Lanjut usia santai dan periang, penyesuaian cukup baik, mereka memandang
masa lanjut usia dalam bentuk bebas dari tanggung jawab dan sebagai
kesempatan untuk menuruti kebutuhan pasifnya. Tipe ini sering disebut juga
lanjut usia tipe kursi goyang (the rocking chairman)
b. Tipe konstruktif
Lanjut usia ini mempunyai integritas baik, dapat menikmat hidup, mempunyai
toleransi yang tinggi, humoristik, fleksibel, dan tahu diri. Biasanya, sifat ini
terlihat sejak muda. Mereka dengan tenang menghadapi proses menua dan
menghadapi akhir.
c. Tipe ketergantungan
Lanjut usia ini masih dapat diterima di tengah masyarakat, tetapi selalu pasif,
tidak berambisi, masih tahu diri, tidak mempunyai inisiatif dan bila bertindak
yang tidak praktis. Ia senang pensiun, tidak suka bekerja, dan senang berlibur,
banyak makan, dan banyak minum.
d. Tipe defensif
Lanjut usia biasanya sebelumnya mempunyai riwayat pekerjaan/ jabatan yang
tidak stabil, bersifat selalu menolak bantuan, emosi sering tidak terkontrol,
memegang teguh kebiasaan, bersifat komplusif aktif, anehnya mereka takut
menghadapi “menjadi tua” dan menyenangi masa pensiun.
e. Tipe militan dan serius
Lanjut usia yang tidak mudah menyerah, serius, senang berjuang, bisa menjadi
panutan.
f. Tipe pemarah frustasi
Lanjut usia yang pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, selalu
menyalahkan orang lain, menunjukkan penyesuaian yang buruk. Lanjut usia
sering mengekspresikan kepahitan hidupnya.
g. Tipe bermusuhan
Lanjut usia yang selalu menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalan,
selalu mengeluh, bersifat agresif, dan curiga, biasanya, pekerjaan saat ia muda
7
tidak stabil. Menganggap menjadi tua itu bukan hal yang baik, takut mati, iri
hati pada orang yang muda, senang mengadu untung pekerjaan, aktif
menghindari masa yang buruk.
h. Tipe putus asa, membenci, dan menyalahkan diri sendiri
Lanjut usia ini bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak mempunyai
ambisi, mengalami penurunan sosial ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri.
Lanjut usia tidak hanya mengalami kemarahan, tetapi juga depresi,
memandang lanjut usia sebagai tidak berguna karena masa yang tidak menarik.
Biasanya, perkawinan tidak bahagia, merasa menjadi korban keadaan,
membenci diri sendiri, dan ingin cepat mati.

5. Perubahan Akibat Proses Menua


a. Perubahan fisik dan fungsi Sel :
1) Jumlah sel menurun / lebih sedikit
2) Ukuran sel lebih besar
3) Jumlah cairan tubuh dan cairan inttraselular berkurang
4) Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun
5) Jumlah sel otak menurun
6) Mekanisme perbaika sel terganggu
7) Otak menjadi atrofi, berat berkurang 5 – 10%
8) Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar (Nugroho, 2015)
b. Perubahan Sistem Persyarafan pada Lansia
Pada sistem persyarafan terjadi beberapa gangguan dan perubahan fungsi,
antara lain :
1) Menurun hubungan persyarafan
2) Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap stress
3) Mengecilnya syaraf panca indera
4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf
pencium & perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan
rendahnya ketahanan terhadap dingin (Nugroho, 2015)
c. Perubahan Sistem Pendengaran pada Lansia
Pada sistem pendengaran terjadi beberapa gangguan dan perubahan fungsi,
antara lain :
1) Gangguan pendengaran : Hilangnya (daya) pendengaran pada telinga
dalam, terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi,
8
suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia
diatas umur 65 tahun
2) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
3) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya
keratin
4) Fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang mengalami
keteganggan / stres
5) Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau
rendah, bisa terus menerus atau intermiten) (Nugroho, 2015)
d. Perubahan Sistem Penglihatan pada Lansia
Pada sistem penglihatan terjadi beberapa gangguan dan perubahan fungsi,
antara lain :
1) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respons terhadap sinar
2) Kornea lebih berbentuk sferis
3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)
4) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap
5) Penururnan / hilangnya daya akomodasi
6) Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang
7) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala
(Nugroho, 2015)
e. Perubahan Sistem Kardiovaskular pada Lansia
Pada sistem kardiovaskular terjadi beberapa gangguan dan perubahan fungsi,
antara lain :
1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
2) Menurunnya elastisitas dinding aorta
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah
berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya
4) Menurunnya curah jantung
5) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, efektifitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari tidur keduduk (duduk
ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
(mengakibatkan pusing mendadak)
6) Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan perdarahan
9
7) Dan tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer (normal ± 170/95 mmHg) (Nugroho, 2015)
f. Perubahan Sistem Pengaturan Suhu Tubuh pada Lansia
Pada pengaturah suhu tubuh, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
termostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu. Kemunduran terjadi bebagai
faktor yang mempengaruhinya. Yang sering ditemui antara lain :
1) Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis ±35ºC akibat
metabolisme yang menurun
2) Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat pula
menggigil, pucat, dan gelisah
3) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas otot (Nugroho, 2015)
g. Perubahan Sistem Pernafasan pada Lansia
Pada sistem pernafasan terjadi beberapa gangguan dan perubahan fungsi,
antara lain :
1) Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan kekuatan,
dan menjadi kaku
2) Aktivitas silia menurun
3) Paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas
lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dengan kedalaman
bernafas menurun
4) Ukuran alveoli melebar (membesar secara progresif) dan jumlah
berkurang
5) Berkurangnya elastisitas bronkus
6) Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg
7) Karbon dioksida pada arteri tidak berganti, pertukaran gas terganggu
8) Refleks dan kemampuan untuk batuk berkurang
9) Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan menurun
seiring bertambahnya usia (Nugroho, 2015)
h. Perubahan Sistem Pencernaan pada Lansia
Pada sistem pencernaan terjadi beberapa gangguan dan perubahan fungsi,
antara lain :
1) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa
terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang
buruk dan gizi yang buruk
10
2) Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir,
atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf
pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit
3) Esofagus melebar
4) Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung
menurun, waktu pengosongkan lambung menurun
5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi
6) Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu )
7) Hati semakin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah (Nugroho, 2015)
i. Perubahan Sistem Reproduksi dan Kegiatan Seksual pada Lansia
1) Perubahan sistem reprduksi
Vagina mengalami kontraktur dan mengecil, ovari menciut karena uterus
mengalami atrofi, atrofi payudara dan atrofi vulva, selaput lendir vagina
menurun, permukaan menjadi halus, sekresi berkurang, sifatnya menjadi
alkali dan terjadi perubahan warna
2) Kegiatan seksual
Ada pandangan bahwa pada usia lanjut, minat, dorongan, gairah,
kebutuhan, dan daya seks dalam hubungan seks menurun. Fakta :
kehidupan seks pada lanjut usia berlangsung normal dan frekuensi
hubungan seksual menurun sejalan meningkatnya usia, tetapi masih tetap
tinggi
j. Perubahan Sistem Genitourinaria pada Lansia
Pada sistem genitourinaria terjadi beberapa gangguan dan perubahan fungsi,
antara lain :
1) Ginjal, Mengecilnya nephron akibat atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50 % sehingga fungsi tubulus berkurang akibatnya
kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun,
proteinuria (biasanya + 1), BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat
sampai 21 mg %, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat
2) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya
menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi BAK meningkat,
vesika urinaria sulit dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga
meningkatnya retensi urin.
3) Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun
11
4) Atropi vulva
5) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisitas jaringan menurun juga
permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya
lebih alkali terhadap perubahan warna
k. Perubahan Sistem Endokrin pada Lansia
Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia yang
memproduksi hormon. Hormon pertumbuhan berperan sangat penting dalam
pertumbuhan, pematangan, pemeliharaan, dan metabolisme organ tubuh.
Sistem endokrin pada lansia terjadi beberapa gangguan dan perubahan fungsi,
antara lain :
1) Produksi hampir semua hormon menurun
2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah
3) Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh
darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH
4) Menurunnya aktivitas tiriod dan menurunnya daya pertukaran zat
5) Menurunnya produksi aldosteron
6) Menurunnya sekresi hormon kelamin : progesteron, estrogen, testosterone
menurun (Nugroho, 2008)
l. Perubahan Sistem Integumen pada Lansia
Pada sistem integumen terjadi beberapa gangguan dan perubahan fungsi,
antara lain :
1) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak
2) Permukaan kulit cenderung kusam & bersisik karena kehilangan proses
keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis
3) Timbulnya bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang tidak
merata pada permukaan kulit sehingga tampak bintik-bintik atau noda
coklat.
4) Terjadinya perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut - kerut
halus di ujung mata akibat lapisan kulit menipis
5) Respon terhadap trauma menurun
6) Mekanisme proteksi kulit menurun karena produksi serum menurun;
produksi vitamin D menurun, pigmentasi kulit terganggu
7) Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu
8) Rambut dalam hidung dan telinga menebal
9) Berkurangnya elatisitas akibat menurunnya cairan vaskularisasi
12
10) Pertumbuhan kuku lebih lambat
11) Kuku jari menjadi keras dan rapuh
12) Kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya
13) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk
14) Jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang
m. Perubahan Sistem Muskuloskeletal pada Lansia
Pada sistem muskuloskeletal terjadi beberapa gangguan dan perubahan fungsi,
antara lain :
1) Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh
2) Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi
3) Kekuatan dan stabilitas menurun, terutama vertebra, pergelangan, dan
paha. Insiden osteoporosis dan fraktur meningkat pada area tulang
tersebut
4) Kifosis
5) Gerakan pinggang, lutut, dan jari – jari pergelangam terbatas
6) Gangguan gaya berjalan
7) Kekakuan jaringan penghubung
8) Persendian membesar dan menjadi kaku
9) Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan menjadi
lamban, otot kram, dan menjadi tremor
B. Konsep Penuaan
1. Pengertian Proses Penuaan
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Aspiani, 2014). Menua adalah
suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua
merupakan proses sepanjang hidup yang tidak hanya dimulai dari suatu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tahap-tahap kehidupannya,
yaitu neonatus, toodler, pra school, school, remaja, dewasa dan lansia. Tahap
berbeda ini dimulai baik secara biologis maupun psikologis (Padila, 2013).

2. Teori- Teori Proses Penuaan

Teori-teori tentang penuaan, yaitu : (Nugroho 2000).

13
a. Teori Biologis
1. Teori Seluler
Kemampuan sel dalam membelah pada lansia lebih sedikit. Cenderung
mengalami kerusakan sel dan terjadi penurunan fungsi sel.
2. Teori Genetik Clock
Teori tersebut menyatakan bahwa menua telah terprogram secara genetik
untuk species – species tertentu. Tiap species mempunyai didalam nuklei
( inti selnya )suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu
replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan akan
menghentikan replikasi sel bila tidak diputar, jadi menurut konsep ini bila
jam kita berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai
kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir. Konsep ini didukung
kenyataan bahwa ini merupakan cara menerangkan mengapa pada
beberapa species terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata.
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram
oleh molekul DNA dan setiap sel akan mengalami mutasi.
3. Teori Mutasi Somatik ( teori error catastrophe )
Menurut teori ini faktor lingkungan yang menyebabkan mutasi somatik,
sebagai contoh diketahui bahwa radiasi dan zat kimia

3. Teori-Teori Proses Penuaan

Teori-teori tentang penuaan, yaitu : (Nugroho 2000).

a. Teori Biologis

1. Teori Seluler

Kemampuan sel dalam membelah pada lansia lebih sedikit. Cenderung


mengalami kerusakan sel dan terjadi penurunan fungsi sel.

2. Teori Genetik Clock

Teori tersebut menyatakan bahwa menua telah terprogram secara genetik


untuk species – species tertentu. Tiap species mempunyai didalam nuklei
( inti selnya )suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi
tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan akan menghentikan replikasi
sel bila tidak diputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita
akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau

14
penyakit akhir. Konsep ini didukung kenyataan bahwa ini merupakan cara
menerangkan mengapa pada beberapa species terlihat adanya perbedaan
harapan hidup yang nyata. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan
biokimia yang diprogram oleh molekul DNA dan setiap sel akan mengalami
mutasi.

3. Teori Mutasi Somatik ( teori error catastrophe )

Menurut teori ini faktor lingkungan yang menyebabkan mutasi somatik,


sebagai contoh diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek
umur sebaliknya menghindarinya dapqaat mempperpanjang umur.menurut
teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan
menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsi sel tersebut. Sebaai
salah satu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah
hipotesis error catastrope.

4. Teori Auto imun

Dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi oleh zat khusus.
Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut, sehingga
jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Pada proses metabolisme tubuh ,
suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Sad jaringan tubuh tertentu yang
tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan
mati.

5. Teori Radikal Bebas

Radikal bebas dapat dibentuk di alam bebas. Tidak stabilnya radikal bebas
mengakibatkan oksigenasi bahan - bahan organik seperti KH dan
protein.radikal ini menyebabkansel – sel tidak dapat beregenerasi. Tidak
stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan bahan
organik seperti karbohidrat dan protein . radikal ini menyebabkan sel-sel
tidak dapat regenerasi.

6. Teori stress

Menua akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi jaringan


tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal dan stress
menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.

15
a. Teori sosial
1) Teori aktifitas
Lanjut usuia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan social
2) Teori Pembebasan

Salah satu teori sosial yang berkenaan dengan proses penuaan adalah teori
pembebasan ( disengagement teori ). Teori tersebut menerangkan bahwa
dengan berubahnya usi seseorang secara berangsur – angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitatif maupun kuantitasnya
sehingga sering terjadi kehilangan ganda yaitu:
a. Kehilangan peran
b. Hambatan kontrol social
c. Berkurangnya komitmen
3) Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia.
Dengan demikia, pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan
gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.
Pokok-pokok dari teori kesinambungan, adalah:
a. lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam
proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa
lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan.
b. Peran lansia yang hilang tak perlu diganti.
c. Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi.
c. Teori Psikologi
1) Teori Kebutuhan manusia mneurut Hirarki Maslow Menurut teori ini,
setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang
memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow 1954). Kebutuhan ini
memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia
sidah terpenuhi, mereka berusaha menemukannya pada pada tingkat
selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan tersebut
tercapai.

2) Teori individual
16
Carl Jung (1960) Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian dari
seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak , masa muda
dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian
individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan ketidaksadaran
bersama. Menurut teori ini kepribadian digambarkan terhadap dunia luar
atau ke arah subyektif. Pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert).
Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan
merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental

. d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penuaan


1) Keturunan (Genetik)
Faktor genetik mempengaruhi saat mulai terjadi proses menua pada
seseorang seperti pada orang yang memiliki jenis kulit kering cenderung
mengalami proses penuaan kulit lebih awal.

2) Ras
Manusia terdiri dari bermacam-macam ras dan masing-masing
mempunyai struktur kulit yang berbeda terutama yang berperan di dalam
sistem pertahanan tubuh terhadap lingkungan seperti peranan pigmen
melanin sebagai proteksi terhadap sinar matahari. Ras kulit putih lebih
mudah terbakar sinar matahari (sunburn), lebih mudah terjadi gejala
kulit menua dini, prakanker kulit dan kanker kulit dibanding kulit
berwarna.
3) Hormonal
Pengaruh hormon sangat erat hubungannya dengan umur. Proses menua
fisisologis lebih terlihat pada wanita yang memasuki masa klimakterium
atau menopause. Pada masa itu penurunan fungsi ovarium menyebabkan
produksi hormon seks seperti hormon estrogen berkurang dan akibatnya
akan terjadi atrofi sel epitel vagina, pengecilan payudara, timbul tanda-
tanda menua pada kulit seperti kulit menjadi kering dan elastisitasnya
berkurang. (Nugroho, 2000).

C. OsteoArthritis / Rematik
1. Definisi

Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi yang paling sering dan merupakan salah
satu penyebab nyeri, disabilitas, dan kerugian ekonomi dalam populasi
17
(Donald,et al., 2010). Kata “osteoartritis” sendiri berasal dari Yunani dimana
“osteo” yang berarti tulang, “arthro” yang berarti sendi, dan “itis” yang berarti
inflamasi, walaupun sebenarnya inflamasi pada osteoartritis tidak begitu
mencolok seperti yang ada pada remathoid dan autoimun arthritis (Arya,et al.,
2013).

2. Etiologi
Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun
beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :

a. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah
yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang
pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
b. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoarthritis. kurang lebih sama
pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih
banyak pada wanita dari pada pria .
c. Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis misal, pada ibu
dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal
terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan
anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari
pada ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.

d. Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat


perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha
lebih jarang diantara orang- orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia.
Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang – orang Amerika asli dari pada
orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup
maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.

e. Kegemukan.

18
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan
ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung
beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).

3. Tanda dan gejala


a. Riwayat penyakit

1) Nyeri

- Nyeri pada awal gerakan

- Nyeri selama bergerak

- Nyeri yang menetap atau nyeri nocturnal

- Membutuhkan analgesic

2) Hilangnya fungsi

- Kekakuan (stiffness)

- Keterbatasan gerakan

- Penurunan aktivitas sehari- hari

- Kebutuhan akan alat bantu ortopedi

b. Pemeriksaan Fisik
1) Hambatan gerak

Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada OA yang masih dini
(secara radiologis). Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya
penyakit, sampai sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur.
Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh gerakan) maupun eksentris
(salah satu arah gerakan saja) (Sudoyo, 2014).

2) Krepitasi

Gejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klinis OA lutut. Pada awalnya
hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh
pasien atau dokter yang memeriksa. Dengan bertambah beratnya
penyakit, krepitasi dapat terdengar sampai jara tertentu. Gejala ini
mungkin timbul karena gesekan kedua permukaan tulang sendi pada saat
19
sendi digerakkan secara aktif maupun secara pasif (Sudoyo, 2014).

3) Pembengkakan sendi yang seringkali asimetris Pembengkakan sendi pada


OA dapat timbul karena efusi pada sendi yang biasanya tak banyak (<100
cc). Sebab lain ialah karena adanya osteofit, yang dapat mengubah
permukaan sendi (Sudoyo, 2014).
4) Tanda- tanda peradangan
Tanda- tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan
gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan) mungkin dijumpai
pada OA karena adanya sinovitis. Biasanya tanda- tanda ini tak menonjol
dan timbul belakangan, seringkali dijumpai di lutut, pergelangan kaki dan
sendi- sendi kecil tangan dan kaki (Sudoyo, 2014).Perubahan bentuk
(deformitas) sendi yang permanen. Perubahan ini dapat timbul karena
kontraktur sendi yang lama, perubahan permukaan sendi, berbagai
kecacatan dan gaya berdiri dan perubahan pada tulang dan permukaan
sendi (Sudoyo, 2014).
5) Perubahan gaya berjalan
Keadaan ini hampir selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi
tumpuan berat badan.Terutama dijumpai pada OA lutut, sendi paha, dan
OA tulang belakang dengan stenosis spinal. Pada sendi- sendi lain, seperti
tangan bahu, siku, dan pergelangan tangan, osteoarthritis juga
menimbulkan gangguan fungsi (Sudoyo, 2014). pada sendi yang biasanya
tak banyak (<100 cc). Sebab lain ialah karena adanya osteofit, yang
dapat mengubah permukaan sendi.(Sudoyo,2014).

4. Klasifikasi
Berdasarkan patogenesisnya, osteoarthritis di bedakan menjadi dua yaitu
Osteoatritis primer dan sekunder.

a. Osteoatritis Primer di sebut juga osteoatritis idiopatik dimana kasusnya


tidak diketahui dan tidak ada hubungan nya dengan penyakit sistemik
maupun perubahan lokal pada sendi.
b. Osteoatritis sekunder adalah osteoatritis yang didasari oleh kelainan
endokrin, inflamasi, metabolic, jejas makro dan mikro serta imobilisasi
terlalu lama.

20
5. Pathway

Patofisiologi osteoarthritis meliputi kombinasi dari proses mekanik, seluler, dan


biomekanik dimana interaksi dari proses tersebut menyebabkan perubahan
komposisi dan sifat mekanik dari tulang rawan sendi (Arya,et al., 2013).

Tulang rawan terdiri dari air, kolagen, dan proteoglikan. Semakin bertambahnya
usia seseorang, kandungan air di dalam tulang rawannya akan semakin berkurang
sebagai akibat dari berkurangnya kandungan proteoglikan, sehingga menyebabkan
tulang rawan menjadi kurang lentur. Tanpa adanya efek proteksi dari
proteoglikan, serabut kolagen tulang rawan dapat menjadi rentan terhadap
degradasi sehingga dapat memperburuk degenerasi. Peradangan di sekitar kapsul
sendi juga dapat terjadi melalui proses yang lebih ringan dibandingkan dengan
peradangan yang terjadi pada remathoid arthritis.
Reactive Oxygen Species (ROS) merupakan molekul reaktif kimia yang
mengandung oksigen. Dalam konteks biologi, ROS terbentuk sebagai produk
sampingan alami dari metabolisme normal oksigen dan memiliki peran penting
dalam pemberian sinyal pada sel dan homeostasis. Secara tidak langsung ROS
telah terlibat dalam mempromosikan apoptosis dari kondrosit, proses katabolik
dan kerusakan matrix. Jadi, dua peristiwa patogen penting yang merupakan
karakteristik OA kondrosit, yaitu penuaan dini dan apoptosis merupakan hasil dari
NO dan cedera oksidatif lainnya (Afonso, 2007).

21
22
6.

23
Penatalaksanaan Medis
a. Medikamentosa
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis,
oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan

24
untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak
mampuan. Obat- obat anti inflamasinon steroid (OAINS) bekerja sebagai
analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki
atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
b. Analgesic yang dapat dipakai adalah asetaminofen dosis 2,6- 4,9 g/hari atau
profoksifen HCL. Asam salisilat juga cukup efektif namun perhatikan efek
samping pada saluran cerna dan ginjal.
c. Jika tidak berpengaruh, atau tidak dapat peradangan maka OAINS seperti
fenofrofin, piroksikam,ibuprofen dapat digunakan. Dosis untuk osteoarthritis
biasanya ½-1/3 dosis penuh untuk arthritis rematoid. Karena pemakaian
biasanya untuk jangka panjang, efek samping utama adalahganggauan mukosa
lambung dan gangguan faal ginjal.
d. Injeksi cortisone.
Dokter akan menyuntikkan cortocosteroid pada engsel yang mempu
mengurangi nyeri/ngilu.
e. Suplementasi-visco.
Tindakan ini berupa injeksi turunan asam hyluronik yang akan mengurangi
nyeri pada pangkal tulang. Tindakan ini hanya dilakukan jika osteoarhtritis
pada lutut.
f. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang
kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga
perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kaki yang tertekuk
(pronation).
g. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus
menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan
seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
h. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang
menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien
ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain
turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk
memakai alat-alat pembantu karena faktor- faktor psikologis.
25
i. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi
pemakaian panas dan dingin dan program latihan yang tepat. Pemakaian panas
yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan
kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat
gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat
dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi
paraffin dan mandi dari pancuran panas. Program latihan bertujuan untuk
memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada
sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometrik lebih baik dari pada isotonik
karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang
timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi
oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang peran
penting terhadap perlindungan
j. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan
sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan
yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau
ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang
rawan sendi, pebersihan osteofit.
1) Penggantian engsel (artroplasti).
Engsel yang rusak akan diangkat dan diganti dengan alat yang terbuat dari
plastik atau metal yang disebut prostesis.
2) Pembersihan sambungan (debridemen).
Dokter bedah tulang akan mengangkat serpihan tulang rawan yang rusak
dan mengganggu pergerakan yang menyebabkan nyeri saat tulang bergerak
k. Terapi konservatif
Mencakup penggunaan kompres hangat, penurunan berat badan, upaya untuk
menhistirahatkan sendi serta menghindari penggunaan sendi yang berlebihan
pemakaian alat-alat ortotail. Untuk menyangga sendi yang mengalami
inflamasi ( bidai penopang) dan latihan isometric serta postural. Terapi
okupasioanl dan fisioterapi dapat membantu pasien untuk mengadopsi strategi
penangan mandiri

7. Pemeriksaan Penunjang
26
1. Laboratorium
2. Foto rontgen
3. Pemeriksaan cairan sendi

D. Rencana Asuhan Keperawatan Pasien dengan Osteoatrithis


1. Pemeriksaan fisik :
a. Lakukan penekanan pada tulang punggung terdapat nyeri tekan atau nyeri
pergerakan.
b. Periksa mobilitas pasien
c. Amati posisi pasien yang nampak membungkuk
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosis keperawatan untuk klien
osteoartritis sebagai berikut :
a. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan proses penyakit.
b. Gangguan konsep diri : perubahan citra tubuh dan harga diri yang
berhubungan dengan proses penyakit.
c. Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot.
d. Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang
osteoartritis.
e. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoartritis dan program terapi.
27
3. Intervensi

Intervensi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan diagnosis yang ditemukan,


meliputi :

a. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan proses penyakit

Intervensi :

1) Gunakan matras dengan tempat tidur papan untuk membantu memperbaiki


posisi tulang belakang.

2) Bantu pasien menggunakan alat bantu walker atau tongkat.

3) Bantu dan anjarkan latihan ROM setiap 4 jam untuk meningkatkan fungsi
persendian dan mencegah kontraktur.

4) Anjurkan menggunakan brace punggung atau korset, pasien perlu dilatih


menggunakannya dan jelas tujuannya.

5) Kolaborasi dalam pemberian analgetik, ekstrogen, kalsium, dan vitamin D.

6) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam program diet tinggi kalsium serta vitamin
C dan D.

7) Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam memantau kadar kalsium.


b. Gangguan konsep diri : perubahan citra tubuh dan harga diri yang berhubungan
dengan proses penyakit Intervensi :
1) Bantu pasien mengekspresikan perasaan dan dengarkan dengan penuh
perhatian. Perhatian sungguh-sungguh dapat meyakinkan pasien bahwa
perawat bersedia membantu mengatasi masalahnya dan akan tercipta
hubungan yang harmonis sehingga timbul koordinasi.
2) Klasifikasi jika terjadi kesalahpahaman tentang proses penyakit dan
pengobatan yang telah diberikan. Klasifikasi ini dapat meningkatkan
koordinasi pasien selama perawatan.
3) Bantu pasien mengidentifikasi pengalaman masa lalu yang menimbulkan
kesuksesan atau kebanggan saat itu. Ini dapat membantu upaya mengenal
diri kembali.
4) Identifikasi bersama pasien tentang alternative pemecahan masalah yang
positif. Hal ini akan mengembalikan rasa percaya diri. Bantu untuk
meningkatkan komunikasi dengan keluarga dan teman.

28
c. Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot Intervensi :
1) Anjurkan istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring.
2) Atur posisi lutut fleksi, meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot.
3) Kompres hangat intermiten dan pijat pungung dapat memperbaiki otot.
4) Anjurkan posisi tubuh yang baik dan ajarkan mekanika tubuh.
5) Gunakan korset atau brace punggung, saat pasien turun dari tempat tidur.
6) Kolaborasi dalam pemberian analgesik untuk mengurangi rasa nyeri

d. Resiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang osteoartritis.


Intervensi :

1) Anjurkan untuk melakukan aktivitas fisik untuk memperkuat otot,


mencegah atrofi, dan memperlambat demineralisasi tulang progresif.

2) Latihan isometrik dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh.

3) Anjurkan pasien untuk berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur
tubuh yang baik.

4) Hindari aktivitas membungkuk mendadak, melengok, dan mengangkat


beban lama.

5) Lakukan aktivitas di luar ruangan dan dibawah sinar matahari untuk


memperbaiki kemampuan tubuh menghasilkan vitamin D.

e. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoartritis dan program terapi

1) Jelaskan pentingnya diet yang tepat, latihan, dan aktivitas fisik yang
sesuai, serta istirahat yang cukup.

2) Jelaskan penggunaan obat serta efek samping obat yang diberikan secara
detail.

3) Jelaskan pentingnya lingkungan yang aman. Misalnya, lantai tidak licin.

4) Anjurkan mengurangi kafein, alcohol, dan merokok.

5) Jelaskan pentingnya perawatan lanjutan.

4. Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan :

29
a) Aktivitas dan mobilitas fisik terpenuhi
1) Melakukan ROM secara teratur
2) Menggunakan alat bantu saat aktivitas
3) Menggunakan brace / korset saat aktivitas
b) Koping pasien positif
1) Mengekspresikan perasaan
2) Memilih alternatif pemecah masalah
3) Meningkatkan komunikasi
c) Mendapatkan peredaan nyeri
1) Mengalami redanya nyeri saat beristirahat
2) Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktivitas kehidupan sehari-
hari
3) Menunjukkan berkurangnya nyeri tekan pada tempat fraktur
d) Tidak terjadi cedera
1. Tidak mengalami fraktur baru
2. Mempertahankan postur yang bagus
3. Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D
4. Rajin menjalankan latihan pembedahan berat badan (berjalan-jalan setiap
hari)
5. Istirahat dengan berbaring beberapa kali sehari
6. Berpartisipasi dalam aktivitas di luar rumah
7. Menciptakan lingkungan rumah yang aman
8. Menerima bantuan dan supervisi sesuai kebutuhan.
9. Mendapatkan pengetahuan mengenai oesteoartritis.dan program
penanganannya.
10. Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadap massa tulang
11. Mengkonsumsi kalsium diet dalam jumlah yang mencukupi
12. Meningkatkan tingkat latihan
13. Gunakan terapi hormon yang diresepkan

30
DAFTAR PUSTAKA

Hertman. Heather ( 2009 – 2011 ), Diagnosa Keperawatan dan Klasifikasi


( NANDA ). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

Kurnia, Syamsudin, 2010. “Osteoarthritis Diagnosis, Penananganan dan


Perawatan di Rumah”. Yogyakarta : Fitramaya.

Maryam.S, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:


Salemba Medika
Millar, L. (2012).Program Olahraga Arthritis. Klaten: Intan Sejati.

Moeleak, A. Faried ;Menuju Indonesia Sehat 2010, Depkes RI : Jakarta

Suprajitno ( 2004 ). Asuhan Keperawatan Keluarga, EGC : Jakarta

Willkison. M, Judith ( 2002 ), Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan


Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Edisi 7. Jakarta

Watson Roger ( 2002 ), Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawat. Edisi 10, Jakarta ;
EGC

Yatim, Faisal. 2006. “Penyakit Tulang dan Persendian”. Jakarta: Pustaka Populer
Obor.

Hadi, Kumboyono, Yulian. ( 2014) .Pengaruh Kompres Hangat Rebusan Jahe


Terhadap Tingkat Nyeri Subakut dan Kronis Pada Lanjut Usia Dengan
Osteoarthritis Lutut Di Puskesmas Arjuna Kecamatan Klojen Malang
Jawa Timur. Volume 1 Nomor 1. Jakarta :FKUI.

31
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
(STIKes PERTAMEDIKA)

Jl. Bintaro Raya No. 10, Tanah Kusir – Kebayoran Lama Utara – Jakarta Selatan 12240
Telp. (021) 7234122, 7207184, Fax. (021) 7234126
Website : www.stikes-pertamedika.ac.id
Email : stikes pertamedika@gmail.com

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK


Nama Mahasiswa : Dwi Lilik Suryani
NIM : 21220113
Tanggal Pengkajian : 21 Mei 2021
Ruangan : Rumah
Diagnosa Medis : Osteoarthritis

I. Identitas
A. Nama : Ny. N
B. Umur : 61 th
C. Alamat : Kp.Priyang Rt 02/Rw 03 Pondok Jagung Serpong
D. Pendidikan : SD
E. Tanggal masuk panti : -
F. Jenis kelamin : Perempuan
G. Suku : Jawa
H. Agama : Islam
I. Status perkawinan : Menikah
II. Status kesehatan saat ini
a. Ny. N mengatakan lutut kaki sebelah kanan terasa nyeri sejak 3 tahun pasca
jatuh
b. Ny. N mengatakan nyeri dirasakan nyeri bila ditekuk dan banyak melakukan
aktivitas dengan pengkajian (P): Nyeri dirasakan pada lutut kaki sebelah kanan
(Q) : Nyeri seperti berdenyut. (R) : Nyeri menjalar sampai kekaki kiri bawah
sampai ke tungkai kaki (S) : Skala nyeri 6 .(T) : Nyeri hilang timbul ( saat ini
klien tampak kesakitan)
c. Ny. N mengatakan bila bangun dari duduk di bantu atau berpegangan benda
disekitar.

32
III. Riwayat kesehatan masa lalu
a. Penyakit : Tidak pernah dirawat di rumah sakit, Ny. N riwayat jatuh 3 tahun
yang lalu
b. Alergi : Ny. N mengatakan tidak ada alergi obat maupun makanan
c. Kebiasaan : Ny. N rutin minum obat
IV. Riwayat kesehatan keluarga
Ny.N mengatakan didalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit seperti
ini.
Genogram

Keterangan :

: Laki – Laki : Tinggal satu rumah


: Perempuan : klien
X : Meninggal : klien : ikatan perkawinan

V. Pengkajian persistem (jelaskan kondisi klien lanjut usia sesuai system dibawah
meliputi pernyataan, hasil pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya)
a. Keadaan umum
1) Tingkat kesadaran : Composmentis
2) GCS : E 4 V 5 M 6 = 15
3) TTV :TD : 130/70 mmHg, N: 82x/menit, RR:
18x/menit, S: 36² ºC
4) BB/TB : 75 kg/ 160 cm
5) Bagaimana postur tulang belakang lansia :
 Tegap
 Bungkuk
 Kifosis
 Skoliosis
33
 Lordosis
6) Keluhan :

a. Ny. N mengatakan lutut kaki sebelah kanan terasa nyeri sejak 3 tahun
pasca jatuh

b. Ny. N mengatakan nyeri dirasakan bila ditekuk dan banyak melakukan


aktivitas dengan pengkajian (P): Nyeri dirasakan pada lutut kaki sebelah
kanan (Q) : Nyeri seperti berdenyut. (R) : Nyeri menjalar sampai kekaki
kiri bawah sampai ke tungkai kaki (S) : Skala nyeri 6 .(T) : Nyeri hilang
timbul ( saat ini klien tampak kesakitan)

c. Ny. N mengatakan berpegangan benda disekitar bila mau berdiri.


b. Indeks massa tubuh
1) BMI : BB(kg) 75 = 75 = 29,3
(TB(m) Χ TB(m)) 1,60 x 1,60 2,56
Klasifikasi nilai:
Kurang : <18,5
Normal : 18,5 – 24,9
Berlebih : 25 – 29,9
Obesitas : > 30
c. Head to toe
1) Kepala
a) Kebersihan : kotor/bersih
b) Kerontokan rambut : ya/tidak
c) Keluhan : ya/tidak
d) Jika ya, jelaskan : Tidak ada
2) Mata
a) Konjungtiva : anemis/tidak
b) Sklera : ikterik/tidak
c) Stabismus : ya/tidak
d) Penglihatan : kabur/tidak
e) Peradangan : ya/tidak
f) Katarak : ya/tidak
g) Penggunaan kacamata : ya/tidak

34
h) Keluhan : ya/tidak
i) Jika ya, jelaskan : Tidak ada
3) Hidung
a) Bentuk hidung : simetris/tidak
b) Peradangan : ya/tidak
c) Penciuman : terganggu/tidak
d) Keluhan : ya/tidak
e) Jika ya, jelaskan :Tidak ada
4) Mulut, tenggorokan
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Mukosa : Kering/ lembab
c) Peradangan : ya/tidak
d) Gigi : palsu/tidak
e) Radang gusi : ya/tidak
f) Kesulitan mengunyah : Ya/tidak
g) Keluhan lain : ya/tidak
h) Jika ya, jelaskan : Tidak ada
5) Telinga
a) Kebersihan : Bersih/tidak
b) Peradangan : ya/tidak
c) Pendengaran : terganggu/tidak
d) Jika ya, jelaskan : Tidak ada
6) Leher
a) Pembesaran kelenjar tyroid : baik/tidak
b) JVD (jugularis Vena Distensi: ya/tidak
c) Kaku kuduk : ya/tidak
d) Keluhan : ya/tidak
e) Jika ya, jelaskan : ya/tidak
7) Dada
a) Bentuk dada : normal chest/ barrel chest/ pigeon chest
b) Payudara : ya/tidak
c) Retraksi dinding dada : ya/tidak
d) Suara nafas : Vesikuler/tidak

35
e) Wheezing : ya/tidak
f) Ronchi : ya/tidak
g) Suara jantung tambahan : ada/tidak
h) Keluhan : ya/tidak
i) Jika ya, jelaskan : Tidak ada
8) Abdomen
a) Bentuk : distended/flat/lainnya
b) Nyeri tekan : ya/tidak
c) Kembung : ya/tidak
d) Supel : ya/tidak
e) Bising usus : Ada/tidak,frekuensi : 20 x/menit
f) Massa : ya/tidak, regio
g) Keluhan : ya/tidak
h) Jika ya, jelaskan : Tidak ada
9) Genetalia
a) Kebersihan : Baik/tidak
b) Frekuensi BAK : 5-6x/hari
c) Frekuensi BAB : 1x/hari
d) Haemoroid : ya/tidak
e) Hernia : ya/tidak
f) Keluhan : ya/tidak
g) Jika ya, jelaskan : Tidak ada
10) Ekstremitas
a) Kekuatan otot (skala 1-5):
5555 5555
5555 5555
Ket :
0 = lumpuh
1 = ada kontraksi
2 = melawan gravitasi dengan sokongan
3 = melawan gravitasi tetapi tidak ada tahanan
4 = melawan gravitasi dengan tahanan sedikit
5 = melawan gravitasi dengan kekuatan penuh

36
b) Rentang gerak : Tidak optimal
c) Deformitas : ya/tidak
d) Tremor : ya/tidak
e) Edema : ya/tidak , pitting edema/ tidak
f) Penggunaan alat bantu: ya/tidak, jenis -
g) Nyeri persendian: Nyeri pada lutut kaki sebelah kanan
h) Paralysis : ya/tidak
i) CRT : < 2 detik
j) Keluhan : ya/tidak
k) Jika ya, jelaskan : Nyeri lutut kaki sebelah kanan ketika ditekuk dan
banyak melakukan aktifitas,nyeri seperti berdenyut ,nyeri skala 6 nyeri
hilang timbul
11) Integumen
a) Kebersihan : Baik/tidak
b) Warna : pucat/tidak
c) Kelembapan : kering/Lembab
d) Lesi/luka : ya/tidak
e) Perubahan tekstur : ya/tidak
f) Gangguan pada kulit : ya/tidak
g) Keluhan : ya/tidak
h) Jika ya, jelaskan : Tidak ada
12) Pemeriksaan penunjang
Laboratorium Tgl 23 Mei 2021
a) GDS : 114 mg/dl
b) Asam Urat : 3,0 mg/dL
c) Kolesterol : 189 mg/dl
Radiologi Tgl 12 April 2018
Rontgen Genu Dextra Kesan : OA Genu Dextra

37
VI. Pola aktifitas sehari – hari
Ny. N mengatakan bangun tidur jam 05.00 WIB, setelah itu klien mandi dan shalat
subuh, Selanjutnya klien menyapu, mencuci , mengepel dan memasak. Masih bisa
aktivitas sehari – hari mengikuti pengajian rutin 2 x dalam 1 minggu. Ny.N
mengatakan sehari- hari mengurus rumah di bantu anak dan suaminya .
VII. Pengkajian psikososial dan spiritual
a. Psikososial (kemampuan sosialisasi klien saat ini, sikap klien terhadap orang
lain, harapan klien dalam berhubungan dan kepuasan klien dalam membina
hubungan)
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Hubungan dengan orang lain dalam rumah :
1) Tidak dikenal
2) Sebatas kenal
3) Mampu berinteraksi
4) Mampu kerjasama

Hubungan dengan orang lain diluar rumah :

1) Tidak dikenal
2) Sebatas kenal
3) Mampu berinteraksi
4) Mampu kerjasama

Kebiasaan lansia berinteraksi dengan sesama lansia disekitar tempat tinggal

1) Selalu
2) Sering
3) Jarang
4) Tidak pernah

Stabilitas emosi

1) Labil
2) Stabil
3) Iritabel
4) Datar

38
Jelaskan : -

b. Identifikasi masalah emosional meliputi peryataan :


Pertanyaan tahap satu :
 Apakah klien mengalami sulit tidur ? TIDAK
 Apakah klien sering gelisah ? TIDAK
 Apakah klien sering murung dan menangis sendiri ? TIDAK
 Apakah klien sering was – was atau khawatir ? TIDAK
(lanjut kepertanyaan tahap dua apabila kilen menjawab “ya” satu atau lebih dari
satu)
Pertanyaan tahap dua
 Keluhan lebih dari tiga bulan atau lebih dari satu kali dalam sebulan ?
TIDAK
 Ada banyak masalah atau pikiran ? TIDAK
 Ada masalah dengan keluarga ? TIDAK
 Menggunakan obat tidur atau obat penenang atas anjuran dokter ? TIDAK
 Cenderung mengurung diri ? TIDAK
Bila lebih atau sama dengan satu jawaban “ya”
MASALAH EMOSIONAL POSITIF
c. Spiritual
Agama islam, Kegiatan keagamaan: mengikuti acara pengajian rutin 2 kali
dalam 1 minggu, Ny. N memahami semua orang akan meninggal oleh karena itu
klien melakukan ibadah rutin di usia yang sudah tua
VIII. Pengkajian status fungsional klien
KATZ INDEKS:
Termasuk kategori yang manakah klien :
A. Mandiri dalam hal makan, kontinen dalam BAB/BAK, menggunakan pakaian,
pergi ke toiet, berpindah dan mandi
B. Mandiri, semuanya kecuali salah satu dari fungsi atas
C. Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain
D. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi yang lain
E. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian ke toilet dan satu fungsi yang lain
F. Mandiri, kecuali mandiri berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang
lain

39
G. Ketergantungan untuk semua fungsi diatas
H. Lain – lain

Keterangan : berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain
karena terdapat salah satu fungsi dibantu seseorang.

KATZ Indeks : A

Modifikasi dari Barthel Indeks

Termasuk yang manakah klien ? (lingkari)

NO KRITERIA DENGAN MANDIRI KETERANGAN


BANTUAN
1. Makan 10 Frekuensi: 3x1
5 Jumlah: 1 porsi habis
Jenis: nasi lauk pauk
2. Minum 10 Frekuensi: ±8 gelas/ hari
5 Jumlah: 1600 cc
Jenis: air mineral
3. Berpindah dari kursi 10 Klien mampu untuk
roda ketempat tidur, 5 – 10 berpindah secara mandiri
sebaliknya
4. Personal toilet (cuci 5 Frekuensi: 2x/hari
muka, menyisir 0
rambut, gosok gigi)
5. Keluar masuk toilet 10 Klien mampu personal
(mencuci pakaian, hygiene secara mandiri
5
menyeka tubuh dan
menyiram)
6. Mandi 15 Frekuensi: 2x1 (pagi dan
5
sore)
7. Jalan dipermukaan 5 Klien mampu berjalan di
0
datar permukaan datar
8. Naik turun tangga 5 Kien masih mampu naik
10
tangga
9. Mengenakan pakaian 10 Klien mampu
5 mengenakan pakaian
secara mandiri

40
10. Kontrol bowel 10 Frekuensi 1x/hari
5
(BAB) Konsistensi: lembek
11. Kontrol bladder 10 Frekuensi: ±4-5x/hari
5
(BAK) Warna: kuning jernih
12. Olahraga / Latihan 10 Frekuensi:-
5

13. Rekreasi/pemanfaata 10 Jenis: jalan- jalan


5
n waktu luang Frekuensi: jarang sekali

Keterangan : Nilai 120

a. 130 : Mandiri
b. 65 – 129 : Ketergantungan sebagian
c. < 65 : Total care

IX. Pengkajian status mentas gerontik


Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Short Portable
Mental Status Questioner (SPMSQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1 – 10 pada daftar ini dan catat semua jawaban
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan

BENAR SALAH NO PERTANYAAN


√ 1. Tanggal berapa hari ini ? 23 Mei 2021
√ 2. Hari apa sekarang? Minggu
√ 3. Apa nama tempat ini ? RUMAH
√ 4. Dimana alamat anda? Priyang
√ 5. Berapa umur anda? 61
√ 6. Kapan anda lahir? 1962
Siapa presiden Indonesia sekarang?
√ 7.
JOKOWI
Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ 8.
SBY
√ 9. Siapa nama ibu anda? NY .N
Kurangi 3 dari 20 dan pengurangan 3 dari
√ 10. setiap angka baru, semua secara menurun
17, 13, 11
Jumlah Jumlah
7 3

41
Score = 3

Interprestasi:

a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh


b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat

Identifikasi aspek koognitif dari fungsi mental dangan menggunakan MMSE (Mini Mental
Status Exam)

o Orientasi
o Registrasi
o Perhatian
o Kalkulasi
o Mengingat kembali
o Bahasa

NO ASPEK NILAI NILAI KRITERIA


KOGNITI MAKSIMAL KLIEN
F
1. Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :
(sekarang)  Tahun : 2021
 Musim : Panas
 Tanggal : 23
 Hari : Minggu
 Bulan : Mei

Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang berada?


(sekarang  Negara : Indonesia
ada dimana)  Provinsi : Banten
 Kota : Banten

42
2. Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 benda (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk
mengatakan masing – masing
benda. Masing – masing benda
mendapatkan nilai1
 Kursi √
 Meja √
 Kertas √
Kemudian tanyakan kepada
klien ketiga tadi (untuk
disebutkan)
* Ny. N mampu menyebutkan
kembali obyek yang di
perintahkan
3. Perhatian 5 2 Minta klien untuk memulai
dan dari angka 100 kemudian
kalkulasi dikurangi 7 sampai 5
kali/tingkat (nilai 1 untuk
jawaban benar, hentikan
setelah 5 jawaban)
93,86,79,72,65
 93 √
 86 √
 79
 72
 65
* Ny. N tidak dapat
menghitung semua pertanyaan
semuanya.
4. Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulang
kembali ketiga benda pada No.
(Recall) (registrasi) tadi. Bila benar, 1
point untuk masing – masing

43
benda
 Kursi √
 Meja √
 Kertas √
* Ny.N mampu mengulang
obyek yang disebutkan
5. Bahasa 9 9 Tunjukan pada klien suatu
benda dan tanyakan namanya
pada klien
 (misal jam tangan)
 (misal pensil)
Minta klien untuk mengulang
kata berikut :
 “tanpa kalau dan atau
tetapi”. 0
bila benar, nilai satu point
minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri
dari 3 langkah: Ambil kertas
ditangan anda, lipat dua dan
taruh dilantai.
 Ambil kertas ditangan
kanan √
 Lipat dua √
 Taruh dilantai √

Perintah pada klien untuk hal


berikut (bila aktifitas sesuai
dengan perintah nilai 1 point
 Pejamkan mata anda. 0

Perintahkan pada klien untuk


menulis satu kalimat secara
spontan

44
 Tulis satu kalimat √
Responden diminta menyalin
gambar
 Menyalin gambar √

 Ny. N bisa menyebutkan


benda yang ditunjuk
pemeriksa. Selain itu, Ny.
N bisa mengambil kertas,
melipat jadi dua, dan
menaruh di bawah sesuai
perintah. Ny. N dapat
menulis satu kalimat.

Total Nilai 27
Total : 27
Interprestasi hasil:

Jumlah total klien dan masukan kedalam kategori berikut ini:

24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif

18 – 23 : Gangguan kognitif sedang

0 – 17 : Gangguan kognitif berat

Morse Fall Scale

No Pengkajian Skala Nilai Ket


1. Riwayat jatuh apakah lansia Tidak 0 0 Tidak ada
pernah jatuh dalam 3 bulan Ya Riwayat jatuh
25
terakhir?
3. Diagnosa sekunder : apakah lansia Tidak 0 0 Klien tidak
memiliki lebih dari satu penyakit? Ya mempunyai
25
penyakit lain

45
5. Alat bantu jalan : 30 Klien bila
0
 Bedrest/dibantu perawat bangun dari
 Kruk/tongkat/walker 15
duduk
 Berpegangan pada benda –
berpegangan
benda disekitar (kursi, lemari,
30
kursi atau
meja
tembok
8. Terapi intravena : apakah saat ini Tidak 0 0 Klien tidak
lansia terpasang infus? Ya 20 terpasang infus
10. Gaya berjalan/cara berpindah : 20 Klien bila
 Normal/bedrest/immobile berjalan kadang
0
(tidak dapat bergerak sendiri) pincang di awal
bangun dari
 Lemah (lemah tidak bertenaga) 10
 Gangguan/tidak normal duduk
(pincang/diseret)

20

13. Status mental 0 Klien masih


 Lansia menyadari kondisi 0 menyadari
dirinya kondisi dirinya
 Lansia mengalami keterbatasan
15
daya ingat
Total Nilai 50

Keterangan :

Tingkat Resiko Nilai MFS Tindakan


Tidak Resiko 0 – 24 Perawatan dasar
Resiko Rendah 25 – 30 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar
Resiko Tinggi >31 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh
resiko tinggi

46
1. DATA FOKUS
Data Subyektif Data Obyektif
1. Ny. N mengatakan nyeri pada lutut kaki Tingkat kesadaran : Composmentis
sebelah kanan sejak 3 tahun yang lalu GCS : E 4 V 5 M 6 = 15
setelah jatuh. TTV :
2. Ny. N mengatakan nyeri bertambah TD : 130/70 mmHg
dirasakan nyeri bila ditekuk dan banyak N: 82 x/menit
melakukan aktivitas dengan pengkajian RR: 18x/menit
(P): Nyeri dirasakan pada lutut kaki S: 36² ºC
sebelah kanan (Q) : Nyeri seperti BB/TB : 75 kg / 160 cm,
berdenyut-denyut . (R) : Nyeri menjalar BMI : 29,3 ( Berlebih )
sampai kekaki kiri bawah sampai ke Rontgen genu kesan : OA Genu
tungkai kaki (S) : Skala nyeri 6 .(T) : Dextra
Nyeri hilang timbul ( saat ini klien GDS : 114 mg/dl
tampak kesakitan)
Asam Urat : 3,0 mg/dL
3. Klien mengatakan riwayat jatuh 3 tahun
yang lalu Kolesterol : 189 mg/dl
4. Klien mengatakan berhati- hati dalam
Katz Indeks : Kategori A
berjalan
Barthel Indeks : 120 (
5. Klien mengatakan bila bangun dari
( Ketergantungan sebagian)
duduk di bantu atau berpegangan
SPMSQ: 3 (Fungsi Intelektual utuh)
benda sekitar
MFS : 50 : Pelaksanaan intervensi
pencegahan jatuh resiko tinggi
Skala nyeri Sedang 6 (0-10)
Ekspresi wajah klien tampak meringis

Kekuatan otot :
5555 5555
5555 5555
Klien tampak berpegangan benda di
sekitar jika berdiri
2. ANALISA DATA

47
No Data Masalah Etiologi
1 DS: Nyeri kronis Agen pencedera biologis
Ny. N mengatakan (inflamasi )
nyeri pada lutut kaki
sebelah kanan sejak 3 Pelepasan mediator nyeri
tahun yang lalu setelah
jatuh, nyeri bertambah Mengenai ujung syaraf
saat di tekuk dan nyeri
banyak melakukan
aktivitas nyeri

DO:
- TD : 130/70 mmHg
- N: 82x/menit
- RR: 18x/menit
- S: 36² ºC
- P: nyeri dirasakan
pada lutut kaki
sebelah kanan
-Q:nyeri dirasakan
berdenyut - denyut
- R: hilang timbul
- S : Skala nyeri sedang
6 (0-10)
-T: Nyeri dirasakan
saat ditekuk dan
melakukan banyak
aktivitas
- Ekspresi Wajah klien
tampak meringis

2 DS : Gangguan mobilitas fiisik Deformitas skeletal


Ny. N mengatakan lutut
kanan sakit bila saat di Sulit bergerak

48
tekuk dan banyak
melakukan aktivitas Gangguan mobilitas fisik
DO:
-TD : 130/70 mmHg
- N: 82x/menit
- RR: 18x/menit
- S: 36² ºC
- Ny. N bila bangun
dari duduk tampak
berpegangan benda
disekitar
- MFS : 50 ( Resiko
Tinggi)
- Katz Indeks : A
- Barthel Indeks : 120
-Kekuatan otot :
5555 5555
5555 5555

3 Resiko cedera Perubahan fungsi tulang


DS:
1. Ny. N mengatakan Perubahan fungsi sendi
bila bila bangun dari
duduk kadang di Sulit bergerak
bantu atau kadang
berpegangan benda Resiko jatuh
sekitar
2. Ny. N mengatakan
riwayat jatuh 3 tahun
yang lalu

DO:

49
MFS : 50 (Resiko
Tinggi)
Kekuatan otot :
5555 5555
5555 5555
- TD : 130/70 mmHg
- N: 82x/menit
- RR: 18x/menit
- S: 36² ºC
-Klien tampak
berpegangan bila
bangun dari duduk

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Sesuai Prioritas)


a. Nyeri kronis berhubungan dengan agen pencedera biologis
( inflamasi ) ( D.0078)
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
( D.0054)
c. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi psikomotor
( D.0136 )

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal Nama


ditemukan teratasi jelas
1 Nyeri kronis berhubungan dengan 21 Mei 2021 23 April Dwi Lilik
2021
agen pencedera biologis ( inflamasi )
( D.0078)
2 21 Mei 2021 Dwi Lilik
Gangguan mobilitas fisik berhubungan
05 Mei 2021
dengan gangguan muskuloskeletal
( D.0054)
3 21 Mei 2021 Dwi Lilik
Resiko cedera berhubungan dengan 05 Mei 2021
penurunan fungsi psikomotor
( D.0136 )

50
5. PERENCANAAN KEPERAWATAN
(Meliputi tindakan keperawatan independen dan interdependen)

Tgl No Diagnosa Tujuan dan Rencana tindakan Paraf &


Keperawatan kriteria hasil nama jelas
(PES)
21/05 1 Nyeri kronis Setelah Observasi : Dwi Lilik
/2021 berhubungan dilakukan 1.Kaji keluhan nyeri
Jam dengan agen tindakan ,catat lokasi,
15.00 pencedera keperawatan karakteristik, durasi,
biologis selama 3x 24 frekuensi, kualitas,
( inflamasi) jam diharapkan intensitas nyeri
( D0078) nyeri berkurang 2. Identifikasi skala
dengan kriteria nyeri
hasil : 3. Identifikasi respon
1. Keluhan nyeri non verbal
nyeri 4. Identifikasi faktor
berkurang. yang memperberat
2. Skala nyeri dan memperingan
menurun. nyeri.
3. Wajah 5. Identifikasi
meringis pengaruh nyeri pada
menurun kualitas hidup
6. Identifikasi
keberhasilan terapi
komplementer yang

51
sudah di berikan
7. Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik

Terapeutik :
1. Berikan tehnik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri (Mis.kompres
hangat air rebusan
jahe atau kompres
parutan jahe)
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri ( suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan )
Fasilitasi istirahat
dan tidur

Edukasi :
1. Jelaskan
penyebab,periode
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
3. Anjurkan monitor
nyeri secara
mandiri.
4. Ajarkan teknik non

52
farmakologi untuk
mengurangi rasa
nyeri.
5. Ajarkan pasien dan
keluarga untuk
kompres hangat
pada area lutut yang
sakit

Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian analgetik
bila perlu
(dexamethasone,
asam mefenamat )

21/05 2 Gangguan Setelah Observasi :


/2021 mobilitas fisik dilakukan 1. Identifikasi adanya
Jam: berhubungan tindakan nyeri atau keluhan
15:00 dengan keperawatn fisik lainya
gangguan selama 3x24 jam 2. Monitor kondisi
muskuloskelet Mobilitas fisik umum selama
al ( D0054 ) meningkat melakukan ambulasi
Kriteria Hasil :
1. Pergerakan Terapeutik :
ekstremitas 1. Fasilitasi aktivitas
cukup denga alat bantu
meningkat (4) (tongkat,kruk)
2. Nyeri menjadi 2. Fasilitasi melakukan
sedang (3) mobilitas fisik,jika
3. Kaku sendi perlu
menurun (4) 3. Libatkan keluarga

53
4. Gerakan untuk membantu
terbatas cukup pasien dalam
menurun (4) meningkatkan
ambulasi

Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
2. Anjurkan
melakukan ambulasi
dini
3. Anjurkan ambulasi
sederhana yang
harus di lakukan
(mis.berjalan dari
tempat tidur ke
kamar mandi,
berjalan sesuai
toleransi)

Setelah
3 Resiko dilakukan Observasi :
cedera tindakan kep 1. Identifikasi area
berhubungan selama 3x24 jam lingkunga yang
dengan diharapkan tidak berpotensi
penurunan terjadi cedera menyebabkan
fungsi dengan kritreria cedera
psikomotor hasil : 2. Identifikasi
( D.0136) 1. Klien berada kesesuaian alas kaki
pada atau stocking elastis
lingkungan pada extremitas
yang aman bawah
2. Tidak terjadi

54
cedera Terapeutik :
( jatuh ) 1. Sediakan
pencahayaan yang
memadai
2. Gunakan lampu
selama jam tidur
3. Diskuskan mengenai
latihan fisik yang di
perlukan
4. Diskusikan
menganai alat bantu
(mis.tongkat alat
bantu jalan)
5. Diskusikan bersama
anggota keluarga
yang dapat
mendampingi pasien

Edukasi :
1. Jelaskan alasan
intervensi
pencegahan jatuh ke
pasien dan keluarga
2. Anjurkan berganti
posisi secara
perlahan dan duduk
selama beberapa
menit sebelum
berdiri.
3. Lakukan modifikasi
lingkungan
modifikasi
lingkungan yang

55
sesuai dengan
kondisi pasien
sangat mendukung
program
penyembuhan

6. PELAKSANAAN KEPERAWATAN ( CATATAN KEPERAWATAN )

Tgl / Tgl/Waktu No Tindakan Keperawatan dan Hasil Paraf &


DX nama jelas
21/05/ 2021 1,2,3 1. Melakukan pengkajian Dwi Lilik
17.00 Hasil : klien kooperatif
1 2. Mengidentifikasi lokasi,karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, skala
nyeri.
Hasil : klien kooperatif menyebutkan
P,Q,R,S,T

3. Mengidentifikasi skala nyeri


Hasil : skala nyeri 6

4. Mengobaervasi vital sign TD : 130/70 mmhg


N : 82 x/menit, S : 36,2˚C, RR :18 x/menit
5. Mengidentifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri
Hasil : nyeri bila saat di tekuk dan banyak
melakukan aktivitas, bila kondisi istirahat
nyeri hilang

6. Memberikan anti inflamasi dan anti nyeri


Hasil : dexamethason 0,5mg dan asam

56
mefenamat 500mg

7. Memonitor kondisi umum selama melakukan


ambulasi
2
Hasil : klien bangun dari duduk berpegangan
kursi

8. Mengevaluasi kondisi klien


Hasil : nyeri berkurang

9. Mengkaji skala nyeri


3 Hasil : skala nyeri 5 (0-10)

10. Mengobservasi vital sign TD : 120/80 mmHg


N : 84x/menit S : 36 ˚C RR : 20 ×/menit

11. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan


fisik lainya
Hasil : tidak ada

12. Mengidentifikasi lingkungan yang berpotensi


menyebabkan resiko jatuh
Hasil : tidak ada lingkungan yg beresiko
membuat klien resiko jatuh

13. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien


dalam meningkatkan aktifitas sehari – hari
Hasil : suami dan anaknya mau membantu
dalam aktifitas sehari-hari
22/05/ 2021 1 1. Mengobservasi TTV Dwi Lilik
Jam 15.00 TD : 120/ 70 mmHg , Nadi : 80 x/menit RR :
20 x/menit S : 36,6˚C
2. Mengkaji skala nyeri
Hasil : ( skala nyeri 5)

3. Menganjurkan ke klien saat berjalan harus


2 memperhatikan lingkungan dan
menginformasikan bila kaki terasa sakit harus

57
istirahat dahulu
Hasil : klien tampak mengerti

4. Libatkan keluarga untuk membantu kegiatan


sehari- hari
Hasil: kelurga tampak membantu klien

3.
5. Bersama dengan keluarga
memodifikasi lingkungan yang aman ( hindari
lantai licin )
Hasil : lingkungan tampak aman

23/05/2021 1 1. Melakukan terapi kompres jahe pada kaki dan Dwi Lilik
Jam 16.00 mengajarkan tehnik relaksasi
Hasil : pasien tampak rileks
2. Mengajarkan pasien untuk berjalan secara
hati – hati menggunakan tongkat jika perlu
Hasil : klien tampak berjalan dengan
memegang kursi
3. Mengkaji skala nyeri
2 Hasil Pasien mengatakan nyeri berkurang
3 ( skala nyeri 3 )
4. Mengidentifikasi toleransi
aktifitas fisik

5. Menganjurkan klien berjalan


memperhatikan lingkungan
6. Bersama dengan keluarga memodifikasi
lingkungan ( lantai tidak licin)
24/05/2021 2 1. Menganjurkan ke klien saat berjalan harus Dwi lilik
Jam 16.00 memperhatikan lingkungan dan
menginformasikan bila kaki terasa sakit harus
istirahat dahulu
2. Libatkan keluarga untuk membantu kegiatan

58
sehari- hari
3. Bersama dengan keluarga memodifikasi
3 lingkungan yang aman ( hindari lantai licin )
25/05/2021 2 1. Memberitahu pasien tentang aktifitas yang Dwi lilik
Jam 16.00 disarankan
2. Memberi Batasan aktifitas kepada pasien
3. Melakukan penkes tentang Osteoarthritis
( pengertian,tanda,gejala,penyebab serta
pencegahan)

3 4. Membantu aktifitas klien

26/05/2021 2 1.Menganjurkan pasien untuk menghindari Dwi lilik


Jam 16.00 latihan fisik yang berat dan mengangkat beban
yang berat.

3 2. Membantu aktifitas klien dengan melibatkan


keluarga
26/05/2021 2. 1. Memberikan informasi tentang bahaya
Jam 16.00 lingkungan dan ciri-cirinya
3. 2. Membantu gaya berjalan klien dan
keseimbangan klien

59
7. EVALUASI KEPERAWATAN

NO Hari/Tgl Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf &


DX /Jam Nama Jelas
1 21/05/21 S : Ny. N mengatakan nyeri pada lutut sebelah Dwi lilik
Jam 20.00 kanan masih ada, nyeri dan kaku dirasa bila
ditekuk dan beraktifitas
O: TTV: TD 120/70 mmHg ,N 78 x/menit, RR

60
18 x/menit
Klien tampak melakukan aktifitas berhati hati
Skala nyeri : 5 ( 0-10), lutut tampak kaku dan
Ekspresi wajah tegang
A : Nyeri kronis belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

2 S : Ny. N mengatakan aktifitas makan dan mandi


masih bisa sendiri
O : Ny. N tampak berpegangan pada tembok
Ny. N tampak melakukan aktifitas berhati hati
A : Gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

3 S : Ny. N mengatakan hati- hati dalam berjalan


O : Ny. N tampak perpegangan saat bbangun dari
duduk
BMI : 29,3 ( Berlebih )
TTV: TD 110/70 mmHg ,N 78 x/menit,
RR 18 x/menit
Ny. N tampak melakukan aktifitas berhati hati
A : Resiko cedera tidak terjadi
P : Lanjutkan intervensi

1 22/05/21 S : Ny. N mengatakan nyeri pada lutut kaki Dwi lilik


Jam 20.00 sebelah kanan berkurang
O : Ny. N tampak tegang, skala nyeri 4 ( 0-10)
A : Nyeri kronis belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

2 S : Ny. N mengatakan aktifitas makan dan mandi


masih bisa sendiri

61
O : Ny. N tampak berpegangan pada tembok
Ny. N tampak melakukan aktifitas berhati hati
A : Gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

3 S : Ny. N mengatakan hati- hati dalam berjalan


O : Ny. N tampak perpegangan saat berjalan
BMI : 29,3 ( Berlebih)
TTV: TD 110/70 mmHg ,N 78 x/menit,
RR 18 x/menit
Klien tampak melakukan aktifitas berhati hati
A: Resiko cedera tidak terjadi
P: Lanjutkan intervensi

9 Dwi lilik

1 23/05/21 S : Ny. S mengatakan nyeri pada lutut kaki sebelah


Jam 20.00 kanan berkurang, kaku sudah tidak lagi setelah
diberi kompres hangat jahe.
O : Ny. S tampak rileks skala nyeri 3 ( 0-10)
A : Nyeri kronis teratasi
P : Pertahankan intervensi

2 S : Ny. N mengatakan aktifitas berjalan sudah


mulai membaik
O : Ny. N tampak berjalan tidak memegang benda
sekitar
Ny. N tampak melakukan aktifitas berhati hati
A : Gangguan mobilitas fisik teratasi
P : Pertahankan intervensi

62
3 S : Ny. N mengatakan hati- hati dalam berjalan
O : Ny. N tampak berjalan mulai membaik,
Jatuh tidak terjadi
A : Resiko cedera tidak terjadi
P : Pertahankan intervensi

63
LAMPIRAN
Pengkajian Ny. N Tgl 21 Mei 2021

64
Hasil GDS, Asam Urat dan Kolesterol Ny. N Tgl 21 Mei 2021

Hasil radiologi Rongent Genu ny.N Tgl 12 April 2018

65
Penkes , Edukasi dan Kompres jahe pada Ny. N dengan Osteoathritis
pada tgl 23 Mei 2021

66
67

Anda mungkin juga menyukai