KOTA TANGERANG
Disusun Oleh :
DWI LILIK SURYANI
21220113
2021/2022
1
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
(STIKes PERTAMEDIKA)
Dwi Lilik Suryani
Program Profesi/Ners S1 Non Reg Keperawatan
A. KONSEP LANSIA
1. Pengertian Menua
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari
satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua
merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara
biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan semakin memburuk, gerakan-gerakan lambat, dan postur tubuh
yang tidak proforsional (Nugroho, 2015).
Lansia adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan
adanya beberapa perubahan dalam hidup. Lanjut usia (lansia) apabila usianya > 65
tahun. Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia (Dewi, 2014).
2
2. Teori-teori Proses Menua
Menurut Padila (2013), Sampai saat ini banyak definisi dan teori yang
menjelaskan tentang proses menua yang tidak seragam. Proses menua bersifat
individual : dimana proses menua pada setiap orang terjad dengan usia yang
berbeda, setiap lanjuat usia mempunyai kebiasaan atau life style yang berbeda.
Tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua.
Adakalanya seseorang belum tergolong tua (masih muda) tetapi telah munujukan
kekurangan yang mencolok adapula orang yang tergolong lanjut usia
penampilannya masih sehat. Harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang
sering dialami oleh lanjut usia. Misalnya hipertensi, diabetes melitus, rematik,
asam urat, dimensia semilis, sakit ginjal dan lain-lain.
Teori-teori tentang penuaan sudah banyak yang dikemukakan, namun tidak
semuanya bisa diterima. Teori-teori itu dapat digolongkan dua kelompok, yaitu
yang termasuk kelompok teori biologis dan teori psikososial.
a. Teori Biologis
Teori yang merupakan, teori biologis adalah sebagai berikut :
1) Teori Jam Genetik
Secara genetik sudah terprogram bahwa material didalam intisel dikatakan
bagaikan memiliki jam genetis terkait dengan frekuensi metosis. Teori ini
didasarkan pada kenyataan bahwa spesies-spesies tertentu memiliki
harapan hidup (life span) yang tertentu pula. Manusia yang memiliki
rentang kehidupan maksimal sekitar 110 tahun, sel-selnya diperkirakan
hanya mampu membelah sekitar 50 kali sesl-selnya diperkirakan sesudah
itu akan mengalami deteriorasi.
2) Teori cross-linkage ( rantai silang )
Kolagen yang merupakan unsur penyusun tulang diantara susunan
molukuler, lama kelamaan akan meningkat kekuannya (tidak elastis). Hal
ini disebabkan karena sel-sel yang sudah tua dan reaksi kimianya
menyebabkan jaringan yang sangat kuat.
3) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas merusak membran sel yang menyebabkan kerusakan dan
kemunduran secara fisik.
4) Teori Genetik
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat biokimia yang diprogram
3
oleh molekul-molekul atau DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi.
5) Teori Imunologi
Didalam metabolisme tubuh suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak dapat tahan terhadap zat tersebut
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah. Sistem imun menjadi kurang
efektif dalam memperthankan diri, regulasi dan resposibilitas.
6) Teori Stres Adaptasi
Teori stres adaptasi menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan tubuh. Regenaerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal. Kelebihan usaha dan stres menyebabkan
sel-sel tubuh telah terpakai.
7) Teori Wear and Tear
Kelebihan usaha dan stres menyababkan sel-sel tubuh lelah (terpakai).
b. Teori Psikososial
Teori yang merupakan teori psikososial adalah sebagai berikut :
1) Teori Integritas Ego
Teori perkembangan ini mengidentifikasi tugas-tugas yang harus dicapai
dalam tiap tahap perkembangan. Tugas perkembangan terakhir
merefleksikan kehidapan seseorang dan pencapainnya. Hasil akhir dan
penyelesaian konflik antara integritas ego dan keputusan adalah kebebasan.
2) Teori Stabilias Personal
Kepribadian sesorang terbentuk pada masa anak-anak dan tetap bertahan
secara stabil. Perubahan yang redikal pada usia tua bisa jadi
mengindikasikan penyakit otak.
c. Teori Sosial Kultural berikut
Teori yang merupakan sosiokultural adalah sebagaiberikut
1) Teori Pembebasan ( disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia seseorang
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya, atau
menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan interaksi
sosial lanjut usia menurun sehingga sering terjadi kehilangan ganda.
2) Teori aktifitas
Toeri ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari
bagaimana seorang usia lanjut merasakan kepuasan dalam berkativitas dan
4
mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin. Adapun kualitas
aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas yang dilakukan.
d. Teori konsekuensi fungsional
Teori yang merupakan teori fungsional adalah sebagai berikut:
1) Teori ini mengatakan tenang konsekuensi fungsional usia lanjut yang
berhubungan dengan perubahan karena usia dan faktor resiko tambahan
2) Tanpa intervensi maka beberapa konsekuensi fungsional akan negatif
dengan intervensi menjadi positif
3. Mitos-mitos Lasia
Menurut Lilik Ma’rifat (2011), pada saat lanjut lansia terjadi suatu mitos sebagai
berikut:
a. Kedamaiaan dan ketenangan
Lanjut usia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa
muda dan dewasanya, badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan-akan
sudah berhasil dilewati.
Kenyataan :
1) Sering ditemui stres karena kemiskinan dan berbagai keluhan saaat
penderitaan karena penyakit.
2) Depresi
3) Kekhawatiran
4) Paranoid
5) Masalah Psikotik
b. Mitos konservatisme dan Kemunduran
Pandangan pada lanjut usia umumnya :
1) Konservatif
2) Tidak kreatif
3) Menolak inovasi
4) Berorientasi
5) Merindunkan masa lalu
6) Kembali ke masa kanak-kanak
7) Susah berubah
8) Keras kepala
9) cerewet
c. Mitos Berpenyakit
5
Lanjut usia dipandang sebagai mata degenerasi biologis, yang disertai oleh
berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses menua
(lanjut usia merupakan masa berpenyakit dan kemunduran).
d. Mitos Senilitis
Lanjut usia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan
bagian otak ( banyak yang tetap sehat dan segar) untuk menyesuaikan diri
terhadap perubahan daya ingat.
e. Mitos tidak jatuh cinta
Lanjut usia tidak lagi jatuh cinta dan gairah pada lawan jenis tidak ada.
Kenyataan :
Perasaan cemas dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa. Perasaan
cinta tidak berhenti hanya karena menjadi lanjut usia.
6
Lanjut usia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa
minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.
Lanjut usia dapat pula dikelompokkan dalam beberapa tipe yang bergantung pada
karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan
ekonominya. Tipe antara lain menurut (Nugroho, 2015):
a. Tipe optimis
Lanjut usia santai dan periang, penyesuaian cukup baik, mereka memandang
masa lanjut usia dalam bentuk bebas dari tanggung jawab dan sebagai
kesempatan untuk menuruti kebutuhan pasifnya. Tipe ini sering disebut juga
lanjut usia tipe kursi goyang (the rocking chairman)
b. Tipe konstruktif
Lanjut usia ini mempunyai integritas baik, dapat menikmat hidup, mempunyai
toleransi yang tinggi, humoristik, fleksibel, dan tahu diri. Biasanya, sifat ini
terlihat sejak muda. Mereka dengan tenang menghadapi proses menua dan
menghadapi akhir.
c. Tipe ketergantungan
Lanjut usia ini masih dapat diterima di tengah masyarakat, tetapi selalu pasif,
tidak berambisi, masih tahu diri, tidak mempunyai inisiatif dan bila bertindak
yang tidak praktis. Ia senang pensiun, tidak suka bekerja, dan senang berlibur,
banyak makan, dan banyak minum.
d. Tipe defensif
Lanjut usia biasanya sebelumnya mempunyai riwayat pekerjaan/ jabatan yang
tidak stabil, bersifat selalu menolak bantuan, emosi sering tidak terkontrol,
memegang teguh kebiasaan, bersifat komplusif aktif, anehnya mereka takut
menghadapi “menjadi tua” dan menyenangi masa pensiun.
e. Tipe militan dan serius
Lanjut usia yang tidak mudah menyerah, serius, senang berjuang, bisa menjadi
panutan.
f. Tipe pemarah frustasi
Lanjut usia yang pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, selalu
menyalahkan orang lain, menunjukkan penyesuaian yang buruk. Lanjut usia
sering mengekspresikan kepahitan hidupnya.
g. Tipe bermusuhan
Lanjut usia yang selalu menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalan,
selalu mengeluh, bersifat agresif, dan curiga, biasanya, pekerjaan saat ia muda
7
tidak stabil. Menganggap menjadi tua itu bukan hal yang baik, takut mati, iri
hati pada orang yang muda, senang mengadu untung pekerjaan, aktif
menghindari masa yang buruk.
h. Tipe putus asa, membenci, dan menyalahkan diri sendiri
Lanjut usia ini bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak mempunyai
ambisi, mengalami penurunan sosial ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri.
Lanjut usia tidak hanya mengalami kemarahan, tetapi juga depresi,
memandang lanjut usia sebagai tidak berguna karena masa yang tidak menarik.
Biasanya, perkawinan tidak bahagia, merasa menjadi korban keadaan,
membenci diri sendiri, dan ingin cepat mati.
13
a. Teori Biologis
1. Teori Seluler
Kemampuan sel dalam membelah pada lansia lebih sedikit. Cenderung
mengalami kerusakan sel dan terjadi penurunan fungsi sel.
2. Teori Genetik Clock
Teori tersebut menyatakan bahwa menua telah terprogram secara genetik
untuk species – species tertentu. Tiap species mempunyai didalam nuklei
( inti selnya )suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu
replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan akan
menghentikan replikasi sel bila tidak diputar, jadi menurut konsep ini bila
jam kita berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai
kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir. Konsep ini didukung
kenyataan bahwa ini merupakan cara menerangkan mengapa pada
beberapa species terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata.
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram
oleh molekul DNA dan setiap sel akan mengalami mutasi.
3. Teori Mutasi Somatik ( teori error catastrophe )
Menurut teori ini faktor lingkungan yang menyebabkan mutasi somatik,
sebagai contoh diketahui bahwa radiasi dan zat kimia
a. Teori Biologis
1. Teori Seluler
14
penyakit akhir. Konsep ini didukung kenyataan bahwa ini merupakan cara
menerangkan mengapa pada beberapa species terlihat adanya perbedaan
harapan hidup yang nyata. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan
biokimia yang diprogram oleh molekul DNA dan setiap sel akan mengalami
mutasi.
Dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi oleh zat khusus.
Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut, sehingga
jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Pada proses metabolisme tubuh ,
suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Sad jaringan tubuh tertentu yang
tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan
mati.
Radikal bebas dapat dibentuk di alam bebas. Tidak stabilnya radikal bebas
mengakibatkan oksigenasi bahan - bahan organik seperti KH dan
protein.radikal ini menyebabkansel – sel tidak dapat beregenerasi. Tidak
stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan bahan
organik seperti karbohidrat dan protein . radikal ini menyebabkan sel-sel
tidak dapat regenerasi.
6. Teori stress
15
a. Teori sosial
1) Teori aktifitas
Lanjut usuia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan social
2) Teori Pembebasan
Salah satu teori sosial yang berkenaan dengan proses penuaan adalah teori
pembebasan ( disengagement teori ). Teori tersebut menerangkan bahwa
dengan berubahnya usi seseorang secara berangsur – angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitatif maupun kuantitasnya
sehingga sering terjadi kehilangan ganda yaitu:
a. Kehilangan peran
b. Hambatan kontrol social
c. Berkurangnya komitmen
3) Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia.
Dengan demikia, pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan
gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.
Pokok-pokok dari teori kesinambungan, adalah:
a. lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam
proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa
lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan.
b. Peran lansia yang hilang tak perlu diganti.
c. Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi.
c. Teori Psikologi
1) Teori Kebutuhan manusia mneurut Hirarki Maslow Menurut teori ini,
setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang
memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow 1954). Kebutuhan ini
memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia
sidah terpenuhi, mereka berusaha menemukannya pada pada tingkat
selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan tersebut
tercapai.
2) Teori individual
16
Carl Jung (1960) Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian dari
seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak , masa muda
dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian
individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan ketidaksadaran
bersama. Menurut teori ini kepribadian digambarkan terhadap dunia luar
atau ke arah subyektif. Pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert).
Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan
merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental
2) Ras
Manusia terdiri dari bermacam-macam ras dan masing-masing
mempunyai struktur kulit yang berbeda terutama yang berperan di dalam
sistem pertahanan tubuh terhadap lingkungan seperti peranan pigmen
melanin sebagai proteksi terhadap sinar matahari. Ras kulit putih lebih
mudah terbakar sinar matahari (sunburn), lebih mudah terjadi gejala
kulit menua dini, prakanker kulit dan kanker kulit dibanding kulit
berwarna.
3) Hormonal
Pengaruh hormon sangat erat hubungannya dengan umur. Proses menua
fisisologis lebih terlihat pada wanita yang memasuki masa klimakterium
atau menopause. Pada masa itu penurunan fungsi ovarium menyebabkan
produksi hormon seks seperti hormon estrogen berkurang dan akibatnya
akan terjadi atrofi sel epitel vagina, pengecilan payudara, timbul tanda-
tanda menua pada kulit seperti kulit menjadi kering dan elastisitasnya
berkurang. (Nugroho, 2000).
C. OsteoArthritis / Rematik
1. Definisi
Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi yang paling sering dan merupakan salah
satu penyebab nyeri, disabilitas, dan kerugian ekonomi dalam populasi
17
(Donald,et al., 2010). Kata “osteoartritis” sendiri berasal dari Yunani dimana
“osteo” yang berarti tulang, “arthro” yang berarti sendi, dan “itis” yang berarti
inflamasi, walaupun sebenarnya inflamasi pada osteoartritis tidak begitu
mencolok seperti yang ada pada remathoid dan autoimun arthritis (Arya,et al.,
2013).
2. Etiologi
Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun
beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
a. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah
yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang
pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
b. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoarthritis. kurang lebih sama
pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih
banyak pada wanita dari pada pria .
c. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis misal, pada ibu
dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal
terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan
anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari
pada ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
e. Kegemukan.
18
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan
ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung
beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
1) Nyeri
- Membutuhkan analgesic
2) Hilangnya fungsi
- Kekakuan (stiffness)
- Keterbatasan gerakan
b. Pemeriksaan Fisik
1) Hambatan gerak
Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada OA yang masih dini
(secara radiologis). Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya
penyakit, sampai sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur.
Hambatan gerak dapat konsentris (seluruh gerakan) maupun eksentris
(salah satu arah gerakan saja) (Sudoyo, 2014).
2) Krepitasi
Gejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klinis OA lutut. Pada awalnya
hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh
pasien atau dokter yang memeriksa. Dengan bertambah beratnya
penyakit, krepitasi dapat terdengar sampai jara tertentu. Gejala ini
mungkin timbul karena gesekan kedua permukaan tulang sendi pada saat
19
sendi digerakkan secara aktif maupun secara pasif (Sudoyo, 2014).
4. Klasifikasi
Berdasarkan patogenesisnya, osteoarthritis di bedakan menjadi dua yaitu
Osteoatritis primer dan sekunder.
20
5. Pathway
Tulang rawan terdiri dari air, kolagen, dan proteoglikan. Semakin bertambahnya
usia seseorang, kandungan air di dalam tulang rawannya akan semakin berkurang
sebagai akibat dari berkurangnya kandungan proteoglikan, sehingga menyebabkan
tulang rawan menjadi kurang lentur. Tanpa adanya efek proteksi dari
proteoglikan, serabut kolagen tulang rawan dapat menjadi rentan terhadap
degradasi sehingga dapat memperburuk degenerasi. Peradangan di sekitar kapsul
sendi juga dapat terjadi melalui proses yang lebih ringan dibandingkan dengan
peradangan yang terjadi pada remathoid arthritis.
Reactive Oxygen Species (ROS) merupakan molekul reaktif kimia yang
mengandung oksigen. Dalam konteks biologi, ROS terbentuk sebagai produk
sampingan alami dari metabolisme normal oksigen dan memiliki peran penting
dalam pemberian sinyal pada sel dan homeostasis. Secara tidak langsung ROS
telah terlibat dalam mempromosikan apoptosis dari kondrosit, proses katabolik
dan kerusakan matrix. Jadi, dua peristiwa patogen penting yang merupakan
karakteristik OA kondrosit, yaitu penuaan dini dan apoptosis merupakan hasil dari
NO dan cedera oksidatif lainnya (Afonso, 2007).
21
22
6.
23
Penatalaksanaan Medis
a. Medikamentosa
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis,
oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan
24
untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak
mampuan. Obat- obat anti inflamasinon steroid (OAINS) bekerja sebagai
analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki
atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
b. Analgesic yang dapat dipakai adalah asetaminofen dosis 2,6- 4,9 g/hari atau
profoksifen HCL. Asam salisilat juga cukup efektif namun perhatikan efek
samping pada saluran cerna dan ginjal.
c. Jika tidak berpengaruh, atau tidak dapat peradangan maka OAINS seperti
fenofrofin, piroksikam,ibuprofen dapat digunakan. Dosis untuk osteoarthritis
biasanya ½-1/3 dosis penuh untuk arthritis rematoid. Karena pemakaian
biasanya untuk jangka panjang, efek samping utama adalahganggauan mukosa
lambung dan gangguan faal ginjal.
d. Injeksi cortisone.
Dokter akan menyuntikkan cortocosteroid pada engsel yang mempu
mengurangi nyeri/ngilu.
e. Suplementasi-visco.
Tindakan ini berupa injeksi turunan asam hyluronik yang akan mengurangi
nyeri pada pangkal tulang. Tindakan ini hanya dilakukan jika osteoarhtritis
pada lutut.
f. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang
kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga
perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kaki yang tertekuk
(pronation).
g. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus
menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan
seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
h. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang
menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien
ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain
turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk
memakai alat-alat pembantu karena faktor- faktor psikologis.
25
i. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi
pemakaian panas dan dingin dan program latihan yang tepat. Pemakaian panas
yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan
kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat
gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat
dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi
paraffin dan mandi dari pancuran panas. Program latihan bertujuan untuk
memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada
sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometrik lebih baik dari pada isotonik
karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang
timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi
oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang peran
penting terhadap perlindungan
j. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan
sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan
yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau
ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang
rawan sendi, pebersihan osteofit.
1) Penggantian engsel (artroplasti).
Engsel yang rusak akan diangkat dan diganti dengan alat yang terbuat dari
plastik atau metal yang disebut prostesis.
2) Pembersihan sambungan (debridemen).
Dokter bedah tulang akan mengangkat serpihan tulang rawan yang rusak
dan mengganggu pergerakan yang menyebabkan nyeri saat tulang bergerak
k. Terapi konservatif
Mencakup penggunaan kompres hangat, penurunan berat badan, upaya untuk
menhistirahatkan sendi serta menghindari penggunaan sendi yang berlebihan
pemakaian alat-alat ortotail. Untuk menyangga sendi yang mengalami
inflamasi ( bidai penopang) dan latihan isometric serta postural. Terapi
okupasioanl dan fisioterapi dapat membantu pasien untuk mengadopsi strategi
penangan mandiri
7. Pemeriksaan Penunjang
26
1. Laboratorium
2. Foto rontgen
3. Pemeriksaan cairan sendi
Intervensi :
3) Bantu dan anjarkan latihan ROM setiap 4 jam untuk meningkatkan fungsi
persendian dan mencegah kontraktur.
6) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam program diet tinggi kalsium serta vitamin
C dan D.
28
c. Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot Intervensi :
1) Anjurkan istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring.
2) Atur posisi lutut fleksi, meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot.
3) Kompres hangat intermiten dan pijat pungung dapat memperbaiki otot.
4) Anjurkan posisi tubuh yang baik dan ajarkan mekanika tubuh.
5) Gunakan korset atau brace punggung, saat pasien turun dari tempat tidur.
6) Kolaborasi dalam pemberian analgesik untuk mengurangi rasa nyeri
3) Anjurkan pasien untuk berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur
tubuh yang baik.
1) Jelaskan pentingnya diet yang tepat, latihan, dan aktivitas fisik yang
sesuai, serta istirahat yang cukup.
2) Jelaskan penggunaan obat serta efek samping obat yang diberikan secara
detail.
4. Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan :
29
a) Aktivitas dan mobilitas fisik terpenuhi
1) Melakukan ROM secara teratur
2) Menggunakan alat bantu saat aktivitas
3) Menggunakan brace / korset saat aktivitas
b) Koping pasien positif
1) Mengekspresikan perasaan
2) Memilih alternatif pemecah masalah
3) Meningkatkan komunikasi
c) Mendapatkan peredaan nyeri
1) Mengalami redanya nyeri saat beristirahat
2) Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktivitas kehidupan sehari-
hari
3) Menunjukkan berkurangnya nyeri tekan pada tempat fraktur
d) Tidak terjadi cedera
1. Tidak mengalami fraktur baru
2. Mempertahankan postur yang bagus
3. Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D
4. Rajin menjalankan latihan pembedahan berat badan (berjalan-jalan setiap
hari)
5. Istirahat dengan berbaring beberapa kali sehari
6. Berpartisipasi dalam aktivitas di luar rumah
7. Menciptakan lingkungan rumah yang aman
8. Menerima bantuan dan supervisi sesuai kebutuhan.
9. Mendapatkan pengetahuan mengenai oesteoartritis.dan program
penanganannya.
10. Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadap massa tulang
11. Mengkonsumsi kalsium diet dalam jumlah yang mencukupi
12. Meningkatkan tingkat latihan
13. Gunakan terapi hormon yang diresepkan
30
DAFTAR PUSTAKA
Watson Roger ( 2002 ), Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawat. Edisi 10, Jakarta ;
EGC
Yatim, Faisal. 2006. “Penyakit Tulang dan Persendian”. Jakarta: Pustaka Populer
Obor.
31
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
(STIKes PERTAMEDIKA)
Jl. Bintaro Raya No. 10, Tanah Kusir – Kebayoran Lama Utara – Jakarta Selatan 12240
Telp. (021) 7234122, 7207184, Fax. (021) 7234126
Website : www.stikes-pertamedika.ac.id
Email : stikes pertamedika@gmail.com
I. Identitas
A. Nama : Ny. N
B. Umur : 61 th
C. Alamat : Kp.Priyang Rt 02/Rw 03 Pondok Jagung Serpong
D. Pendidikan : SD
E. Tanggal masuk panti : -
F. Jenis kelamin : Perempuan
G. Suku : Jawa
H. Agama : Islam
I. Status perkawinan : Menikah
II. Status kesehatan saat ini
a. Ny. N mengatakan lutut kaki sebelah kanan terasa nyeri sejak 3 tahun pasca
jatuh
b. Ny. N mengatakan nyeri dirasakan nyeri bila ditekuk dan banyak melakukan
aktivitas dengan pengkajian (P): Nyeri dirasakan pada lutut kaki sebelah kanan
(Q) : Nyeri seperti berdenyut. (R) : Nyeri menjalar sampai kekaki kiri bawah
sampai ke tungkai kaki (S) : Skala nyeri 6 .(T) : Nyeri hilang timbul ( saat ini
klien tampak kesakitan)
c. Ny. N mengatakan bila bangun dari duduk di bantu atau berpegangan benda
disekitar.
32
III. Riwayat kesehatan masa lalu
a. Penyakit : Tidak pernah dirawat di rumah sakit, Ny. N riwayat jatuh 3 tahun
yang lalu
b. Alergi : Ny. N mengatakan tidak ada alergi obat maupun makanan
c. Kebiasaan : Ny. N rutin minum obat
IV. Riwayat kesehatan keluarga
Ny.N mengatakan didalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit seperti
ini.
Genogram
Keterangan :
V. Pengkajian persistem (jelaskan kondisi klien lanjut usia sesuai system dibawah
meliputi pernyataan, hasil pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya)
a. Keadaan umum
1) Tingkat kesadaran : Composmentis
2) GCS : E 4 V 5 M 6 = 15
3) TTV :TD : 130/70 mmHg, N: 82x/menit, RR:
18x/menit, S: 36² ºC
4) BB/TB : 75 kg/ 160 cm
5) Bagaimana postur tulang belakang lansia :
Tegap
Bungkuk
Kifosis
Skoliosis
33
Lordosis
6) Keluhan :
a. Ny. N mengatakan lutut kaki sebelah kanan terasa nyeri sejak 3 tahun
pasca jatuh
34
h) Keluhan : ya/tidak
i) Jika ya, jelaskan : Tidak ada
3) Hidung
a) Bentuk hidung : simetris/tidak
b) Peradangan : ya/tidak
c) Penciuman : terganggu/tidak
d) Keluhan : ya/tidak
e) Jika ya, jelaskan :Tidak ada
4) Mulut, tenggorokan
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Mukosa : Kering/ lembab
c) Peradangan : ya/tidak
d) Gigi : palsu/tidak
e) Radang gusi : ya/tidak
f) Kesulitan mengunyah : Ya/tidak
g) Keluhan lain : ya/tidak
h) Jika ya, jelaskan : Tidak ada
5) Telinga
a) Kebersihan : Bersih/tidak
b) Peradangan : ya/tidak
c) Pendengaran : terganggu/tidak
d) Jika ya, jelaskan : Tidak ada
6) Leher
a) Pembesaran kelenjar tyroid : baik/tidak
b) JVD (jugularis Vena Distensi: ya/tidak
c) Kaku kuduk : ya/tidak
d) Keluhan : ya/tidak
e) Jika ya, jelaskan : ya/tidak
7) Dada
a) Bentuk dada : normal chest/ barrel chest/ pigeon chest
b) Payudara : ya/tidak
c) Retraksi dinding dada : ya/tidak
d) Suara nafas : Vesikuler/tidak
35
e) Wheezing : ya/tidak
f) Ronchi : ya/tidak
g) Suara jantung tambahan : ada/tidak
h) Keluhan : ya/tidak
i) Jika ya, jelaskan : Tidak ada
8) Abdomen
a) Bentuk : distended/flat/lainnya
b) Nyeri tekan : ya/tidak
c) Kembung : ya/tidak
d) Supel : ya/tidak
e) Bising usus : Ada/tidak,frekuensi : 20 x/menit
f) Massa : ya/tidak, regio
g) Keluhan : ya/tidak
h) Jika ya, jelaskan : Tidak ada
9) Genetalia
a) Kebersihan : Baik/tidak
b) Frekuensi BAK : 5-6x/hari
c) Frekuensi BAB : 1x/hari
d) Haemoroid : ya/tidak
e) Hernia : ya/tidak
f) Keluhan : ya/tidak
g) Jika ya, jelaskan : Tidak ada
10) Ekstremitas
a) Kekuatan otot (skala 1-5):
5555 5555
5555 5555
Ket :
0 = lumpuh
1 = ada kontraksi
2 = melawan gravitasi dengan sokongan
3 = melawan gravitasi tetapi tidak ada tahanan
4 = melawan gravitasi dengan tahanan sedikit
5 = melawan gravitasi dengan kekuatan penuh
36
b) Rentang gerak : Tidak optimal
c) Deformitas : ya/tidak
d) Tremor : ya/tidak
e) Edema : ya/tidak , pitting edema/ tidak
f) Penggunaan alat bantu: ya/tidak, jenis -
g) Nyeri persendian: Nyeri pada lutut kaki sebelah kanan
h) Paralysis : ya/tidak
i) CRT : < 2 detik
j) Keluhan : ya/tidak
k) Jika ya, jelaskan : Nyeri lutut kaki sebelah kanan ketika ditekuk dan
banyak melakukan aktifitas,nyeri seperti berdenyut ,nyeri skala 6 nyeri
hilang timbul
11) Integumen
a) Kebersihan : Baik/tidak
b) Warna : pucat/tidak
c) Kelembapan : kering/Lembab
d) Lesi/luka : ya/tidak
e) Perubahan tekstur : ya/tidak
f) Gangguan pada kulit : ya/tidak
g) Keluhan : ya/tidak
h) Jika ya, jelaskan : Tidak ada
12) Pemeriksaan penunjang
Laboratorium Tgl 23 Mei 2021
a) GDS : 114 mg/dl
b) Asam Urat : 3,0 mg/dL
c) Kolesterol : 189 mg/dl
Radiologi Tgl 12 April 2018
Rontgen Genu Dextra Kesan : OA Genu Dextra
37
VI. Pola aktifitas sehari – hari
Ny. N mengatakan bangun tidur jam 05.00 WIB, setelah itu klien mandi dan shalat
subuh, Selanjutnya klien menyapu, mencuci , mengepel dan memasak. Masih bisa
aktivitas sehari – hari mengikuti pengajian rutin 2 x dalam 1 minggu. Ny.N
mengatakan sehari- hari mengurus rumah di bantu anak dan suaminya .
VII. Pengkajian psikososial dan spiritual
a. Psikososial (kemampuan sosialisasi klien saat ini, sikap klien terhadap orang
lain, harapan klien dalam berhubungan dan kepuasan klien dalam membina
hubungan)
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Hubungan dengan orang lain dalam rumah :
1) Tidak dikenal
2) Sebatas kenal
3) Mampu berinteraksi
4) Mampu kerjasama
1) Tidak dikenal
2) Sebatas kenal
3) Mampu berinteraksi
4) Mampu kerjasama
1) Selalu
2) Sering
3) Jarang
4) Tidak pernah
Stabilitas emosi
1) Labil
2) Stabil
3) Iritabel
4) Datar
38
Jelaskan : -
39
G. Ketergantungan untuk semua fungsi diatas
H. Lain – lain
Keterangan : berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain
karena terdapat salah satu fungsi dibantu seseorang.
KATZ Indeks : A
40
10. Kontrol bowel 10 Frekuensi 1x/hari
5
(BAB) Konsistensi: lembek
11. Kontrol bladder 10 Frekuensi: ±4-5x/hari
5
(BAK) Warna: kuning jernih
12. Olahraga / Latihan 10 Frekuensi:-
5
a. 130 : Mandiri
b. 65 – 129 : Ketergantungan sebagian
c. < 65 : Total care
41
Score = 3
Interprestasi:
Identifikasi aspek koognitif dari fungsi mental dangan menggunakan MMSE (Mini Mental
Status Exam)
o Orientasi
o Registrasi
o Perhatian
o Kalkulasi
o Mengingat kembali
o Bahasa
42
2. Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 benda (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk
mengatakan masing – masing
benda. Masing – masing benda
mendapatkan nilai1
Kursi √
Meja √
Kertas √
Kemudian tanyakan kepada
klien ketiga tadi (untuk
disebutkan)
* Ny. N mampu menyebutkan
kembali obyek yang di
perintahkan
3. Perhatian 5 2 Minta klien untuk memulai
dan dari angka 100 kemudian
kalkulasi dikurangi 7 sampai 5
kali/tingkat (nilai 1 untuk
jawaban benar, hentikan
setelah 5 jawaban)
93,86,79,72,65
93 √
86 √
79
72
65
* Ny. N tidak dapat
menghitung semua pertanyaan
semuanya.
4. Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulang
kembali ketiga benda pada No.
(Recall) (registrasi) tadi. Bila benar, 1
point untuk masing – masing
43
benda
Kursi √
Meja √
Kertas √
* Ny.N mampu mengulang
obyek yang disebutkan
5. Bahasa 9 9 Tunjukan pada klien suatu
benda dan tanyakan namanya
pada klien
(misal jam tangan)
(misal pensil)
Minta klien untuk mengulang
kata berikut :
“tanpa kalau dan atau
tetapi”. 0
bila benar, nilai satu point
minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri
dari 3 langkah: Ambil kertas
ditangan anda, lipat dua dan
taruh dilantai.
Ambil kertas ditangan
kanan √
Lipat dua √
Taruh dilantai √
44
Tulis satu kalimat √
Responden diminta menyalin
gambar
Menyalin gambar √
Total Nilai 27
Total : 27
Interprestasi hasil:
45
5. Alat bantu jalan : 30 Klien bila
0
Bedrest/dibantu perawat bangun dari
Kruk/tongkat/walker 15
duduk
Berpegangan pada benda –
berpegangan
benda disekitar (kursi, lemari,
30
kursi atau
meja
tembok
8. Terapi intravena : apakah saat ini Tidak 0 0 Klien tidak
lansia terpasang infus? Ya 20 terpasang infus
10. Gaya berjalan/cara berpindah : 20 Klien bila
Normal/bedrest/immobile berjalan kadang
0
(tidak dapat bergerak sendiri) pincang di awal
bangun dari
Lemah (lemah tidak bertenaga) 10
Gangguan/tidak normal duduk
(pincang/diseret)
20
Keterangan :
46
1. DATA FOKUS
Data Subyektif Data Obyektif
1. Ny. N mengatakan nyeri pada lutut kaki Tingkat kesadaran : Composmentis
sebelah kanan sejak 3 tahun yang lalu GCS : E 4 V 5 M 6 = 15
setelah jatuh. TTV :
2. Ny. N mengatakan nyeri bertambah TD : 130/70 mmHg
dirasakan nyeri bila ditekuk dan banyak N: 82 x/menit
melakukan aktivitas dengan pengkajian RR: 18x/menit
(P): Nyeri dirasakan pada lutut kaki S: 36² ºC
sebelah kanan (Q) : Nyeri seperti BB/TB : 75 kg / 160 cm,
berdenyut-denyut . (R) : Nyeri menjalar BMI : 29,3 ( Berlebih )
sampai kekaki kiri bawah sampai ke Rontgen genu kesan : OA Genu
tungkai kaki (S) : Skala nyeri 6 .(T) : Dextra
Nyeri hilang timbul ( saat ini klien GDS : 114 mg/dl
tampak kesakitan)
Asam Urat : 3,0 mg/dL
3. Klien mengatakan riwayat jatuh 3 tahun
yang lalu Kolesterol : 189 mg/dl
4. Klien mengatakan berhati- hati dalam
Katz Indeks : Kategori A
berjalan
Barthel Indeks : 120 (
5. Klien mengatakan bila bangun dari
( Ketergantungan sebagian)
duduk di bantu atau berpegangan
SPMSQ: 3 (Fungsi Intelektual utuh)
benda sekitar
MFS : 50 : Pelaksanaan intervensi
pencegahan jatuh resiko tinggi
Skala nyeri Sedang 6 (0-10)
Ekspresi wajah klien tampak meringis
Kekuatan otot :
5555 5555
5555 5555
Klien tampak berpegangan benda di
sekitar jika berdiri
2. ANALISA DATA
47
No Data Masalah Etiologi
1 DS: Nyeri kronis Agen pencedera biologis
Ny. N mengatakan (inflamasi )
nyeri pada lutut kaki
sebelah kanan sejak 3 Pelepasan mediator nyeri
tahun yang lalu setelah
jatuh, nyeri bertambah Mengenai ujung syaraf
saat di tekuk dan nyeri
banyak melakukan
aktivitas nyeri
DO:
- TD : 130/70 mmHg
- N: 82x/menit
- RR: 18x/menit
- S: 36² ºC
- P: nyeri dirasakan
pada lutut kaki
sebelah kanan
-Q:nyeri dirasakan
berdenyut - denyut
- R: hilang timbul
- S : Skala nyeri sedang
6 (0-10)
-T: Nyeri dirasakan
saat ditekuk dan
melakukan banyak
aktivitas
- Ekspresi Wajah klien
tampak meringis
48
tekuk dan banyak
melakukan aktivitas Gangguan mobilitas fisik
DO:
-TD : 130/70 mmHg
- N: 82x/menit
- RR: 18x/menit
- S: 36² ºC
- Ny. N bila bangun
dari duduk tampak
berpegangan benda
disekitar
- MFS : 50 ( Resiko
Tinggi)
- Katz Indeks : A
- Barthel Indeks : 120
-Kekuatan otot :
5555 5555
5555 5555
DO:
49
MFS : 50 (Resiko
Tinggi)
Kekuatan otot :
5555 5555
5555 5555
- TD : 130/70 mmHg
- N: 82x/menit
- RR: 18x/menit
- S: 36² ºC
-Klien tampak
berpegangan bila
bangun dari duduk
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
50
5. PERENCANAAN KEPERAWATAN
(Meliputi tindakan keperawatan independen dan interdependen)
51
sudah di berikan
7. Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Terapeutik :
1. Berikan tehnik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri (Mis.kompres
hangat air rebusan
jahe atau kompres
parutan jahe)
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri ( suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan )
Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi :
1. Jelaskan
penyebab,periode
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
3. Anjurkan monitor
nyeri secara
mandiri.
4. Ajarkan teknik non
52
farmakologi untuk
mengurangi rasa
nyeri.
5. Ajarkan pasien dan
keluarga untuk
kompres hangat
pada area lutut yang
sakit
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian analgetik
bila perlu
(dexamethasone,
asam mefenamat )
53
4. Gerakan untuk membantu
terbatas cukup pasien dalam
menurun (4) meningkatkan
ambulasi
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
2. Anjurkan
melakukan ambulasi
dini
3. Anjurkan ambulasi
sederhana yang
harus di lakukan
(mis.berjalan dari
tempat tidur ke
kamar mandi,
berjalan sesuai
toleransi)
Setelah
3 Resiko dilakukan Observasi :
cedera tindakan kep 1. Identifikasi area
berhubungan selama 3x24 jam lingkunga yang
dengan diharapkan tidak berpotensi
penurunan terjadi cedera menyebabkan
fungsi dengan kritreria cedera
psikomotor hasil : 2. Identifikasi
( D.0136) 1. Klien berada kesesuaian alas kaki
pada atau stocking elastis
lingkungan pada extremitas
yang aman bawah
2. Tidak terjadi
54
cedera Terapeutik :
( jatuh ) 1. Sediakan
pencahayaan yang
memadai
2. Gunakan lampu
selama jam tidur
3. Diskuskan mengenai
latihan fisik yang di
perlukan
4. Diskusikan
menganai alat bantu
(mis.tongkat alat
bantu jalan)
5. Diskusikan bersama
anggota keluarga
yang dapat
mendampingi pasien
Edukasi :
1. Jelaskan alasan
intervensi
pencegahan jatuh ke
pasien dan keluarga
2. Anjurkan berganti
posisi secara
perlahan dan duduk
selama beberapa
menit sebelum
berdiri.
3. Lakukan modifikasi
lingkungan
modifikasi
lingkungan yang
55
sesuai dengan
kondisi pasien
sangat mendukung
program
penyembuhan
56
mefenamat 500mg
57
istirahat dahulu
Hasil : klien tampak mengerti
3.
5. Bersama dengan keluarga
memodifikasi lingkungan yang aman ( hindari
lantai licin )
Hasil : lingkungan tampak aman
23/05/2021 1 1. Melakukan terapi kompres jahe pada kaki dan Dwi Lilik
Jam 16.00 mengajarkan tehnik relaksasi
Hasil : pasien tampak rileks
2. Mengajarkan pasien untuk berjalan secara
hati – hati menggunakan tongkat jika perlu
Hasil : klien tampak berjalan dengan
memegang kursi
3. Mengkaji skala nyeri
2 Hasil Pasien mengatakan nyeri berkurang
3 ( skala nyeri 3 )
4. Mengidentifikasi toleransi
aktifitas fisik
58
sehari- hari
3. Bersama dengan keluarga memodifikasi
3 lingkungan yang aman ( hindari lantai licin )
25/05/2021 2 1. Memberitahu pasien tentang aktifitas yang Dwi lilik
Jam 16.00 disarankan
2. Memberi Batasan aktifitas kepada pasien
3. Melakukan penkes tentang Osteoarthritis
( pengertian,tanda,gejala,penyebab serta
pencegahan)
59
7. EVALUASI KEPERAWATAN
60
18 x/menit
Klien tampak melakukan aktifitas berhati hati
Skala nyeri : 5 ( 0-10), lutut tampak kaku dan
Ekspresi wajah tegang
A : Nyeri kronis belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
61
O : Ny. N tampak berpegangan pada tembok
Ny. N tampak melakukan aktifitas berhati hati
A : Gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
9 Dwi lilik
62
3 S : Ny. N mengatakan hati- hati dalam berjalan
O : Ny. N tampak berjalan mulai membaik,
Jatuh tidak terjadi
A : Resiko cedera tidak terjadi
P : Pertahankan intervensi
63
LAMPIRAN
Pengkajian Ny. N Tgl 21 Mei 2021
64
Hasil GDS, Asam Urat dan Kolesterol Ny. N Tgl 21 Mei 2021
65
Penkes , Edukasi dan Kompres jahe pada Ny. N dengan Osteoathritis
pada tgl 23 Mei 2021
66
67