Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN AKHIR DOSEN

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

EDUKASI AKTIVITAS FISIK DALAM PENCEGAHAN


OBESITAS DI MADRASAH ALIYAH DARUNNAJAH
KOTA JAKARTA SELATAN

Oleh:
Saskiyanto Manggabarani, SKM, M.Kes, M.Si
NIDN: 0113119102

PROGRAM STUDI S1 GIZI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
JAKARTA
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Kegiatan : Edukasi Aktivitas Fisik dalam Pencegahan Obesitas di


Madrasah Aliyah Darunnajah Kota Jakarta Selatan
Bidang Ilmu : Ilmu Gizi
Dosen Koordinator :
a. Nama : Saskiyanto Manggabarani, SKM, M.Kes, M.Si
b. NIDN : 0113111991
c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
d. Program Studi/Fakultas : S1 Gizi
e. Perguruan Tinggi : STIKes PERTAMEDIKA

Jumlah Anggota :2
Lokasi : Madrasah Aliyah Darunnajah
Biaya Keseluruhan : Rp. 3.756.000.
Sumber Dana : Yayasan Pendidikan Pertamedika
Tahun Pelaksanaan : 2017

Jakarta, 21 Juni 2017

Mengetahui,
Ketua Prodi S1 Gizi Dosen Koordinator

(Falah Indriawati Barokah, M.Gizi) (Saskiyanto Manggabarani, SKM, M.Kes M.Si)

Mengetahui,
Ketua UPPM STIKes PERTAMEDIKA

( Dewi Siti Oktavianti, S.Kep, M.Kep)


DAFTAR ISI
SAMPUL..........................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Tujuan Kegiatan...................................................................................7
C. Manfaat Kegiatan.................................................................................7
D. Bentuk Kegiatan..................................................................................8
E. Waktu dan Tempat Kegiatan...............................................................8
F. Sasaran.................................................................................................8
G. Sumber Dana.......................................................................................8
H. Materi Pokok.......................................................................................8
BAB II HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN...........................................18
1. Tahap Persiapan..............................................................................18
2. Pelaksanaan Penyuluhan.................................................................18
3. Faktor Pengahambat........................................................................20
4. Evaluasi Kegiatan...........................................................................20
BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI.......................................21
A. Kesimpulan...........................................................................................21
B. Rekomendasi.........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................22
LAMPIRAN

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obesitas telah menjadi masalah epidemi kesehatan yang cukup
serius terjadi pada anak-anak hingga orang dewasa, termasuk remaja,
diperkirakan hal ini menjadi penyebab kematian kelima di tingkat global (Al-
Hazzaa et al., 2012).Keadaan obesitas yang bertahan hingga dewasa
meningkatkan risiko terjadinya penyakit degeneratif dan kematian. Saat ini
masalah sosial dan budaya mengalami perubahan di dunia, salah satu
penyebabnya karena pertumbuhan ekonomi yang hampir merata. Hal tersebut
juga berdampak pada perubahan “selera” makanan mereka, dari mulai pilihan
makanan, hingga pola makan, hal tersebut semakin meningkat dari waktu ke
waktu, dalam hal ini pilihan selera mereka semakin kebarat-baratan (Al-
Rethaiaa et al., 2010). Terjadi perubahan dan peningkatan nutrisi yang sangat
tinggi, sehingga kegemukan dan obesitas menjadi masalah baru yang dialami
penduduk dunia khususnya negara berkembang saat ini. Hal ini diyakini
bahwa munculnya obesitas di negara berkembang kemungkinan akan
membuat beban kesehatan masyarakat yang luar biasa, karena obesitas pada
anak-anak dan remaja sangat terkait dengan banyaknya penyakit penyertainya
(Al-Hazzaa et al., 2012).  Komplikasi metabolik yang berhubungan dengan
obesitas pada masa kanak-kanak sangat meningkatkan risiko diabetes tipe 2
dan penyakit kardiovaskular awal. Selain itu, obesitas pada remaja biasanya
berlanjut sampai dewasa. Anak dan remaja obesitas berhubungan dengan
komorbiditas yang serius termasuk diabetes mellitus tipe 2, hiperlipidemia,
hipertensi, gangguan pernafasan dan kondisi muskuloskeletal dan kelainan
hati. Banyaknya implikasi kesehatan akibat obesitas pada remaja harus
dipahami secara luas, termasuk peningkatan risiko penyakit seperti asma,
kardiovaskular dan peradangan kronis. Namun, ada bukti yang muncul
menunjukkan bahwa kondisi kesehatan pada penderita obesitas dan penyakit
kardiovaskular juga terkait hubungan langsung dengan kesehatan mental dan
kesejahteraan.
1

1
WHO memperingatkan bahwa kelebihan berat badan dan obesitas
merupakan risiko utama kelima kematian global. Steele, Nelson, & Jelalian,
2008 menyebutkan bahwa di Amerika sekitar 26% anak-anak usia 2-5 tahun
mengalami obesitas. Sekitar 37% anak usia 6-11 tahun dan 34% remaja usia
12-19 tahun menderita obesitas. Tingginya prevalensi obesitas anak-anak dan
remaja ini sejajar dengan epidemi obesitas dewasa, lebih dari 32% orang
dewasa yang dikategorikan obesitas. Menurut NHANES 2003-2004, sekitar
17,1% dari anak-anak dan remaja usia 2 sampai 19 tahun dinyatakan
overweight berdasarkan persentil ke-95 atau lebih tinggi dari nilai BMI dalam
grafik pertumbuhan CDC 2000 untuk Amerika. Prevalensi kelebihan berat
badan paling tinggi di antara anak usia 6-11 tahun (18,8%), diikuti oleh remaja
12 sampai 19 tahun (17,4%) dan anak-anak 2 sampai 5 tahun (13,9%).
Peningkatan prevalensi ini sebanyak 3-4 kali lipat dari awal 1970-an. Lebih
dari 30% dari remaja AS kelebihan berat badan dan lebih dari 15% mengalami
obesitas,menempatkan mereka pada risiko kardiometabolik. Dibandingkan
dengan rekan-rekan dengan berat badan normal, kelebihan berat badan remaja
(12-19 tahun) menunjukkan risiko lebih besar terkena penyakit
kardiovaskular,dan remaja obesitas (5-15tahun) mengalami peningkatan
glukosa, tekanan darah, insulin, dan lipid serta peningkatan massa tubuh.
Sindrom metabolik telah didiagnosis pada 25% -50% dari pediatri
obesitas. Faktor risiko kardiometabolik pada remaja obesitas di Kuwait
memiliki kualitas hidup dan kesehatan yang buruk dibandingkan dengan
remaja berat badan yang sehat, hal ini tampak pada perbedaan budaya
masyarakat barat dan kuwait. Sebuah penelitian lebih lanjut di Belanda bahwa
obesitas memiliki dampak besar pada kehidupan anak-anak muda tercermin
dalam temuan bahwa anak-anak penderita obesitas dan remaja dilaporkan
memiliki kualitas hidup yang sama seperti yang didiagnosis pada penderita
kanker (Lubans et al., 2014).
Berdasarkan data WHO (2010) menunjukkan bahwa sebuah studi di
Selandia Baru menunjukkan bahwa 33,6% remaja usia 11-14 tahun, dan 27%
dari remaja usia 15-18 tahun, dianggap kelebihan berat badan atau obesitas.
Tahun 2002-2003 sekitar 6,85% penduduk usia 15-19 tahun di Malaysia

2
dinyatakan obesitas. Di Singapura dan Jepang obesitas pada remaja (usia 6-14
tahun) masing-masing sebesar 13,4% dan 12%. Baru-baru ini, Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) melakukan survei terhadap tingkat aktivitas fisik di
51 negara terutama berpenghasilan rendah dan menengah. Di antara peserta
yang berusia 18 sampai 29 tahun, prevalensi aktif adalah 13,2% pada laki-laki
dan 19,1% pada wanita (Brown et al., 2015).
Bukti saat ini menunjukkan bahwa obesitas adalah suatu kondisi
dimana multifaktorial dipengaruhi oleh banyak variabel, termasuk faktor
genetik, demografi dan gaya hidup. Variabel genetik dan demografi seperti
riwayat keluarga obesitas, usia, etnis dan jenis kelamin tidak dapat diubah.
Namun, faktor gaya hidup obesitas terkait sering dimodifikasi. Bahkan,
penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa obesitas berhubungan
dengan banyak faktor gaya hidup, termasuk perilaku menetap, aktivitas fisik
dan pilihan makanan yang tidak sehat. Faktor yang berhubungan dengan gaya
hidup, seperti kebiasaan makan, perilaku menetap dan aktivitas fisik, semua
memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan obesogenik (Anto et
al., 2017).
Peningkatan cepat baru-baru prevalensi keseluruhan obesitas pada
anak-anak dan remaja menunjukkan bahwa faktor lingkungan, dan khususnya
perilaku terkait dengan diet dan aktivitas fisik, penting bagi penyebab
obesitas . Afrika Selatan, sebagai negara dalam transisi ekonomi dan
kesehatan, menghadapi beban tiga morbiditas dan mortalitas dari penyakit
menular termasuk HIV/AIDS, penyakit tidak menular dan kekerasan. Salah
satu hasil dari transisi ini adalah peningkatan prevalensi obesitas sebagai
faktor risiko penyakit tidak menular. Faktor risiko lain yang terkait dengan
obesitas termasuk diet tinggi kepadatan energi, konsumsi tinggi minuman
manis,ukuran porsi besar, pola makan seperti makan cemilan, tingginya
tingkat perilaku menetap dan rendahnya tingkat aktivitas fisik. Ada juga bukti
yang menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan asupan tinggi padat
energi, gizi yang rendah pada makanan seperti minuman ringan, keripik gurih,
biskuit manis dan gula-gula, dan juga peningkatan waktu yang dihabiskan
dalam pergaulan mereka (Chu & Choe, 2010).

3
Prevalensi obesitas remaja mengalami peningkatan di seluruh dunia
dengan proporsi yang bervariasi antara satu negara dengan negara lain atau
antara wilayah geografis dalam satu Negara. Kejadian obesitas remaja juga
ditemukan di negara kawasan Asia. Studi di Bangladesh, Nepal dan India
tahun 1996 hingga 2006 pada wanita usia 15-49 tahun menyatakan terjadi
peningkatan obesitas secara substansial di tiga Negara (BMI ≥ 25 Kg/m2
dinyatakan obesitas). Di Bangladesh terjadi peningkatan prevalensi obesitas
dari 2,7% hingga 8,9%, sedangkan di Nepal dan India peningkatan yang
terjadi secara berturut-turut adalah 1,6 hingga 10,1% dan 10,6 hingga 14,8%. 
Di Arab Saudi, serta negara-negara lain di kawasan Mediterania Timur, pola
pola konsumsi pangan telah berubah sangat selama empat dekade
terakhir. Selama ini, asupan produk hewani dan gula halus telah meningkat
sementara asupan buah dan sayuran dan karbohidrat kompleks mengalami
penurunan. Selain itu, makanan cepat saji padat kalori semakin tersedia dan
dikonsumsi oleh remaja (Ha et al., 2017).
Studi penelitian berbasis di Afrika Selatan dilakukan di antara
perempuan berusia 15-55 tahun, dimana tingkat obesitas adalah 28,9%,
perempuan dengan aktivitas fisik yang lebih rendah ditemukan berada pada
risiko terbesar untuk peningkatan indeks massa tubuh. Dalam 2013 Afrika
Selatan Kesehatan Nasional dan Survei Pemeriksaan Gizi (SANHANES-1),
50,2% dari peserta berusia 18-24 tahun dilaporkan menjadi tidak aktif. 
Peningkatan penyakit obesitas terkait menyebabkan peningkatan yang
signifikan dalam biaya medis langsung dan tidak langsung. Selain masalah
kesehatan fisik, anak-anak dan remaja obesitas juga lebih mungkin untuk
menderita berbagai masalah psikososial. Mereka lebih mungkin dibandingkan
anak-anak non-obesitas menjadi target stigmatisasi masyarakat termasuk di
olok-olok dan intimidasi menjadi terisolasi secara sosial, memiliki tingkat
yang relatif lebih tinggi makan tidak teratur, kecemasan dan depresi, dan
menderita secara pikiran dan rentan bunuh diri, cenderung untuk tidak
menikah. Oleh karena itu manajemen obesitas yang memadai dapat
berkontribusi untuk mengurangi kerusakan sosial, psikologis dan fisik mereka
saat ini dan masa depan (Kant & Graubard, 2011).

4
Peningkatan prevalensi obesitas juga terjadi di negara berkembang
seperti Indonesia. Riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa
prevalensi obesitas remaja (usia ≥15 tahun) 10,3%. Data Riskesdas tahun 2010
yang menunjukkan peningkatan obesitas penduduk dewasa berusia >18 tahun
sekitar 11,7% menderita obesitas (laki-laki 7,8%, perempuan 15,5%) dan
sekitar 2,5% anak-anak usia 13-15 tahun dan 1,4% remaja usia 16-18 tahun
dinyatakan mengalami obesitas. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2013 menunjukkan bahwa secara nasional prevalensi gemuk pada
remaja umur 13-15 tahun di Indonesia sebesar 10,8%, terdiri dari 8,3% gemuk
dan 2,5% sangat gemuk (obesitas). Sebanyak 13 Provinsi dengan prevalensi
gemuk diatas nasional, yaitu Jawa Timur, Kepulauan Riau, DKI, Sumatera
Selatan, Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Bali, Kalimantan Timur,
Lampung, Sulawesi Utara dan Papua serta prevalensi gemuk pada remaja
umur 16 – 18 tahun sebanyak 7,3 % yang terdiri dari 5,7% gemuk dan 1,6%
obesitas. Provinsi dengan prevalensi gemuk tertinggi adalah DKI Jakarta
(4,2%) dan terendah adalah Sulawesi Barat (0,6%). Lima belas provinsi
dengan prevalensi sangat gemuk diatas prevalensi nasional, yaitu Bangka
Belitung, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Banten, Kalimantan Tengah, Papua,
Jawa Timur, Kepulauan Riau, Gorontalo, Di Yogyakarta, Bali, Kalimantan
Timur, Sulawesi Utara dan DKI Jakarta. Hasil riset kesehatan dasar
memperlihatkan peningkatan prevalensi obesitas pada remaja di Indonesia dari
1,4% (2007) menjadi 7,3% (2013) (Departemen Kesehatan, 2018).
Prevalensi masalah obesitas di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2013
pada anak usia sekolah sebesar 6,5% berat badan lebih dan 4,2% obesitas yang
lebih rendah dari angka nasional yaitu 10,8% berat badan lebih dan 8,0%
obesitas. Dilihat dari fakta tersebut bahwa masalah kelebihan gizi ini harus
ditatalaksanakan dengan baik. Untuk di kota Makassar sendiri berdasarkan
IMT/U pada tahun 2013 prevalensi kejadian berat badan lebih mencapai angka
7,0% dan obesitas 5,8%. Hal tersebut sebagian masyarakat di kota Makassar
mengalami pergeseran pola makan yang dialami oleh semua kelompok umur,
termasuk anak usia sekolah, remaja dan orang dewasa akibat kemajuan
teknologi dan kemudahan hidup (Departemen Kesehatan, 2018).

5
Obesitas juga dilaporkan sebagai sebuah fenomena kompleks yang
dipengaruhi oleh genetik, perilaku, faktor lingkungan dan keluarga.
Keseimbangan positif antara pengeluaran energi dan asupan energi merupakan
penyebab yang mendasari kemungkinan obesitas. Lingkungan yang
mendorong kurang aktivitas fisik, dan konsumsi makanan berlemak tinggi,
makanan padat kalori mendukung terjadinya keseimbangan energi positif. Hal
ini membuktikan asosiasi antara kegiatan menetap (kurang aktivitas fisik)
seperti menonton televisi, bermain video game, menggunakan komputer dan
obesitas selama masa anak-anak maupun remaja dan pengaruh media
merupakan faktor risiko yang memengaruhi kejadian obesitas pada remaja
yang saat usia anak-anak diklasifikasikan “at risk for overweight.Meskipun
pentingnya faktor-faktor yang dapat diubah dalam etiologi obesitas, ada bukti
yang menunjukkan bahwa banyak anak-anak dan remaja tidak terlibat dalam
perilaku ini pada tingkat yang direkomendasikan (misalnya mengkonsumsi 2
buah dan sayuran 5/hari, dan berolah raga 60 menitatau membatasi waktu di
depan layar monitor sampai dua jam atau kurang/hari dengan perilaku ini
menjadi pemicu meningkatnya risiko obesitas (Noviani et al., 2016).
Anak-anak dan remaja yang telah menderita obesitas cenderung akan
tetap obesitas saat dewasa yang akhirnya berdampak pada kondisi kesehatan,
Pemilihan remaja (usia 10-18 tahun) didasarkan pada pertimbangan bahwa
usia remaja berisiko tinggi mengalami obesitas dan kejadian obesitas di usia
remaja (10-18 tahun) adalah prediktor yang baik untuk masalah kesehatan
masyarakat dan peningkatan risiko penyakit tidak menular dan kematian untuk
semua penyebab di usia dewasa. Karena remaja ditandai sebagai periode risiko
penting bagi perkembangan obesitas dan konsekuensi terkait, menargetkan
obesitas di ambang dewasa sangat penting. Masalah obesitas banyak dialami
oleh beberapa golongan di masyarakat, antara lain balita, anak usia sekolah,
remaja, dewasa dan orang lanjut usia. Angka prevalensi obesitas di atas baik
pada anak-anak maupun remaja dan orang dewasa sudah merupakan tanda
peringatan bagi pemerintah dan masyarakat luas bahwa obesitas dan segala
implikasinya sudah merupakan ancaman yang serius bagi masyarakat
Indonesia khususnya di kota-kota besar. Perubahan gizi pada remaja jika

6
tidak diupayakan perbaikannya akan mempengaruhi kualitas masyarakat di
masa mendatang. Gambaran obesitas di masa sekarang berdampak besar pada
gambaran obesitas di masa mendatang, sehingga perlu dicari informasi dan
perlakuan (intervensi) mengenai obesitas remaja (Eni Lestari, 2016).
Banyak penelitian mengungkapkan bahwa faktor keturunan
(genetik)mempunyai pengaruh yang penting pada terjadinya obesitas,
walaumekanismenya belum diketahui. Kemungkinan anak menjadi
obesitasdisebabkan kedua orang tuanya obesitas sebesar 80 persen,
kemungkinan anakobesitas dari salah satu ibu atau bapak yang menderita
obesitas adalah 40persen, sedangkan anak yang terlahir dari bapak dan ibu
yang tidak menderitaobesitas mempunyai kemungkinan 20 persen untuk
obesitas.
Diagnosis dan penanganan obesitas pada anak tidaklah mudah.
Pengelolaan penurunan berat badan pada anak harus dilakukan berhati-hati,
karena anak masih dalam proses pertumbuhan. Oleh karena itu, upaya yang
lebih penting adalah mencegah terjadinya obesitas pada anak sedini mungkin
dan untuk itu dibutuhkan peran orang tua dalam pengawasan pertumbuhan
anak.
STIKes Pertamedika sebagai instansi pendidikan tinggi mempunyai
peran penting (Tri Darma Perguruan Tinggi) dalam mengabdikan diri
terhahadap masyarakat dalam bentuk kegiatan sosial yaitu salah satunya dalam
bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan melakukan Edukasi
Aktivitas Fisik dalam Pencegahan Obesitas di Madrasah Aliyah Darunnajah
Kota Jakarta Selatan.
1.2 Tujuan Kegiatan
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
pengabdian kepada siswa berupa edukasi kesehatan.
1.3 Manfaat Pengabdian Masyarakat
1. Ikut berperan serta dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat berupa penyuluhan
kesehatan.

7
2. Dalam pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi Dosen di lingkungan
STIKes Pertamedika.
3. Meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat melalui penyuluhan
kesehatan.
4. Diharapkan dapat merubah perilaku kesehatan masyarakat ke arah yang
lebih baik
5. Bekerjasama dengan masyarkat dan puskesmas terkait dalam
penyelenggaraan penyuluhan kesehatan.
1.4 Bentuk Kegiatan
Edukasi Aktivitas Fisik dalam Pencegahan Obesitas di Madrasah
Aliyah Darunnajah Kota Jakarta Selatan
1.5 Waktu dan Tempat Kegiatan
Pengabdian kepada masyarakat ini lakukan pada tanggal 17 Januari
2017, dan dilaksanakan di Madrasah Aliyah Darunnajah Kota Jakarta Selatan
1.6 Sasaran
Sasaran pengadian masyarakat ini adalah siswa-siswa Madrasah
Aliyah Darunnajah Kota Jakarta Selatan
1.7 Sumber Dana Kegiatan
Sumber dana kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini di dukung
dana dari STIKes Pertamedika, Medan
1.8 Materi Pokok
3.1.1. Obesitas
a. Pengertian Obesitas
Kegemukan adalah kondisi berat tubuh melebihi berat tubuh
normal, sedangkan obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat
tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita masingmasing melebihi 20%
dan 25% dari berat tubuh. Dijelaskan lebih lanjut bahwa kegemukan dan
obesitas bisa terjadi pada berbagai kelompok usia dan jenis kelamin.
Juvenil Obesity adalah obesitas yang terjadi pada usia muda (anak-
anak).Malnutrisi yang diakibatkan pola makan yang berlebih atau asupan
gizi yang tidak seimbang lebih sering diamati pada negara-negara maju,
misalnya dikaitkan dengan angka obesitas yang meningkat. Obesitas

8
adalah suatu keadaan dimana cadangan energi yang disimpan pada
jaringan lemak sangat meningkat hingga ke mencapai tingkatan tertentu,
yang terkait erat dengan gangguan kondisi kesehatan tertentu atau
meningkatnya angka kematian (Almatsier, 2013).
Berat badan pada saat lahir sangat berpengaruh pada berat badan
anak kemudian. Bayi yang lahir dengan berat badan lebih atau rendah
berisiko menjadi obesitas di kemudian harinya. Bayi yang di dalam
kandungan menderita kekurangan gizi akan membutuhkan asupan energi
dan lemak yang tinggi setelah berada di luar kandungan. Bayi-bayi ini
akan melalui proses pertumbuhan cepat, hingga mencapai ukuran tertentu.
Setelah tumbuh lebih besar, sistem tubuh mereka adalah sistem dengan
”gaya hemat”. Istilah ini berarti janin yang kekurangan makanan pada saat
berada dalam kandungan akan tumbuh sebagai individu yang mengatur
tubuhnya untuk menyimpan lemak lebih banyak dan lebih efesien dalam
penggunaannya.
Terdapat 3 periode kritis dalam masa tumbuh kembang anak dalam
kaitannya dengan terjadinya obesitas, yaitu: periode pranatal, terutama
trimester 3 kehamilan, periode adiposity rebound pada usia 6–7 tahun dan
periode adolescence. Pada bayi dan anak yang obesitas, sekitar 26,5%
akan tetap obesitas untuk 2 dekade berikutnya dan 80% remaja yang
obesitas akan menjadi dewasa yang obesitas.
Menurut , 50% remaja yang obesitas sudah mengalami obesitas
sejak bayi, sedangkan penelitian di Jepang menunjukkan 1/3 dari anak
obes tumbuh menjadi dewasa obes dan risiko obesitas ini diperkirakan
sangat tinggi. Penelitian di Amerika menunjukkan bahwa obes pada usia
1-2 tahun dengan orang tua normal, sekitar 8% menjadi dewasa obes,
sedang obes pada usia 10-14 tahun dengan salah satu orang tuanya obes,
79% akan menjadi dewasa obesitas (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Gizi lebih berkaitan dengan pengaruh berbagai macam faktor,
antara lain daya beli yang cukup atau berlebih, ketersediaan makanan
berenergi tinggi dan rendah serat seperti fast food yang sekarang
menjamur di kota-kota besar, defisiensi aktivitas fisik karena ketersediaan

9
berbagai jenis hiburan yang tidak memerlukan banyak energi serta
pengetahuan tentang gizi yang kurang.
Menurut, Pengukuran status gizi dapat dilakukan dengan metode
antropometri. Metode ini menggunakan pengukuran terhadap berat badan,
tinggi badan, lingkaran bagian-bagian tubuh dan tebal lapisan kulit.
Pengukuran tersebut bervariasi menurut umur dan derajat gizi.
Antropometri dapat memberikan informasi tentang riwayat gizi masa
lampau. Tingkat kegemukan atau obesitas dapat diketahui dengan
menghitung indeks massa tubuh (body mass index). Indeks massa tubuh
(IMT) dihitung dengan cara membagi berat tubuh (kg) dengan kuadrat
tinggi tubuh (m).
b. Penyebab Obesitas
Penyebab obesitas pada anak bermacam-macam, tetapi umumnya
terjadi jika suplai energi melebihi kebutuhan energi anak (bukan terhadap
kecukupan gizi yang dianjurkan Recommended Dietary Intake/Allowance).
Penyebabnya mungkin karena masukan energi makanan yang berlebihan
atau karena keluaran (expenditure) yang kurang atau keduanya,
sebagaimana sering ditemukan pada anak-anak dalam keluarga dengan
sosial-ekonomi yang baik serta gaya hidup yang santai (Septiari, 2012).
Penyebab obesitas belum diketahui secara pasti. Obesitas adalah
suatu penyakit multifaktorial yang diduga bahwa sebagian besar obesitas
disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor
lingkungan, antara lain aktivitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan gizi yaitu
perilaku makan dan pemberian makanan padat terlalu dini pada bayi .
c. Dampak Obesitas Pada Kesehatan Anak
Menurut, kegemukan (obesitas) berdampak terhadap penyakit
jantung koroner, diabetes, darah tinggi, ginjal, mudah lelah dan lainnya.
Menurut, dampak obes pada anak terhadap kesehatan pada umumnya lebih
ringan jika dibandingkan pada orang dewasa yang biasanya telah
menimbulkan gangguan kesehatan atau sekurang-kurangnya merupakan
faktor risiko untuk penyakit pernafasan dan kardiovaskuler. Dijelaskan
lebih lanjut, dampak obes pada anak antara lain karena pertumbuhan dan

10
perkembangan fisik yang lebih cepat matang, sehingga pada anak wanita
lebih cepat menarche (haid untuk pertama kali) pada usia yang lebih dini.
Obes pada bayi dan anak balita umumnya belum termasuk masalah medis,
namun bukan berarti bias dibiarkan begitu saja, karena kemungkinan
untuk menjadi obes pada usia dewasa relatif lebih besar jika dibandingkan
dengan anak yang bergizi baik (Klesges et al., 1991).
Menurut dampak obesitas pada kesehatan umumnya mungkin
masih terbatas pada gangguan psikososial, yaitu keterbatasan dalam
pergaulan, aktivitas fisik, lebih suka menyendiri, dan memuaskan dirinya
dengan bersantai dan makan. Akan tetapi pada obesitas berat, mungkin
telah disertai gangguan pernafasan, hipertensi, eksima pada lipatan kulit
akibat timbunan lemak di bawah kulit yang mengakibatkan bau badan
yang tidak sedap sehingga tidak disukai teman pergaulannya.
Menurut Hidayati et.al (2006), anak obes berisiko mengalami
gangguan kesehatan (Yurni & Sinaga, 2017) seperti:
a. Penyakit Kardiovaskuler
Faktor risiko ini meliputi peningkatan: kadar insulin, trigliserida,
LDLkolesteroldan tekanan darah sistolik serta penurunan kadar HDL-
kolesterol.Risiko penyakit kardiovaskuler di usia dewasa pada anak
obesitas sebesar1,7 - 2,6. IMT mempunyai hubungan yang kuat dengan
kadar insulin.
Anak dengan IMT > persentil ke 99, 40% diantaranya
mempunyai kadar insulintinggi, 15% mempunyai kadar HDL-
kolesterol yang rendah dan 33% dengankadar trigliserida tinggi. Anak
obes cenderung mengalami peningkatantekanan darah dan denyut
jantung, serta 20-30% menderita hipertensi.
b. Diabetes Mellitus Tipe – 2
Diabetes mellitus tipe-2 jarang ditemukan pada anak obes.
Prevalensipenurunan glukosa toleran test pada anak obes adalah 25%
sedang diabetesmellitus tipe-2 hanya 4%. Hampir semua anak obesitas
dengan diabetesmellitus tipe-2 mempunyai IMT > + 3SD.
c. Obstructive sleep apnea

11
Obstruktive sleep apnea sering dijumpai pada anak obes dengan
kejadiansatu berbanding seratus dan ditunjukkan dengan gejala
mengorok.Penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak di daerah
dinding dada danperut yang mengganggu pergerakan dinding dada dan
diafragma, sehinggaterjadi penurunan volume dan perubahan pola
ventilasi paru sertameningkatkan beban kerja otot pernafasan. Pada
saat tidur terjadi penurunantonus otot dinding dada yang disertai
penurunan saturasi oksigen danpeningkatan kadar CO2, serta
penurunan tonus otot yang mengaturpergerakan lidah dan
menyebabkan lidah jatuh kearah dinding belakang faringyang
mengakibatkan obstruksi saluran nafas intermiten dan
menyebabkantidur gelisah, sehingga keesokan harinya anak cenderung
mengantuk dankurangnya suplai oksigen ke otak (hipoventilasi).
Gejala ini berkurang seiringdengan penurunan berat badan.
d. Gangguan ortopedik
Anak obes cenderung berisiko mengalami gangguan ortopedik
yangdisebabkan kelebihan berat badan, yaitu tergelincirnya epifisis
kaput femorisyang menimbulkan gejala nyeri panggul atau lutut dan
terbatasnya gerakanpanggul.
e. Pseudotumor serebri
Pseudotumor serebri akibat peningkatan ringan tekanan
intrakranial padaanak obes disebabkan oleh gangguan jantung dan
paru-paru yangmenyebabkan peningkatan kadar CO2 dan memberikan
gejala sakit kepala.
3.1.2. Remaja dan Kebutuhan Gizi
Remaja adalah masa transisi kritis antara masa kanak-kanak dan
dewasa. Ini adalah periode ketika fisik, psikologis, dan perubahan perilaku
terjadi dan ketika remaja mengembangkan banyak kebiasaan, pola perilaku,
dan hubungan mereka akan membawa kebiasaan hidup di usia dewasa.
Remaja adalah mereka yang berusia 10 – 20 tahun, dan ditandai dengan
perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi dan aspek
fungsional. WHO memberikan definisi masa remaja mulaidi usia 10 – 24

12
tahun. Menurut Depkes Rl (2005), masa remaja merupakan suatu proses
tumbuh kembang yang berkesinambungan, yang merupakan masa peralihan
dari kanak-kanak ke dewasa muda. Remaja adalah suatu masa transisi yang
disertai dengan berbagai perubahan fisiologis, perkembangan otak berjalan
dengan pesat dan peningkatan hormonal tubuh (Maryam, 2016).
Remaja didefinisikan sebagai individu yang berusia 10 hingga 20
tahun (Sarwono, 2001). Monks et.al. (2002) berpendapat bahwa secara global
masa remaja berlangsung antara 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun
adalah masa remaja awal, 15-18 tahun merupakan masa remaja pertengahan,
dan masa remaja akhir adalah usia 18-21 tahun. Perubahan ukuran tubuh,
bentuk, dan komposisi selama periode pubertas dan remaja mungkin memicu
ketidakpuasan tubuh dan makan dan kontrol berat badan praktik yang tidak
sehat, seperti melewatkan makan, sangat membatasi asupan karbohidrat,
protein atau makanan yang mengandung susu, penggunaan pencahar dan
merokok (Mushtaq et al., 2011).
Angka kecukupan gizi bagi tiap orang berbeda disesuaikan dengan
umur, jenis kelamin, dan tingkat aktivitas fisik untuk mencapai derajat
kesehatan yang baik dan terhindar dari difisiensi zat gizi. Berdasarkan hasil
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004 jumlah kecukupan energi yang
dianjurkan untuk remaja Indonesia perorang adalah sebagai berikut: laki-laki
usia 13-15 tahun (2400 kkal dan usia 16-18 tahun (2600 kkal), sedangkan
perempuan usia 13-15 tahun (2350 kkal) dan usia 16-18 tahun (2200 kkal)
(Mushtaq et al., 2011).
Anak dan remaja adalah periode yang menarik karena ini adalah masa
potensial penting dimana pola perilaku obesogenic dibentuk dan bukti
menunjukkan bahwa diet, aktivitas fisik dan pergaulan dapat dibawa sampai
dewasa. Mengingat bahwa remaja biasanya berinteraksi dengan berbagai
orang yang berbeda setiap hari, kemungkinan bahwa interaksi sosial akan
dalam beberapa cara mempengaruhi bagaimana remaja tersebut berpikir dan
bertindak tentang perilaku kesehatan, seperti menjadi aktif, tampaknya
jelas. Efek dari pengaruh sosial telah dilaporkan di sejumlah perilaku
kesehatan remaja termasuk diet dan aktivitas fisik (Caballero et al., 2017). 

13
Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan perubahan
tinggi badan, perubahan berat badan terjadi akibat penyebaran lemak pada
bagian-bagian tubuh yang hanya mengandung sedikit lemak atau bahkan tidak
mengandung lemak. Ketidakseimbangan perubahan tinggi badan dengan berat
badan menimbulkan ketidakidealan badan anak, jika perubahan tinggi badan
lebih cepat dari berat badan, maka bentuk tubuh anak menjadi jangkung
(tinggi kurus), sedangkan jika perubahan berat badan lebih cepat dari
perubahan tinggi badan, maka bentuk tubuh anak menjadi gemuk. Remaja
mengalami banyak pengaruh dan bersaing dengan rekan- rekan di sekolah
adalah periode perkembangan yang penting. Sebagai remaja adalah masa
plastisitas perkembangan di mana kebiasaan seumur hidup bisa menjadi
mapan, intervensi gaya hidup selama periode ini mungkin memiliki pengaruh
yang signifikan pada kesehatan seumur hidup. Secara khusus, promosi makan
yang masuk akal dan aktivitas fisik selama masa remaja dapat mengubah
risiko obesitas pada remaja hingga masa dewasa. Periode remaja merupakan
jendela penting kesempatan untuk intervensi gaya hidup untuk mencegah dan
mengelola akumulasi lemak tubuh jangka panjang (Achadi et al., 2010).
3.1.3. Aktifitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan komponen utama dari energy expenditure,
yaitu sekitar 20-50% dari total energy expenditure. Penelitian di negara maju
mendapatkan hubungan antara aktivitas fisik yang rendah dengan kejadian
obesitas. Individu dengan aktivitas fisik yang rendah mempunyai risiko
peningkatan berat badan sebesar 5 kg. Penelitian di Jepang menunjukkan pada
kelompok yang mempunyai kebiasaan olah raga beresiko 0,48 kali mengalami
obesitas. Penelitian terhadap anak Amerika dengan tingkat sosial ekonomi
yang sama menunjukkan bahwa mereka yang nonton televisi 5 jam perhari
mempunyai risiko obesitas sebesar 5,3 kali lebih besar dibanding mereka yang
nonton televisi 2 jam setiap harinya (Achadi et al., 2010).
Aktivitas fisik (physical activity) adalah istilah umum untuk tiap
pergerakan yang diproduksi oleh otot skeletal yang menghasilkan peningkatan
penggunaan energi-istirahat (resting energy) secara substansial. Aktivitas fisik
terdiri dari tiga komponen utama. Pertama, aktivitas kerja (occupational

14
work), yaitu aktivitas yang dilakukan dalam rangka bekerja. Kedua adalah
aktivitas domestik rumah tangga (household and other chores), yaitu aktivitas
yang dilakukan sebagai bagian aktivitas harian dalam rumah (day-today living
activities). Ketiga adalah aktivitas fisik dalam waktu bebas (leisure-time
physical activity), yaitu aktivitas yang dilakukan seseorang dalam waktu
senggang/bebas yang dimilikinya. Aktivitas fisik dalam waktu bebas ini
terbatas hanya pada kebutuhan dan ketertarikan seseorang, termasuk
didalamnya exercise dan olahraga (sport). Terdapat perbedaan antara exercise
dan olahraga. Exercise ialah aktivitas fisik yang terstruktur dan terencana
dilakukan dalam waktu bebas (leisure-time) yang biasanya bertujuan untuk
meningkatkan memelihara kebugaran fisik (physical fitness). Sedangkan
olahraga sendiri adalah sebuah bentuk aktivitas fisik yang biasanya
dikompetisikan. Didalamnya termasuk exercise yang umum dan pekerjaan
yang spesifik (Sawka et al., 2013).
Obesitas atau kegemukan yang parah terjadi karena tidak adanya
keseimbangan energi, dimana energi intake jauh lebih besar dibandingkan
energy expenditure atau energi yang terpakai dalam aktivitas fisik. Energy
intake ialah energi yang dikonsumsi sebagai makanan dan minuman yang
dapat dimetabolisme dalam tubuh kita. Sedangkan energy expenditure terdiri
dari 3 komponen utama, yakni BMR (basal metabolic rate), termogenesis
makanan (dietary thermogenesis) dan aktivitas fisik. Proporsi tiga sub energy
expenditure tersebut berbeda-beda tergantung aktivitas fisik seseorang. Pada
orang dewasa yang hidup secara sedenytary, proporsi BMR adalah 60%,
proporsi dietary thermogenesis 10% dan proporsi energi untuk aktivitas fisik
30%. Sedangkan pada pekerja yang bekerja dengan alat berat proporsi energi
expenditure sebesar 40% untuk BMR, 10% untuk dietary thermogenesis dan
50% untuk aktivitas fisik. Tampak disini bahwa aktivitas yang lebih berat
meningkatkan penggunaan energi aktivitas fisik, bervariasi nilainya ± 25%
(Ergin et al., 2007).
Penelitian menunjukkan ada hubungan yang bertolak-belakang antara
IMT dan aktivitas fisik. Menurun dan rendahnya tingkat aktivitas fisik
dipercaya sebagai salah satu hal yang menyebabkan obesitas. Tren kesehatan

15
terkini juga menunjukkan prevalensi obesitas meningkat bersamaan dengan
meningkatnya perilaku sedentary dan berkurangnya aktivitas fisik (Salvy et
al., 2012).
Sebuah penelitian yang diadakan di Inggris oleh tim peneliti dari
ALSPAC (Avon Longitudinal Study of Parents and Children) yang meneliti
anak sejak dalam kandungan hingga usia 7 tahun, menemukan kaitan antara
menonton televisi dengan kejadian obesitas. Odds ratio kemungkinan menjadi
obesitas meningkat linier dengan bertambahnya waktu menonton televisi.
Anak yang menonton televisi 4 sampai 8 jam perminggu diusia 3 tahun, maka
kemungkinan untuk menjadi obes (odds ratio) pada usia 7 tahun adalah 1.37
kali lebih besar. Secara keseluruhan anak yang menonton televisi lebih dari
delapan jam seminggu memiliki kemungkinan menjadi obes 1,55 kali lebih
besar dibandingkan anak yang menonton televisi kurang dari delapan jam
perminggu (Mahdali et al., 2013).
Dijelaskan lebih lanjut, menonton televisi merupakan salah satu bentuk
bermain pasif yang membuat anak merasa bahagia dan senang. Kesenangan
ini tidak selamanya berdampak positif bila dilakukan secara berlebihan.
Menonton televisi berisiko meyebabkan obesitas karena aktivitas bukan fisik
ini telah mengambil waktu anak yang seharusnya bisa digunakan untuk
melakukan aktivitas fisik. Berkurangnya aktivitas fisik pada akhirnya akan
berakibat menurunnya energi yang digunakan (energy expenditure). Menonton
televisi juga sangat berkaitan erat dengan kebiasaan makan makanan ringan
(snacking) yang akan memberikan asupan energi yang tinggi pada anak.
Ketidakseimbangan neraca energi inilah yang menyebabkan obesitas.
Penelitian tersebut menyebutkan bahwa, aktivitas tidur menjadi salah
satu aktivitas yang harus disoroti. Terdapat hubungan yang erat antara jumlah
waktu tidur anak dengan kejadian obesitas. Selain itu, pendapat yang sama
pada penelitian yang dilakukan tahun 1960-2000 menyebutkan, kejadian
kegemukan meningkat dua kali lipat terjadi pada mereka yang memiliki
kelebihan tidur 1 hingga 2 jam (Lee & Ham, 2015).
Angka kejadian obesitas pada anak yang semakin
mengkhawatirkanmenimbulkan pertanyaan bagaimana cara menurunkan berat

16
badan anakmenjadi normal. Satu komponen yang sangat penting dalam
penurunan beratbadan, terutama pada anak-anak adalah aktivitas fisik.
Kegiatan ini tidak hanyaakan membakar energi, tapi juga dapat memperkuat
tulang dan otot danmembantu anak-anak tidur dengan nyenyak di malam hari
dan terjaga di sianghari. Kebiasaan seperti ini yang dibangun sejak masa
kanak-kanak akanmembantu menjaga berat badan pada kisaran yang sehat
pada masadewasanya, meskipun anak-anak mengalami pertumbuhan yang
pesat,perubahan hormon dan perubahan sosial yang seringkali menyebabkan
terlalubanyak makan (Chu & Choe, 2010).

17
BAB II
HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Tahap Pesiapan PKM
Pelaksanaan pengabdian dilakukan tahap pertama merupakan tahap
persiapan berupa pengurusan administrasi seperti pengurusan izin pelaksaan
kegiatan secara langsung pada Kepala sekolah Madrasah Aliyah Darunnajah
Kota Jakarta Selatan, yang kemudian ditindak lanjuti dengan surat balasan dari
sekolah bahwa dapat melakukan kegiatan PKM tanggal 17 Januari 2017.
Selanjutnya, pada tahap ini kelompok pengabdi melakukan suvey
pendahuluan untuk melihat kondisi di lapangan mengenai status gizi siswa
secara fisik. Dalam tahap ini dicari permasalahan-permasalahan gizi yang
dihadapi oleh siswa sehingga dapat dicegah. Pihak sekolah juga telah
menginformasikan kepada siswa-siswi agar hadir pada kegiatan untuk
menambah wawasan tentang hubungan aktivitas fisik dengan kejadian
obesitas pada remaja. Berikut beberapa hal-hal yang dipersiapkan sebelum
kegiatan penyuluhan sebagai berikut:
1. Susunan acara
2. Daftar hadir
3. Media penyuluhan
4. Spanduk kegiatan
5. Konsumsi peserta
B. Pelaksaan PKM
Program pengabdian masyarakat akan menerapkan konsep-konsep
perilaku sehat dan gizi seimbang untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat khususnya siswa-siswi. Olehnya itu perlu dilakukan pendekatan
secara komunitas maupun keluarga sebagai dasar dalam pemberian pelayanan
kesehatan utama pada masyarakat. Dalam tahap ini pengabdi melakukan
kegiatan manajemen perilaku dalam bentuk penyuluhan tentang pentingnya
aktivitas fisik dalam pencegahan obesitas. Tim Pelaksana melakukan
penyuluhan kepada siswa-siswi selama 1 hari yaitu pada tanggal 17 Januari
2017.

18
Penyuluhan dilaksanakan sesuai rencana dengan total 2 sesi yang
diberikan oleh mahasiswa dalm bentuk presentasi materi dan ilustrasi
pengukuran tinggi dan berat badan peserta yang di dampingi oleh dosen
pengabdi, total peserta yang mengikuti pelatihan adalah 47 siswa-siswi. Pada
pelaksanaan kegiatan pengabdian dimulai pukul 09.00 dengan pembukaan
kegiatan serta perkenalan selama 30 menit. Setelah pembukaan selesai
dilakukan, pada pukul 09.30 sesi pertama dimulai. Sesi satu berupa pembgian
leafleat edukasi aktivitas fisik dan penyampaian materi atau penjelasan secara
teoritis tentang hubungan pola makan dan aktivitas fisik dengan kaejadian
obesitas. Siswa diajak memahami berbagai aktivitas yang baik dilakukan dan
makanan yang baik di konsumsi. Pada sesi ini di diharapkan siswa mengenali
aktivitas fisik dan makanan yang baik dikonsumsi setiap sehari-hari sesuai
dengan kebutuhan gizi masing-masing. Pembahasan kemudian diarahkan pada
memilih jenis kegiatan yang dapat membantu mempercepta metabolisme
lemak dan mencoba untuk memilih jenis bahan makan yang akan di konsumsi
dengan mudah dan menarik. Materi tentang teori obesitas dilangsungkan
selama 1,5 jam. Sesi kedua yaitu diskusi dan Tanya jawab dimulai dari pukul
11.01-11.45, dimana pada kegiatan ini siswa-siswi menyebutkan jenis
makanan yang biasa dikonsumsi dan aktivitas fisik yang dilakukan setiap hari
kemudian siswa yang lain mengomentari berdasarkan materi yang telah
disampaikan, dimana dengan ini diharapkan dapat merangsang siswa agar
lebih mudah memahami jenis makanan dan aktivitas fisik yang tidak hanya
melakukan aktivitas dan mengkonsumsi makanan tetapi juga paham dampak
yang dihasilkan. Pada sesi ini juga pengabdi coba membandingkan aktivitas
fisik remaja sekarang dengan remaja beberapa tahun yang lalu termasuk
membandingkan permainan tradisional dengan permainan yang sudah modern
serba digital. Setelah semua itu selesai siswa ditunjuk untuk ajukan pertanyaan
tentang obesitas yang masih belum dipahami ke pemateri. Setelah semua
pertanyaan siswa-siswi telah dijawab yang menadakan berakhirnya sesi Tanya
jawab dan diskusi. Pada pukul 11.46 sampai dengan pukul 12.00 dilakukan
penutupan kegiatan sekaligus makan buah bersama dan pengambilan foto
bersama seluruh siswa-siswi.

19
C. Hambatan PKM
Lancarnya pelaksanaan kegiatan pengabdian bukan berari tanpa
hambatan. Selama pengabdian ada beberapa hal yang diidentifikasi sebagai
factor penghambat kegiatan pengabdian diantaranya adalah rendahnya
kemauan daya baca bagi sebagian peserta penyuluhan. Pelaksanaan
pengabdian kepada masyarakat ini lancer karena mendapat dukungan penuh
dari beberapa pihak yang terlibat seperti pihak sekolah dan STIKes
Pertamedika selaku pemberi dana kegiatan. Namun beberapa orang tua murid
dan tenaga kesehatan serta pemerintah setempat belum sempat hadir
dikarenakan pelaksanaan kegiatan ini bertepatan dengan kegiatan lain yang
tidak kalh penting dan tidak bias ditinggalkan.
D. Evaluasi PKM
Tahap evaluasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran hasil yang
telah dicapai oleh peserta penyuluhan. Masukan dan perbaikan lebih lanjut
dapat dilakukan pada tahap ini. Evaluasi dilakukan dengan cara tanya jawab
dan diskusi, namun banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh peserta
menandakan bahwa materi yang disampaikan sangat menarik dan masih
banyak yang materi yang perlu diberikan. Pengetahuan siswa-siswa ini dapat
lebih luas ketika pelaksaan kegiatan edukasi dengan tema sama dapat
dilakukan secara berkala yang pada akhirnya akan merubah sikap dan tidakan
siswa-siswa dalam melakukan aktivitas terutama yang menderita obesitas.
Pelaksanaan kegiatan ini juga harus melibatkan orang tua, guru, tenaga
kesehatan dan pemerintah setempat demi memperbaiki derajat kesehatan.

Tabel 1. Hasil Evaluasi Pre test dan Post Test Edukasi Aktivitas Fisik
dalam Pencegahan Obesitas
Edukasi Obesitas
Evaluasi Sebelum Sesudah p-Value
Mean SD Mean SD
Pengetahua
9,23 1,54 9,86 1,37 0,007
n
Sikap 7,81 1,37 8,12 1,01 0,001
Tindakan 8,46 1,87 8,98 1,46 0,034
Sumber : Data Primer, 2019

20
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 47 peserta penyuluhan terjadi
peningkatan nilai rata-rata pengetahuan sebelum dilakukan edukasi
nilai rata-rata 9,23 dan setelah nilai rata-rata 9,86 dengan nilai p
(0,007), sikap sebelum dilakukan edukasi nilai rata-rata 7,81 dan
setelah nilai rata-rata 8,21 dengan nilai p (0,001), tindakan sebelum
dilakukan edukasi nilai rata-rata 8,46 dan setelah nilai rata-rata 8,98
dengan nilai p (0,034).

21
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
1. Kegiatan edukasi dapat memberikan wawasan bagi murid dan guru
tentang hubungan aktivitas fisik dengan obesitas.
2. Siswa-siswa dapat membedakan aktifitas fisik yang baik dan kurang baik
bagi tubuh.
3. Siswa-siswa dapat membedakan pola makan yang seibang sesuai dengan
kebutuhan gizi sehari-hari.
4. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat mendapatkan respon yang
antusias dari para siswa-siswi Madrasah.
5. Didapatkan 3 pertanyaan dari peserta penyuluhan terkait materi
penyuluhan dan siswa-siswi di sekolah tersebut mengharapkan ada
kegiatan penyuluhan kembali terkait obesitas dan diet.
B. Rekomendasi
1. Pihak sekolah sebaiknya membuat program khusus tentang aktivitas fisik
terutama aktivitas bermain seperti permainan tradisional selain menjaga
kesehatan juga bias memperkenalkan budaya.
2. Bagi orang tua sebaiknya lebih memperhatikan lagi kebiasaan makan anak
serta aktivitas fisiknya.
3. Pihak tenaga kesehatan sebaiknya melakukan pemantauan status gizi dan
penyuluhan kesehatan serupa yang dilaksanakan secara kontinyu untuk
meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan para siswa/siswi terutama
mengenai obesitas. Kegiatan dapat berupa penyuluhan secara
berkelanjutan kepada seluruh siswa-siswi.

22
DAFTAR PUSTAKA
Achadi, Endang et al. 2010. “Sekolah Dasar Pintu Masuk Perbaikan Pengetahuan,
Sikap, Dan Perilaku Gizi Seimbang Masyarakat.” Kesmas: National
Public Health Journal 5(1): 42–48.
Al-Hazzaa, Hazzaa M et al. 2012. “Lifestyle Factors Associated with Overweight
and Obesity among Saudi Adolescents.” BMC public health 12(1): 354.
Al-Rethaiaa, Abdallah S, Alaa-Eldin A Fahmy, and Naseem M Al-Shwaiyat.
2010. “Obesity and Eating Habits among College Students in Saudi
Arabia: A Cross Sectional Study.” Nutrition journal 9(1): 39.
Anto, Anto, Sumardi Sudarman, and Saskiyanto Manggabarani. 2017. “The Effect
Of Counseling to Modification the Lifestyle On Prevention Of Obesity In
Adolescents.” PROMOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat 7(2): 99–106.
Brown, Tamara et al. 2015. “Diet and Physical Activity Interventions to Prevent
or Treat Obesity in South Asian Children and Adults: A Systematic
Review and Meta-Analysis.” International journal of environmental
research and public health 12(1): 566–94.
Caballero, B., S. Vorkoper, N. Anand, and J. A. Rivera. 2017. “Preventing
Childhood Obesity in Latin America: An Agenda for Regional Research
and Strategic Partnerships.” Obesity Reviews 18(July): 3–6.
Chu, Mi, and Byung-Ho Choe. 2010. “Obesity and Metabolic Syndrome among
Children and Adolescents in Korea.” Journal of the Korean Medical
Association 53(2): 142–52.
Departemen Kesehatan. 2018. “Riset Kesehatan Dasar.” Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Eni Lestari, Fillah Fithra Dieny. 2016. “Pengaruh Konseling Gizi Sebaya
Terhadap Asupan Serat Dan Lemak Jenuh Pada Remaja Obesitas Di
Semarang.” Journal ofNutrition College 5(1): 36–43.
Ergin, Filiz, Pınar Okyay, Gonca Atasoylu, and Erdal Beser. 2007. “Nutritional
Status and Risk Factors of Chronic Malnutrition in Children under Five
Years of Age in Aydin, a Western City of Turkey.” Turkish Journal of
Pediatrics 49(3): 283.
Ha, Hyungserk, Chirok Han, and Beomsoo Kim. 2017. “Can Obesity Cause
Depression? Using Pseudo Panel Analysis.” Cell 10: 5061–8720.
Kant, Ashima K, and Barry I Graubard. 2011. “20-Year Trends in Dietary and
Meal Behaviors Were Similar in US Children and Adolescents of
Different Race/Ethnicity–3.” The Journal of nutrition 141(10): 1880–88.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang (Pedoman Teknis
Bagi Petugas Dalam Memberikan Penyuluhan Gizi Seimbang). ed.
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Klesges, Robert C et al. 1991. “Parental Influence on Food Selection in Young
Children and Its Relationships to Childhood Obesity.” The American
journal of clinical nutrition 53(4): 859–64.
Lee, Gyuyoung, and Ok Kyung Ham. 2015. “Factors Affecting Underweight and
Obesity Among Elementary School Children in South Korea.” Asian

23
Nursing Research 9(4): 298–304.
Lubans, David R, Jordan J Smith, Geoff Skinner, and Philip J Morgan. 2014.
“Development and Implementation of a Smartphone Application to
Promote Physical Activity and Reduce Screen-Time in Adolescent
Boys.” Frontiers in public health 2: 42.
Mahdali, Mohamad Ikbal, Rahayu Indriasari, and Ridwan Thaha. 2013. “Efek
Edukasi Gizi Terhadap Pengetahuan, Sikap Serta Perubahan Perilaku
Remaja Obesitas Di Kota Gorontalo.” Media Kesehatan Masyarakat
Indonesia 1(1).
Maryam, Siti. 2016. Jakarta Selatan: Salemba Medika Gizi Dalam Kesehatan
Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika.
Mushtaq, Muhammad Umair et al. 2011. “Dietary Behaviors, Physical Activity
and Sedentary Lifestyle Associated with Overweight and Obesity, and
Their Socio-Demographic Correlates, among Pakistani Primary School
Children.” International Journal of Behavioral Nutrition and Physical
Activity 8(1): 130.
Noviani, Kurnia, Effatul Afifah, and Dewi Astiti. 2016. “Kebiasaan Jajan Dan
Pola Makan Serta Hubungannya Dengan Status Gizi Anak Usia Sekolah
Di SD Sonosewu Bantul Yogyakarta.” Jurnal Gizi dan Dietetik
Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) 4(2): 97–104.
Salvy, Sarah-Jeanne, Kayla De La Haye, Julie C Bowker, and Roel C J Hermans.
2012. “Influence of Peers and Friends on Children’s and Adolescents’
Eating and Activity Behaviors.” Physiology & behavior 106(3): 369–78.
Sawka, Keri Jo et al. 2013. “Friendship Networks and Physical Activity and
Sedentary Behavior among Youth: A Systematized Review.”
International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity
10(1): 130.
Septiari, Bety Bea. 2012. “Mencetak Balita Cerdas Dan Pola Asuh Orang Tua.”
Nuha Medika, Yogyakarta.
Sunita, Almatsier. 2009. “Prinsip Dasar Ilmu Gizi.” Gramedia. Jakarta.
Yurni, Adelwais Febriati, and Tiurma Sinaga. 2017. “Praktik Membawa Bekal
Menu Seimbang Anak Sekolah.” Media Gizi Indonesia 11(2): 183–90.

24
LAMPIRAN

KUESIONER EDUKASI AKTIVITAS FISIK DALAM PENCEGAHAN


OBESITAS DI MADRASAH ALIYAH DARUNNAJAH
KOTA JAKARTA SELATAN

1. Aktivitas fisik di waktu luang adik : Apakah adik melakukan salah satu
kegiatan berikut dalam 7 hari terakhir (minggu lalu)? Jika ya, berapa kali?
a. Tidak Pernah
b. 1-2 Kali
c. 3-4 Kali
d. 5-6 Kali
e. ≥ 7 kali
2. Dalam 7 hari terakhir, selama kelas pendidikan olah raga (POR), seberapa
sering adik sangat aktif (bermain keras, berlari, melompat, melempar)? (Tandai
salah satunya.)
a. Saya tidak melakukan POR
b. Hampir tidak pernah
c. Terkadang
d. Cukup sering
e. Selalu
3. Dalam 7 hari terakhir, apa yang adik lakukan sebagian besar waktu saat
istirahat?
a. Duduk (berbicara, membaca, mengerjakan tugas)
b. Berdiri sekitar atau berjalan di sekitar
c. Berlari atau memainkan sedikit
d. Berlari sekitar dan bermain cukup sedikit
e. Berlari dan bermain keras sebagian besar pada waktu istirahat
4. Dalam 7 hari terakhir, apa yang biasanya adik lakukan saat makan siang (selain
makan siang)?
a. Duduk (berbicara, membaca, mengerjakan tugas)
b. Berdiri sekitar atau berjalan di sekitar c
c. Berlari atau memainkan sedikit
d. Berlari sekitar dan bermain cukup sedikit
e. Berlari dan bermain keras sebagian besar pada waktu istirahat

25
5. Dalam 7 hari terakhir, berapa hari setelah pulang sekolah, adk melakukan
olahraga, tari, atau bermain di mana adik sangat aktif? (Tandai salah satunya.)
a. Tidak ada
b. 1 kali minggu lalu
c. 2 atau 3 kali minggu lalu
d. 4 kali minggu lalu
e. 5 kali minggu lalu 6.
6. Dalam 7 hari terakhir, berapa banyak malam adik lakukan olahraga, tari, atau
bermain di mana adik sangat aktif?
a. Tidak ada
b. 1 kali minggu lalu
c. 2 atau 3 kali minggu lalu
d. 4 atau 5 kali minggu lalu
e. 6 atau 7 kali minggu lalu

Jakarta, 21 juni 2017


Peserta Pengabdian

(…………………………………..)

26
SUSUNAN ACARA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DI
MADRASAH ALIYAH DARUNNAJAH KOTA JAKARTA SELATAN
17 Februari 2017

NO PUKUL KEGIATAN PELAKSANA


1 08.00-08.30 Persiapan Dan Pembukaan MC
Pengukuran Tinggi Badan dan Mahasiswa dan
2 08.30-09.15
Berat Badan serta Pre Test Dosen Pengabdi
Pemaparan Materi Edukasi
Mahasiswa dan
2 09.15-11.15 Aktivitas Fisik Dalam Pencegahan
Dosen Pengabdi
Obesitas dan Post Test
Mahasiswa dan
3 11.15-12.00 Diskusi dan Tanya Jawab
Dosen Pengabdi
4 12.00-12.30 Penutupan MC

Jakarta, 21 juni 2017


Ketua Pengabdi

(Saskiyanto Manggabarani, SKM, M.Kes, M.Si)

27
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB BELANJA
.
Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Saskiyanto Manggabarani, SKM, M.Kes, M.Si


Alamat : Jl. Bintaro Raya No.10, RT.4/RW.10, Tanah Kusir, Kec. Kby. Lama,
Kota Jakarta Selatan
     
Berdasarkan tugas dosen melakukan teridarma perguruan tinggi maka
mengajukan RAB pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat “Edukasi
Aktivitas Fisik dalam Pencegahan Obesitas di Madrasah Aliyah Darunnajah Kota
Jakarta Selatan” sebesar Rp 3.756.000,-.
 
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Biaya kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat di bawah ini meliputi :
No Jenis Pengeluaran Biaya Yang
Diusulkan
1. Bahan Rp. 1.503.000,-
Pengadaan alat tulis kantor dan Bahan habis pakai
pada proses pengabdian masyarakat seperti Proposal,
Modul, Leflet.
2. Pengumpulan Data Rp. 1.512.000,-
Sekretariat/administrasi pengabdi, Petugas survei,
transport pengurusan surat dan pelaksanaan
Pengabdian kepada Masyarakat, Biaya konsumsi
peserta Pengabdian kepada Masyarakat, Sewa
Peralatan Pengabdian kepada Masyarakat
3. Analisis Data Rp. 400.000,-
Entry dan pengolah data, Biaya konsumsi rapat
4. Pelaporan, Luaran Wajib dan Luaran Tambahan Rp. 341.000,-
Transportasi Pertemuan Ilmiah, Publikasi artikel di
Jurnal.
TOTAL Rp. 3.756.000,-
2. Jumlah uang tersebut pada angka 1, benar-benar dikeluarkan untuk pelaksanaan
kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dimaksud.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya

Jakarta, 21 juni 2017


Ketua Pengabdi

28
(Saskiyanto Manggabarani, SKM, M.Kes, M.Si)

SUSUNAN KEPANITIAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DI


MADRASAH ALIYAH DARUNNAJAH KOTA JAKARTA SELATAN
17 Januari 2017

1. Pelindung : Ketua Yayasan Pendidikan Pertamedika


Asep Saifudin, SH, MM, CHRP.
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pertamedika
Muhammad Ali, SKM, M.Kep

2. Penasehat : Wakil Ketua I


Dr. Lenny Rosby Rimbun, S.Kp, M.Si, M.Kep
Wakil Ketua II
Sri Sumartini, SE
Wakil Ketua III
Ns. Maryati, S.Sos, S.Kep, MARS.

3. Penanggung Jawab : Unit Penelitian dan Pengabdian Kepada


Masyarakat
Dewi Siti Oktavianti, S.Kep, M.Kep
Saskiyanto Manggabarani, SKM, M.Kes, M.Si
Ns. Yenni Malkis, S.Kep
Ns.Gaung Eka Ramadhan, S.Kep
Ketua Program Studi Gizi
Falah Indriawati Barokah, S.Gz, M.Gizi

4. Pelaksana Kegiatan : Saskiyanto Manggabarani, SKM, M.Kes M.Si


Aini Meisyifa
Alfian Fitriani

29
DOKUMENTASI PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DI
MADRASAH ALIYAH DARUNNAJAH KOTA JAKARTA SELATAN
17 Januari 2017

30
31
32

Anda mungkin juga menyukai