Ilmu Pendidikan
Di Susun Oleh
Zulzila
P10121017
Kelas B
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Obesitas pada anak anak
dan remaja ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Ilmu kependudukan . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Perangkat dan Konektifitas Internet of Things bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
BAB 1 ............................................................................................................................. 4
Pendahuluan ................................................................................................................. 4
Tujuan ...................................................................................................................... 6
BAB II ............................................................................................................................. 7
Pembahasan ................................................................................................................. 7
Penutup ...................................................................................................................... 13
Kesimpulan ............................................................................................................ 13
Saran ....................................................................................................................... 13
Latar Belakang
Remaja termasuk salah satu kelompok rentan gizi karena remaja berada pada
siklus pertumbuhan atau perkembangan yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah
yang lebih besar dari kelompok umur yang lain. Selain itu, adanya perubahan gaya
hidup seseorang remaja dapat meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizinya sehingga
dapat mempengaruhi status zat gizi seorang remaja.
Masalah gizi pada remaja sering terjadi sebagai akibat konsumsi makanan
dengan tidak memperhatikan kaidah gizi dan kesehatan. Akibat asupan gizi secara
kualitas dan kuantitas tidak sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
dianjurkan. Selain itu masalah gizi pada remaja muncul dikarenakan perilaku gizi yang
salah, yaitu ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang
dianjurkan. Ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dengan kebutuhan
pada remaja akan menimbulkan masalah gizi kurang atau masalah gizi lebih.
Oleh sebab itu dapat dikatakan remaja sangat rentan terhadap gizi lebih.
Prevalensi gizi lebih mengalami tren yang terus meningkat. Hal ini di buktikan dengan
prevalensi nasional berdasarkan data hasil analisis data Riskesdas tahun 2018 dapat
dilihat bahwa prevalensi gizi lebih pada remaja berdasarkan Indeks Massa Tubuh
(IMT) umur 16-18 tahun yang mengalami kelebihan berat badan yaitu 7,3% yang
terdiri dari 5,7% gizi lebih dan 1,6% obesitas, hasil ini jauh lebih meningkat
dibandingkan pada tahun 2010 yang hanya sebesar 1,4% remaja mengalami kelebihan
berat badan (Riskesdas, 2013). Kemudian pada Riskesdas 2018 dinyatakan bahwa
kejadian obesitas sentral pada remaja usia ≥15 tahun sebanyak 31% lebih tinggi
daripada hasil riskesdas 2013 yaitu sebanyak 26,6% (Riskesdas, 2018).
Obesitas anak dan remaja telah mencapai tingkat epidemi di Amerika Serikat.
Saat ini, sekitar 17% anak-anak AS mengalami obesitas. Obesitas dapat mempengaruhi
semua aspek anak termasuk kesehatan psikologis dan kardiovaskular mereka; juga,
kesehatan fisik mereka secara keseluruhan terpengaruh. Hubungan antara obesitas dan
kondisi lain membuatnya menjadi masalah kesehatan masyarakat bagi anak-anak dan
remaja. Karena peningkatan prevalensi obesitas di kalangan anak-anak, berbagai studi
penelitian telah dilakukan untuk menemukan hubungan dan faktor risiko apa yang
meningkatkan kemungkinan seorang anak mengalami obesitas. Sementara gambaran
lengkap dari semua faktor risiko yang terkait dengan obesitas masih sulit dipahami,
kombinasi diet, olahraga, faktor fisiologis, dan faktor psikologis penting dalam
pengendalian dan pencegahan obesitas pada masa kanak-kanak; dengan demikian,
semua peneliti setuju bahwa pencegahan adalah strategi kunci untuk mengendalikan
masalah saat ini. Metode pencegahan primer ditujukan untuk mendidik anak dan
keluarga, serta mendorong pola makan dan olahraga yang tepat sejak usia muda hingga
dewasa, sedangkan pencegahan sekunder ditargetkan untuk mengurangi efek obesitas
pada masa kanak-kanak untuk mencegah anak melanjutkan kebiasaan tidak sehat dan
obesitas. ke masa dewasa. Kombinasi pencegahan primer dan sekunder diperlukan
untuk mencapai hasil terbaik. Artikel ulasan ini menyoroti implikasi kesehatan
termasuk faktor komorbiditas fisiologis dan psikologis, serta epidemiologi, faktor
risiko, pencegahan, dan pengendalian obesitas masa kanak-kanak dan remaja di
Amerika Serikat (Lowe, Morton, and Reichelt 2020)
Rumusan Masalah
1.2 Definisi Penyakit Obesitas Pada anak dan Remaja
2.2 Faktor Resiko Penyakit Obesitas Pada Remaja
3.2 Efek Kesehatan dari Obesitas Anak
4.2 Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Obesitas
Tujuan
1. Definisi Penyakit Obesitas Pada anak dan Remaja
2. Faktor Resiko Penyakit Obesitas Pada Remaja
3. Efek Kesehatan dari Obesitas Anak
4. Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Obesitas
BAB II
Pembahasan
Obesitas atau yang biasa kita kenal sebagai kegemukan merupakan suatu
masalah yang cukup merisaukan di kalangan remaja. Pada remaja putri, kegemukan
menjadi permasalahan yang cukup berat, karena keinginan untuk tampil sempurna
yang seringkali diartikan dengan memiliki tubuh ramping dan proporsional, merupakan
idaman bagi mereka, Obesitas (kegemukan) adalah keadaan terdapatnya timbunan
lemak berlebihan dalam tubuh. Secara klinik biasanya dinyatakan dalam bentuk Indeks
Masa Tubuh (IMT) > 30 kg/m2. Untuk orang Asia, kriteria obesitas apabila IMT >
25kg/m2.23 Wiardani membagi jenis obesitas dalam dua tipe, yakni obesitas overall
yang dinilai berdasarkan indeks massa tubuh dan obesitas sentral yang dinilai
berdasarkan lingkar pingang.
Menurut para ahli, didasarkan pada hasil penelitian, obesitas dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor genetik, disfungsi
salah satu bagian otak, pola makan yang berlebih, dan faktor lingkungan.
1. Genetik
Kegemukan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada generasi
berikutnya di dalam sebuah keluarga. Itulah sebabnya kita seringkali
menjumpai orangtua yang gemuk cenderung memiliki anak-anak yang
gemuk pula. Dalam hal ini nampaknya faktor genetik telah ikut campur
dalam menentukan jumlah unsur sel lemak dalam tubuh. Hal ini
dimungkinkan karena pada saat ibu yang obesitas sedang hamil maka unsur
sel lemak yang berjumlah besar dan melebihi ukuran normal, secara
otomatis akan diturunkan kepada sang bayi selama dalam kandungan. Maka
tidak heranlah bila bayi yang lahirpun memiliki unsur lemak tubuh yang
relatif sama besar. Seorang anak punya 40% kemungkinan mengalami
kegemukan, bila salah satu orangtuanya obesitas. Bila kedua orangtuanya
kelebihan berat badan, maka kemungkinan seorang anak mengalami
obesitas pun naik hingga 80%.
2. Pola Makan Berlebihan
Orang yang kegemukan lebih responsif dibanding dengan orang berberat
badan normal terhadap isyarat lapar eksternal, seperti rasa dan bau makanan,
atau saatnya waktu makan. Orang yang gemuk cenderung makan bila ia
merasa ingin makan, bukan makan pada saat ia lapar. Pola makan berlebih
inilah yang menyebabkan mereka sulit untuk keluar dari kegemukan jika
sang individu tidak memiliki kontrol diri dan motivasi yang kuat untuk
mengurangi berat badan.
3. Kerusakan pada salah satu bagian otak
Sistem pengontrol yang mengatur perilaku makan terletak pada suatu bagian
otak yang disebut hipotalamus, sebuah kumpulan inti sel dalam otak yang
langsung berhubungan dengan bagian-bagian lain dari otak dan kelenjar
dibawah otak. Hipotalamus mengandung lebih banyak pembuluh darah dari
daerah lain pada otak, sehingga lebih mudah dipengaruhi oleh unsur kimiawi
dari darah. Dua bagian hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makan
yaitu hipotalamus lateral (HL) yang menggerakan nafsu makan (awal atau
pusat makan); hipotalamus ventromedial (HVM) yang bertugas merintangi
nafsu makan (pemberhentian atau pusat kenyang). Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa bila HL rusak/hancur maka individu menolak untuk
makan atau minum, dan akan mati kecuali bila dipaksa diberi makan dan
minum (diberi infus). Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bagian HVM
maka seseorang akan menjadi rakus dan kegemukan
4. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang untuk menjadi
gemuk. Jika seseroang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap
gemuk adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka orang tersebut akan
cenderung untuk menjadi gemuk. Selama pandangan tersebut tidak
dipengaruhi oleh faktor eksternal maka orang yang obesitas tidak akan
mengalami masalah-masalah psikologis sehubungan dengan kegemukan.
Olahraga juga dapat mengurangi rata-rata angka kesakitan dan kematian beberapa
penyakit kronik. Dokter dapat menekankan urgensinya aktivitas fisik pada penderita, dan
menyarankan untuk melakukan aktivitas fisik paling sedikit 150 menit perminggu. Latihan fisik
saja sudah dapat menurunkan berat badan rata-rata 2-3 kg. Perubahan perilaku merupakan
usaha maksimal untuk menerapkan Pengosongan makanan dari kantong kecil tersebut akan
secara pelan-pelan melalui ikatan yang dibuat dan penderita tidak akan merasa lapar sampai
beberapa jam. Dengan intervensi bedah ini, diharapkan dapat menurunkan berat badan dari
20 kg sampai lebih dari 100kg.
Dua uji coba kontrol acak dari 182 keluarga dilakukan dari November 2005
hingga September 2007, dan mereka mempelajari kemanjuran pedoman pengobatan
obesitas anak AS pada anak usia 4 hingga 9 tahun dengan BMI standar (ZBMI) lebih
besar dari persentil 85.54 Secara singkat , Percobaan 1 mempelajari dampak pada
ZBMI dengan mengurangi makanan ringan dan minuman manis dan meningkatkan
buah-buahan, sayuran, dan produk susu rendah lemak.54 Percobaan 2 mempelajari
dampak pada ZBMI dengan mengurangi minuman manis dan meningkatkan aktivitas
fisik dan meningkatkan -konsumsi susu berlemak dan mengurangi menonton televisi.
Dalam Uji Coba 1, ZBMI yang dihasilkan berkurang dalam waktu 6 bulan, dan ini
dipertahankan hingga bulan ke-12 (ÿZBMI 0-12 bulan = ÿ0,12 ± 0,22).53 Dalam Uji
Coba 2, ZBMI yang dihasilkan berkurang dalam waktu 6 bulan dan berlanjut ke
membaik hingga 12 bulan (ÿZBMI 0-12 bulan = ÿ0,16 ± 0,31).50 Sebuah percobaan
cluster-randomized serupa di Inggris mempelajari efek pengurangan minuman
berkarbonasi pada jumlah anak dengan obesitas di 29 kelas (644 anak ).51 Hasil
menunjukkan bahwa penurunan 0,6 gelas minuman berkarbonasi (250 mL)(Wang et
al. 2019).
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Saran
Lowe, Cassandra J., J. Bruce Morton, and Amy C. Reichelt. 2020. “Adolescent
Obesity and Dietary Decision Making—a Brain-Health Perspective.” The Lancet
Child and Adolescent Health. Elsevier B.V. https://doi.org/10.1016/S2352-
4642(19)30404-3.
Fabiaula jillan maulida. 2019. “ Faktor Faktor yang mempengaruh kejadian obesitas
pada siswa sekolah menengah atas. Vol. 17 Hal 185-190
Salam, Abdul, Konsentrasi Gizi Program, Studi Kesmas, and Pps Unhas. 2010.
“FAKTOR RISIKO KEJADIAN OBESITAS PADA REMAJA.” Vol. 6.
Tinjauan Pustaka II.
Sanyaolu, Adekunle, Chuku Okorie, Xiaohua Qi, Jennifer Locke, and Saif Rehman.
2019. “Childhood and Adolescent Obesity in the United States: A Public Health
Concern.” Global Pediatric Health. SAGE Publications Inc.
https://doi.org/10.1177/2333794X19891305.
Wang, Simeng, Qi Sun, Lingling Zhai, Yinglong Bai, Wei Wei, and Lihong Jia.
2019. “The Prevalence of Depression and Anxiety Symptoms among
Overweight/Obese and Non-Overweight/Non-Obese Children/Adolescents in
China: A Systematic Review and Meta-Analysis.” International Journal of
Environmental Research and Public Health 16 (3).
https://doi.org/10.3390/ijerph16030340.