Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK OBESITAS

Keperawatan Anak Obesitas

Dosen pengampu: Kartika,S.kep.,Ns,M.K.M

Nama kelompok;
1.Melinda santia 201802072
2.Yupita ratnawati 201902090

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN


PRODI S1 KEPERAWATAN
2020/2021

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam yang telah memberikan
begitu banyak nikmat yang tak terhitung jumlahnya, terutama nikmat
sehat wal afiat sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat
pada waktunya. Sholawat serta salam tak lupa penulis panjatkan
kepada Rasulullah SAW, yang telah menjadi uswah hasanah bagi
seluruh umat di muka bumi.
Pada dasarnya makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan
pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa tentang Obesitas
pada Anak.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari
pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
Akhir kata semoga makalh ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.

madiun,27 Mei 2021

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................
DAFTAR ISI.............................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................
I.I Latar Belakang......................................................................
I.B. Rumusan Masalah..............................................................
I.C Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN..........................................................
II.I Pengertian Obesitas.............................................................
II.II Klasifikasi..........................................................................
II.III Prevalensi.........................................................................
II.IV Etiologi.............................................................................
II.V Manifestasi klinis...............................................................
II.VI Pemeriksaan penunjang....................................................
II.VII Tata Laksana Obesitas Anak...........................................
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
OBESITAS................................................................................
BAB IV PENUTUP..................................................................
IV.IKesimpulan.........................................................................
IV.IISaran..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Pada awalnya obesitas di pandang sebagai tren atau gaya hidup sebagai
tanda kesuksesan seseorang, dengan memiliki badan yang gemuk menandakan
seseorang hidup berkecukupn.
Namun sekarang obesitas telah menjadi masalah yang serius karena memicu
timbulnya berbagai komplikasi penyakit yang menyertainya. Masalah obesitas
kini telah menjadi perhatian khusus badan kesehatan dunia.
Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi
juga kepada lokasi penimbunan lemak tubuh.Pola penyebaran lemak tubuh pada
pria dan wanita cenderung berbeda.Wanita cenderung menimbun lemaknya di
pinggul dan bokong, sehingga memberikan gambaran seperti buah
pir.Sedangkan pada pria biasanya lemak menimbun di sekitar perut, sehingga
memberikan gambaran seperti buah apel.Masalah ini yang menjadikan bahasan
dalam asuhan keperawatan dengan obesitas menjadi sangat menarik untuk di
angkat dan di pelajari kelompok kami, semoga apa yang kami tulis dalam karya
kami dapat menjadi sesuatu yang berguba bagi kami mahasiswa keperawatan
khususnya dan khalayak ramai pada umunya.
II. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan Obesitas?
Faktor apa saja yang bisa menyebabkan Obesitas? Bagaimana cara penanganan
anak yang Obesitas?
III. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1.Memahami konsep dan karakterisitik Obesitas
2.Mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Obesitas
3.Mengetahui upaya-upaya apa saja yang harus dilakukan agar pertumbuhan
anak bisa berkembang dengan baik dan sehat.

BAB II
PEMBAHASAN
a.Pengertian
Overweight adalah berat badan melebihi standar berat badan menurut tinggi
badan, meningkatnya otot tubuh atau jaringan lemak atau keduanya.Obesitas
adalah akumulasi jaringan lemak dibawah kulit yang berlebihan dan terdapat di
seluruh tubuh. Obesitas seringkali dihubungkan dengan overweight, walaupun
tidak selalu identic oleh karena obesitas mempunyai ciri-ciri tersendiri.

Secara klinis obesitas mudah dikenali karena mempunyai tanda dna gejala yang
khas, yaitu: wajah membulat, pipi tembam, dagu rangkap, leher relative pendek,
dada mengembung dengan payudara yang membesar mengandung jaringan
lemak, perut membuncit, kedua tungkai pada umumnya berbentuk x. Pada anak
laki-laki penis tampak kecil karena terkubur dalam jaringan lemak supra-pubik,
pada anak perempuan indikasi menstruasi dini.

Kelebihan berat badan pada anak yang tidak wajar saat seumuran balita yang
disebabkan menumpuknya kadar lemak yang tidak sedikit. Orang tua pasti tidak
menyadari bahwa di tubuh anak mereka yang gemuk sudah mengancam
kesehatan anak tersebut. Namun tidak semua anak yang genuk dikategorikan
sebagai anak yang memiliki obesitas. Banyak juga anak yang memiliki
kerangka tubuh lebih besar dari rata-rata, selain itu juga memiliki kdar lemak
yang lebih tinggi pada masa pertumbuhannya.
Jadi akan kelihata seperti anak yang memiliki obesitas. Perlu diketahui obesitas
pada anak tidak bisa dilihat dari ukuran badan anak tersebut.dalam hali ini
dokter berperan penting untuk memeriksa apakah anak itu termasuk anak yang
memiliki obesitas.

b. Klasifikasi
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:
• Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
• Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
• Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan
sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk)

c. Prevalensi
Hasil penelitian Global Youth Tobacco Survey (GYTS) pada tahun 2006
menunjukkan bahwa lebih dari 37,3% pelajar pernah merokok, 30,9%
diantaranya merokok pertama kali sebelum berusia 10 tahun. Hasil Susenas
(tahun 1995, 2001 dan 2004) menunjukkan usia remaja yang rentan untuk mulai
mencoba merokok adalah 15- 19 tahun.
Sejak tahun 1970 hingga sekarang, kejadian obesitas meningkat 2 (dua) kali
lipat pada anak usia 2-5 tahun dan usia 12-19 tahun, bahkan meningkat tiga (3)
kali lipat pada anak usia 6-11 tahun. Di Indonesia, prevalensi obesitas pada anak
usia 6-15 tahun meningkat dari 5% tahun 1990 menjadi 16% tahun 2001.
Prevalensi obesitas anak mengalami peningkatan di berbagai negara tidak
terkecuali Indonesia. Tingginya prevalensi obesitas anak disebabkan oleh
pertumbuhan urbanisasi dan perubahan gaya hidup seseorang termasuk asupan
energi. Menurut WHO, satu dari 10 (sepuluh) anak di dunia mengalami
kegemukan. Peningkatan obesitas pada anak dan remaja sejajar dengan orang
dewasa. Prevalensi yang cenderung meningkat baik pada anak maupun orang
dewasa sudah merupakan peringatan bagi pemerintah dan masyarakat bahwa
obesitas dan segala implikasinya memerlukan perhatian khusus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko obesitas anak usia 5-15
tahun. Penelitian ini merupakan analisis terhadap data Riskesdas tahun 2007
yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(Litbangkes), Departemen Kesehatan RI.

d. Etiologi dan Faktor Resiko


Penyebab obesitas sangatlah kompleks. Meskipun gen berperan penting dalam
menentukan asupan makanan dan metabolisme energi, gaya hidup dan faktor
lingkungan dapat berperan dominan pada banyak orang dengan obesitas.
Diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara
faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktifitas, gaya hidup, sosial
ekonomi dan nutrisional (Guyton, 2007 )
a. Genetik
Obesitas jelas menurun dalam keluarga. Namun peran genetik yang pasti untuk
menimbulkan obesitas masih sulit ditentukan, karena anggota keluarga
umumnya memiliki kebiasaan makan dan pola aktivitas fisik yang sama. Akan
tetapi, bukti terkini menunjukkan bahwa 20-25% kasus obesitas dapat
disebabkan faktor genetik. Gen dapat berperan dalam obesitas dengan
menyebabkan kelainan satu atau lebih jaras yang mengatur pusat makan dan
pengeluaran energi serta penyimpanan lemak. Penyebab monogenik (gen
tunggal) dari obesitas adalah mutasi MCR-4, yaitu penyebab monogenik
tersering untuk obesitas yang ditemukan sejauh ini, defisiensi leptin kongenital,
yang diakibatkan mutasi gen, yang sangat jarang dijumpai dan mutasi reseptor
leptin, yang juga jarang ditemui.
Semua bentuk penyebab monogenik tersebut hanya terjadi pada sejumlah kecil
persentase dari seluruh kasus obesitas. Banyak variasi gen sepertinya
berinterakasi dengan faktor lingkungan untuk mempengaruhi jumlah dan
distribusi lemak (Guyton, 2007).
b. Aktivitas fisik
Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama obesitas. Hal
ini didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan
massa otot dan mengurangi massa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang
tidak adekuat dapat menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan
adipositas. Oleh karena itu pada orang obesitas, peningkatan aktivitas fisik
dipercaya dapat meningkatkan pengeluaran energi melebihi asupan makanan,
yang berimbas penurunan berat badan (Guyton, 2007).

Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap pengendalian berat


tubuh. Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor:
1) tingkat aktivitas dan olahraga secara umum;
2) angka metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk
mempertahankan fungsi minimal tubuh.
Dari kedua faktor tersebut metabolisme basal memiliki tanggung jawab
duapertiga dari pengeluaran energi orang normal. Meski aktivitas fisik hanya
mempengaruhi sepertiga pengeluaran energi seseorang dengan berat normal,
tapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan aktivitas fisik memiliki
peran yang sangat penting.
Pada saat berolahraga kalori terbakar, makin banyak berolahraga maka semakin
banyak kalori yang hilang. Kalori secara tidak langsung mempengaruhi sistem
metabolisme basal. Orang yang duduk bekerja seharian akan mengalami
penurunn metabolisme basal tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak akan
menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat kegiatan olahraga
menjadi sangat sulit dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya olahraga secara
tidak langsung akan mempengaruhi turunnya metabolisme basal tubuh orang
tersebut. Jadi olahraga sangat penting dalam penurunan berat badan tidak saja
karena dapat membakar kalori, melainkan juga karena dapat membantu
mengatur berfungsinya metabolisme normal (Guyton, 2007).
c. Perilaku makan
Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak baik. Perilaku
makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah
karena lingkungan dan sosial. Hal ini terbukti dengan meningkatnya prevalensi
obesitas di negara maju. Sebab lain yang menyebabkan perilaku makan tidak
baik adalah psikologis, dimana perilaku makan agaknya dijadikan sebagai
sarana penyaluran stress. Perilaku makan yang tidak baik pada masa kanak-
kanak sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi dalam
obesitas, hal ini didasarkan karena kecepatan pembentukan sel-sel lemak yang
baru terutama meningkat pada tahun-tahun pertama kehidupan,

dan makin besar kecepatan penyimpanan lemak, makin besar pula jumlah sel
lemak. Oleh karena itu, obesitas pada kanak-kanak cenderung mengakibatkan
obesitas pada dewasanya nanti (Guyton, 2007).
d. Neurogenik
Telah dibuktikan bahwa lesi di nukleus ventromedial hipotalamus dapat
menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan menjadi obesitas.
Orang dengan tumor hipofisis yang menginvasi hipotalamus seringkali
mengalami obesitas yang progresif. Hal ini memperlihatkan bahwa, obesitas
pada manusia juga dapat timbul akibat kerusakan pada hipotalamus. Dua bagian
hipotalamus yang mempengaruhi penyerapan makan yaitu hipotalamus lateral
(HL) yang menggerakkan nafsu makan (awal atau pusat makan) dan
hipotalamus ventromedial (HVM) yang bertugas menintangi nafsu makan
(pemberhentian atau pusat kenyang). Dan hasil penelitian didapatkan bahwa
bila HL rusak/hancur maka individu menolak untuk makan atau minum, dan
akan mati kecuali bila dipaksa diberi makan dan minum (diberi infus).
Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bagian HVM, maka seseorang akan
menjadi rakus dan kegemukan. Dibuktikan bahwa lesi pada hipotalamus bagian
ventromedial dapat menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan
obesitas, serta terjadi perubahan yang nyata pada neurotransmiter di
hipotalamus berupa peningkatan oreksigenik seperti NPY dan penurunan
pembentukan zat anoreksigenik seperti leptin dan α-MSH pada hewan obesitas
yang dibatasi makannya (Guyton, 2007) .
e. Hormonal
Dari segi hormonal terdapat leptin, insulin, kortisol, dan peptida usus. Leptin
adalah sitokin yang menyerupai polipeptida yang dihasilkan oleh adiposit yang
bekerja melalui aktivasi reseptor hipotalamus. Injeksi leptin akan
mengakibatkan penurunan jumlah makanan yang dikonsumsi. Insulin adalah
anabolik hormon, insulin diketahui berhubungan langsung dalam penyimpanan
dan penggunaan energi pada sel adiposa. Kortisol adalah glukokortikoid yang
bekerja dalam mobilisasi asam lemak yang tersimpan pada trigliserida, hepatic
glukoneogenesis, dan proteolisis (Wilborn et al, 2005).

f. Dampak penyakit lain


Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma dari penyakit
lain. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas adalah
hypogonadism, Cushing syndrome, hypothyroidism, insulinoma,
craniophryngioma dan gangguan lain pada hipotalamus. Beberapa anggapan
menyatakan bahwa berat badan seseorang diregulasi baik oleh endokrin dan
komponenen neural. Berdasarkan anggapan itu maka sedikit saja kekacauan
pada regulasi ini akan mempunyai efek pada berat badan (Flieretal,2005).
Beberapa faktor penyebab obesitas pada anak antara lain asupan makanan
berlebih yang berasal dari jenis makanan olahan serba instan, minuman soft
drink, makanan jajanan seperti makanan cepat saji (burger, pizza, hot dog) dan
makanan siap saji lainnya yang tersedia di gerai makanan. Selain itu, obesitas
dapat terjadi pada anak yang ketika masih bayi tidak dibiasakan mengkonsumsi
air susu ibu (ASI), tetapi mengunakan susu formula dengan jumlah asupan yang
melebihi porsi yang dibutuhkan bayi/anak. Akibatnya, anak akan mengalami
kelebihan berat badan saat berusia 4-5 tahun. Hal ini diperparah dengan
kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan yang kurang sehat dengan
kandungan kalori tinggi tanpa disertai konsumsi sayur dan buah yang cukup
sebagai sumber serat. Anak yang berusia 5-7 tahun merupakan kelompok yang
rentan terhadap gizi lebih. Oleh karena itu, anak dalam rentang usia ini perlu
mendapat perhatian dari sudut perubahan pola makan sehari-hari karena
makanan yang biasa dikonsumsi sejak masa anak akan membentuk pola
kebiasaan makan selanjutnya.
Hasil penelitian Global Youth Tobacco Survey (GYTS) pada tahun 2006
menunjukkan bahwa lebih dari 37,3% pelajar pernah merokok, 30,9%
diantaranya merokok pertama kali sebelum berusia 10 tahun. Hasil Susenas
(tahun 1995, 2001 dan 2004) menunjukkan usia remaja yang rentan untuk mulai
mencoba merokok adalah 15- 19 tahun.
Sejak tahun 1970 hingga sekarang, kejadian obesitas meningkat 2 (dua) kali
lipat pada anak usia 2-5 tahun dan usia 12-19 tahun, bahkan meningkat tiga (3)
kali lipat pada anak usia 6-11 tahun. Di Indonesia, prevalensi obesitas pada anak
usia 6-15 tahun meningkat dari 5% tahun 1990 menjadi 16% tahun 2001.
Faktor penyebab obesitas lainnya adalah kurangnya aktivitas fisik baik
kegiatan harian maupun latihan fisik terstruktur. Aktivitas fisik yang dilakukan
sejak masa anak sampai lansia akan mempengaruhi kesehatan seumur hidup.
Obesitas pada usia anak akan meningkatkan risiko obesitas pada saat dewasa.
Penyebab obesitas dinilai sebagai
‘multikausal’ dan sangat multidimensional karena tidak hanya terjadi pada
golongan sosio-ekonomi tinggi, tetapi juga sering terdapat pada sosio-ekonomi
menengah hingga menengah ke bawah. Obesitas dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dibandingkan dengan faktor genetik. Jika obesitas terjadi pada anak
sebelum usia 5-7 tahun, maka risiko obesitas dapat terjadi pada saat tumbuh
dewasa. Anak obesitas biasanya berasal dari keluarga yang juga obesitas.
Masalah gizi banyak dialami oleh golongan rawan gizi yang memerlukan
kecukupan zat gizi untuk pertumbuhan. Kelompok anak hingga remaja awal
(sekitar 10- 14 tahun) merupakan kelompok usia yang berisiko mengalami
masalah gizi baik masalah gizi kurang maupun gizi lebih.

e. Tanda dan Gejala


Secara klinis obesitas dapat dikenali dengan mudah karena mempunyai tanda
dan gejala yang khas antara lain (Juanita,2008) :
• wajah membulat
• Pipi tembem
• Dagu rangkap
• Leher relatif pendek
• Dada yang menggembung dengan payudara yang membesar mengandung
jaringan lemak
• Perut membuncit dan dinding perut berlipat-lipat serta kedua tungkai
umumnya berbentuk x dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling
menempel dan menyebabkan lecet.
• Pada anak laki-laki penis tampak kecil karena terkubur dalam jaringan
lemak.
f. Komplikasi
Komplikasi obesitas yang pertama adalah mengenai kapasitas otak, semakin
besar tubuh seseorang yang mengalami obesitas maka akan semakin berkurang
pula jaringan otaknya. Kedua, mengenai saluran napas yakni gangguan fungsi
saluran napas Obstructive Sleep Apnea Sindrome(OSAS). Gejalanya mulai dari
mengorok sampai mengompol. Obstruksi saluran napas intermiten dapat
menyebabkan tidur gelisah.
Ketiga, kulit lecet dan pelipatan.Obesitas pada anak dapat menyebabkan
gesekan sehingga membuat kulit menjadi lecet, anak merasa gerah atau panas
dan disertai biang keringat serta jamur pada lipatan kulit. Keempat, mengenai
jantung. Anak-anak yang mengalami obesitas cenderung mengakibatkan
hipertensi (tekanan darah tinggi) pada masa pubertas. Kelima, mengenai ginjal.
Anak yang mengalami obesitas memiliki resiko terkena diabetes dengan
komplikasi sakit ginjal di kemudian hari.
Mortalitas yang berkaitan dengan obesitas, terutama obesitas apple shaped,
sangat erat hubungannya dengan sindrom metabolik. Sindrom metabolik
merupakan satu kelompok kelainan metabolik selain obesitas, meliputi
resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa, abnormalitas lipid dan
hemostasis, disfungsi endotel dan hipertensi yang kesemuanya secara sendiri-
sendiri atau bersama-sama merupakan faktor resiko terjadinya aterosklerosis
dengan manifestasi penyakit jantung koroner dan/atau stroke.
Mekanisme dasar bagaimana komponen- komponen sindrom metabolik ini
dapat terjadi pada seseorang dengan obesitas apple shaped dan bagaimana
komponen-komponen ini dapat menyebabkan terjadi gangguan vaskular, hingga
saat ini masih dalam penelitian (Soegondo,2007).

g. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis obesitas anak biasanya dilakukan berdasarkan riwayat penyakit dan
pemeriksaan fisik, tetapi evaluasi radiografi juga diperlukan. Radiografi adalah
sensitif dan murah sehingga dapat dijadikan sebagai pemeriksaan rutin untuk
obesitas anak (Siddiqui & Laborde, 2009).
Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan gizi.
Pada pemeriksaan antropometri tujuan yang hendak dicapai adalah
1)Penapisan status gizi, yang diarahkan untuk orang dengan keperluan khusus.
2)Survei status gizi, yang ditujukan untuk memperoleh gambaran status gizi
masyarakat pada saat tertentu serta faktor yang berkaitan.
3)Pemantauan status gizi, yang digunakan untuk memberikan gambaran
perubahan status gizi dari waktu ke waktu.Pemeriksaan antropometri dilakukan
dengan mengukur ukuran fisik, seperti tinggi badan, berat badan serta lingkar
beberapa bagian tubuh tertentu.

h.Penatalaksana medis
a)Merubah gaya hidup
Diawali dengan merubah kebiasaan makan. Mengendalikan kebiasaan ngemil
dan makan bukan karena lapar tetapi karena ingin menikmati makanan dan
meningkatkan aktifitas fisik pada kegiatan sehari-hari. Meluangkan waktu
berolahraga secara teratur sehingga pengeluaran kalori akan meningkat dan
jaringan lemak akan dioksidasi (Sugondo,2008).
b)Terapi Diet
Mengatur asupan makanan agar tidak mengkonsumsi makanan dengan jumlah
kalori yang berlebih, dapat dilakukan dengan diet yang terprogram secara benar.
Diet rendah kalori dapat dilakukan dengan mengurangi nasi dan makanan
berlemak, serta mengkonsumsi makanan yang cukup memberikan rasa kenyang
tetapi tidak menggemukkan karena jumlah kalori sedikit, misalnya dengan
menu yang mengandung serat tinggi seperti sayur dan buah yang tidak terlalu
manis (Sugondo, 2008).
c)Aktifitas Fisik
Peningkatan aktifitas fisik merupakan komponen penting dari program
penurunan berat badan, walaupun aktifitas fisik tidak menyebabkan penurunan
berat badan lebih banyak dalam jangka waktu enam bulan. Untuk penderita
obesitas, terapi harus dimulai secara perlahan, dan intensitas sebaiknya
ditingkatkan secara bertahap. Penderita obesitas dapat memulai aktifitas fisik
dengan berjalan selama 30 menit dengan jangka waktu 3 kali seminggu dan
dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit dengan jangka waktu 3 kali
seminggu dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit dengan jangka
waktu 5 kali seminggu (Sugondo, 2008).
d)Terapi perilaku
Untuk mencapai penurunan berat badan dan mempertahankannya, diperlukan
suatu strategi untuk mengatasi hambatan yang muncul pada saat terapi diet dan
aktifitas fisik. Strategi yang spesifik meliputi pengawasan mandiri terhadap
kebiasaan makan dan aktifitas fisik, manajemen stress, stimulus control,
pemecahan masalah, contigency management, cognitive restructuring dan
dukungan sosial (Sugondo,2008).
e)Farmakoterapi
Farmakoterapi merupakan salah satu komponen penting dalam program
manajemen berat badan. Sirbutramine dan orlistat merupakan obat-obatan
penurun berat badan yang telah disetujui untuk penggunaan jangka panjang.
Sirbutramine ditambah diet rendah kalori dan aktifitas fisik efektif menurunkan
berat badan dan mempertahankannya. Orlistat menghambat absorpsi lemak
sebanyak 30 persen. Dengan pemberian orlistat, dibutuhkan penggantian
vitamin larut lemak karena terjadi malabsorpsi parsial (Sugondo,2008).

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN OBESITAS

3.1 Pengkajian
Identitas Pasien
Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
Riwayat kesehatan
Riwayat Kesehatan sekarang : keluhan pasien saat ini
Riwayat Kesehatan masa lalu : kaji apakah ada keluarga dari pasien yang
pernah menderita obesitas
Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada ada di antara keluarga yang
mengalami penyakit serupa atau memicu
Riwayat psikososial,spiritual : kaji kemampuan interaksi sosial , ketaatan
beribadah , kepercayaan
3. Pemerikasaan fisik :
Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya
distensi vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.
Sistem respirasi : untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesulitan napas
Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan.
Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit
pinggang.
Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam
pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak.
Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar
getah bening

4. Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan metabolik / endokrin dapat menyatakan tak normal, misal :
hipotiroidisme, hipopituitarisme, hipogonadisme, sindrom cushing (peningkatan
kadar insulin)
5. Pola fungsi kesehatan
a) Aktivitas istirahat
Kelemahan dan cenderung mengantuk, ketidakmampuan / kurang keinginan
untuk beraktifitas.
b) Sirkulasi
Pola hidup mempengaruhi pilihan makan, dengan makan akan dapat
menghilangkan perasaan tidak senang : frustasi
c) Makanan / cairan
Mencerna makanan berlebihan
d) Kenyamanan
Pasien obesitas akan merasakan ketidaknyamanan berupa nyeri dalam
menopang berat badan atau tulang belakang
e) Pernafasan
Pasien obesitas biasanya mengalami dipsnea
f) Seksualitas
Pasien dengan obesitas biasanya mengalami gangguan menstruasi dan
amenouria

3.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
intake makanan yang lebih
2. Gangguan pencitraan diri yang berhubungan dengan biofisika atau
psikosial pandangan px tehadap diri
3. Hambatan interaksi sosial yang berhubungan dengan ungkapan atau
tampak tidak nyaman dalam situasi sosial
4. Pola napas tak efektif yang berhubungan dengan penurunan ekspansi paru,
nyeri , ansietas , kelemahan dan obstruksi trakeobronkial

3.3 Perencanaan
Setelah pengumpulan data, megelompokkan dan menentukan diagnosa
keoerawatan yang mungkin muncul, maka tahapan selanjutnya adalah
menentukkan prioritas, tujuan dan rencana tindakkan keperawatan.
Diagnosa 1
1. Perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
intake makanan yang lebih
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi kembali normal
Kriteria hasil :
Perubahan pola makan dan keterlibatan individu dalam program latihan
Menunjukan penurunan berat badan
Intervensi :
1. Kaji penyebab kegemukan dan buat rencana makan dengan pasien
2. Timbang berat badan secara periodik
3. Tentukan tingkat aktivitas dan rencana program latihan diet
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentujan keb kalori dan nutrisi untuk
penurunan berat badan
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat penekan nafsu makan
(ex.dietilpropinion)
Rasional :
1. Mengidentifikasi / mempengaruhi penentuan intervensi
2. Memberikan informasi tentang keefektifan program
3. Mendorong px untuk menyusun tujuan lebih nyata dan sesuai dg rencana
4. Kalori dan nurtisi terpenuhi secara normal
5. Penurunan berat badan

Diagnosa 2
2. Gangguan pencitraan diri b.d biofisika atau psikosial pandangan px
tehadap diri

Tujuan :
Menyatakan gambaran diri lebih nyata
Kriterian hasil :
Menunjukkan beberapa penerimaan diri dari pandangan idealisme
Mengakui indiviu yang mempunyai tanggung jawab sendiri
Intervensi :
Beri privasi kepada px selama perawatan
Diskusikan dengan px tentang pandangan menjadi gemuk dan apa
artinya bagi px trsebut
Waspadai mitos px / orang terdekat
Tingkatkan komunikasi terbuka dengan px untuk menghondari kritik
Waspadai makan berlebih
Kolaborasi dengan kelompok terapi
Rasional :
Individu biasanya sensitif terhadap tubuhnya sendiri
Pasien mengungkapkan beban psikologisnya
Keyakinan tentang seperti apa tubuh yang ideal atau motifasi dapat menjadi
upaya penurunan berat badan
Meningkatkan rasa kontrol dan meningkatkan rasa ingin menyelesaikan
masalahnya
Pola makan terjaga
Kelompok terapi dapat memberikan teman dan motifasi

Diagnosa 3
3. Hambatan interaksi sosial b.d ungkapan atau tampak tidak nyaman dalam
situasi sosial
Tujuan :
Mengungkapkan kesadaran adanya perasaan yang menyebabkan interaksi sosial
yang buruk
Kriteria hasil :
Menunjikan peningkatan perubahan positif dalam perilaku sosial dan
interpersonal
Intervensi :
Kaji perilaku hubungan keluarga dan perilaku sosial
Kaji penggunaan ketrampilan koping pasien
Rujuk untuk terapi keluarga atau individu sesuai dengan indikasi

Rasional :
Keluarga dapat membantu merubah perilaku sosial pasien
Mekanisme koping yang baik dapat melindungi pasien dari perasaan kesepian
isolasi
Pasien mendapat keuntungan dari keterlibatan orang terdekat untuk memberi
dukungan

Diagnosa 4
4. Pola napas tak efektif yang berhubungan dengan penurunan ekspansi paru,
nyeri , ansietas , kelemahan dan obstruksi trakeobronkial
Tujuan :
Mengembalikan pola napas normal
Kriteria hasil :
Mempertahankan ventilasi yang adekuat
Tidak mengalami sianosis atau tanda hipoksia lain
Intervensi :
Awasi , auskultasi bunyi napas
Tinggikan kepala tempat tidur 30 derajat
Bantu lakukan napas dalam, batuk menekan insisi
Ubah posisi secara periodik
Berikan O2 tambahan / alat pernapasan lain
Rasional :
Peranapasan mengorok/ pengaruh anastesi menurunkan ventilasi, potensial
atelektasis, hipoksia
Mendorong pengembangan diafragma sehingga ekspansi paru optimal, pasien
lebih nyaman
Ekspansi paru maksimal, pembersihan jalan napas, resiko atelektasis minimal
Memaksimalkan sediaan O2 untuk pertukaran dan penurunan kerja napas

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pertumbuhan adalah setiap perubahan dari tubuh yang berhubungan
dengan bertambahnya ukuran tubuh baik fisik (anatomis) maupun struktural
dalam arti sebagian atau menyeluruh. Perkembangan adalah bertambahnya
kemampuan (skill), struktur, dan fungsi tubuh yang lebih kompleks.
Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan
perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu. Walaupun
demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron pada setiap individu.
Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh banyak faktor dimulai dari faktor
internal (genetik), prenatal, sampai postnatal. Untuk mendapatkan tumbuh
kembang anak yang optimal maka petugas kesehatan maupun orangtua anak
diharapkan mengetahui faktor-faktor tersebut.
Penanggulangan obesitas pada anak lebih sulit dibandingkan obesitas dewasa,
karena penyebab obesitas yang multifaktorial dan anak yang masih dalam taraf
tumbuh kembang.
Penurunan berat badan bukanlah tujuan yang utama dalam penanganan obesitas
anak. Perubahan pola makan dan peri laku hidup sehat lebih diutamakan untuk
mendapatkan hasil yang menetap. Penanggulangan obesitas anak sebaiknya
dilakukan secara terapadu antara dokter anak, dietisien, psikolog dan petugas
kesehatan lain. Peran serta orang tua memegang peranan penting dalam
penangan anak obesitas. Pencegahan sebaiknya dilakukan sebelum anak
menjadi obesitas karena pencegahan lebih mudah daripada pengobatan.
Pencegahan harus dimulai sejak dini dengan menerapkan pola hidup sehat
dalam keluarga.
Seringkali banyak orangtua menginginkan anaknya tumbuh dengan sehat,
gemuk dan terlihat lucu.Sekilas anak yang gemuk memang terlihat lucu dan
menggemaskan, bahkan ada ungkapan jikalau anak gemuk berarti sehat. Tak
heran jika banyak produk kesehatan ataupun makanan untuk anak atau balita
lebih menekankan pada upaya menambah berat.

Pola pemahaman seperti itu mungkin tidak berlaku, karena anak gemuk
mempunyai faktor risiko bagi kesehatan. Indikator kesehatan bagi anak atau
balita juga tidak hanya ditentukan melalui berat badan.Berat badan yang
berlebih biasa disebut dengan obesitas, obesitas dikhawatirkan memberikan
dampak yang kurang baik bagi kesehatan anak.
B. Saran
Jadikan kebiasaan yang sehat sebagai hal wajib bagi keluarga. Jika Anda
melakukannya, kebiasaan itu akan menjadi pola hidup bagi anak-anak Anda,
yang akan terbawa hingga dewasa. Apa yang dapat dilakukan Orang Tua ?
Beli dan sajikan lebih banyak buah dan sayuran daripada makanan yang siap
olah. Batasi minuman ringan, minuman yang manis-manis, dan camilan manis
yang kaya lemak. Sebaliknya, berikan air atau susu rendah lemak dan camilan
yang sehat. Memasaklah dengan metode rendah lemak, seperti memanggang
dan mengukus, ketimbang menggoreng.
Sajikan makanan dalam porsi yang lebih kecil. Jangan gunakan makanan
sebagai upah atau suap. Jangan sampai anak tidak sarapan, karena dapat
membuat mereka makan berlebihan setelah itu. Makanlah di meja makan.
Makan di depan TV atau layar komputer membuat orang tidak menyadari
seberapa banyak yang dikonsumsi dan apakah ia sudah kenyang.
Anjurkan gerak badan, seperti bersepeda, main bola, dan lompat tali.
Batasi waktu untuk menonton televisi, menggunakan komputer, dan bermain
video game. Rencanakan kegiatan keluarga yang aktif di luar rumah, seperti
pergi ke kebun binatang, berenang, atau bermain di taman. Suruhlah anak-anak
melakukan pekerjaan fisik.
Berilah contoh dalam pola makan yang sehat dan olahraga.

DAFTAR PUSTAKA
Dr.Soetjiningsih,SpAk2015. Tumbuh Kembang Anak.Jakarta.EGC
http://dieyachsyam.blogspot.com/2013/09/obesitas-pada-anak.html (diakses
pada Tanggal 6 Desember 2014)
https://echyners.wordpress.com/2013/06/22/makalah-obesitas/ (diakses pada
Tanggal 6 Desember 2014)
NANDA, Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2015-2016

Anda mungkin juga menyukai