Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan tugas makalah Patofisiologi dan Askep pada Anak dengan Gangguan
Nutrisi : Obesitas dan KKP.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Seperti kata pepatah "tak ada gading yang tak retak", oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun
guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
Ucapan terima kasih kami kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan............................................................................................25
B. Saran .....................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Kegemukan atau obesitas pada anak termasuk masalah kesehatan dunia
yang terus meningkat. Angka kejadian obesitas pada anak secara global
meningkat dari 4,2% pada tahun 1990 menjadi 6,7% pada tahun 2010.
Kemungkinan akan mencapai 9,1% atau 60 juta ditahun 2020 (Bagchi,2011).
Obesitas saat ini bukan hanya terjadi pada orang dewasa. Bahkan, usia anak-
anak sekarang pun sudah mulai meningkat dari angka kejadian obesitas pada
dewasa (Made, 2015). Seperti pernyataan Ratu Aya (2011) mengungkapkan
bahwa di Indonesia sendiri obesitas menjadi masalah yang begitu serius terjadi
pada usia anak sekolah.
Malnutrisi yaitu gizi buruk atau Kurang Energi Protein (KEP) dan
defisiensi mikronutrien merupakan masalah yang membutuhkan perhatian
khusus terutama di negara-negara berkembang, yang merupakan faktor risiko
penting terjadinya kesakitan dan kematian pada ibu hamil dan balita. Kurang
Kalori Protein (KKP) merupakan salah satu masalah gizi masyarakat yang utama
di Indonesia. Upaya untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat telah
dilaksanakan melalui berbagai program perbaikan gizi oleh Departemen
Kesehatan bekerja sama dengan masyarakat.
B. RumusanMasalah
Dari latar belakang diatas penulis dapat merumuskan beberapa rumusan
masalah, yaitu :
a. Bagaimana pembahasan dan patofisologi mengenai obesitas?
b. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus obesitas?
c. Bagaimana pembahasan dan patofisiologi mengenai KKP
d. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus KKP
1
C. Tujuan
Dari penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa jurusan keperawatan dapat :
a. Mengerti dan memahami tentang pembahasan dan patofisiologi mengenai
obesitas
b. Mengetahui mengenai asuhan keperawatan pada pasien obesitas
c. Mengerti dan memahami tentang pembahasan dan patofisologi mengenai
KKP
d. Mengetahui mengenai asuhan keperawatan pada pasien KKP
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. Klasifikasi
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:
a. Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
b. Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
c. Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan
sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk)
3
dihadapi anak. Berikut beberapa penyebab dan penanganan obesitas untuk
Anda pelajari :
a. Kebiasaan Makan yang Buruk Anak
Yang tidak atau kurang suka mengkonsumsi buah, sayur dan biji-
bijian (grains) dan lebih memilih fast food, minuman manis maupun
makanan kemasan, memiliki kecenderungan untuk memiliki berat berlebih
karena makanan tersebut merupakan makanan yang tinggi lemak dan
kalori tetapi memiliki nilai gizi yang rendah. Penanganannya yaitu
merubah pola makan menjadi pola makan yang sehat. Batasi tingkat
konsumsi fast food dan semacamnya.Perbanyak konsumsi sayur, buah dan
menu bergizi lainnya.
b. Faktor Keturunan
Obesitas bisa diturunkan oleh orang tua. Jadi seorang anak yang
memiliki orang tua atau keluarga yang mengalami obesitas juga berpotensi
untuk mengalami hal sama. Tetapi perlu Anda ketahui bahwa faktor
keturunan tidak lantas membuat seseorang memiliki berat berlebih. Hal ini
akan muncul jika si anak mengkonsumsi kalori berlebih dari jumlah yang
seharusnya ia konsumsi. Penanganannya yaitu melakukan diet makanan
agar jumlah kalori, lemak maupun zat lain yang dibutuhkan oleh tubuh
terpenuhi setiap harinya dan tidak berlebihan.
c. Tidak Aktif Secara Fisik
Teknologi modern banyak memaksa anak-anak kita untuk lebih
banyak duduk diam menghabiskan waktu mereka di depan layar komputer
maupun televisi sehingga mereka tidak banyak bergerak. Jika konsumsi
kalori dan lemak mereka berlebih, padahal tubuh tidak membakarnya,
maka obesitas pada anak akan terjadi pada mereka. Penanganannya yaitu
latih anak untuk aktif bergerak. Kurangi jatah main game atau nonton TV
dan ganti dengan mengikutsertakan mereka dalam kegiatan olahraga yang
mereka sukai.
4. Etiologi
Penyebab obesitas sangatlah kompleks. Meskipun gen berperan
penting dalam menentukan asupan makanan dan metabolisme energi, gaya
4
hidup dan faktor lingkungan dapat berperan dominan pada banyak
orang dengan obesitas. Diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan
oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara
lain aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional (Guyton, 2007 )
a. Genetik
Obesitas jelas menurun dalam keluarga. Namun peran genetik yang
pasti untuk menimbulkan obesitas masih sulit ditentukan, karena anggota
keluarga umumnya memiliki kebiasaan makan dan pola aktivitas fisik
yang sama. Akan tetapi, bukti terkini menunjukkan bahwa 20-25% kasus
obesitas dapat disebabkan faktor genetik. Gen dapat berperan dalam
obesitas dengan menyebabkan kelainan satu atau lebih jaras yang
mengatur pusat makan dan pengeluaran energi serta penyimpanan lemak.
b. Aktivitas fisik
Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama
obesitas. Hal ini didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur
dapat meningkatkan massa otot dan mengurangi massa lemak tubuh,
sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat dapat menyebabkan
pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena itu pada
orang obesitas, peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan
pengeluaran energi melebihi asupan makanan, yang berimbas
penurunan berat badan (Guyton, 2007).
c. Perilaku makan
Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak baik..
Sebab lain yang menyebabkan perilaku makan tidak baik adalah
psikologis, dimana perilaku makan agaknya dijadikan sebagai sarana
penyaluran stress. Perilaku makan yang tidak baik pada masa kanak-
kanak sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi dalam
obesitas, hal ini didasarkan karena kecepatan pembentukan sel-sel
lemak yang baru terutama meningkat pada tahun-tahun pertama
kehidupan, dan makin besar kecepatan penyimpanan lemak, makin besar
pula jumlah sel lemak. Oleh karena itu, obesitas pada kanak-kanak
5
cenderung mengakibatkan obesitas pada dewasanya nanti (Guyton,
2007).
d. Dampak penyakit lain
Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma
dari penyakit lain. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas
adalah hypogonadism, Cushing syndrome, hypothyroidism, insulinoma,
craniophryngioma dan gangguan lain pada hipotalamus. Beberapa
anggapan menyatakan bahwa berat badan seseorang diregulasi baik oleh
endokrin dan komponenen neural. Berdasarkan anggapan itu maka
sedikit saja kekacauan pada regulasi ini akan mempunyai efek pada berat
badan (Flieretal,2005).
5. Manifestasi Klinis
Obesitas dapat terjadi pada semua golongan umur, akan tetapi pada anak
biasanya timbul menjelang remaja dan dalam masa remaja terutama anak
wanita, selain berat badan meningkat dengan pesat, juga pertumbuhan dan
perkembangan lebih cepat (ternyata jika periksa usia tulangnya), sehingga
pada akhirnya remaja yang cepat tumbuh dan matang itu akan mempunyai
tinggi badan yang relative rendah dibandingkan dengan anak yang sebayanya.
Bentuk tubuh, penampilan dan raut muka penderita obesitas :
a. Paha tampak besar, terutama pada bagian proximal, tangan relatif kecil
dengan jari- jari yang berbentuk runcing.
b. Kelainan emosi raut muka, hidung dan mulut relatif tampak kecil dengan
dagu yang berbentuk ganda.
c. Dada dan payudara membesar, bentuk payudara mirip dengan payudara
yang telah tumbuh pada anak pria keadaan demikian menimbulkan
perasaan yang kurang menyenangkan.
d. Abdomen, membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk bandul
lonceng, kadang – kadang terdapat strie putih atau ungu.
e. Lengan atas membesar, pada pembesaran lengan atas ditemukan biasanya
pada biseb dan trisebnya
6
Pada penderita sering ditemukan gejala gangguan emosi yang mungkin
merupakan penyebab atau keadaan dari obesitas. Penimbunan lemak yang
berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru–
paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun
penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa
terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk
sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering
merasa ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri
punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul,
lutut dan pergelangan kaki).Juga kadang sering ditemukan kelainan
kulit.Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang
relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas
tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang
lebih banyak.Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan
sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.
7
Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta
menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat
katabolik(anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2
kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek
mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan
faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh
kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar.Sinyal
panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang
mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi (Sherwood, 2012).
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan
adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran
darah. Kemudian, leptin merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar
menurunkan produksi Neuro Peptida Y (NPY) sehingga terjadi penurunan
nafsu makan.Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari
asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada
orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu
makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin,
sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan
(Jeffrey, 2009).
8
4) Riwayat psikososial,spiritual : kaji kemampuan interaksi sosial , ketaatan
beribadah , kepercayaan
c. Pemerikasaan fisik :
1) Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada
tidaknya distensi vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi
jantung.
2) Sistem respirasi : untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesulitan
napas
3) Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan
leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan.
4) Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan
sakit pinggang.
5) Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan
dalam pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau
tidak
6) Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran
kelenjar getah bening
d. Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan metabolik / endokrin dapat menyatakan tak normal, misal :
hipotiroidisme, hipopituitarisme, hipogonadisme, sindrom cushing
(peningkatan kadar insulin).
e. Pola fungsi kesehatan
1) Aktivitas istirahat
Kelemahan dan cenderung mengantuk, ketidakmampuan / kurang
keinginan untuk beraktifitas.
2) Sirkulasi Pola hidup
Mempengaruhi pilihan makan, dengan makan akan dapat menghilangkan
perasaan tidak senang : frustasi
3) Makanan / cairan
Mencerna makanan berlebihan
4) Kenyamanan
9
Pasien obesitas akan merasakan ketidaknyamanan berupa nyeri dalam
menopang berat badan atau tulang belakang
5) Pernafasan
Pasien obesitas biasanya mengalami dipsnea
6) Seksualitas
Pasien dengan obesitas biasanya mengalami gangguan menstruasi dan
amenouria
3. Perencanaan
Setelah pengumpulan data, megelompokkan dan menentukan diagnosa
keoerawatan yang mungkin muncul, maka tahapan selanjutnya adalah
menentukkan prioritas, tujuan dan rencana tindakkan keperawatan.
a. Diagnosa 1 yaitu perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan intake makanan yang lebih
Tujuan : Kebutuhan nutrisi kembali normal
Kriteria hasil : Perubahan pola makan dan keterlibatan individu dalam
program latihan Menunjukan penurunan berat badan
Intervensi :
1) Kaji penyebab kegemukan dan buat rencana makan dengan pasien
2) Timbang berat badan secara periodik
3) Tentukan tingkat aktivitas dan rencana program latihan diet
10
4) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentujan keb kalori dan nutrisi
untuk penurunan berat badan
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat penekan nafsu makan
(ex.dietilpropinion)
Rasional :
1) Mengidentifikasi / mempengaruhi penentuan intervensi
2) Memberikan informasi tentang keefektifan program
3) Mendorong px untuk menyusun tujuan lebih nyata dan sesuai dg rencana
4) Kalori dan nurtisi terpenuhi secara normal
5) Penurunan berat badan
11
c. Diagnosa 3 yaitu hambatan interaksi sosial b.d ungkapan atau tampak tidak
nyaman dalam situasi sosial
Tujuan : Mengungkapkan kesadaran adanya perasaan yang menyebabkan
interaksi sosial yang buruk
Kriteria hasil : Menunjikan peningkatan perubahan positif dalam perilaku
sosial dan interpersonal
Intervensi :
1) Kaji perilaku hubungan keluarga dan perilaku sosial
2) Kaji penggunaan ketrampilan koping pasien
3) Rujuk untuk terapi keluarga atau individu sesuai dengan indikas.
Rasional :
1) Keluarga dapat membantu merubah perilaku sosial pasien
2) Mekanisme koping yang baik dapat melindungi pasien dari perasaan
kesepian isolasi
3) Pasien mendapat keuntungan dari keterlibatan orang terdekat untuk
memberi dukungan
12
Rasional :
1. Peranapasan mengorok/ pengaruh anastesi menurunkan ventilasi,
potensial atelektasis, hipoksia
2. Mendorong pengembangan diafragma sehingga ekspansi paru optimal,
pasien lebih nyaman
3. Ekspansi paru maksimal, pembersihan jalan napas, resiko atelektasis
minimal
4. Memaksimalkan sediaan O2 untuk pertukaran dan penurunan kerja napas
13
2. Klasifikasi Kurang Kalori Protein (KKP)
a. Kwashiorkor
1) Pengertian
Kwashiorkor disebabkan oleh insufiensi asupan protein yang
bernilai biologis adekuat dan sering berkenaan dengan defisiensi asupan
energy ( Rudolph, 2006).
Kwashiorkor adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
kekurangan protein baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Kekurangan protein dalam makanan akan mengakibatkan asam amino
esensial dalam serum yang diperlukan untuk sistesis dan metabolisme
terutama sebagai pertumbuhan dan perbaikan sel, semakin
berkurangnya asam amino dalam serum menyebabkan kurangnya
produksi albumin oleh hati (Suriand & Rita yuliani, 2001).
Kwashiorkor adalah penyakit gangguan metabolik dan perubahan
sel yang menyebabkan perlemahan hati yang disebabkan karena
kekurangan asupan kalori dan protein dalam waktu yang lama
(Ngastiyah, 1997). Kwashiorkor adalah suatu sindrom klinik yang
timbul sebagai akibat adanya kekurangan protein yang parah dan
pemasukan kalori yang kurang dari yang dibutuhkan ( Nelson, 1988).
2) Etiologi
Penyebab utama dari kwashiorkor adalah makanan yang sangat
sedikit mengandung protein (terutama protein hewani), kebiasaan
memakan makanan berpati terus-menerus, kebiasaan makan sayuran
yang mengandung karbohidrat. Adapun penyebab lain dari kwasiorkor
adalah :
a) Adanya pemberian makanan yang buruk yang mungkin diberikan
oleh ibu karena alasan: miskin, kurang pengetahuan, dan adanya
pendapat yang salah tentang makanan.
b) Adanya infeksi, misalnya Diare akan mengganggu penyerapan
makanandan nfeksi pernapasan (termasuk TBC dan batuk rejan)
14
yang menambah kebutuhan tubuh akan protein dan dapat
mempengaruhi nafsu makan.
c) Kekurangan ASI.
3) Patofisiologi
Kwashiorkor adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
kekurangan protein baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Kekurangan protein dalam makanan akan mengakibatkan asam amino
esensial dalam serum yang diperlukan untuk sistesis dan metabolisme
terutama sebagai pertumbuhan dan perbaikan sel, semakin
berkurangnya asam amino dalam serum menyebabkan kurangnya
produksi albumin oleh hati. Kulit akan tampak bersisik dan kering
karena depikmentasi. Anak dapat mengalami gangguan pada mata
karena kekurangan vitamin A. kekurangan mineral khususnya Besi,
kalsium dan Seng. Edema yang terjadi karena hipoproteinnemia yang
mana cairan akan berpindah dari intravaskuler komperteman kerongga
interstinal yang kemudian menimbulkan asites. Gangguan
gastrointestinal seperti adanya perlemakan pada hati dan atropi pada sel
acinipankreas.
4) Manifestasi Klinik
a) Muka sembab
b) Lethargi
c) Edema
d) Jantung otot mengecil
e) Jaringan subkutan tipis dan lembut
f) Warna rambut pirang atau seperti rambut jagung
g) Kulit kering dan bersisik
h) Alopecia
i) Anorexia
j) Gagal dalam tumbuh kembang
k) Tampak anemia
15
5) Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada kwasiorkor adalah diare,
infeksi, anemia, ganagguan tumbuh kembang, hipokalemia, dan
hipernatremi.
b. Marasmus
1) Pengertian
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan
kalori protein. (Suriadi, 2001:196). Marasmus merupakan gambaran
KKP dengan defisiensi energi yang ekstrem (Sediaoetama, 1999).
Marasmus adalah penyakit yang timbul karena kekurangan energi
(kalori) sedangkan kebutuhan protein relatif cukup (Ngastiyah, 1997).
Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah
dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus
diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih
tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212).
2) Etiologi
Penyebab marasmus yang paling utama adalah karena kelaparan.
Kelaparan biasanya terjadi pada kegagalan menyusui, kelaparan karena
pengobatan, kegagalan memberikan makanan tambahan.
3) Patofisiologi
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan
kalori dan protein. Pada marasmus ditandai dengan atropi jaringan
terutama lapisan subkutan dan badan tampak kurus seperti orang tua.
Pada marasmus metabolisme kurang terganggu daripada kwasiorkhor
sehingga kekurangan vitamin biasanya minimal atau tidak ada. Pada
marasmus tidak ditemukan edema akibat dari hipoalbuminemia dan
atau retensi sodium. Pemenuhan kebutuhan dalam tubuh masih dapat
16
dipenuhi dengan adanya cadangan protein sebagai sumber energi.
( Suriadi, 2001)
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan
kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman,
2004:92). Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha
untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau
energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein
dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan
kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan
tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk
menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah
dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah
beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah
jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak
dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat
mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi
kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan
mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-
kira kehilangan separuh dari tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina
Mursada, 2002:11).
4) Manifestasi klinis
a) Selalu ada gangguan perkembangan dan hilangnya lemak di otot
dan di bawah kulit.
b) Kadang-kadang ada Mencret/diare atau konstipasi, perubahan pada
rambut, seperti pada kwashiorkor, Tanda-tanda dari defisiensi
vitamin.dan dehidrasi (Jelliffe,1994).
c) Tanda dan Gejala yang lain yaitu: Anak menjadi cengeng, sering
bangun tengah malam, turgor kulit rendah dan kulitnya nampak
keriput, pipi terlihat kempot, vena superfisialis tampak lebih jelas,
ubun-ubun besar cekung, tulang dagu dan pipi kelihatan menonjol,
mata tampak besar dan dalam, sianosi, ekstremitas dingin, perut
17
buncit/cekung dengan gambaran usus jelas, atrofi otot, apatis, bayi
kurus kering.
5) Komplikasi
Kwashiorkor : marasmus, infeksi tuberculosisi, parasitosis, disentri,
malnutrisi kronik, gangguan tumbuh kembang.
c. Kwashiorkor Marasmus
1) Pengertian
Kwashiorkor Marasmus merupakan kelainan gizi yang
menunjukkan gejala klinis campuran antara marasmus dan
kwashiorkor. (Markum, 1996)kwashiorkor Marasmus merupakan
malnutrisi pada pasien yang telah mengalami kehilangan berat badan
lebih dari 10%, penurunan cadangan lemak dan protein serta
kemunduran fungsi fisiologi. (Graham L. Hill, 2000).
Kwashiorkor - marasmus merupakan satu kondisi terjadinya
defisiensi, baik kalori, maupun protein. Ciri-cirinya adalah dengan
penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya lemak subkutan dan
dehidrasi. (http.www.yahoo.com. Search engine by keywords:
malnutrisi pada anak).
Bentuk kwashiorkor-marasmus dari malnutrisi protein kalori
ditandai gambaran klinis kedua jenis malnutrisi. Keadaan ini dapat
terjadi pada malnutrisi kronik saat jaringan suvkutis, massa otot, dan
simpanan lemak meghilang. Gambaran utama adalah edema
kwashiorkor dengan atau tanpa lesi kulit dan kakeksia marasmus.
Marasmus, kwashiorkor dan kwashiorkor marasmus secara klasik
dijumpai diberbagai dunia yang belum berkembang. Gambaran
penyakit spesipik ini sering dipengaruhi oleh makanan lokasi dan
infeksi, dengan demikian dijumpai perbedaan penampak dari astu
daerah kedaerah lain. Pada anak dengan gangguan medis serius lain,
masalah malnutrisi primer lebih jarang daripada malnutrisi sekunder.
18
2) Etiologi
Penyebab dari kwashiorkor - maramus sama pada marasmus dan
kwashiorkor.
19
7) Kaji perubahan pola eliminasi. Gejala : diare, perubahan frekuensi BAB.
Tanda : lemas, konsistensi BAB cair.
8) Kaji secara berkelanjutan asupan makanan tiap hari. Gejala : mual,
muntahdan tanda : penurunan berat badan.
9) Pengkajian pergerakan anggota gerak/aktivitas anak dengan mengamati
tingkah laku anak melalui rangsangan.
g. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
1) pemeriksaan darah tepi memperlihatkan anemia ringan sampai sedang,
umumnya berupa anemia hipokronik atau normokromik.
2) Pada uji faal hati tampak nilai albumin sedikit atau amat rendah,
trigliserida normal, dan kolesterol normal atau merendah.
3) Kadar elektrolit K rendah, kadar Na, Zn dan Cu bisa normal atau
menurun.
4) Kadar gula darah umumnya rendah.
5) Asam lemak bebas normal atau meninggi.
6) Nilai beta lipoprotein tidak menentu, dapat merendah atau meninggi.
7) Kadar hormon insulin menurun, tetapi hormon pertumbuhan dapat
normal, merendah maupun meninggi.
8) Analisis asam amino dalam urine menunjukkan kadar 3-metil histidin
meningkat dan indeks hidroksiprolin menurun.
9) Pada biopsi hati hanya tampak perlemakan yang ringan, jarang dijumpai
dengan kasus perlemakan berat.
2. Diagnosa keperawatan
a. Pada Kwashiorkor
1) Gangguan nutrisi s/d intake yang kurang ( protien ) ditandai dengan
pasien tidak mau makan, anoreksia, makanan tidak bervariasi, BB
menurun, tinggi badan tidak bertambah.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi pasein terpenuhi dengan kreteria timbul nafsu makan,
BB bertambah ½ kg per 3 hari.
20
Intervensi :
a) Mengukur dan mencatat BB pasein
b) Menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
c) Menyajikan makanan yang dapat menimbulkan selera makan
d) Memberikan makanan tinggi TKTP
e) Memberi motivasi kepada pasien agar mau makan.
f) Memberi makan lewat parenteral ( D 5% )
Rasional:
a) menggambarkan status gizi pasien
b) Sebagai masukan makanan sedikit-sedikit dan mencegah muntah
c) Sebagai alternatif meningkatkan nafsu makan pasien
d) Protein mempengaruhi tekanan osmotik pembuluh darah.
e) Alternatif lain meningkatkan motivasi pasein untuk makan.
f) Mengganti zat-zat makanan secara cepat melalui parenteral
Evaluasi :
Pasien mau makan makanan yang TKTP, BB bertambah ½ kg tiap 3 hari.
2) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.
Tujuan :
Aktivitas pasien dapat maksimal dengan kreteria pasien dapat melakukan
aktivitas sehari-harinya tanpa dibantu orang lain.
Intervensi :
a) Kaji aktivitas pasien sehari-hari
b) Bantu pasien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya.
c) Melatih dan membimbing dalam merubah posisi.
d) Membantu pasien melekukan aktivitas / gerakan-gerakan yang ringan.
Rasional :
a) Aktivitas mengambarkan kekuatan fisik pasien
b) Meningkatkan motivasi pasien untuk beraktivitas walau dalam
keterbatasan / sesuaikemampuannya.
c) Salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas.
d) Sebagai support mental bagi pasien.
21
Evaluasi :
Kebutuhan aktivirtas pasien dapat maksimal. Pasien dapat melakukan
aktivitas sehari-harinya tanpa bantuan orang lain.
b. Pada marasmus.
1) gangguan pemenuhan nutrisi b.d intake yang kurang adekuat ditandai
dengan pasien tidak mau makan, BB menurun, anoreksia, rambut merah
dan kusam, fisik tampak lemah.
Tujuan :
Kebutuhan nutisi pasien terpenuhi dengan kreteria; BB bertambah ½ kg 3
hari , rambut tidak kusam, penderita mau makan.
Intervensi :
a) Mengukur dan mencatat berat badan pasien.
b) Menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
c) Menyajikan makanan yang dapat menimbulkan selera makan
22
d) Memberi makanan TKTP
e) Memberi motivasi kepada penderita agar mau makan.
f) Memberikan makanan lewat parenteral ( D 5% )
Rasional :
a) BB menggambarkan status gizi pasien
b) Sebagai masukan makanan sedikit-sedikit dan mencegah muntah
c) Sebagai alternatif meningkatkan nafsu makan pasien
d) Kalori dan protien sangat berpengaruh terhadap gizi pasien.
e) Mengganti zat-zat makanan secara cepat melalui parenteral
Evaluasi :
Pasien mau makan makanan TKTP , BB bertambah ½ kg tiap 3 hari.
23
turgor kulit normal, mokusa bibir lembab, pasien tidak mengeluh haus ,
Td dan nadi normal.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Overweight adalah berat badan melebih standar berat badan menurut tinggi
badan, meningkatnya otot tubuh atau jaringan lemak atau keduanya. Obesitas
adalah akumulasi jaringan lemak dibawah kulit yang berlebihan dan terdapat di
seluruh tubuh.
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:
1. Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
2. Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
3. Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan
sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk)
Calori Protien Malnutrition atau CPM adalah suatu penyakit difisiensi gizi
dari keadaan ringan sampai berat, disebut juga Protien Energi Malnutrisi ( PEM ).
Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang
mendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein
kurang dalam waktu yang cukup lama.
B. Saran
Penulis berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran
demi perbaikan makalah kami, lebih kurangnya kami mohon maaf jika ada
kekurangan dari makalah kami
25
DAFTAR PUSTAKA
Nelson (2000). Ilmu Kesehatan Anak, Volume 2 Edisi 15. EGC. Jakarta,
diakses 27 Agustus 2020
Ayu R & Sartika (2011). Faktor Resiko Obesitas Pada Anak 5-15 tahun,
diakses 27 Agustus 2020
https://www.academia.edu/9685804/makalah_keperawatan_anak_obesitas_
disusun_oleh_Bela_Amalia, diakses 27 Agustus 2020
https://www.scribd.com/document/458204054/Makalah-askep-anak-
Obesitas-Dan-KKP, diakses 27 Agustus 2020
26