Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

OBESITAS DAN KKN

DISUSUN OLEH :

NUR FADILAH

RISKA

YAUMA TUAH LAHARA

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGI ILMU KESEHATAN FLORA MEDAN
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya Makalah ini
membahas Obesitas pada Anak. Pada dasarnya makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan
pengetahuan dan pem ahaman kepada mahasiswa tentangObesitas pada Anak.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Medan, 2 April 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
2.1 Obesitas............................................................................................................................................5
2.2 Konsep Asuhan Kepeawatan Pada Obesitas....................................................................................12
2.3 KKP.................................................................................................................................................17
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Pada KKP.........................................................................................23
BAB III......................................................................................................................................................25
PENUTUP.................................................................................................................................................25
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................25
3.2 Saran................................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................27

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


           Pada awalnya obesitas di pandang sebagai tren atau gaya hidup sebagai tanda kesuksesan
seseorang, dengan memiliki badan yang gemuk menandakan seseorang hidup berkecukupn. Namun
sekarang obesitas telah menjadi masalah yang serius karena memicu timbulnya berbagai komplikasi
penyakit yang menyertainya. Masalah obesitas kini telah menjadi perhatian khusus badan kesehatan dunia
Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi juga kepada lokasi
penimbunan lemak tubuh.Pola penyebaran lemak tubuh pada pria dan wanita cenderung berbeda.Wanita
cenderung menimbun lemaknya di pinggul dan bokong, sehingga memberikan gambaran seperti buah
pir.Sedangkan pada pria biasanya lemak menimbun di sekitar perut, sehingga memberikan gambaran
seperti buah apel.Masalah ini yang menjadikan bahasan dalam asuhan keperawatan dengan obesitas
menjadi sangat menarik untuk di angkat dan di pelajari kelompok kami, semoga apa yang kami tulis
dalam karya kami dapat menjadi sesuatu yang berguba bagi kami mahasiswa keperawatan khususnya dan
khalayak ramai  pada umunya.

1.2 Rumusan Masalah

2 Apa yang dimaksud dengan Obesitas?


3 Faktor apa saja yang bisa menyebabkan Obesitas ?
4 Bagaimana cara penanganan anak yang Obesitas?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1. Memahami konsep dan karakterisitik Obesitas
2. Mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Obesitas
3. Mengetahui upaya-upaya apa saja yang harus dilakukan agar pertumbuhan anak bisa berkembang
dengan baik dan sehat.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Obesitas

A. pengertian obesitas
            Overweight adalah berat badan melebih standar berat badan menurut tinggi badan, meningkatnya
otot tubuh atau jaringan lemak atau keduanya.
Obesitas adalah akumulasi jaringan lemak dibawah kulit yang berlebihan dan terdapat di seluruh
tubuh.Obesitas seringkali dihubungkan dengan overweight, walaupun tidak selalu identik oleh karena
obesitas mempunyai ciri ciri tersendiri.
Secara klinis obesitas dengan mudah dapat dikenali karena mempunyai tanda dan gejala yang
khas, yaitu: wajah membulat, pipi tembem, dagu rangkap, leher relatif pendek, dada mengembung dengan
payudara yang membesar mengandung jaringan lemak, perut membuncit, kedua tungkai pada umumnya
berbentuk x. Pada anak laki laki penis tampak kecil karena terkubur dalam jaringan lemak supra-pubik,
pada anak perempuan indikasi menstruasi dini.
            Kelebihan berat badan pada anak yang tidak wajar saat seumuran balita yang disebabkan
menumpuknya kadar lemak yang tidak sedikit.orang tua pasti tidak menyadari bahwa di tubuh anak
mereka yang gemuk sudah mengancam kesehatan anak tersebut.Namun tidak semua anak yang gemuk
dikategorikan sebagai anak yang memiliki obesitas.banyak juga anak yang memiliki kerangka tubuh lebih
besar dari rata-rata,selain itu juga memiliki kadar lemak yang lebih tinggi pada masa pertunbuhanya. jadi
akan kelihata seperti anak yang memiliki obesitas.perlu diketahui obesitas pada anak tidak bisa dilihat
dari ukuran badan anak tersebut.dalam hali ini dokter berperan penting untuk memeriksa apakah anak itu
termasuk anak yang memiliki obesitas.

B. Klasifikasi

Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:

1.  Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%

2.  Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%

5
3.  Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari antara
orang-orang yang gemuk)

C. Memahami Penyebab dan Penanganan Obesitas pada Anak

            Ada berbagai penyebab yang membuat seorang anak mengalami berat berlebih. Mengetahui dan
mengenal penyebab tersebut, dapat membantu kita untuk mencari solusi dan cara penanganan yang tepat
untuk masalah yang dihadapi anak.
Berikut beberapa penyebab dan penanganan obesitas untuk Anda pelajari :

1. Kebiasaan Makan yang Buruk


Anak yang tidak atau kurang suka mengkonsumsi buah, sayur dan biji-bijian (grains) dan
lebih memilih fast food, minuman manis maupun makanan kemasan, memiliki
kecenderungan untuk memiliki berat berlebih karena makanan tersebut merupakan makanan
yang tinggi lemak dan kalori tetapi memiliki nilai gizi yang rendah.

 Penanganan: Merubah pola makan menjadi pola makan yang sehat. Batasi tingkat konsumsi
fast food dan semacamnya.Perbanyak konsumsi sayur, buah dan menu bergizi lainnya.

2. Faktor Keturunan
Obesitas bisa diturunkan oleh orang tua. Jadi seorang anak yang memiliki orang tua atau
keluarga yang mengalami obesitas juga berpotensi untuk mengalami hal sama. Tetapi perlu
Anda ketahui bahwa faktor keturunan tidak lantas membuat seseorang memiliki berat
berlebih. Hal ini akan muncul jika si anak mengkonsumsi kalori berlebih dari jumlah yang
seharusnya ia konsumsi.

 Penanganan: Melakukan diet makanan agar jumlah kalori, lemak maupun zat lain yang
dibutuhkan oleh tubuh terpenuhi setiap harinya dan tidak berlebihan.

3. Tidak Aktif Secara Fisik


Teknologi modern banyak memaksa anak-anak kita untuk lebih banyak duduk diam
menghabiskan waktu mereka di depan layar komputer maupun televisi sehingga mereka tidak
banyak bergerak. Jika konsumsi kalori dan lemak mereka berlebih, padahal tubuh tidak
membakarnya, maka obesitas pada anak akan terjadi pada mereka.

6
 Penanganan: Latih anak untuk aktif bergerak. Kurangi jatah main game atau nonton TV dan
ganti dengan mengikutsertakan mereka dalam kegiatan olahraga yang mereka sukai.

D. Etiologi

Obesitas dapat di sebabkan oleh beberapa faktor antara lain , keturunan,pola makan, obat-
obatan,psikososial ekonomi, aktivitas, pola pikir dan konsentrasi intake makanan.

 E.   Manifestasi klinis

Obesitas dapat terjadi pada semua golongan umur, akan tetapi pada anak biasanya timbul
menjelang remaja dan dalam masa remaja terutama anak wanita, selain berat badan meningkat dengan
pesat, juga pertumbuhan dan perkembangan lebih cepat (ternyata jika periksa usia tulangnya), sehingga
pada akhirnya remaja yang cepat tumbuh dan matang itu akan mempunyai tinggi badan yang relative
rendah dibandingkan dengan anak yang sebayanya.Bentuk tubuh, penampilan dan raut muka penderita
obesitas :

a. Paha tampak besar, terutama pada bagian proximal, tangan relatif kecil dengan jari –
jari yang berbentuk runcing.
b. Kelainan emosi raut muka, hidung dan mulut relatif tampak kecil dengan dagu yang
berbentuk ganda.
c. Dada dan payudara membesar, bentuk payudara mirip dengan payudara yang telah
tumbuhpada anak pria keadaan demikian menimbulkan perasaan yang kurang
menyenangkan.
d. Abdomen, membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk bandul lonceng, kadang –
kadang terdapat strie putih atau ungu.
e. Lengan atas membesar, pada pembesaran lengan atas ditemukan biasanya pada biseb dan
trisebnya

Pada penderita sering ditemukan gejala gangguan emosi yang mungkin merupakan penyebab atau
keadaan dari obesitas.Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada
bisa menekan paru – paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita
hanya melakukan aktivitas yang ringan.Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan
menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari
penderita sering merasa ngantuk.

7
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan
memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki).Juga kadang sering
ditemukan kelainan kulit.Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih
sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan
mengeluarkan keringat yang lebih banyak.Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan
sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.

F. Patofisiologi pada obesitas

            Makanan yang adekuat, yang di sertai dengan ketidak seimbangan antara intake dan out put yang
keluar – masuk dalam tubuh akan menyebabkan akumulasi timbunan lemak pada jaringan adiposa
khususnya jaringan subkutan. Apabila hal ini terjadi akan timbul berbagai masalah, diantaranya
Timbunan lemak pada area abdomen yang emnyebabkan tekanan pada otot-otot diagfragma meningkat
sehingga menggagu jalan nafas , BB yang berlebihan menyebabkan aktifitas yang terganggu sehingga
mobilitas gerak terbatasi dan timbul perasaan tidak nyaman, obat-obatan golongan steroid yang memicu
nafsu makan tidak terkontrol mengakibatkan perubahan nutrisi yang berlebih, dan krisis kepercayaan diri
karena timbunan lemak pada tubuh telah mengubah bentuk badannya.

G. Tata Laksana Obesitas Anak

1. Tujuan

Tujuan utama tata laksana obesitas pada anak dan remaja adalah menyadarkan tentang pola
makan yang berlebihan dan aktivitas yang kurang serta memberikan motivasi untuk memodifikasi
perilaku anak dan orang tua. Tujuan jangka panjang adalah perubahan gaya hidup yang menetap.

2. Pengaturan Makanan

a. Pada bayi.

 Sebaiknya diberikan ASI eksklusif, bila menggunakan susu formula perhatikan takaran dan
volume pemberian susu.
 makanan padat tidak boleh diberikan kurang dari 4 bulan; bayi mulai diperkenalkan minum
dengan cangkir umur 7 -8 bulan, botol mulai dihilangkan umur 1 tahun.

8
 Pemberian sayur dan buah jangan sampai terputus.

b. Anak usia pra sekolah (1 - 3 th).

 Hindari makan gorengan (krupuk, keripik, dll) dan penambahan lemak untuk memasak. (mi
sal : santan, minyak, margarine)
 Pilih daging yang tidak berlemak.
 Lebih baik gunakan margarine, keju yang rendah lemak
 Hindari penambahan gula pada makanan dan minuman, pemanis buatan (mis : aspartame)
bisa digunakan bila perlu.
 Hindari coklat, permen, cake, biskuit, kue kue dan makanan lain sejenis.
 Berikan sayuran setiap makan dan buah untuk makanan selingan.
 Gunakan susu rendah lemak atau tanpa lemak.

Pada usia ini (0 - 3 th) tidak perlu diberikan pengurangan kalori dari kebutuhannya, bayi/anak
akan mengalami penurunan BB secara spontan sesuai dengan pertumbuhannnya. Pengurangan kalori
dibawah kebutuhan jika tidak dirancang dengan baik dapat menimbulkan defisiensi zat gizi yang mungkin
dapat menghambat tumbuh kembang anak yang masih pesat terutama tumbuh kembang otak.

c. Anak usia sekolah (4 - 6 th).

Hal hal yang dianjurkan sama dengan anak usia pra sekolah. Energi diberikan sesuai kebutuhan.
Dalam keadaan yang terpaksa, misal pernafasan terganggu, susah bergerak diberikan pengurangan kalori
dengan pengawasan yang ketat.

d. Anak usia remaja

Target penurunan berat badan dapat direncanakan setiap kunjungan, biasanya 1 - 2 kg/ bulan.
Penurunan asupan kalori diberikan bertahap sekitar 300 - 500 Kalori dari asupan makanan sehari-hari .
Penurunan berat badan tidak perlu menghilangkan seluruh kelebihan berat abdan karena pertumbuhan
linier masih berlangsung, penurunan berat badan cukup sampai berat badan berada 20 % diatas berat
badan ideal.

9
3.      Modifikasi Perilaku

a) Monitor diri sendiri, anak dilatih untuk memonitor asupan makan dan aktivitas fisik, hal
inibertujuan untuk meningkatkan kesadaran anak dan keluarga terhadap gizi dan kegiatan fisik
b) Stimulus kontrol, bermacam macam kejadian yang memicu keinginan makan atau
makanberlebihan, contoh : makan sambil menonton TV, Makanan dihidangkan di meja. Strategi:
TV tidak dipasang di kamar makan, makanan disimpan di lemari untuk meminimalkan
penglihatan terhadap makanan.
c) Perubahan perilaku, contoh: kebiasaan makan cepat dirubah perlahan lahan, mengontrol besar
porsi sehingga merasa puas dengan besar porsi sedang dan meminimalkan snack.
d) Memberikan imbalan apabila anak berhasil menurunkan berat badan.
e) Tehnik perilaku kognitif, yaitu mengembangkan teknik pemecahan masalah, seperti
merencanakan untuk situasi dengan resiko tinggi, misal pada waktu liburan, atau pesta/
pertemuan untuk menekankan agar tidak makan berlebihan.

4. Aktifitas Fisik dan Olahraga

a. Frekuensi olah raga 3-5 kali per minggu.


b.  Lama olah raga, pemanasan 15 menit, ditambah 30-40 menit.
c. jenis olah raga : jalan, berenang.
d. sesuai dengan hobi anak, tennis, menari, basket, dll.
e. menambah kegiatan/aktifitas fisik, misal berangkat sekolah jalan kaki, lebih baik naik tanga dari
pada menggunakan lift.
f. mengurangi aktifitas yang pasif, misal menonton TV, bermain videogame, membaca buku, dll.
(maksimal 2 jam sehari).

5.       Partisipasi Orang Tua


Orang tua adalah contoh yang terbaik bagi anak.Sekurang kurangnya salah satu orang tua ikut
secara intesif dalam program perawatan anak.Penelitian menapatkan bahwa kelompok anak yang orang
tua ikut berpartisipasi, berat badannya turun lebih banyak dan tetap stabil.

10
H.    Cara Mencegah Obesitas pada Anak

 Dengan membatasi minuman dan makan yang mengandung kadar kalori dan gula yang
tinggi,seperti coklat,minuman bersoda,biskuit,kue dan es krim.dengan mengganti buah-buahan
dan sayur-sayuran seperti jus buah,agar-agar,kripik sayur dan susu rendah lemak.
 Jika anda masak sendiri,usahakan untuk dibakar atau dikukus.ayam,ikan,sosis.dengan cara ini
makanan anda akan terlihat enak namun juga rendah lemak.
 Dengan perilaku makan orang tua dapat ditiru oleh anaknya,jadi biasakan memberi contoh yang
baik pada anak anda dengan cara makan anda sendiri.
 Mengajarkan anak  untuk makan lebih lambat dan menikmatinya,karena makan dengan pelan
cenderung akan membuat anak akan merasa lebih cepat kenyang dan tidak akan makan
berlebihan.
 melakukan makan bersama secara keluarga sesering mungkin.
 Makanan cepat  saji sangat tidak baik untuk di konsumsi secara berlebihan.jadi jangan jadikan
makanan cepat  saji sebagai rutin mingguan.
 Makan sambil beraktifitas jangan biarkan anak anda makan makanan ringan sambil,menonton
tv,juga saat melakukan pekerjaan rumah.
 ingatkan pada anak anda untuk selalu memilih makan yang sehat,misalnya pada saat membeli
makanan diluar.contoh:lebih memilih gado-gado dari pada membeli sate kambing.
 berikan batasan waktu anak anda untuk menonton tv dan bermain komputer.melatih anak untuk
melakukan kegiatan fisik selama 60 menit setiap hari.
 Melakukan acara olahraga keluarga seperti jalan kaki,bulu tangkis naik sepeda bisa juga
berenang.
 Mendorong anak untuk berjalan kaki atau bersepeda pada saat bersekolah ke toko.

11
2.2 Konsep Asuhan Kepeawatan Pada Obesitas

1. Identitas Pasien

Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.

2. Riwayat kesehatan

Riwayat Kesehatan sekarang : keluhan pasien saat ini

Riwayat Kesehatan masa lalu : kaji apakah ada keluarga dari pasien yang pernah menderita obesitas

Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada ada di antara keluarga yang mengalami penyakit serupa
atau memicu

Riwayat psikososial,spiritual : kaji kemampuan interaksi sosial , ketaatan beribadah , kepercayaan

3. Pemerikasaan fisik :
 Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi vena jugularis,
pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.
 Sistem respirasi : untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesulitan napas
 Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang merupakan tanda
adanya infeksi dan pendarahan, mimisan.
 Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang.
 Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam pergerakkan, sakit
pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak.
 Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening

4. Pemeriksaan penunjang :

Pemeriksaan metabolik / endokrin dapat menyatakan tak normal, misal : hipotiroidisme, hipopituitarisme,
hipogonadisme, sindrom cushing (peningkatan kadar insulin).

5. Pola fungsi kesehatan

12
a)      Aktivitas istirahat

Kelemahan dan cenderung mengantuk, ketidakmampuan / kurang keinginan untuk beraktifitas.

b)      Sirkulasi

Pola hidup mempengaruhi pilihan makan, dengan makan akan dapat  menghilangkan perasaan tidak
senang : frustasi

c)      Makanan / cairan

Mencerna makanan berlebihan

d)     Kenyamanan

Pasien obesitas akan merasakan ketidaknyamanan berupa nyeri dalam menopang berat badan atau tulang
belakang

e)      Pernafasan

Pasien obesitas biasanya mengalami dipsnea

f)       Seksualitas

Pasien dengan obesitas biasanya mengalami gangguan menstruasi dan amenouria

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

1. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake makanan yang
lebih
2. Gangguan pencitraan diri yang berhubungan dengan  biofisika atau psikosial pandangan px
tehadap diri
3. Hambatan interaksi sosial yang berhubungan dengan ungkapan atau tampak tidak nyaman
dalam situasi social
4. Pola napas tak efektif yang berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, nyeri , ansietas ,
kelemahan dan obstruksi trakeobronkial

Perencanaan

13
            Setelah pengumpulan data, megelompokkan dan menentukan diagnosa keoerawatan yang
mungkin muncul, maka tahapan selanjutnya adalah menentukkan prioritas, tujuan dan rencana tindakkan
keperawatan.

Diagnosa 1

1.      Perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake makanan yang lebih

Tujuan :

Kebutuhan nutrisi kembali normal

Kriteria hasil :

Perubahan pola makan dan keterlibatan individu dalam program latihan

Menunjukan penurunan berat badan

 Intervensi :

1.      Kaji penyebab kegemukan dan buat rencana makan dengan pasien

2.      Timbang berat badan secara periodik

3.      Tentukan tingkat aktivitas dan rencana program latihan diet

4.      Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentujan keb kalori dan nutrisi untuk penurunan berat badan

5.      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat penekan nafsu makan (ex.dietilpropinion)

 Rasional :

1.      Mengidentifikasi / mempengaruhi penentuan intervensi

2.      Memberikan informasi tentang keefektifan program

3.      Mendorong px untuk menyusun tujuan lebih nyata dan sesuai dg rencana

4.      Kalori dan nurtisi terpenuhi secara normal

14
5.      Penurunan berat badan

Diagnosa 2

2.  Gangguan pencitraan diri b.d biofisika atau psikosial pandangan px tehadap diri

Tujuan :

Menyatakan gambaran diri lebih nyata

Kriterian hasil :

Menunjukkan beberapa penerimaan diri dari pandangan idealisme

Mengakui indiviu yang mempunyai tanggung jawab sendiri

 Intervensi :

Beri privasi kepada px selama perawatan

Diskusikan dengan px tentang pandangan menjadi gemuk dan apa artinya  bagi px trsebut

Waspadai mitos px / orang terdekat

Tingkatkan komunikasi terbuka dengan px untuk menghondari kritik

Waspadai makan berlebih

Kolaborasi dengan kelompok terapi

 Rasional :

Individu biasanya sensitif terhadap tubuhnya sendiri

Pasien mengungkapkan beban psikologisnya

Keyakinan tentang seperti apa tubuh yang ideal atau motifasi dapat menjadi upaya penurunan berat badan

Meningkatkan rasa kontrol dan meningkatkan rasa ingin menyelesaikan masalahnya

15
Pola makan terjaga

Kelompok terapi dapat memberikan teman dan motifasi

Diagnosa 3

1. Hambatan interaksi sosial b.d ungkapan atau tampak tidak nyaman dalam situasi sosial

Tujuan :

Mengungkapkan kesadaran adanya perasaan yang menyebabkan interaksi sosial yang buruk

Kriteria hasil :

Menunjikan peningkatan perubahan positif dalam perilaku sosial dan interpersonal

 Intervensi :

Kaji perilaku hubungan keluarga dan perilaku sosial

Kaji penggunaan ketrampilan koping pasien

Rujuk untuk terapi keluarga atau individu sesuai dengan indikas.

 Rasional :

Keluarga dapat membantu merubah perilaku sosial pasien

Mekanisme koping yang baik dapat melindungi pasien dari perasaan kesepian isolasi

Pasien mendapat keuntungan dari keterlibatan orang terdekat untuk memberi dukungan

Diagnosa 4

4.  Pola napas tak efektif yang berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, nyeri , ansietas , kelemahan
dan obstruksi trakeobronkial

 Tujuan :

16
Mengembalikan pola napas normal

Kriteria hasil :

Mempertahankan ventilasi yang adekuat

Tidak mengalami sianosis atau tanda hipoksia lain

 Intervensi :

Awasi , auskultasi bunyi napas

Tinggikan kepala tempat tidur 30 derajat

Bantu lakukan napas dalam, batuk menekan insisi

Ubah posisi secara periodik

Berikan O2 tambahan / alat pernapasan lain

 Rasional :

Peranapasan mengorok/ pengaruh anastesi menurunkan ventilasi, potensial atelektasis, hipoksia

Mendorong pengembangan diafragma sehingga ekspansi paru optimal, pasien lebih nyaman

Ekspansi paru maksimal, pembersihan jalan  napas, resiko atelektasis minimal

Memaksimalkan sediaan O2 untuk pertukaran dan penurunan kerja napas.

2.3 KKP
A. Definisi KKP
Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang mendapat
masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein kurang dalam
waktu yang cukup lama (Ngastiyah, 1997).

17
Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang dikarenakan
adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi pada defisiensi
protein maupun energi (Sediatoema, 1999).

B. Manifestasi Klinis Anak dengan KKP

Kwashiorkor:

1. Edema tubuh, terutama pada bagian punggung kaki


2. Wajah membulat dan sembab
3. Rambu tipis dan kemerahan seperti rambut jagung
4. Atrofi/pengecilan otot
5. Kulit terdapat bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menajdi
cokelat dan kehitaman dan terkelupas
6. Sering disertai penyakit infeksi akut seperti diare

Marasmus:

1. Tampak kurus, seperti tulang yang tinggal terbungkus kulit


2. Wajah seperti orang tua
3. Kerusakan integritas kulit yaitu keriput
4. Perut cekung
5. Disertai penyakit infeksi seperti diare kronik atau konstipasi

C. Klasifikasi Anak dengan KKP


Menurut Departemen Kesehatan RI (1999) KKP/ KEP yang dibagi berdasarkan gejala
klinis ada 3 tipe yaitu KEP ringan, sedang, dan berat (gizi buruk). Untuk KEP/KKP
ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak kurus sedangkan
gejala klinis KKP/ KEP berat (gizi buruk) secara garis besar dapat dibedakan sebagai
marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor.Adapun Kwashiorkor merupakan
KKP berat karena kekurangan protein(terjadi edema di sekujur tubuh terutama bagian
ekstremitas), Marasmus ialah KKP berat karena kekurangan Kalori atau karbohidrati
(Anak tampak kurus dan wajahnya seperti orangtua) dan Marasmik-Kwashiorkor karena
kekurangan karbohidrat dan protein (campuran gejala klinik dari kwashiorkor dan
marasmus dengan edema tidak mencolok).
D. Mengetahui Patofisiologi Anak dengan KKP

18
a. Patofisiologi Marasmus
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,
protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan
makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi
kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan
karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh
jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk
menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat
terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam
dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar
dan ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol
dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies
sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh
akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira
kehilangan separuh dari tubuh.

b. Patofisiologi Kwashiorkor
Pada defesiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat
lebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya.
Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang
meyebabkan edem dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet,
akan terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang
diperlukan untuk sentesis dan metabolisme. Makin kekurangan asam amino
dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar
yang kemudian berakibat edem. Perlemakan hati terjadi karena gangguan
pembentukan beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati kedepot
terganggu, dengan akibat terjadinya penimbunan lemah dalam hati.
E. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Anak dengan KKP
Menurut WHO untuk pemeriksaan atau pengkajian pada pasien dengan kekurangan
kaloriprotein (KKP) sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Fisik

a) Kaji tanda-tanda vital.

19
b) Kaji perubahan status mental, pada anak apakah anak nampak cengeng atau apatis.
c) Pengamatan timbulnya gangguan gastrointestinal, untuk menentukan kerusakan fungsi hati,
pankreas dan usus.
d) Menilai secara berkelanjutan adanya perubahan warna rambut dan keelastisan kulit
e) dan membran mukosa.
f) Pengamatan pada output urine.
g) Kaji perubahan pola eliminasi.
h) Perhatikan apakah ada ditemukan gejala seperti diare, perubahan frekuensi BAB, dan
i) di tandai adanya keadaan lemas dan konsistensi BAB cair.
j) Kaji secara berkelanjutan asupan makanan tiap hari.
k) Perhatikan apakah ada dijumpainya gejala mual dan muntah dan biasanya ditandai
l) dengan penurunan berat badan.
m) Pengkajian pergerakan anggota gerak/aktivitas anak dengan mengamati tingkah laku
n) anak melalui rangsang.
Kemudian untuk menegakkan diagnose pada Kekurangan Kalori Protein ini juga bisa didukungdengan
pemeriksaan penunjang :
2. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan darah tepiuntuk memperlihatkan apakah dijumpai anemia ringan sampai sedang,
umumnya
 pada KKP dijumpai berupa anemia hipokronik atau normokromik.
 Pada uji faal hati:
Pada pemeriksaan uji faal hati tampak nilai albumin sedikit atau amat rendah,trigliserida normal,
dan kolesterol normal atau merendah.
 Kadar elektrolit K rendah, kadar Na, Zn dan Cu bisa normal atau menurun.
 Kadar gula darah umumnya rendah. (normalnya Gula darah puasa : 70-110 mg/dl,Waktu tidur :
110-150 mg/dl, 1 jam setelah makan < 160 mg/dl, 2 jam setelah makan: < 125 mg / dl
 Asam lemak bebas normal atau meninggi.
 Nilai beta lipoprotein tidak menentu, dapat merendah atau meninggi.
 Kadar hormon insulin menurun, tetapi hormon pertumbuhan dapat normal, merendah maupun
meninggi.
 Analisis asam amino dalam urine menunjukkan kadar 3-metil histidin meningkat dan indeks
hidroksiprolin menurun.

20
 Pada biopsi hati hanya tampak perlemakan yang ringan, jarang dijumpai dengan kasus
perlemakan berat.
 Kadar imunoglobulin serum normal, bahkan dapat meningkat.
 Kadar imunoglobulin A sekretori rendah.
 Penurunankadarberbagaienzimdalamserumsepertiamilase,esterase,kolin esterase, transaminase
dan fosfatase alkali. Aktifitas enzim pankreas dan xantin oksidase berkurang.
 Defisiensi asam folat, protein, besi.
 Nilai enzim urea siklase dalam hati merendah, tetapi kadar enzim pembentuk asam amino
meningkat.
b) Pemeriksaan Radiologik
Pada pemeriksaan radiologik tulang memperlihatkan osteoporosis ringan
F. Mengetahui Penatalaksanaan Anak dengan KKP

Penatalaksanaan kurang kalori protein:


1. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit
3. Penannganan diare bila ada : cairan, antidiare, dan antibiotic
Penatalaksanan KKP berat dirawat inap dengan pengobatan rutin:
I. Atasi atau cegah hipoglikemi
Periksa kadar gula darah bila ada hipotermi (suhu skala < 35 derajat celciul suhu rektal
35,5 derajat celcius). Pemberian makanan yang lebih sering penting untuk mencegahkedua
kondisi tersebut. Bila kadar gula darah di bawah 50 mg/dl, berikan :
a. 50 mlbolus glukosa 10 % atau larutan sukrosa 10% (1 sdt gula dalam 5 adm air) secara
oral atau sonde / pipa nasogastric
b. Selanjutnya berikan lanjutan tersebut setiap 30 menit selama 2 jam (setiap kali berikan ¼
bagian dari jatah untuk 2 jam)
c. Berikan antibiotik d. Secepatnya berikan makanan setiap 2 jam, siang dan malam
II. Atasi atau cegah hipotermi
Bila suhu rektal < 35.5 derajat celcius :
a. Segera berikan makanan cair / formula khusus (mulai dengan rehidrasi bila perlu)
b. Hangatkan anak dengan pakaian atau seelimut sampai menutup kepala, letakkan dekat
lampu atau pemanas (jangan gunakan botol air panas) atau peluk anak di dasa ibu,
selimuti.
c. Berikan antibiotik d. Suhu diperiksa sampai mencapai > 36,5 derajat celcius

21
III. Atasi atau cegah dehidrasi
Jangan mengunakan jalur intravena untuk rehidrasi kecuali keadaan syok/rentan.Lakukan
pemberian infus dengan hati – hati, tetesan pelan – pelan untuk menghindari beban sirkulasi dan
jantung.Gunakan larutan garam khusus yaitu resomal (rehydration Solution for malnutrition atau
pengantinya). Anggap semua anak KKP berat dengan diare encer mengalami dehidrasi sehingga
harus diberikan :
a. Cairal Resomal/pengantinya sebanyak 5ml/kgBB setiap 30 menit selama 2 jam secara
oral atau lewat pipa nasogastric
b. Selanjutnya beri 5 -10 ml/kgBB/jam selama 4-10 jam berikutnya ; jumlah yang tepat
harus diberikan tergantung berapa baanyak anak menginginkannntya dan banyaknya
kehilangan cairan melalui tinja dan muntah.
c. Ganti Resomal/penganti pada jam ke-6 dan ke-10 dengan formulas khusus sejumlah yang
sama, bila keadaan rehidrasi menetap/stabil.
d. Selanjutnya mulai beri formula khusus.
IV. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
Pada senua KKP berat terjadi kelebihan natrium tubuh, walaupun kadar Na plasma
rendah. Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg)msering terjadi dan paling sedikit perlu 2
minggu untuk pemulihan. Ketidakseimbangan ini ikut andil pada terjadinya edema (jangan obati
dengan pemberian diuretik). Berikan:
a) Tambahkan K2-4 mEq/kgBB/hari (=150-300mg KCL/kgBB/hari)
b) Tambahkan Mg 0,3-0,6 mEq/kgBB/hari (=7,5-15mgKCL/kgBB/hari)
c) Siapkan makanan tanpa beri garam
Tambahkan K dan Mg dapat disiapkan dalam bentuk cairan dan tambahkan langsung
pada makanan.Penambahan 20ml larutan pada 1 liter formula.Selain itu atasi penyakit penyerta,
yaitu :
a. Defisiensi vitamin A, seperti korelasi defisiensi mikro
b. Dermatosis
Umum defisiensi Zn terdapat pada keadaan ini dan dermatosis membaik dengan
pemberian suplementasi Zn, selain itu :
a. Kompres bagian kulit yang terkena dengan KmnO (K-permanganat) 1% selama 10 menit.
b. Beri salep (Zn dengan minyak kastor)
c. Jaga daerah perineum agar tetap kering
d. Parasit/cacing, beri mebendazol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari.
e. Diare melanjut

22
Diare biasa menyertai dan berkurang dengan sendirinya pada pemberian makanan secara
berhati – hati.Bila ada intoleransi laktosa (jarang) obati hanya bila diare berlanjutnya diare. Bila
mungkin lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik, berikan metronidazol 7,5 mg/kgBB setiap 8
jam selama 7 hari.

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Pada KKP

1. Diagnosa: Resiko feksi b.d Imunosupresi(penurunan kekebalan tubuh).


NOC:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan diagnosa “Resiko Infeksi” diharapkan
setelah 1x 24 jam perawat dapat:.
a) Titer antibodi
b) Kontrol Kehilangan berat badan
c) Skiring infeksi saat ini
NIC:
a) Tentukan status gizi dan kemampuan psien untuk memenuhi kebutuhan gizi
b) Berikan tawaran pilihan makanan sambil berikan bimbingan terhadap pilihan makanan
tersebut
c) Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makanan
2. Diagnosa: ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.ddiare dan
ketidakmampuan mencerna makanan.
NOC:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam, pasien dapat terpenuhi dengan kreteria ;
toleransi terhadap makanan, diare, penurunan berat badan
NIC:
a. Tentukan riwayat diare
b. Ambil tinja ntuk pemeriksaan kultur dan sensitifitas
c. Ajari pasien penggunaan obat antidiare secara tepat
d. Anjurkan pasien menghindari makanan oedas dan yang menimbulkan gas dalam perut

3. Diagnosa: defisiensi pengetahuan b.dkurang pengetahuan

23
NOC:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam, pasien dapat terpenuhi dengan
kreteria; manajemen kelainan makanan, managemen diet yang disarankan dan gaya hidup sehat
NIC:
A. Tentukan status gizi dan kemampuan psien untuk memenuhi kebutuhan gizi
B. Berikan tawaran pilihan makanan sambil berikan bimbingan terhadap pilihan makanan
tersebut
C. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makanan
4. Diagnosa: resiko keterlambatan perkembangan b.d gangguan kogenital (kelainan pada otot)
NOC:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam, pasien dapat terpenuhi dengan
kreteria; berat badan : massa tubuh
NIC
a. Tentukan populasi target untuk pemeriksaan kesehatan
b. Berikan prosedur kenyamanan saat skiring
c. Berikan informasi skiring pemeriksaan dini

24
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pertumbuhan adalah setiap perubahan dari tubuh yang berhubungan dengan bertambahnya ukuran
tubuh baik fisik (anatomis) maupun struktural dalam arti sebagian atau menyeluruh. Perkembangan
adalah bertambahnya kemampuan (skill), struktur, dan fungsi tubuh yang lebih kompleks.
Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan
dengan pematangan fungsi organ/individu. Walaupun demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron
pada setiap individu.
Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh banyak faktor dimulai dari faktor internal (genetik), prenatal,
sampai postnatal. Untuk mendapatkan tumbuh kembang anak yang optimal maka petugas kesehatan
maupun orangtua anak diharapkan mengetahui faktor-faktor tersebut.
Penanggulangan obesitas pada anak lebih sulit dibandingkan obesitas dewasa, karena penyebab
obesitas yang multifaktorial dan anak yang masih dalam taraf tumbuh kembang.Penurunan berat badan
bukanlah tujuan yang utama dalam penanganan obesitas anak.Perubahan pola makan dan peri laku hidup
sehat lebih diutamakan untuk mendapatkan hasil yang menetap. Penanggulangan obesitas anak sebaiknya
dilakukan secara terapadu antara dokter anak, dietisien, psikolog dan petugas kesehatan lain. Peran serta
orang tua memegang peranan penting dalam penangan anak obesitas.Pencegahan sebaiknya dilakukan
sebelum anak menjadi obesitas karena pencegahan lebih mudah daripada pengobatan.Pencegahan harus
dimulai sejak dini dengan menerapkan pola hidup sehat dalam keluarga.
Seringkali banyak orangtua menginginkan anaknya tumbuh dengan sehat, gemuk dan terlihat
lucu.Sekilas anak yang gemuk memang terlihat lucu dan menggemaskan, bahkan ada ungkapan jikalau
anak gemuk berarti sehat.Tak heran jika banyak produk kesehatan ataupun makanan untuk anak atau
balita lebih menekankan pada upaya menambah berat.
Pola pemahaman seperti itu mungkin tidak berlaku, karena anak gemuk mempunyai faktor risiko bagi
kesehatan.Indikator kesehatan bagi anak atau balita juga tidak hanya ditentukan melalui berat badan.Berat
badan yang berlebih biasa disebut dengan obesitas, obesitas dikhawatirkan memberikan dampak yang
kurang baik bagi kesehatan anak.

25
3.2 Saran

Jadikan kebiasaan yang sehat sebagai hal wajib bagi keluarga. Jika Anda melakukannya,
kebiasaan itu akan menjadi pola hidup bagi anak-anak Anda, yang akan terbawa hingga dewasa.
Apa yang dapat dilakukan Orang Tua ?
Beli dan sajikan lebih banyak buah dan sayuran daripada makanan yang siap olah.
Batasi minuman ringan, minuman yang manis-manis, dan camilan manis yang kaya lemak. Sebaliknya,
berikan air atau susu rendah lemak dan camilan yang sehat.
Memasaklah dengan metode rendah lemak, seperti memanggang dan mengukus, ketimbang menggoreng.
Sajikan makanan dalam porsi yang lebih kecil.Jangan gunakan makanan sebagai upah atau
suap.Jangan sampai anak tidak sarapan, karena dapat membuat mereka makan berlebihan setelah
itu.Makanlah di meja makan. Makan di depan TV atau layar komputer membuat orang tidak menyadari
seberapa banyak yang dikonsumsi dan apakah ia sudah kenyang.
Anjurkan gerak badan, seperti bersepeda, main bola, dan lompat tali.
Batasi waktu untuk menonton televisi, menggunakan komputer, dan bermain video game.
Rencanakan kegiatan keluarga yang aktif di luar rumah, seperti pergi ke kebun binatang, berenang, atau
bermain di taman.Suruhlah anak-anak melakukan pekerjaan fisik.
Berilah contoh dalam pola makan yang sehat dan olahraga.

26
DAFTAR PUSTAKA

Dr.Soetjiningsih,SpAk.1995. Tumbuh Kembang Anak.Jakarta.EGC


http://dieyachsyam.blogspot.com/2013/09/obesitas-pada-anak.html
(diakses pada Tanggal 6 Desember 2014)
https://echyners.wordpress.com/2013/06/22/makalah-obesitas/
(diakses pada Tanggal 6 Desember 2014)
NANDA, Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2005-2006

27

Anda mungkin juga menyukai