DIETETIKA PTM
“ OBESITAS “
SEMESTER V (lima)
DISUSUN OLEH :
PRODI GIZI
POLTEKKES KEMENKES
MALUKU
2021
Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.
KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI
BABI PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG..
B. RUMUSAN MASALAH.
C. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN.
1. Pengertian Obesitas
2. Etiologi
3. Patogenesis
4. Pemeriksaan Penunjang
5. Manifestasi Klinis
A. KESEMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini kegemukan (overweight) dan obesitas menjadi salah satu masalah kesehatan
yang mendunia bagi anak-anak dan orang dewasa. Tahun 1998, WHO menyatakan obesitas
sudah dalam dalam tingkat epidemik yang kalau dibiarkan akan menjadi obesitas global.
Menurut data WHO pada awal tahun 2000an, sekitar 1 miliar orang mengalami kegemukan dan
30% diantaranya megalami kegemukan berlebihan atau obesitas. Di Amerika Serikat, menurut
Asosiasi Obesitas Amerika, angka obesitas pada anak-anak dan remaja terus meningkat. Di
Indonesia, prevalensi obesitas pada anak-anak sudah meningkat menjadi 20% pada tahun 2003
dari sekitar 5-6% pada tahun 1989.
Secara umum, kegemukan dan obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari
penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Namun, kebanyakan hal ini berlaku pada orang
dewasa. Belum ada kesepakatan dalam hal definisi kegemukan dan obesitas pada anak-anak.
Sebagian menggunakan table Body Mass Index (BMI) yang sudah dimodifikasi berdasarkan usia
untuk mengukur kegemukan dan obesitas pada anak-anak. Sebagian berpendapat bahwa anak-
anak yang memiliki kelebihan berat badan diatas 20% berat badan rata-rata anak sehat pada usia
tersebut sudah termasuk obesitas. Sebagian lagi mengukur obesitas berdasarkan persentase
lemak tubuh diatas 25% untuk anak laki-laki dan diatas 32% untuk anak perempuan. Sebagian
besar kegemukan dan obesitas adalah karena makan berlebihan. Hal ini tergolong dalam obesitas
primer. Sisanya, disebabkan karena penyakit atau gangguan hormonal atau kelainan genetis yang
tergolong dalam obesitas sekunder.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Menggambarkan gambaran umum tentang obesitas pada anak-anak dan proses asuhan
keperawatannya
2. Menjelaskan pengertian obesitas
3. Menjelaskan penyebabkan obesitas
4. Menjelaskan tanda dan gejala obesitas
5. Menjelaskan patofisologi obesitas
6. Menjelaskan manisfestasi klinis obesitas
7. Menjelaskan pemeriksaan penunjang pada obesitas
8. Menjelaskan penatalaksaan pasien dengan obesitas
9. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien obesitas
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Obesitas
Obesitas adalah penimbunan lemak yang berlebihan secara umum pada jaringan subcutan
dan jaringan lannya di seluruh tubuh.Sering dikatkan dengan kelebihan berat badan (over
weight),walaupun tidak selalu identik.Anak bongsor mempunyai masa jaringan otot dan
kerangka tulang relative yang lebih banyak,sehingga berat,tinggi badan dan penampilannya
nampak lebih besar dari rata-rata anak seusia,tetapi mereka termasuk obese.
2. Etiologi
Obesitas biasanya disebabkan oleh masukan energi yang melebihi kebutuhan tubuh untuk
keperluan metabolisme dasar yang mencakup metabolisme dasar,SDA,aktivitas
jasmani,pembuangan sisa makanan dan energi untuk pertumbuhan.Bila kelebihan energi ini
berkelanjutan,misalnya 500 kkal setiap hari,maka diperkirakan dalam waktu satu minggu akan
terjadi kenaikan BB sebanyak 450-500g.Kelebihan energi dapat terjadi sebagai akibat masukan
energi yang berlebihan, penggunaan energi yang kurang atau kombinasi kedua hal tersebut.
Masukan energi yang berlebihan,yang biasanya dihubungkan dengan bertambahnya nafsu
makan,terdapat pada keadaan berikut :
d. Kebiasaan pemberian makan,misal pemberian susu botol secara berulang pada bayi setiap
kali menagis dan rewel atau pemberian makanan padat tinggi kalori sejak masa awal.
e. Predisposisi genetic,yang terdapat pada beberapa binatang tertentu dan mungkun juga pada
manusia.Hasil penelitian membuktikan bahwa anak kembar monozigotik walaupun
dibesarkan terpisah mempunyai BB yang hampir sama dibandingkan dengan anak kembar
dizigotik yang dibesarkan bersama.
Penggunaan energi yang kurang mungkin ditemukan pada kedaan berikut :
3. Patogenesis
Kelebihan energi oleh tubuh diubah menjadi zat lemak yang akan disimpan sebagai
jaringan lemak di bawah kulit dan pada organ tubuh lain.Selain itu obesitas mungkin terjadi
sebagai akibat meningkatnya jumlah dan ukuran adiposit {sel lemak}. Jumlah adiposity ini akan
bertambah bila terjadi masukan kalori yang meningkat, terutama pada janin dan masa bayi,
rangsang untuk menambah jumlah sel adiposity ini akan berlangsung terus sampai pubertas,
tetapi dengan intensitas yang menurun. Selama periode penurunan berat badan, besar sel lemak
berkurang tetapi jumlahnya tetap.
4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan diagnostic
b. Pemeriksaan laboratorium
Test Darah: Selama pemeriksaan fisik, dokter akan mengeluarkan tes darah untuk memeriksa
kondisi banyak termasuk diabetes, kolesterol tinggi, masalah jantung, dan gangguan hati.
Dengan tes darah, dokter mungkin dapat menangkap dan merawat kondisi tertentu sebelum
mereka menjadi masalah.
5. Manifestasi klinis
Anak dengan obesitas akibat diet kalori tinggi,tidak hanya lebih berat tetapi juga lebih
tinggi dari anak seusia,seperti juga terlihat dari umur tulangnya yang lebih melanjut.Karena masa
pubertas timbul lebih awal,pada akhirnya anak yang cepat tumbuh dan matang itu akan
mempunya tinggi badan yng relative lebih rendah dibandingkan anak sebayanya.
Ditinjau dari segi diagnostic praktis,bentuk perawakan tubuh lebih mempunyai nilai
diagnostic daripada berat badan. Pada raut muka nampak hidung dan mulut yang berbentuk kecil
dengan dagu yang relative ganda. Bentuk payudara mirip dengan payudara yang telah
tumbuh,suatu keadaan yang menimbulkan perasaan kurang menyenangkan pada anak lelaki.
Abdomen cenderung membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk pendulum { bandul
lonceng } sering disertai adanya stria newarna putih bungur. Walaupun masih dalam ukuran
normal,genitalia eksterna anak lelaki nampak lebih kecil dan hanya sedikit tersembul keluar,yang
disebabkan karena seakan- akan penis tersebut terpendam dalam jaringan lemak sekitarnya.
Pertumbuhan genitalia anak perempuan umumnya berjalan normal,demikian pula haid pertama
tidak terlambat. Ekstermitas bagian proksimal terlihat besar, sehingga akan nampak lengan atas
yang besar dengan tangan yang relative kecil dan jari yang berbentuk runcing. Pada tungkai
nampak paha yang besar,mungkin disertai kelainan koksavara dengan genu valgum.
Gangguan psikologik berupa kelainan emosional sering dijumpai pada anak dengan
obesitas,meskipun terlihat ia dapat menyesuaikan diri.Karena malu ia enggan untuk bermain dan
bergaul dengan temannya atau menghindar untuk berolahraga.Kelainan emosional ini mungkin
menjadi penyebab atau merupakan akibat keadaan obesitas.
a. Wajah membulat.
b. Pipi tembem.
c. Dagu rangkap.
d. Leher relatif pendek.
e. Dada membusung, dengan payudara yang membesar karena
f. mengandung jaringan lemak
g. Perut membuncit disertai dinding perut yang berlipat-lipat.
h. Kedua tungkai umumnya berbentuk X, dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling
menempel dan bergesekan. Akibatnya, timbullah lecet.
i. Pada anak laki-laki, penis tampak kecil karena tersembunyi dalam
j. jaringan lemak (burried penis).
6. Komplikasi
Antara lain:
a. Penyakit jantung dan pembuluh darah, seperti pembesaran jantung atau peningkatan tekanan
darah.
b. Gangguan metabolisme glukosa. Misalnya, diabetes mellitus tipe II
c. Gangguan kedudukan dan pertumbuhan tulang, berupa kaki pengkor atau tergelincirnya
bagian sambungan tulang paha (terutama pada anak laki-laki) serta pertumbuhan tulang
yang harus menahan beban yang lebih berat dari yang semestinya.
d. Asma dan gangguan pernapasan seperti sleep apnea.
e. Ketidaknormalan pertumbuhan
f. Gangguan kulit, khususnya di daerah lipatan, akibat sering bergesekan.
g. Gangguan mata; seperti penglihatan ganda, terlalu sensitif terhadap cahaya, dan batas
pandangannya jadi lebih sempit.
h. Gangguan fungsi hati
i. Masalah psikososial seperti rendah diri, depresi dan menarik diri dari lingkungan misalnya
karena diolok-olok temannya.
j. Hiperlipidemia (Hyperlipoproteinemia adalah tingginya kadar lemak (kolesterol,trigliserida
maupun keduanya) dalam darah.
7. Penatalaksanaan medis
a. Pengaturan Diet
1) Jenis diet
Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan RDA, hal
ini karena anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan.5 Intervensi diet harus
disesuaikan dengan usia anak, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta. Pada obesitas
sedang dan tanpa penyakit penyerta, diberikan diet seimbang rendah kalori dengan pengurangan
asupan kalori sebesar 30%. Sedang pada obesitas berat (IMT > 97 persentile) dan yang disertai
penyakit penyerta, diberikan diet dengan kalori sangat rendah (very low calorie diet).
Diet pada obesitas diatur berdasarkan nutrisi yang tepat, porsi makan, dan frekuensi
makan. Diet secara ketat adalah terapi obesitas cara lama, dengan cara ini terjadi penurunan berat
badan secara cepat namun dengan cepat akan kembali pada keadaan semula. pengaturan diet
yang tepat adalah efektif untuk jangka panjang. Prinsip dasarnya adalah diet makanan sehat dan
seimbang.
Kombinasi Low Calorie Diet (LCD) 1000-1500 kcal/day dan melakukan kegiatan fisik
adalah hal yang dianjurkan untuk mempertahankan penurunan berat badan, selain itu mengurangi
lemak di perut dan meningkatkan kesehatan jantung-paru. Kombinasi diet dan obat dapat
membantu menurunkan berat badan jangka lama.
3) Pola makan
Peningkatan aktifitas fisik mempunyai pengaruh terhadap laju metabolisme. Latihan fisik yang
diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik, kemampuan fisik dan umurnya.
Aktifitas fisik untuk anak usia 6-12 tahun lebih tepat yang menggunakan ketrampilan otot,
seperti bersepeda, berenang, menari dan senam. Dianjurkan untuk melakukan aktifitas fisik
selama 20-30 menit per hari.
1) Frekuensi
Umumnya pada bayi yang menyusui tidak ada masalah jadwal pemberian ASI, karena
ASI dapat diberikan setiap saat sesuka bayi. Pada bayi yang mendapatkan PASI biasanya
pemberian minum dilakukan setiap 3jam,sebanyak 6xsehari dan bila perlu ditambah 1-2 kali
pada malam hari. Pada bayi BBLR diberikan minum dengan porsi yang lebih sedikit , tetapi
lebih sering. Pada dasarnya makin kecil berat lahir bayi , makin kecil porsi minuman dan waktu
pemberiannya.
Bila bayi mulai diperkenalkan dengan makanan pelengkap,maka jarak waktu pemberian
makanan utama adalah 3-4jam dan diantaranya diberikan 2x makanan pelengkap berupa buah
dan bikuit. Penjadwalan hendaknya diatur agar waktu pemberian makan disesuikan dengan
kebiasaan pada orang dewasa . jadi, bila bayi telah mendapat nasi tim ,maka jadwal makan
secara umum adalah sebagai berikut : 3x makan pagi,siang,dan sore ; 2kali ASI/PASI waktu pagi
bangun tidur dan maalam sebelum tidur,2kali buah atau kue yang di berikan antara waktu
makan;dan bila perlu tambahan minum malam hari .jadwal ini hendaknya dipertahankan sampai
anak usia lanjut. Pada usia sekolah waktu makan sore di ubah menjadi makan malam ,seperti
halnya pada orang dewasa .
2) Volume
Jumlah kalori yang diberikan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan normal yaitu
sesuai dengan berat badan ideal menurut tinggi badannya. Bila pada awal penanganan
didapatkan bahwa anak telah mengkonsumsi makanan dengan jumlah kalori yang berlebihan,
maka pada diet berikutnya perlu dilakukan pengurangan jumlah asupan kalorinya, yaitu berkisar
200-500 kalori sehari, agar berat badan tidak selalu bertambah, atau dengan target penurunan
berat 0,5 kg per minggu. Jika kita mentargetkan penurunan berat badan, maka penurunan badan
ditargetkan sampai mencapai 10% di atas berat badan ideal. Tetapi, bila kita tidak mentargetkan
penurunan berat badan, maka yang terpenting adalah mempertahankan berat badan agar tidak
bertambah karena anak masih bertambah tinggi.
3) Makanan selingan
Diet tinggi serat dapat membantu menurunkan berat badan karena tinggi serat mengakibatkan
rasa kenyang (walaupun rendah kalori) sehingga dapat menurunkan asupan makan, selain itu
tinggi serat juga meningkatkan oksidasi lemak. Tetapi, diet tinggi serat pada anak perlu hati-hati
karena diet tinggi serat juga akan mengakibatkan mineral yang penting untuk proses tumbuh
kembang anak ikut keluar. Pemberian jumlah makanan berserat yang dianjurkan untuk anak >2
tahun adalah (umur dalam tahun+5) g per hari. Dalam melakukan pengaturan diet, perlu
diperhatikan asupan dengan kandungan garam cukup, yaitu 5 g per hari serta masukan zat besi,
kalsium dan fluor. Anak harus makan makanan seimbang yaitu dengan sumber karbohidrat,
lemak dan protein yang cukup. Karbohidrat sebaiknya berkisar 50-60%, lemak 20-30%, dan
protein 15-20% sehingga cukup untuk tumbuh kembang normal.
1) Pengkajian
a. Anamnesis :
1. Saat mulainya timbul obesitas : prenatal, early adiposity rebound, remaja
2. Riwayat tumbuh kembang (mendukung obesitas endogenous)
3. Adanya keluhan : ngorok (snoring), restless sleep, nyeri pinggul
4. Riwayat gaya hidup :
Pola makan/kebiasaan makan
Pola aktifitas fisik : sering menonton televisi
5. Riwayat keluarga dengan obesitas (faktor genetik), yang disertai dengan resiko seperti
penyakit kardiovaskuler di usia muda, hiperkolesterolemia, hipertensi dan diabetes
melitus tipe II
3) Pemeriksaan penunjang : analisis diet, laboratoris, radiologis, ekokardiografi dan tes fungsi
paru (jika ada tanda-tanda kelainan).
4) Pemeriksaan antropometri :
(BBI). BBI adalah berat badan menurut tinggi badan ideal. Disebut obesitas bila BB
>120% BB ideal.
Rumus Broca:
Dari perhitungan rumus tersebut, jika berat badan seseorang melebihi angka 15% dari
berat badan normal (TB-100), maka ia dapat dikategorikan dalam tingkat kegemukan
(obese).
5) Pengukuran indeks massa tubuh (IMT). Obesitas bila IMT P > 95 kurva IMT berdasarkan
umur dan jenis kelamin dari CDC-WHO.
Metode Indeks Massa Tubuh (IMT) Metode IMT sangat cocok bagi orang-orang yang
ingin mengetahui berat badannya ditinjau dari segi kesehatan. Keuntungan utama dari
penggunaan IMT adalah praktis, obyektif, dan mempunyai nilai biologis.
Berdasarkan usia anak, hasil perhitungan nilai IMT dibagi menjadi empat kategori berikut :
PENUTUP
A. Kesimpulan
Obesitas adalah penimbunan lemak yang berlebihan secara umum pada jaringan subcutan
dan jaringan lannya di seluruh tubuh.Sering dikatkan dengan kelebihan berat badan (over
weigh ),walaupun tidak selalu identik. Kelebihan berat badan pada anak dapat disebabkan karena
gangguan psikologik/emosional, kelainan pada hipotalamus, kelenjar hipofisis, hiperinsulinisme,
kebiasaan pemberian makan, predisposisi genetic. Sedangkan tanda – tandanya antara lain wajah
membulat, Pipi tembem, dagu rangkap, leher relatif pendek, dada membusung, dengan payudara
yang membesar karena mengandung jaringan lemak, perut membuncit disertai dinding perut
yang berlipat-lipat. Adapun penanganan yang dapat dilakukan adalah Pengaturan
Diet,Pengaturan kegiatan fisik,Modifikasi kebiasaan makan.
DAFTAR PUSTAKA
http://putrimuttz.blogspot.com/2009/10/obesitas-pada-anak_01.html