OBESITAS
DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
KOTA BENGKULU
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahanRahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya
Makalah ini membahas “Obesitas”.
Pada dasarnya makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan dan
pemahaman kepada mahasiswa tentang Obesitas pada Anak.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
kita sekalian.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Obesitas di Indonesia terjadi pada semua kelompok umur dan strata sosial
ekonomi. Obesitas merupakan masalah yang serius karena dapat berlanjut hingga usia
dewasa (KKRI, 2012; Mistry dan Puthussery, 2015). Obesitas merupakan salah satu
masalah yang dihadapi Indonesia selain kekurangan nutrisi. Ketimpangan pendapatan
yang menyertai pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat memperburuk masalah yang
dihadapi Indonesia tersebut (Hanandita dan Tampubolon, 2015).
Prevalensi obesitas di seluruh dunia meningkat dua kali lipat antara tahun 1980
sampai 2014. Pada tahun 2014 lebih dari 1,9 miliar orang dewasa usia 18 tahun atau
lebih mengalami kelebihan berat badan. Dari jumlah tersebut lebih dari 600 juta
mengalami obesitas. Secara keseluruhan, sekitar 13% populasi dewasa di dunia (11%
laki-laki dan 15% perempuan) yang mengalami obesitas dan 39% dari orang dewasa
berusia 18 tahun ke atas (38% pria dan 40% wanita) mengalami kelebihan berat badan
(Who.int, 2015).
Tahun 2013, 42 juta anak-anak di bawah usia 5 mengalamai kelebihan berat badan
atau obesitas. Sebelumnya telah diketahui kelebihan berat badan dan obesitas
merupakan masalah bagi negara yang berpenghasilan tinggi, kelebihan berat badan
dan obesitas sekarang meningkat di negara-negara berpenghasilan rendah dan
menengah, terutama di perkotaan. Di negara-negara berkembang tingkat kenaikan
kelebihan berat badan dan obesitas pada kanak-kanak sudah lebih dari 30% lebih
tinggi dari negara-negara maju (Who.int, 2015).
Kelebihan berat badan dan besitas merupakan akumulasi lemak yang tidak normal
yang dapat mengganggu kesehatan (Who.int, 2015). Obesitas merupakan keadaan
patologis sebagai akibat dari konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya
sehingga terdapat penimbunan lemak yang berlebihan dari apa yang diperlukan untuk
fungsi tubuh (Soetjiningsih, 1995). Asupan energi diperoleh dari makanan tinggi
1
kalori sedangkan rendahnya pengeluaran energi dapat disebabkan oleh kurangnya
akifitas fisik (KKRI, 2012).
Penyebab obesitas pada anak belum sepenuhnya diketahui. Diduga obesitas pada
anak disebabkan adanya interaksi antara faktor genetik dan faktor nongenetik. Faktor
genetik diantaranya salah satu atau kedua orang tua yang mengalami obesitas,
memiliki kemungkinan anaknya juga mengalami obesitas (Hidayati et al, 2006;
Soetjiningsih, 1995; Mistry dan Puthussery, 2015; Bhuiyan, Zaman dan Ahmed,
2013). Faktor nongenetik diantaranya kurangnya aktifitas fisik, perilaku menetap
seperti terlalu lama menonton televisi atau bermain game, nutrisi yang berlebihan, dan
sosial ekonomi. Faktor sosial ekonomi seperti gaya hidup seperti, pola makan,
pendapatan orang tua, tingkat pendidikan orang tua mempengaruhi terjadinya obesitas
pada anak (Sihadi, 2012; Hidayati et al, 2006).
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI OBESITAS
Kelebihan berat badan dan besitas merupakan penumpukan lemak yang tidak
normal atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. (Who.int, 2015) Obesitas
terjadi bila terjadi pertambahan jumlah sel lemak dan pertambahan ukuran sel lemak
(Sugondo,S.,2009). Obesitas disebabkan oleh pemasukan jumlah makan yang lebih
besar dari pada pemakaiannya oleh tubuh sebagai energi. Energi yang berlebihan akan
disimpan dalam jaringan adiposa. (Hall dan Guyton, n.d.)
Obesitas adalah kondisi Ketika lemak yang menumpuk didalam kalori masuk
lebih banyak dibandingkan yang dibakar. Jika tidak disegera ditangani, obesitas dapat
meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes.
B. ETIOLOGI
Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari
yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan
dan pembakaran kalori ini masih belum jelas. Terjadinya obesitas melibatkan
beberapa faktor :
a. Faktor Makanan
b. Faktor Keturunan
3
Penelitian pada manusia maupun hewan menunjukan bahwa obesitas terjadi
karena faktorinteraksi gen dan lingkungan.
c. Faktor Hormon
d. Faktor Psikologis
Pada beberapa individu akan makan lebih banyak dari biasa bila merasa
diperlukan suatukebutuhan khusus untuk keamanan emosional (security food).
f. Pemakaian Obat-Obatan
C. PATOFISOLOGI
Obesitas terjadi bila asupan energi lebih besar dari pengeluaran energi. Asupan
energi berlebih akan disimpan di jaringan lemak. Menurut jumlah sel lemak, obesitas
dapat terjadi karena hipertrofi sel lemak dan atau hiperplasia sel lemak. Penambahan
dan pembesaran sel lemak paling cepat pada masa tahun pertama kehidupan dan
mencapai puncaknya pada masa meningkat dewasa. Setelah masa dewasa, tidak akan
terjadi hiperplasia sel lemak, tetapi hanya terjadi hipertrofi sel lemak. Obesitas yang
terjadi pada masa anak-anak selain terjadi hipertrofi sel lemak juga terjadi hiperplasia
sel lemak (Jameson dan Harrison, 2013; Soetjiningsih, 1995).
Sebuah konsep "set point" berat badan yang didukung oleh mekanisme
fisiologis berpusat di sekitar sistem penginderaan dalam jaringan adiposa yang
mencerminkan cadangan lemak dan reseptor, atau "adipostat," yang ada di pusat
hipotalamus. Ketika simpanan lemak berkurang, sinyal adipostat rendah, dan
hipotalamus merespon dengan merangsang rasa lapar dan penurunan pengeluaran
4
energi untuk menghemat energi. Sebaliknya, ketika penyimpanan lemak berlimpah,
sinyal meningkat, dan hipotalamus merespon dengan menurunkan rasa lapar dan
meningkatkan pengeluaran energi (Jameson dan Harrison, 2013).
D. MANIFESTASI KLINIS
Anak obesitas memiliki berat badan lebih yang lebih tinggi dari anak
seusianya. Anak obesitas akan mencapai masa pubertas lebih capat. Hal ini
menyebabkan tidak hanya memiiki berat badan yang lebih tinggi tetapi juga
pematangan tulang anak obesitas lebih cepat dari anak seusianya. Pertumbuhan anak
obesitas lebih cepat dari anak seusianya dan pertumbuhan tingginya lebih 8 cepat
selesai. Ini menyebabkan anak obesitas relatif lebih tinggi pada masa remaja awal dan
akhirnya memiliki tinggi badan yang relatif lebih pendek dari anak sebayanya
(Soetjiningsih, 1995).
Anak obesitas memiliki bentuk muka yang tidak proporsional, hidung dan
mulut relatif kecil dan memiliki dagu ganda. Terdapat timbunan lamak pada daerah
lengan atas, payudara, perut, dan paha. Timbunan lemak ini menyebabkan payudara
anak obesitas laki-laki terlihat tumbuh, penis terlihat kecil, dan jari-jari terlihat kecil
dan runcing. Pada beberapa bagian tubuh terdapat striae (Soetjiningsih, 1995).
Obesitas dapat terjadi pada semua golongan umur, akan tetapi pada anak
biasanya timbul menjelang remaja dan dalam masa remaja terutama anak wanita,
selain berat badan meningkat dengan pesat, juga pertumbuhan dan perkembangan
lebih cepat (ternyata jika periksa usia tulangnya), sehingga pada akhirnya remaja yang
cepat tumbuh dan matang itu akan mempunyai tinggi badan yang relative rendah
dibandingkan dengan anak yang sebayanya. Bentuk tubuh, penampilan dan raut muka
penderita obesitas :
1. Paha tampak besar, terutama pada bagian proximal, tangan relatif kecil
dengan jari-jari yang berbentuk runcing.
2. Kelainan emosi raut muka, hidung dan mulut relatif tampak kecil dengan
dagu yang berbentuk ganda.
5
3. Dada dan payudara membesar, bentuk payudara mirip dengan payudara
yang telah tumbuh pada anak pria keadaan demikian menimbulkan
perasaan yang kurang menyenangkan.
E. KLASIFIKASI OBESITAS
Obesitas bisa terjadi karena tidak seimbangnya antara asupan energi dengan
pengeluaran energi sehingga berlebihnya asupan tersebut akanmenumpuk di
jaringan adipose, penumpukan kelebihan energi tersebut yang akan membuat anak
menjadi obesitas. Terdapat dua kemungkinan timbulnya kelebihan energi tersebut
8 yaitu berlebihnya asupan energi atau kurangnya atau rendahnya pengeluaran
energi.
Akan terjadi keseimbangan tubuh (homeostatis) terhadap energi ketika
seseorang menyantap makanan, keseimbangan tersebut terjadi karena energi yang
masuk (melalui makanan) akan dikeluarkan melalui panas tubuh dan kegiatan lain
yang membutuhkan energi. Berlebihnya asupan energi karena masuknya makanan
yang terlalu berlebihan dan juga keluarnya energi lebih rendah yang disebabkan
oleh rendahnya metabolisme tubuh dan kurangnya aktivitas fisik.
Gangguan sistem keseimbangan disebabkan oleh dua faktor yaitu idiopatik
ataupun kelainan pada sistem hormonal dan sindrom atau defek genetik.Obesitas
yang terjadi karena idiopatik disebut obesitas idiopatik, sedangkan obesitas yang
terjadi karena adanya sebab yang jelas disebut obesitas endogen.
6
Klasifikasi Obesitas
F. KOMPLIKASI
Obesitas yang muncul pada anak dan remaja meningkatkan risiko morbiditas
dan mortalitas pada usia dewasa muda dan dapat berlajut menjadi obesias pada usia
dewasa (Juonala et al., 2011; Mistry dan Puthussery, 2015). Obesitas pada anak
menjadi faktor risiko beberapa penyakit seperti kardiovaskular, diabetes mellitus tipe
2, hipertensi, hiperlipidemia, nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD), pubertas dini,
haid yang tidak teratur dan sindrom ovarium polikistik, steatohepatitis, sleep apnea,
asma, gangguan muskuloskeletal, dan masalah psikologi seperti depresi (Kliegman,
n.d; Soetjiningsih, 1995; Lakshman, Elks and Ong, 2012; Mistry dan Puthussery,
2015)
7
femoral capital epiphysis. Komplikasi psikologikal pada anak obesitas seperti
ansietas, depresi, kurang percaya diri, tanda-tanda depresi, memburuknya prestasi
sekolah, isolasi sosial, masalah dengan intimidasi atau ditindas (Kliegman, n.d;
Chung, Chiou dan Chen, 2015).
G. Penatalaksanaan
Tujuan utama dalam penatalaksanaan obesitas pada anak jelas berbeda
dibanding pada orang dewasa, yaitu hanya untuk memperlambat laju kenaikan berat
badan yang pesat dan tidak melakukan diet yang terlalu ketat, tetapi tetap sesuai
dengan laju pertumbuhannya. Cara pengaturan diet pada setiap rentang pertumbuhan
adalah sebagai berikut :
1. Bayi
Pada bayi, diet yang sesuai adalah dengan memberikan asupan makanan
sesuai kebutuhannya, yaitu untuk bayi kurang dari 6 bulan 110 kkal/kgBB/hari dan
untuk bayi lebih dari 6 bulan 90kkal/kgBB/hari. Air tawar diperlukan sebagai
selingan sehingga susu botol bisa dikurangi. Sebagai aktivitas, dianjurkan pada
ibu untuk tidak hanya menggendong anaknya saja, melainkan dibiarkan
melakukan aktivitas. asi diteruskan sampai 2 tahun.
2. Anak prasekolah
Diet seimbang pada anak prasekolah masih sama tujuannya yaitu untuk
memperlambat kenaikan berat badan, dengan cara memberikan diet
seimbang 60kkal/kgBB/hari. Atau, bisa juga dengan mengganti sumber makanan dari
makanan keluarga dengan porsi kecil dan menghindari makanan mengandung kalori
tinggi. Aktivitas juga masih perlu diperhatikan. Diusahakan anak didorong untuk
melakukan aktivitas fisik dan mencegah aktivitas seperti menonton TV/Video/dll yang
berlebihan.
Tujuan diet seimbang pada anak usia sekolah sedikit berbeda, yaitu berusaha
dengan mempertahankan berat badan anak dan menaikan tingginya. Diet yang
diberikan adalah sekitar 1200kkal/hari atau sekitar 60 kkal/kgBB/hari. Aktivitas fisik
perlu didorong, baik secara mandiri maupun kelompok. Aktivitas- aktivitas yang pasif
8
seperti menonton TV bermain video game terlalu lama sebaiknya dihindarkan. Makan
makanan berkalori tinggi juga perlu dihindarkan.
4. Obesitas remaja
Menurunkan berat badan adalah tujuan utama pada obesitas remaja. Kita harus
menurunkan berat badan yang diharapkan sesuai dengan tinggi badannya. Diet yang
diperlukan adalah 850 kkal/hari atau, apabila ingin menargetkan penurunan berat
badan 500 gram/minggu, perlu pengurangan kalori 500kkal/hari. Aktivitas fisik juga
perlu didorong, baik sendiri maupun berkelompok (Soetjiningsih, 2014).
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Obesitas dan kegemukan merupakan keadaan patologis sebagai akibat dari konsumsi
makanan yang jauh melebihi kebutuhannya sehingga terdapat penimbunan lemak yang
berlebihan dari apa yang diperlukan untuk fungsi tubuh dan dapat mengganggu kesehatan.
Faktor risiko kelebihan berat badan dan obesitas antara lain faktor genetik dan faktor
lingkungan. Faktor yang paling mempengaruhi adalah faktor seperti lingkungan aktifitas fisik,
nutrisi, dan sosial ekonomi. Obesitas pada anak memberikan dampak buruk bagi tumbuh
kembang anak.
B. SARAN
Jadikan kebiasaan yang sehat sebagai hal wajib bagi keluarga. Jika anda
melakukannya, kebiasaan itu akan menjadi pola hidup bagi anak-anak anda, yang akan
erbawa hingga dewasa. Apa yang dapat dilakukan Orang Tua ?
Beli dan sajikan lebih banyak buah dan sayuran daripada makanan yang siap olah.Batasi
minuman ringan, minuman yang manis-manis, dan camilan manis yang kaya lemak.
Sebaliknya, berikan air atau susu rendah lemak dan camilan yang sehat.Memasaklah dengan
metode rendah lemak, seperti memanggang dan mengukus, ketimbang menggoreng.
Sajikan makanan dalam porsi yang lebih kecil. Jangan gunakan makanan sebagai
upahatau suap. Jangan sampai anak tidak sarapan, karena dapat membuat mereka makan
berlebihan setelah itu. Makanlah di meja makan. Makan di depan TV atau layar komputer
membuat orangtidak menyadari seberapa banyak yang dikonsumsi dan apakah ia sudah
kenyang.Anjurkan gerak badan, seperti bersepeda, main bola, dan lompat tali. Batasi waktu
10
untuk menonton televisi, menggunakan komputer, dan bermain video game.Rencanakan
kegiatan keluarga yang aktif di luar rumah, seperti pergi ke kebun binatang, berenang, atau
bermain di taman. Suruhlah anak-anak melakukan pekerjaan fisik.Berilah contoh dalam pola
makan yang sehat dan olahraga.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, A. and Tembiring, T. (2007). Prevalensi Obesitas pada Anak Sekolah Dasar di
Kota Medan. Majalah Kedokteran Nusantara, 40(2), pp.86-89.
Bhuiyan, M., Zaman, S. and Ahmed, T. (2013). Risk factors associated with
overweight and obesity among urban school children and adolescents in Bangladesh: a case–
control study. BMC Pediatrics, 13(1), p.72.
Carlson, J., Crespo, N., Sallis, J., Patterson, R. and Elder, J. (2012). Dietary- Related
and Physical Activity-Related Predictors of Obesity in Children: A 2-Year Prospective Study.
childhood Obesity, 8(2), pp.110-115.
Chaput, J., Lambert, M., Mathieu, M., Tremblay, M., O' Loughlin, J. and Tremblay, A.
(2012). Physical activity vs. sedentary time: independent associations with adiposity in
children. Pediatric Obesity, 7(3), pp.251-258.
Chung, K., Chiou, H. and Chen, Y. (2015). Psychological and physiological correlates
of childhood obesity in Taiwan. Sci. Rep., 5, p.17439.
12