Mata Kuliah Bahasa Indonesia Oleh : Dhea Dwi Ananda (21121014)
Dosen Pengampu : Supriatini,M.Pd
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH PALEMBANG 2021 KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongannya tentunya penulis tidak akan sanggup dan tidak akan mampu untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam tercurahkan kepada baginda Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya diakhir zaman. Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Bahasa Indonesia pada Program Studi Ilmu Keperawatan dengan ini penulis mengangkat judul “Obesitas”. Dalam makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari cara penulisan, maupun isinya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Palembang, 15 Desember 2021
Dhea Dwi Ananda
DAFTAR ISI SAMPUL ...............................................................................................................i KATA PENGANTAR .............................................................................................ii DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................2 1.3 Tujuan .............................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Obesitas ........................................................................................3 2.2 Pencegahan Obesitas .....................................................................................4 2.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Obesitas .......................................4 2.4 Dampak Obesitas ............................................................................................5 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan .....................................................................................................6 3.2 Saran...............................................................................................................6 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................8 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan bagi orang dewasa dan usia balita. Jika kegemukan terjadi pada masa balita kemungkinan besar kegemukan akan menetap sampai dewasa. Obesitas disebabkan karena kebiasaan pada pola makan, makanan siap saji salah satu contoh penyebabnya. Obesitas mempunyai dampak terhadap tumbuh kembang anak, terutama aspek perkembangan psikososial. Dampak dari obesitas juga berpotensi mengalami berbagai penyakit yang menyebabkan kematian antara lain penyakit kardiovaskular, diabetes melitus, dan lain-lain. Masalah obesitas saat ini merupakan masalah yang actual.Masalah obesitas bukan hanya terjadi pada negara barat saja seperti Amerika tetapi juga sudah banyak ditemukan di Negara-negara berkembang misalnya saja Indonesia. Peningkatan kemakmuran di Indonesia juga diikuti oleh perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan. Pola makan terutama di kota besar, bergeser dari pola makan tradisional ke pola makan barat yang dapat menimbulkan mutu gizi yang tidak seimbang. Pola makan tersebut merupakan jenis-jenis makanan yang bermanfaat, akan tetapi secara potensial mudah menyebabkan kelebihan masukan kalori jika dikonsumsi secara irrasional. Berbagai makanan yang tergolong fast food tersebut adalah kentang goreng, ayam goreng, hamburger, pizza, hotdog, dan lain-lain. (Diana, Yuliana, Yasmin, & Hardinsyah, 2013) Setiap tahunnya angka kejadian obesitas pada balita terus meningkat, maka dari itu diperlukan pengetahuan orang tua tentang obesitas pada balita (Diana, Yuliana, Yasmin, & Hardinsyah, 2013). (Sari, 2012) Banyak faktor penyebab obesitas pada anak, antara lain pemberian ASI, pemberian MP-ASI terlalu dini dan asupan nutrisi yang berasal dari jenis makanan olahan serba instan, minuman soft drink, makanan jajanan seperti makanan cepat saji/ fast food yang tersedia di gerai makanan. Selain itu, obesitas dapat terjadi pada anak yang ketika masih bayi tidak dibiasakan mengkonsumsi ASI, tetapi menggunakan susu formula dengan jumlah asupan yang melebihi porsi yang dibutuhkan bayi/anak akibatnya anak akan mengalami kelebihan berat badan saat berusia 4-5 tahun (Sari, 2012). Prenatal fatness juga menjadi factor genetik yang berperan besar. Bila kedua orang tua obesitas maka anak juga akan beresiko mengalaminobesitas.Obesitas yang terjadi pada masa anak-anak dapat beresiko tinggi untuk menjadi obesitas pada masa dewasanya nanti. Menurut World Health Organization (WHO, 2016), anak-anak yang obesitas berisiko tinggi mengalami berbagai masalah kesehatan, dan juga cenderung menjadi orang dewasa gemuk. Jumlah anak-anak yang kelebihan berat badan atau obesitas hampir dua kali lipat dari 5,4 juta pada tahun 1990 menjadi 10,6 juta pada tahun 2014. Hampir setengah dari anak- anak di bawah usia 5 tahun yang kelebihan berat badan atau obesitas pada tahun 2014 tinggal di Asia. Pada 2015 diprediksi kasus obesitas akan meningkat dua kali lipat dari angka tersebut. Berdasarkan laporan gizi global atau Global Nutrition Report (2020), Kejadian obesitas pada anak usia kurang dari 5 tahun pada tahun 2018 sebesar 5,9% dan tahun 2019 sebesar 5,6 %. Indonesia termasuk ke dalam 17 negara yang memiliki 3 permasalahan gizi sekaligus, yaitu stunting (pendek), wasting (kurus), dan overweight (obesitas). Berdasarkan Data dari Global Nutrition Report (2020) menyampaikan bahwa kejadian obesitas pada anak kurang dari 5 tahun di Indonesia menunjukkan data yang signifikan. Pada tahun 2000 terdapat 15 % anak mengalami obesitas, 11,5% pada tahun 2013, dan 8% di tahun 2018. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018 (Kementrian Kesehatan RI, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2018) menyebutkan bahwa prevalensi balita gemuk atau obesitas menurut BB/TB pada anak usia 0-59 bulan sebesar 13,6%.
1.2 RUMUSAN MASALAH
a) Jelaskan pengertian obesitas? b) Jelaskan pencegahan obesitas? c) Jelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas? d) Jelaskan dampak obesitas? 1.3 TUJUAN a) Untuk mengetahui pengertian obesitas b) Untuk mengetahui pencegahan obesitas c) Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas d) Untuk mengetahui dampak obesitas BAB II PEMBAHASAN 2.1 PENGERTIAN OBESITAS Barasi, EM (2009) dalam bukunya menyatakan berat badan berlebih dan obesitas dapat didefinisikan sebagai akumulasi lemak tubuh secara berlebihan. Pada laki-laki, kandungan lemak tubuh yang sehat mungkin berjumlah 15% dari keseluruhan berat badan sedangkan pada wanita mungkin 25%, perbedaan kadar ini mencerminkan perbedaan hormonal dan kebutuhan antar jenis kelamin. Obesitas pada anak merupakan masalah yang sangat kompleks, yang antara lain berkaitan dengan kualitas makanan yang dikonsumsi oleh seseorang, perubahan pola makan menjadi makanan cepat saji yang memiliki kandungan kalori dan lemak yang tinggi, waktu yang dihabiskan untuk makan, waktu pertama kali anak mendapat asupan berupa makanan padat, kurangnya aktivitas fisik, faktor genetik, hormonal dan lingkungan. Soetjiningsih (2010) menyatakan dalam bukunya obesitas merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. Tetapi, masih banyak pandapat di masyarakat yang mengira gemuk adalah sehat. Gangguan pertumbuhan pada anak, masalah yang sering timbul dalam pertumbuhan anak meliputi gangguan pertumbuhan fisik. Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan di atas normal dan gangguan pertumbuhan di bawah normal. Menurut Soetjiningsih (2003) bila grafik berat badan anak lebih dari 120% kemungkinan anak mengalami obesitas. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2014, secaraumum obesitas adalah suatu kondisi abnormal yang ditandai oleh peningkatan lemak tubuh berlebihan, umumnya di timbun di jaringan subkutan, sekitar organ, dan kadang terinfiltrasi ke dalam organ. Obesitas untuk anak-anak di bawah 5 tahun adalah kelebihan berat dengan mengacu pada tabel baku rujukan penilaian status gizi anak perempuan dan anak laki-laki usia 0-59 bulan menurut berat badan dan umur BB/U WHO/NCHS. Obesitas saat ini menjadi permasalahan dunia bahkan World Health Organization (WHO) mendeklarasikan sebagai epidemic global. Chan, D, at.al (2010) menyatakan obesitas adalah kondisi akumulasi lemak yang abnormal atau berlebihan di jaringan adiposa. Obesitas pada anak merupakan masalah kesehatan karena prevalensi obesitas anak di dunia semakin meningkat.7 Hasdianah, dkk (2014) menyatakan obesitas adalah peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan skeletal dan fisik, sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh. Overweight dan obesitas adalah suatu kondisi kronik yang sangat erat hubungannya dengan peningkatan risiko sejumlah penyakit degeneratif. 2.2 PENCEGAHAN OBESITAS Barasi, EM (2009) menyatakan pencegahan obesitas dan intervensi dini dalam kasus obesitas merupakan aspek kunci bagi tenaga kesehatan.Memungkinkan anak tumbuh mencapai berat badan yang lebih sesuai dengan usianya merupakan solusi praktisnya. Pendekatan umum meliputi: A. Menurunkan asupan energi a. Memilih makanan yang mengenyangkan b. Makan secara teratur c. Mengurangi kudapan/minuman berkalori kosong d. Mengikut sertakan anak dalam memilih dan menyiapkan makanan B. Meningkatkan keluaran energi a. Meningkatkan gerak badan b. Mengurangi aktivitas bersantai c. Melibatkan keluarga dalam aktivitas
2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN OBESITAS
Faktor Genetik Bila salah satu orang tuanya obesitas, maka peluang anak-anak menjadi obesitas sebesar 40-50%. Dan bila kedua orang tuanya menderita obesitas maka peluang faktor keturunan menjadi 70-30% Faktor Lingkungan Pola makan Jumlah asupan energi yang berlebih menyebabkan kelebihan berat badan dan obesitas. Jenis makanan dengan kepadatan energi yang tinggi (tinggi lemak, gula,serta kurang serat) menyebabkan ketidakseimbangan energi Pola Aktivitas Fisik Pola aktivitas lisik sedentary (kurang gerak) menyebabkan energi yang dikeluarkan tidak maksimal sehingga meningkatkan risiko obesitas Faktor Obat-obatan dan Hormonal Obat-obatan Obat-obatan jenis steroid yang sering digunakan dalam jangka waktu yang lama urtuk terapi asma, osteoartritis dan alergi dapat menyebabkan nafsu makan yang meningkat sehingga meningkatkan risiko obesitas. Hormonal. Hormona yang berperan dalam kejadian obesitas antara lain adalah hormon leptin, ghrelin, tiroid, insulin dan estrogen
2.4 DAMPAK OBESITAS
A.Dampak Metabolik Lingkar perut pada ukuran tertentu (pria > 90 cm dan wanita > 80cm) akan berdampak pada peningkatkan trigliserida dan penurunan kolesterol HDL, serta meningkatkan tekanan darah. Keadaan ini disebut dengan sindroma metabolik. B. Dampak Penyakit Lain Perburukan asma Osteoartritis lutut dan pinggul (berhubungan dengan mekanik) Pembentukan batu empedu Sleep apnea (henti nafas saat tidur) Low back pain (nyeri pinggang)
PRINSIP PENGELOLAAN OBESITAS
Prinsip pengelolaan obesitas adalah mengatur keseimbangan energi. Energi yang masuk harus lebih rendah dibandingkan dengan yang dibutunkan. Pola makan Pola makan mencakup jumlah, jenis, jadwal makan, dan pengolahan bahan makanan.Bila kita menggunakan piring makan model T maka jumlah sayur 2 kali lipat jumlah bahan makanan sumber karbohidrat (nasi, mie, roti, pasta, singkong, dil) dan jumlah bahan makanan sumber protein setara dengan jumlah bahan makanan sumber karbohidrat. Sayur dan atau buah minimal harus sama dengan jumlah karbohidat ditambah protein Pola Aktivitas Fisik Pengelolaan obesitas dilakukan melalui peningkatkan aktivitas fisik yang gerakannya kontinyu dengan gerakan intensitas rendah sampai sedang sehingga terjadi peningkatan pengeluaran energi dan peningkatan massa otot. Pola hidup aktif merupakan penyeimbang dari asupan energi, dengan demikian energi yang diasup tidak akan pernah berlebih di dalam tubuh jika selalu hidup aktif Pola Emosi Makan Pola emosi makan adalah suatu kebiasaan makan dengan jumlah berlebihan dan cenderung memilih jenis makanan yang tidak sehat yaitu tinggi gula, garam dan lemak yang disebabkan oleh emosi bukan karena lapar. Dalam pengelolaan obesitas maka seseorang perlu dibantu untuk mengenali jenis emosinya dan cara memahami emosi tersebut. Pola Tidur / Istirahat Kurang tidur dapat menyebabkan hormon leptin terganggu sehingga rasa lapar tidak terkontrol. Jika kuantitas (6-8 jam) dan kualitas tidur seseorang tidak sesuai maka akan mempengaruhi kesimbangan berbagai hormon yang pada akhirnya memicu kejadian obesitas. Gangguan tidur dapat menyebabkan peningkatan asupan energi melalui: 1. Peningkatan rasa lapar melalui meningkatnya hormon ghrelin (pengontrol rasa lapar) dan menurunnya hormon leptin (pengontrol rasa kenyang). 2. Waktu tersisa untuk makan menjadi lebih banyak. 3. Cenderung memilih makanan yang tidak sehat. BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Obesitas merupakan masalah kesehatan yang masih disepelekan oleh kebanyakan orang. Padahal obesitas merupakan awal dari penyebab berbagai penyakit. Zaman sekarang pun anak-anak sudah banyak juga yang mengalami kegemukan dan obesitas. Supaya menyadarkan orang tentang bahayanya obesitas maka perlunya tindakan penyadaran sejak dini, karena saat diusia inilah orang menyerap informasi dengan mudah dan cepat. 3.2 SARAN Dengan ini diharapkan dapat memberikan kesadaran anak tentang pentingnya menjaga pola hidup sehat agar terhindar dari obesitas saat anak dewasa nantinya. Dengan memberikan pelajaran dan pengalaman membaca juga diharapkan agar pesan tersebut dapat terserap dan tertanam di diri sang anak. Sehingga pada akhirnya anak bisa menjaga supaya terhindar dari obesitas. DAFTAR PUSTAKA Diana, R., Yuliana, I., Yasmin, G., & Hardinsyah, H. (2013). Faktor Risiko Kegemukan pada Wanita Dewasa Indonesia. Jurnal Gizi dan Pangan , 1-8.
Fadli, R. (2020, Maret 19). Stres Bisa Sebabkan Obesitas, Ini Alasannya. Retrieved from halodoc: https://www.halodoc.com/artikel/stres- bisa-sebabkan-obesitas-ini- alasannya
Kemenkes. (2020). Peraturan Menteri Kesehatan Republik INdonesia No 2 Tahun
2020 Tentang Standart Antropometri Anak. Retrieved from Kementrian Kesehatan RI: http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produ k_hukum/PMK_No__2_Th_2020_ttg_St andar_Antropometri_Anak.pdf
Kemenkes RI. (2017). Panduan Pelaksanaan Gerakan Nasional Tekan Obesitas
(GENTAS). Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit TIdak Menular, Kementrian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI. (2018). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas). Retrieved from Badan Litbangkes Departemen Kesehatan RS: https://www.litbang.kemkes.go.id/lapora n-riset-kesehatan-dasar-riskesdas/
Sari, F. (2012, Oktober 01). Repository Universitas Andalas. Retrieved from
Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya obesitas pada anak di TK ibnu syam, cempaka putih dan waladun saleh kecamatan banuhampu kabupate agam tahun 2011: http://repository.unand.ac.id/id/eprint/18 032
Sherwood, L. (2018). Fisiologi Manusia dari Sel ke SIetem. Jakarta: EGC.
WHO. (2016). Obersity and Overweight. Retrieved from https://www.who.int/news-
room/fact- sheets/detail/obesity-and-overweight
(NIH), N. I. (2012). Overweight and OBesity Statistic Weight Control Information
Network. National Institute of Health (NIH) No 04-4158:, 1-6. Bray, G. A., Heisel, W. E., Afshin, A., Jensen, M. D., Dietz, W. H., Long, M., . . . Wadden, T. A. (2018). The Science of Obesity Management: An Endocrine Society Scientific Statement. Endocrine Review, 133-153.