Anda di halaman 1dari 10

JA III (2) (2018)

JURNAL AUDI
Kajian Teori dan Praktik di bidang Pendidikan Anak Usia Dini
http://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/jpaud

ANALISIS KEMAMPUAN KOGNITIF PEMECAHAN MASALAH ANAK DALAM


BERMAIN BALOK

Farida Nur Utami 1, Ratna Wahyu Pusari 2


Universitas PGRI Semarang
Info Artikel Abstrak
________________ Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan
Sejarah Artikel: kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
Diterima Mei 2018 rancangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
Disetujui Mei 2018 rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Dipublikasikan Mengenai perkembangan kognitif, anak pada rentang usia ini masuk dalam
Desember 2018 perkembangan berpikir praoperasional konkret. Pada saat ini sifat egosentris anak
________________ semakin nyata. Anak mulai memiliki perspektif yang berbeda degan orang lain yang
Keywords: berada di sekitarnya. Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang penting
untuk dikembangkan pada anak usia dini. Pemecahan masalah sebagai suatu proses
Cognitive, Problem
banyak langkah dengan si pemecah masalah harus menemukan hubungan antara
Solving, Playing pengalaman (skema) masa lalunya dengan masalah yang sekarang dihadapinya dan
Beams kemudian bertindak untuk menjelaskan. Fokus dalam penelitian ini adalah analisis
_______________ perkembangan kognitif pemecahan masalah anak dalam bermain balok dengan tujuan
untuk mendeskripsikan kemampuan kognitif pemecahan masalah anak. Penelitian ini
menggunakan penelitian kualitatif, penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti kondisi obyek
yang bersifat alamiah. Metode pengumpulan data menggunakan observasi,
dokumentasi, dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan pengumpulan data,
seleksi data, menyajikan dan penerikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan ada
beberapa tahapan dalam memecahkan masalah yang harus diselesaikan anak dalam
bermain balok, yaitu membaca dan berfikir, mengeksplorasi dan merencanakan,
memilih strategi, mencari jawaban, refleksi dan mengembangkan. Saran yang peneliti
berikan kepada guru adalah memberikan kesempatan kepada anak untuk
menyelesaikan masalahnya terlebih dahulu tanpa harus memberi bantuan dan juga
saran untuk sekolah yakni memberikan ruang yang cukup luas saat anak bermain
membangun.
Abstract
The demand for Master to inspire educational audiences to become a
separate work and if not reorganized into an endless illusion replaced by teacher
pragmatism. To what extent is necessary and necessary in a continuous learning
process. How is the teacher's workload calculated in sustainable teacher development
?. The essence of the Teacher profession as a true human being should be realized in
coloring the profession to develop human potential. Clarity of role and meaning during
the running of the profession of teachers is a necessity when the new habitus wants to
be developed in the pattern of learning based on the present without remaining feeling
left behind. The smart effort to reposition teachers by considering the teacher's
workload should consider various elementary aspects such as giving wide creative
space, the teacher profession is essentially an artist with no limit of human
empowerment. The release of administrative shackles is the key to repositioning the
workload of teachers on the present aspect.
Keywords: Cognitive, Problem Solving, Playing Beams

© 2018 FKIP Universitas Slamet Riyadi


 ISSN 2528-3359 (Print)
Alamat korespondensi: Jl. Sidodadi Timur No. 24
Dr. Cipto, Karangtempel, Semarang Timur. ISSN2528-3367 (Online)
E-mail: duik_pdh@yahoo.com

70
Farida Nur Utami, Analisis Kemampuan Kognitif Pemecahan Masalah Anak Dalam Bermain
Balok
Menurut Undang-undang Nomor 20 pemecah masalah harus menemukan
Tahun 2003 pasal 1 butir 1 tentang Sistem hubungan antara pengalaman (skema) masa
Pendidikan Nasional disebutkan bahwa lalunya dengan masalah yang sekarang
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dihadapinya dan kemudian bertindak untuk
untuk mewujudkan suasana belajar dan menjelaskan (Kirkley, 2003) dalam
proses pembelajaran agar peserta didik secara Widjajanti (2009: 404).
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk Berdasarkan masalah diatas maka,
memiliki kekuatan spritual keagamaan, penelitian ini bertujuan untuk
pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, mendiskripsikan kemampuan kognitif
akhlak mulia, serta terampil yang diperlukan pemecahan masalah dalam bermain balok.
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Hakikat Anak Usia Dini
Pada rentang usia 3-4 sampai 5-6 tahun, a. Pengertian Anak Usia Dini
anak mulai memasuki masa pra sekolah yang Anak usia dini memiliki batasan
merupakan masa persiapan untuk memasuki usia tertentu, karakteristik yang unik, dan
pendidikan formal yang sebenarnya di berada pada suatu proses perkembangan
Sekolah Dasar. Menurut Montessori, masa ini yang sangat pesat dan fundamental bagi
ditandai dengan masa peka terhadap segala kehidupan selanjutnya. menurut Fadlilah
stimulus yang diterimanya melalui panca (2012: 18) dalam Elsawati (2014: 6)
inderanya. Mengenai perkembangan kognitif, menyebutkan dalam Undang-Undang
Piaget berpendapat bahwa anak pada rentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003
usia ini, masuk dalam perkembangan berpikir ayat 1 bahwa yang termasuk anak usia
praoperasional konkret. Pada saat ini sifat dini adalah anak yang termasuk dalam
egosentris anak semakin nyata. Anak mulai rentang usia 0-6 tahun.
memiliki perspektif yang berbeda degan Pendapat diatas diperkuat oleh
orang lainyang berada di sekitarnya (Sujiono, Suyanto (2005: 6) bahwa setiap anak
2004: 2.6). bersifat unik, tidak ada anak yang dua
Mengingat pentingnya kemampuan yang sama sekalipun kembar siam. Setiap
tersebut, pendidik perlu mengetahui seberapa anak terlahir dengan potensi yang
besar kemampuan kognitif yang dimiliki oleh berbeda-beda, memiliki kelebihan, bakat,
anak usia dini. Perkembangan kognitif dan minat sendiri-sendiri. Ada anak yang
merupakan salah satu aspek yang penting berbakat menyanyi, ada pula yang
untuk dikembangkan pada anak usia dini. berbakat menari, musik, matematika,
Menurut Fadilah (2012: 102) dalam Elsawati bahasa, dan ada pula yang berbakat olah
(2014: 7)kognitif adalah tindakan mengenal raga. Anak usia dini memiliki batasan
atau memikirkan situasi dimana tingkah laku usia tertentu, karakteristik yang unik dan
itu terjadi. berada pada suatu proses perkembangan
Masalah (problem) merupakan bagian yang sangat pesat dan fundamental bagi
dari kehidupan manusia. Hampir setiap hari kehidupan berikutnya. Selama ini orang
orang dihadapkan dengan persoalan- dewasa mengidentikkan anak usia dini
persoalan yang perlu dicari jalan keluarnya sebagai orang dewasa mini, masih polos
(Suharnan, 2005: 282). Anak setiap hari dan belum bisa berbuat apa-apa karena
melakukan berbagai kegiatan atau aktivitas belum mampu berpikir.
untuk merangsang kecerdasan baik dibidang b. Karakteristik Anak Usia Dini
kognitif atau lainnya. Untuk memecahkan Menurut Hernia (2013: 11) bahwa
masalah yang dihadapi anak, biasanya anak anak TK adalah anak pra sekolah yang
merasa kesulitan atas apa yang anak alami berusia antara 2-6 tahun. Masa pra
saat itu juga. Pemecahan masalah adalah sekolah disebut juga masa kanak-kanak
proses yang digunakan untuk menyelesaikan awal. Pada masa ini, anak pada masa
masalah. Pada tahun 1983 Mayer kelompok TPA, KB, dan pra-sekolah TK
mendefinisikan pemecahan masalah sebagai kelompok A. Karakteristik anak usia 4-5
suatu proses banyak langkah dengan si tahun terdiri dari lima aspek

71
Farida Nur Utami, Analisis Kemampuan Kognitif Pemecahan Masalah Anak Dalam Bermain
Balok
perkembangan yaitu perkembangan fisik untuk dikembangkan pada anak usia dini.
motorik, kognitif, bahasa, emosi, dan Menurut Fadilah (2012: 102) dalam
sosial. Anak usia lima tahun pertama Elsawati (2014: 7) kognitif adalah
mengalami kecepatan perkembangan tindakan mengenal atau memikirkan
yang sangat pesat. Hal ini dinyatakan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
Suyanto (2005: 7) dalam Hernia (2013: Sebagaimana yang dikemukakan
11) bahwa anak usia dini sedang oleh Santrock (2001) dalam Gunarti, dkk
mengalami pertumbuhan dan (2008: 2.24) kognitif dapat diartikan
perkembangan baik secara fisik maupun sebagai kemampuan verbal, kemampuan
mental yang sangat pesat. Tidak hanya memecahkan masalah, dan kemampuan
fisik, namun juga secara sosial, untuk beradaptasi dan belajar dari
emosional, intelegensi, dan bahasa. pengalaman hidup sehari-hari.
Melengkapi uraian diatas, Pendapat tersebut diperkuat oleh
Rahman (2002: 29) menyatakan bahwa Terman (2005) dalam Parwati, dkk (2013:
anak usia dini (0-8 tahun) adalah individu 5) kognitif merupakan kemampuan berfikir
yang sedang mengalami proses secara abstrak. Sedangkan menurut
pertumbuhan dan perkembangan yang Sujiono (2004: 1.3) kognitif adalah suatu
sangat pesat. Usia tersebut merupakan fase proses berpikir, yaitu kemampuan individu
kehidupan yang unik. Berikut adalah untuk menghubungkan, menilai,
karakteristik anak usia 4-5 tahun: mempertimbangkan suatu kejadian atau
a. Berkaitan dengan perkembangan fisik, peristiwa.
anak sangat aktif melakukan berbagai b. Tahapan Perkembangan Kognitif
kegiatan. Hal itu bermanfaat untuk Menurut Piaget dalam Morrison
pengembangan otot-otot kecil maupun (2016: 73) menyatakan bahwa tahap-tahap
besar. perkembangan sama bagi semua anak dan
b. Perkembangan bahasa juga sangat baik, bahwa anak mengalami semua kemajuan di
anak sudah mempu memahami masing-masing tahap dalam urutan yang
pembicaraan orang lain dan mampu sama. Usia-usia yang teridentifikasi oleh
mengungkapkan pikirannya dalam masing-masing tahap hanyalah perkiraan
batas-batas tertentu. dan tidak tetap. Berikut tahap
c. Perkembangan kognitif (daya pikr) perkembangannya:
sangat pesat, ditunjukkan rasa ingin a. Tahap sensorimotor. Tahapan ini
tahu anak yang luar biasa terhadap terjadi saat anak dari lahir sampai kira-
lingkungan sekitar. kira dua tahun. Anak-anak
d. Bentuk permainan yang masih bersifat menggunakan indera dan gerak refleks
individu, bukan permainan sosial. untuk menyusun pengetahuan tentang
Walaupun aktivitas aktivitas bermain dunia ini. Berikut ciri-ciri tahap
dilakukan bersama. sensorimotor:
Hakikat Kemampuan Kognitif 1) Ketergantungan terhadap dan
a. Pengertian Kemampuan Kognitif penggunaan gerak refleks
Pada rentang usia 3-4 sampai 5-6 bawaan, yang merupakan blok
tahun, anak mulai memasuki masa landasan pembentuk kecerdasan.
prasekolah yang merupakan masa 2) Awal perkembangan ketetapa
persiapan untuk memasuki pendidikan obyek tersebut tidak terlihat,
formal yang sebenarnya di Sekolah Dasar. terdengar, atau tersentuh.
Menurut Montessori dalam Sujiono (2004: 3) Egosentrisitas, kondisi mental dan
2.6) masa ini ditandai dengan masa peka emosi dimana anak-anak melihat
terhadap segala stimulus yang diterima diri sendiri sebagai pusat dunia
anak melalui panca inderanya. dan meyakini bahwa mereka
Perkembangan kognitif menyebabkan terjadinya banyak
merupakan salah satu aspek yang penting hal.

72
Farida Nur Utami, Analisis Kemampuan Kognitif Pemecahan Masalah Anak Dalam Bermain
Balok
4) Ketergantungan terhadap berhubungan dengan pemilihan jalan
representasi konkret (benda- keluar atau jalan yang cocok bagi tindakan
benda) daripada simbol (kata- dan pengubahan kondisi sekarang (present
kata, gambar). state) menuju situasi yang diharapkan
5) Pada akhir kedua, ketergantungan (future state atau desired goal).
pada gerak refleks sensorimotor Sebagaimana dikemukakan oleh
berkurang. Conney (dikutip Hudoyo, 1988) dalam
b. Tahap praoperasional, perkembangan Widjajanti (2009: 404) menyatakan bahwa
pada tahap ini yaitu usia dua sampai 7 mengajarkan penyelesaian masalah kepada
tahun. Berikut adalah ciri-ciri anak peserta didik memungkinkan peserta didik
periode praoperasional: itu lebih analitis di dalam mengambil
1) Mengalami kemajuan pesat dalam keputusan dalam hidupnya. Dengan
penguasaan bahasa, perkataan lain, bila peserta didik dilatih
2) Berkurangnya ketergantungan menyelesaikan masalah, maka peserta
terhadap gerak sensorimotor, didik itu akan mampu mengambil
3) Kemampuan untuk memahami keputusan, sebab peserta didik itu telah
kejadia-kejadian dan berfikir menjadi terampil tentang bagaimana
menggunakan simbol seperti kata- mengumpulkan informasi yang relevan,
kata untuk mewakili benda-benda. menganalisis informasi, dan menyadari
c. Tahap opersional konkret. Piaget betapa perlunya meneliti kembali hasil
mendefinisikan operasional sebagai yang telah diperoleh.
tindakan yang dapat dilakukan dalam b. Tahapan Pemecahan Masalah
pikiran maupun tindakan langsung. Menurut Krulik dan Rudnik
Tahap operasi konkret sering disebut (1995) dalam Lidinillah (2008: 4)
sebagai periode “praktik” dari mengenalkan lima tahapan pemecahan
perkembangan kognitif karena masalah yang mereka sebut heuristik.
kemampuan untuk berfikir berdasar Heuristik adalah langkah-langkah dalam
pada pengalaman nyata. menyelesaikan sesuatu tanpa harus
d. Tahap operasional formal. Tahapan ini berurutan. Lima langkah tersebut adalah:
dimulai kira-kira pada usia dua belas 1. Read and Think (membaca dan
dan berlanjut hingga usia lima belas berfikir), yang meliputi kegiatan
tahun. Selama tahap ini anak-anak mengidentifikasi fakta,
mulai mampu menghadapi masalah- mengidentifikasi pertanyaan,
masalah verbal dan hipotesis yang memvisualisasikan situasi,
semakin kompleks dan kurang menjelaskan setting, dan menentukan
bergantung pada obyek konkret. tindakan selanjutnya.
Pemecahan Masalah 2. Explore and Plan (mengeksplorasi dan
a. Pengertian Pemecahan Masalah merencanakan), yang meliputi
Pemecahan masalah selalu kegiatan mengorganisasikan
melingkupi setiap sudut aktivitas manusia, informasi, mencari apakah ada
baik dalam bidang ilmu pengetahuan, informasi yang sesuai/ diperlukan,
huku, pendidikan bisnis, olahraga, mencari apakah ada informasi yang
kesehatan, industri, literatur, dan tidak diperlukan, menghambat/
sebagainya. Menurut Solso (2007: 434) mengilustrasikan model masalah, dan
pemecahan masalah adalah suatu membuat diagram, tabel, atau gambar.
pemikiran yang terarah secara langsung 3. Select a Strategy (memilih strategi),
untuk menemukan suatu solusi/ jalan yang meliputi kegiatan menemukan/
keluar untuk suatu masalah yang spesifik. membuat pola, bekerja mundur, coba
Pemecahan masalah oleh Evans dan kerjakan, simulasi atau
(1990) dalam Suharnan (2002: 289) adalah eksperimen, penyderhanaan atau
didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang ekpansi, membuat daftar berurutan,

73
Farida Nur Utami, Analisis Kemampuan Kognitif Pemecahan Masalah Anak Dalam Bermain
Balok
dedugsi logis, dan berbagi atau 1. Aspek fisik, yakni anak
mengkategorikan permasalahan berkesempatan melakukan kegiatan
menjadi masalah sederhana. yang melibatkan pregerakan-
4. Find an Answer (mencari jawaban), pergerakan tubuh yang membuat anak
yang meliputi kegiatan memprediksi, sehat dan otot-otot tubuh menjadi
menggunakan kemampuan berhitung, lebih kuat.
menggunakan kemampuan geometris. 2. Aspek sosial emosional, yakni anak
5. Reflect and Extend (refleksi dan merasa senang karena ada temannya
mengembangkan), memeriksa bermain.
kembali jawaban, menentukan solusi 3. Aspek kognitif (berhubungan dengan
alternatif, mengembangkan jawaban berfikir/ kecerdasan), yakni anak
pada situasi lain, mengembangkan belajar mengenal akan pengalaman
jawaban, mendiskusikan jawban dan mengenai objek-objek tertentu,
menciptakan variasi masalah yang seperti: benda dengan permukaan
asal. kasar halus, rasa asam, manis, dan
Pendapat lain menyatakan asin. Anak belajar bahasa dan
diperkuat oleh Polya (1973) dalam Anggo berkomunikasi timbal balik.
(2011: 37) bahwa terdapat empat tahapan 4. Aspek seni
penting dalam pemecahan masalah yang Kemampuan dan kepekaan anak untuk
perlu dilakukan, yaitu mengerti masalah mengikuti irama, nada berbagai bunyi,
(understanding the problem), memikirkan gerak serta menghargai hasil karya
rencana (devising a plan), melaksanakan yang kreatif. Disini akan terbangun
rencana (carrying out the plan), dan kecerdasan musical, liguistik, dan
melihat kembali (looking back). bodly kinestetic.
Hakikat Bermain Balok 5. Mengasah ketajaman pengindraan
a. Pengertian Bermain Pengindraan anak perlu diasah agar
Menurut Mutiah (2010: 91), anak menjadi lebih peka terhadap hal-
bermain adalah kegiatan yang sangat hal yang terjadi dilingkungannya.
penting bagi pertumbuhan dan Anak menjadi lebih aktif, kritis, dan
perkembangan anak. Bermain harus kreatif.
dilakukan atas inisiatif anak dan atas 6. Media terapi
keputusan anak itu sendiri. Bermain harus Bermain dapat digunakan sebagai
dilakukan dengan rasa senang, sehingga media terapi karena selama bermain
kegiatan bermain yang menyenangkan perilaku anak lebih bebas. Untuk
akan mengahasilkan proses belajar pada melakukan terapi perlu dilaksanakan
anak. oleh ahlinya dan tidak dapat dilakukan
Melengkapi uraian diatas sembarangan.
pendapat lain dikemukakan oleh Latif, dkk 7. Media intervensi
(2013: 77) bermain diartikan sebagai suatu Bermain dapat digunakan untuk
aktivitas yang langsung atau spontan, melatih konsentrasi atau pemusatan
dimana seorang anak berinteraksi dengan perhatian pada tugas tertentu.
orang lain, benda-benda di sekitarnya, Bermain Balok
dilakukan dengan senang (gembira), atas Menanggapi hal tersebut, kegiatan
inisiatif sendiri, menggunakan daya khayal bermain balok menurut Montolalu (2005:
(imajinatif), menggunakan pancaindra, dan 12.4) balok-balok kayu atau plastik
seluruh anggota tubuhnya. merupakan alat permainan yang sangat
b. Manfaat Main Bagi Anak Usia Dini sesuai sebagai alat untuk membuat
Main mempunyai manfaat yang berbagai konstruksi. Alat-alat bermain
sangat penting bagi anak khususnya anak balok memang mahal harganya dan
usia dini, menurut Latif, dkk (2013: 225) membutuhkan banyak tempat. Namun,
manfaat bermain diantarnya: hasil bermain dengan balok sangat

74
Farida Nur Utami, Analisis Kemampuan Kognitif Pemecahan Masalah Anak Dalam Bermain
Balok
berharga. Melalui bermain dengan balok, membentuk sebuah jembatan atau
anak-anak mendapat kesempatan melatih bentuk tertentu.
kerjasama mata, tangan serta koordinasi 4) Konsep matematika dan geometri
fisik. Oleh karena balok diciptakan dalam
Menurut Istiarini (2014: 150) bentuk matematis maka anak-anak
balok merupakan mainan yang digemari akan memainkannya dilatih memiliki
anak-anak dapat menciptakan suatu pengertian konkret dari konsep-konsep
bangunan atau bentuk baru. Dengan kata penting dalam berfikir logis.
lain, terjadi temuan-temuan baru ketika 5) Mengembangkan pemikiran simbolik
anak sedang bermain (Sudono, 2000: 123). Membangun balok sangat penting bagi
Melalui balok-balok kayu yang didirikan perkembangan kognitif anak. Sejak
oleh anak akan terlihat ide dan gagasan anak-anak mempunyai pengalaman
yang dimiliki oleh anak karena anak akan dengan dunia disekelilingnya. Mereka
menemukan bentuk-bentuk baru dari merekam gambaran dalam pkirannya
bangunan yang mereka dirikan akan tentang apa yang mereka lihat.
berbeda dengan bentuk yang ada dalam 6) Pengetahuan pemetaan
pikiran mereka. Pada waktu anak membentuk
Manfaat Main Balok bangunan rumah maka ia harus
Balok dianggap sebagai alat menetapkan dimana ruang tamu, kamar
bermain yang paling bermanfaat dan paling tidur, dapur, ini semua memberikan
banyak di TK maupun lembaga pendidikan pengerahuan kepada anak.
prasekolah. Menurut Asmawati dalam 7) Keterampilan penglihatan
Fatra (2014: 16) menguraikan tujuan Bentuk dan ukuran balok bermacam-
bermain balok yaitu sebgai berikut: macam membuat anak harus memilih
1) Keterampilan berhubungan dengan mana yang paling cocok untuk
teman sebaya diletakkan pada bangunan yang akan
Sudut/ sentra balok adalah tempat atau sedang dilihatnya untuk itu anak
anak bermain bersama dan berbagi harus memperhatikan baik-baik bentuk
pengalaman. Ide seorang anak tentang dan ukuran balok.
bagaimana membangun “kebun
binatang” mungkin berbeda dengan METODE PENELITIAN
ide anak lainnya, tetapi mereka belajar Penelitian ini yang menggunakan
satu sama lain. Pada saat mereka metode penelitian kualitatif. Penelitian
membuat bangunan bersama, mereka kualitatif adalah metode penelitian
memecahkan masalah bersama dan berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
belajar manfaat kerjasama. digunakan untuk meneliti pada kondisi
2) Kemampuan berkomunikasi obyek yang alamiah. Prosedur
Komunikasi diperlukan oleh anak pengumpulan daya dilakukan dengan cara
manakala ia ingin menyatakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
pendapat atau keinginannya tentag Adapun sumber data dalam
sesuatu yang berhubungan dengan penelitian ini adalah hasil obeservasi di
bangunan yang dibuatnya kepada TPA PENA PRIMA Semarang hasil
teman bermainnya atau kepada wawancara dengan guru dan sumber
pendidik. tertulis berupa dokumen (buku-buku) yang
3) Kekuatan koordinasi motorik halus dan masih ada kaitannya dengan penelitian
kasar yang dilakukan. Penelitian ini
Balok adalah alat yang berguna untuk menggunakan metode analisis data dari
pembangunan fisik anak. Anak Miles and Hubermen (1984) dalam
menggunakan otot besar untuk Sugiyono (2015: 337-345). Langkah-
memindahkan balok. Pada saat dia langkah dalam analisis data yaitu, data
berhati-hati menempatkan balok untuk redution (reduksi data); data display

75
Farida Nur Utami, Analisis Kemampuan Kognitif Pemecahan Masalah Anak Dalam Bermain
Balok
(penyajian data); dan conclusing data/ kemampuan pada tahap ini, DT mampu
verivication (penarikan kesimpulan). membaca dan berfikir dengan mengamati
PEMBAHASAN gambar atau media yang diberikan guru
1. Hasil Penelitian kemudian menuangkannya dalam bermain
Berdasarkan hasil pengamatan dan balok dan membuat dengan tema yang telah
wawancara yang dilakukan peneliti saat diberikan. Selanjutnya pada tahapan
dilapangan pada bulan Juni sampai dengan mengekplorasi dan merencanakan
bulan Juli, menurut guru kelas TPA PENA berdasarkan hasil pengamatan, DT mampu
PRIMA “pemecahan masalah anak yang mengorganisasi informasi dengan mengamati
terjadi saat kegiatan bermain ataupun bentuk bangunan yang dibawakan guru atau
pembelajaran merupakan hal sangat penting pendidik ataupun anak melihat berbagai
karena dengan memecahkan masalah anak bentuk informasi dengan bentuk bangunan
dapat memperbanyak ide dan kreativitas secara langsung. Seperti saat anak membuat
dalam bermain, seperti saat membangun balok kamar, guru menunjukkan bentuk kamar
bangunan tersebut jatuh karena ukuran balok dengan gambar, tetapi DT membuat kamar
yang dipasang tidak seimbang sehingga yang terispirasi dari kamar di rumahnya yang
menyebabkan bangunan terus jatuh, hal lebih dari satu kamar. Merencanakan, dari
tersebut membuat anak berfikir ulang hasil pengamatan yang di dapat, anak mampu
“bagaimana bangunan ini agar tidak merencanakan dengan mencari informasi
terjatuh”? dengan melihat bangunannya yang diperlukan untuk membangun balok
terjatuh anak membangun kembali dengan melalui melihat gambar. RA dalam tahapan
memasang balok ukuran besar di bagian mengeksplorasi dan merencanakan mampu
paling bawah dan menyusun kembali menjadi melakukan dengan baik. Anak mampu
sebuah bangunan. Melihat hal tersebut, mengorganisasikan informasi apa yang dilihat
perkembangan kemampuan kognitif anak anak dalam gambar dengan menggabungkan
akan sangat baik jika guru atau pendidik pengamatan dan imajinasi anak. Ketika anak
memberikan suatu stimulasi yang akan membuat bangunan yang dibangun temannya
meningkatkan tingkat berfikir anak, oleh tetapi RA tidak punya pintu masuk ke
karena itu dengan memberikan tugas anak rumahnya kemudian RA mencoba untuk
untuk membangun, itu sangat baik bagi membuat pintu rumah dengan di dorong. Hal
perkembangan kemampuan kognitif anak. tersebut diperlihatkan dengan mendorong
Pada pengamatan hari pertama ketika pintu dan menceritakan kepada teman dan
guru mulai memberikan kegiatan guru. Dari hasil pengamatan yang dilakukan,
pembelajaran saat bermain balok guru belum anak mampu mengeksplorasi dengan baik apa
memberikan media menggunakan gambar, yang harus dikembangkan untuk menjadi
sehingga anak masih asyik dengan mainnya sebuah bangunan yang bagus. Selanjutnya
sendiri. Ketika guru memberikan media anak menuangkan hasil karyanya bisa dalam
gambar saat kegiatan pembelajaran. Saat itu bentuk gambar, tetapi untuk kegiatan
juga anak sangat antusias melihat gambar pembelajaran disini, anak ketika selesai
yang diberikan guru saat kegiatan. Setelah melakukan kegiatan semua dilaporkan kepada
guru menjelaskan gambar kemudian anak guru atau pendidik dalam bentuk cerita lisan.
bermain dengan mengambil beberapa balok Pemecahan masalah anak dalam tahap ini
untuk membangun bangunan yang sangat baik. Tahapan yang ketiga yakni tahap
diinginkan. Data aktifitas kognitif yang memilih strategi terdiri dari kegiatan
dikemukakan ini diperoleh dari kegiatan menemukan atau membuat pola, bekerja
pembelajaran saat bermain balok di kelas. mundur, coba, dan kerjakan, eksperimen,
Pada pertemuan ini, anak mampu penyederhanaan, membuat daftar berurutan,
pada tahap membaca dan berfikir, dimana berbagi atau mengkategorikan permasalahan
tahapan ini terdiri dari mengidentifikasi fakta, menjadi masalah sederhana. Berdasarkan
pertanyaan, menentukan setting, dan pengamatan dalam penelitian yang dilakukan,
menentukan tindakan selanjutnya. subjek DT terlihat mampu dalam

76
Farida Nur Utami, Analisis Kemampuan Kognitif Pemecahan Masalah Anak Dalam Bermain
Balok
mengerjakan tahapan strategi tersebut. seperti lingkup perkembangan sosial dan
Dimana anak mampu membuat pola saat anak emosional, fisik motorik, seni, bahasa, dan
mau membangun rumah. DT membuat pola lingkup perkembangan lainnya. Saat bermain
yang terinspirasi dari kamar di rumahnya. DT balok, kegiatan pemecahan masalah terjadi
melakukan dengan membuat kamar satu saat bagaimana anak membangun bangunan
dengan kamar lainnya dari beberapa balok dengan mengikutsertakan kemampuan
sisa yang diambilnya. Salah satu percakapan kognitif atau kognisinya, seperti saat
yang DT katakan “bunda, ini kamarku sama membangun anak mengamati gambar atau
teman-teman, tapi kok masih kurang satu ya melihat bangunan asli yang pernah dilihat
bun, sek tak cobane dulu.” Kemudian DT kemudian dituangkan kedalam bermain balok
mencoba membuat kamar satu lagi dengan tersebut. Pada tahapan ini anak mampu pada
mengambil balok yang sudah menjadi tahap mencari jawaban dan merefleksi
bangunannya dan berhasil. Selanjutnya bangunan yang dibangun anak. Tahapan
pengamatan di lakukan pada RA, dalam mencari jawaban terdiri dari tahap tahapan ini
tahapan strategi RA mempu melakukannya terdiri dari kegiatan memprediksi,
dengan berbagai cara dan pengerjaannya. menggunakan kemampuan berhitung,
Dalam kegiatan mencoba mengerjakan dan menggunakan kemampuan geometris.
eksperimen, RA mampu mengerjakannya Penelitian melalui pengamatan yang
akan tetapi bangunan yang dibuatnya kecil dilakukan pada DT, pada tahapan ini DT
dan hampir lengkap dalam sebuah rumah. mampu mencari jawabannya dalam
Pengamatan yang dilakukan terhadap IN, membangun, seperti saat mencoba untuk
dalam tahapan ini IN mampu untuk memilih membangun kembali kamar yang kurang
strategi dengan menemukan pola membuat kemudian membuat satu kamar lagi dan
kamar setelah pintu masuk tanpa ruang tamu. selesai. Selanjutnya IN dalam hasil
Kemudian bereksperimen dengan mengubah pengamatan juga sudah mampu memprediksi
kamar diatas dan bawah menjadi ruang tamu. bagaimana dengan bangunan yang akan
Membuat daftar berurutan belum nampak saat dibuatnya, memprediksi akan roboh atau tidak
anak membangun tersebut. Berikut sedikit bangunannya nanti, yaitu dengan melengkapi
percakapan antara T (guru) dengan IN (salah bagian bawah sebelum membuat ruang diatas
satu anak): dengan melalui kemampuan hitungnya.
T : mas, sedang membangun Mencari jawaban disini artinya anak-anak
bagian apa? mampu untuk menemukan sebuah jawaban
IN : sedang buat rumah bunda. yang harus ia temukan dalam kegiatan main
T : ini ruangan apa mas? (sambil tersebut. Berdasarkan penelitian dari hasil
menunjuk ruangan tersebut) pengamatan yang dilakukan, dalam tahapan
IN : itu kamar bunda, itu tempat ini dapat disimpulkan bahwa anak mampu
tidurnya. melakukan pekerjaan dengan baik pada
T : Lho, ruang tamunya mana tahapan ini. Refleksi dan mengembangkan,
mas? Apakah masuk rumah langsung tahapan ini terdiri dari menentukan solusi
kamar tidur? alternatif, mengembangkan jawaban pada
IN : ohh iya bunda, hehe (anak situasi lain, mendiskusikan jawaban, dan
sambil ketawa dan menggaruk kepala). Ini menciptakan variasi masalah asal.
kamarnya aku pindah atas aja bun, nanti Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,
dibawah ini ruang tamu. DT memecahkan masalah dengan
menentukan solusi alternatif ketika membuat
Selanjutnya ketika anak selesai kamar yang kurang dari satu dengan
membuat guru kemudian mengulang kembali mengambil beberapa balok yang sudah
menanyakan apa yang dibangun anak saat itu. dibangunnya. Kemudian mendiskusikan
Sikap pemecahan masalah dalam lingkup dengan guru yang menanyakan apa yang
perkembangan kognitif dapat terintegrasi sedang dibuat DT dan DT menjawab kalau
kedalam lingkup perkembangan lainnya,

77
Farida Nur Utami, Analisis Kemampuan Kognitif Pemecahan Masalah Anak Dalam Bermain
Balok
balok yang dibuat kamar kurang sehingga Kemampuan kognitif pemecahan
mengambil beberapa balok lagi. masalah anak dalam bermain balok,
kemampuan kognitif merupakan suatu proses
berpikir yaitu kemampuan individu untuk
menghubungkan, menilai, dan
PEMBAHASAN HASIL mempertimbangkan suatu peristiwa atau
Pada proses pemecahan masalah, kejadian. Sedangkan pemecahan masalah
subjek telah melibatkan aktivitas kognitif atau adalah anak diharapkan untuk lebih fokus
kognisinya saat bermain balok. Aktivitas dalam memperoleh dan menggunakan
tersebut terlihat saat anak mengambil beberapa informasi, sumber belajar, dan penalaran.
macam bentuk yang harus digunakan sebagai Seperti yang dijelaskan sebelumnya,
bangunan rumah yang pernah dilihatnya atau kemampuan kognitif pada anak usia dini
seperti contoh yang dibawakan sehingga merupakan pertumbuhan dan pekembangan
membentuk sebuah rumah. Saat anak kapasitas intelektual. Kapasitas intelektual
melibatkan kognisinya, anak membangun merupakan bagian dari proses berpikirnya otak.
dengan meletakkan balok sesuai pada Bagian ini digunakan untuk proses pengakuan,
tempatnya, seperti balok setengah lingkaran mencari sebab akibat, proses mengetahui dan
sebagai pintu masuk dan balok setengah membimbing tingkah laku anak meliputi proses
lingkaran kecil sebagai pintunya. Selanjutnya berpikir, belajar, mengingat dan memahami,
beberapa balok silinder sebagai tiang tetapi Risqiyah (2016: 44). Permainan balok
bangunan tersebut tidak tertutup. Pada setiap merupakan pemainan yang mengarah pada
pertemuan, perkembangan anak dalam pembentukan karakter bagi anak dan
pemecahan masalah terlihat ketika guru mengembangkan kognitif dalam diri anak,
memberikan media yang menarik bagi anak. Hariyati dalam Arumniati (2015: 14) dalam
Saat bermain balok, anak terlihat antusias untuk Risqiyah (2016: 44). Permainan balok
mengamati terlebih dahulu media atau gambar merupakan permainan yang bersifat perbaikan,
yang diberikan guru saat pembelajaran. Media sebab dalam praktiknya dapat melatih
menurut Sudrajat (2008: 1) berasal dari bahasa memcahkan masalah dan mencontoh benda
latin merupakan bentuk jamak dari “medium” berdasarkan imajinasinya menjadi suatu betuk
yang secara harfiah berarti “perantara” atau atau benda baru yang mungkin berbeda dengan
“pengantar” yaitu perantara atau pengantar bentuk asalnya. Bermain balok cocok untuk
sumber pesan dengan penerima pesan. Menurut mengembangkan kemampuan kognitifnya
Briggs (1977) masih dalam Sudrajat (2008: 1) dalam kemampuan mengonsep dan
media pembelajaran adalah sarana fisik untuk mengembangkan imajinasi anak dalam
menyampaikan isi/ materi pembelajaran, membuat berbagai bentuk bangunan.
seperti buku, film, video, dan sebagainya.
Ketika anak mengamati media yang diberikan, SIMPULAN
anak banyak sekali memberikan komentar atau Berdasarkan hasil penelitian maka
argumen kepada apa yang guru berikan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam
kemudian guru memberikan penguatan bahwa tahapan pemecahan masalah anak saat
setiap anak memiliki kemampuan yang bermain balok ada lima tahap, yaitu tahap
berbeda-beda dalam memaknai gambar yang membaca dan berfikir, tahap mengeksplorasi
diberikan. Penguatan menurut Usman (2005: dan merencanakan, tahap memilih strategi,
80) dalam Naufalin (2010: 12) adalah segala tahap mencari jawaban, dan tahap refleksi dan
bentuk respon, apakah bersifat verbal ataupun mengembangkan.
nonverbal, yang merupakan bagian dari
modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah DAFTAR PUSTAKA
laku siswa yang bertujuan untuk memberikan Andhika, W.D. 2016. Meningkatkan
informasi atau atau umpan balik bagi si Kemampuan Sosial Anak Dalam
penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai Bertanggung Jawab Melalui
suatu tindak dorongan ataupun koreksi. Bermain Balok Pada Kelompok

78
Farida Nur Utami, Analisis Kemampuan Kognitif Pemecahan Masalah Anak Dalam Bermain
Balok
Bermain. Jurnal Pendidikan Anak Rahman, Hibana S. 2002. Konsep Dasar
Usia Dini, 2(2), 18-25. Pendidikan Anak Usia Dini.
Https://Journal.Unesa.ac.id/Index. Yogyakarta: Grafindo Litera
Php/Jt/Articel/View/653/532 (30 Media.
Mei 2017). Santrock, John W. 2002. Perkembangan
Anggo, Mustamin. 2011. Pemecahan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga
Masalah Matematika Kontekstual Semiawan, Conny R. 2008. Belajar dan
untuk Meningkatkan Kemampuan Pembelajaran Prasekolah dan
Metakognisi Siswa. Edumatica Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Indeks
Jurnal Pendidikan Matematika, Solso, L. Robert, Otto H. Maclin dan M.
1(2). online-journal.unja.ac.id (5 Kimberly Machlin. 2007. Psikologi
Mei 2017). Kognitif Edisi Ke Delapan. Jakarta:
Aryadnyanyi, G.A.R. Pudjawan, K. Raga, G. Erlangga.
2014. Penerapan Model Sugiyono. 2015. Metode Penelitian
Pembelajaran Inside Outside Pendidikan Pendekatan
Circle Berbantuan Media Balok Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
untuk Meningkatkan Kreativitas Bandung: Alfabeta.
Anak Kelompok B Semester 1 di Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif.
Paud Kuncup Mekar Skb Bandung. Surabaya: Srikandi
Jurnal Anak Usia Dini, 2(1). Sujiono, Yuliani Nurani. 2004. Metode
Http://ejournal.undiksha.ac.id/inde Pengembangan Kognitif. Jakarta:
x/php/JJPAUD/article/viewfile/312 Universitas Terbuka
4/2593 (10 Januari 2017). Suyanto, S. 2005. Konsep Dasar Pendidikan
Gunarti, W. dkk. 2008. Metode Anak Usia Dini. Jakarta:
Pengembangan Perilaku dan Departemen Pendidikan Nasional.
Kemampuan Dasar Anak Usia Tedjasaputra, S. Mayke. 2001. Bermain,
Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Mainan, dan Permainan. Jakarta:
Isa, A & Arifin, IN. 2014. Analisis Grasindo.
Perkembangan Kognitif Pada Anak
Kelompok B TK Negeri Pembina Ki
Hajar Dewantoro Kecamatan Kota
Selatan Kota Gorontalo. Fakultas
Ilmu Pendidikan 2(1)
Istiarini, R. 2014. Peningkatan Kemampuan
Berbicara Melalui Bermain Balok.
Jurnal Pendidika Usia Dini, 8(1).
http://pps.unj.ac.id/journal/ipud/art
icle (8 Mei 2017).
Latif, Mukhtar. 2013. Orientasi Baru
Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Kencana.
Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Rosdakarya
Montolalu. 2005. Bermain dan Permainan
Anak. Jakarta: Universitas Terbuka
Morrison, S. George. 2016. Dasar-Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD). Jakarta: PT. Indeks.
Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain Anak
Usia Dini. Jakarta: Kencana.

79

Anda mungkin juga menyukai