Judul Asli
Manfaat Sistem Informasi Keperawatan.docx
Unduh
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Manfaat Sistem Informasi Keperawatan
Bagikan dokumen Ini Manfaat penerapan sistem informasi keperawatan di lingkungan rumah sakit salah satunya adalah
membantu perawat dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Asuhan
keperawatan dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien diberikan oleh perawat diberbagai tatanan
pelayanan kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan.
Perawat menggunakan sistem informasi keperawatan dengan tujuan untuk mengkaji pasien secara
jelas, menyiapkan rencana keperawatan, mendokumentasikan asuhan keperawatan, dan untuk
Facebook Twitter
mengontrol kualitas asuhan keperawatan. Perawat dapat memiliki pandangan terhadap data secara
terintegrasi (misalnya integrasi antara perawat dan dokter dalam rencana perawatan pasien).
Dengan memanfaatkan sistem informasi keperawatan tersebut perawat dapat menghemat waktu
untuk melakukan pencatatan dibandingkan bila dilakukan pencatatan secara manual. Di samping
itu, data yang tercatat dengan menggunakan sistem informasi keperawatan akan lebih terjamin
keberadaannya. Resiko data yang dicatat akan hilang sangat kecil. Berbeda dengan pencatatan
yang berdasarkan paper base, dimana kemungkinan untuk hilangnya data sangat mungkin untuk
terjadi. Selain itu keberadaan sistem informasi keperawatan juga akan meningkatkan keefektifan
Email
dan efisien kerja dari tenaga keperawatan (Cheryl, 2007).
Manfaat yang diperoleh bila rumah sakit menggunakan sistem informasi keperawatan, yaitu:
1) Manajemen lebih efisien,
2) Penggunaan sumber biaya lebih efektif,
Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?
3) Meningkatkan program perencanaan,
4) Meningkatkan pendayagunaan perawat (Cornelia, 2007).
Bermanfaat
Tidak
bermanfaat
Sebenarnya untuk menerapkan sistem informasi keperawatan di lingkungan rumah sakit tidaklah
terlalu sulit untuk diterapkan, tinggal komitmen untuk menerapkannya saja yang diperlukan.
Dalam masa serba teknologi seperti saat ini, kiranya hampir semua perawat dapat mengoperasikan
komputer sebagai sebuah perangkat dalam penerapan sistem informasi keperawatan. Ini
merupakan sebuah modal yang sangat besar yang sangat mendukung penerapan sistem informasi
keperawatan. Tinggal masalahnya sekarang adalah bagaimana komitmen kita bersama, mulai dari
manajemen level atas sampai dengan manajemen level paling bawah untuk memperjuangkan
penerapan sistem informasi keperawatan di setiap unit pelayanan keperawatan. Alasan kurangnya
ketersediaan dana untuk mengembangkan sistem informasi keperawatan merupakan sebuah alasan
klasik yang tidak boleh ada lagi. Apalagi melihat akan pentingnya sistem informasi keperawatan
bagi peningkatan kualitas pelayanan keperawatan khususnya dan pelayanan kesehatan pada
umumnya (Cornelia, 2007).
Pendapat diatas didukung juga oleh hasil penelitian Laurie (2008) yang mengatakan penerapan
sistem informasi manajemen terkomputerisasi atau ORMIS (of an or management information
system) memerlukan signifikan komitmen sumber daya manusia. Kemampuan perawat dituntut
untuk bisa menggunakan keahliannya secara efektif untuk menggunakan teknologi dimana
mengubah bentuk data informasi ke dalam pengetahuan untuk praktek klinis, riset, dan pendidikan.
Keinginan dalam membuat sistem informasi di rumah sakit sangat diharapkan oleh tenaga
profesional untuk membantu pemecahan masalah yang ada.
Saba dan McCormick (2001), mengatakan bahwa integrasi ilmu keperawatan, ilmu komputer
dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, memproses, mengatur data dan
informasi untuk menyokong praktek keperawatan, administrasi, pendidikan, penelitian, dan
pengembangan ilmu keperawatan. Kebutuhan akan sistem informasi manajemen mendukung
perawat dalam membantu pengambilan keputusan. Kemajuan teknologi di rumah sakit
memungkinkan perawat menggunakan sistem informasi manajemen untuk mendukung dalam
pemberian asuhan keperawatan, sehingga tercapainya mutu asuhan keperawatan yang lebih baik.
Menurut Anita (2008) yang melakukan penelitian difokuskan pada eksplorasi Computerized
Provider Order Entry (CPOE) dan dampaknya terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh perawat.
Hasilnya CPOE adalah teknologi yang dirancang mengganti paperbased proses order entry,
komunikasi, dan koordinasi dengan metode otomatis, salah satunya dalam implementasi
kolaborasi untuk pemberian resep obat di perawatan akut. CPOE terbukti dapat meningkatkan
efisiensi komunikasi dan mengurangi kesalahan transkripsi obat-obatan serta mengurangi waktu
perawatan pada pasien, sehingga angka kesakitan dan kematian pasien menurun.
Menurut Cheryl (2007) penggunaan proses perbaikan yang berkelanjutan untuk memastikan
program pendidikan dokumentasi yang akurat untuk pengembangan pengetahuan dan profesional
staf keperawatan. Proses empat tahap sebagai berikut:
(1) mulai sebuah tim dan identifikasi masalah;
(2) menganalisis proses saat ini dan menentukan lingkup dan akar penyebab,
(3) meningkatkan proses, mencari alternatif, merancang dan menerapkan solusi; dan
(4) mengukur dampak dan mempertahankan hasilnya.
Majalah Podcast
Lembar Musik
soal paliatif
rian
Media Aksesibilitas
Undang teman
Hadiah
Sosial
Twitter
Hukum
Facebook
Syarat Pinterest
Privasi
Hak Cipta
Preferensi Cookie