Anda di halaman 1dari 16

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

Sistem Informasi Manajemen  (SIM) adalah serangkaian sub-sistem informasi yang


meneyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu mentransformasi
data sehingga menjadi sebuah informasi lewat serangkaian cara guna meningkatkan
produktivitas sesuai dengan gaya sifat manajer atas dasar kriteria mutu yang telah
ditetapkan.

1.1  Latar Belakang dan Tujuan Sistem Informasi Manajemen dalam Asuhan Keperawatan
Seiring dengan globalisasi, perkembangan pengetahuan dan teknologi, pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang. Perkembangan pengetahuan
masyarakat membuat masyarakat lebih menuntut pelayanan kesehatan yang bermutu dan
dapat dipertanggungjawabkan. Perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai
kontribusi besar bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya peningkatan mutu, seorang perawat harus mampu
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu mulai dari pengkajian sampai
dengan evaluasi berikut dengan dokumentasinya. Pendokumentasian Keperawatan
merupakan hal penting yang dapat menunjang pelaksanaan mutu asuhan keperawatan.
(Kozier,E. 1990). Selain itu dokumentasi keperawatan merupakan bukti akontabilitas
tentang apa yang telah dilakukan oleh seorang perawat kepada pasiennya. Dengan adanya
pendokumentasian yang benar maka bukti secara profesional dan legal dapat dipertanggung
jawabkan. Masalah yang sering muncul dan dihadapi di Indonesia dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan adalah banyak perawat yang belum melakukan pelayanan keperawatan
sesuai standar asuhan keperawatan. Pelaksanaan asuhan keperawatan juga tidak disertai
pendokumentasian yang lengkap.( Hariyati, RT., th 1999) Saat ini masih banyak perawat
yang belum menyadari bahwa tindakan yang dilakukan harus dipertanggungjawabkan.
Selain itu banyak pihak menyebutkan kurangnya dokumentasi juga disebabkan karena
banyak yang tidak tahu data apa saja yang yang harus dimasukkan, dan bagaimana cara
mendokumentasi yang benar.( Hariyati, RT., 2002) Kondisi tersebut di atas membuat
perawat mempunyai potensi yang besar terhadap proses terjadinya kelalaian pada pelayanan
kesehatan pada umumnya dan pelayanan keperawatan pada khususnya. Selain itu dengan
tidak ada kontrol pendokumentasian yang benar maka pelayanan yang diberikan kepada
pasien akan cenderung kurang baik, dan dapat merugikan pasien Pendokumentasian asuhan
keperawatan yang berlaku di beberapa rumah sakit di Indonesia umumnya masih
menggunakan pendokumentasian tertulis. Pendokumentasian tertulis ini sering membebani
perawat karena perawat harus menuliskan dokumentasi pada form yang telah tersedia dan
membutuhkan waktu banyak untuk mengisinya. Permasalahan lain yang sering muncul
adalah biaya pencetakan form mahal sehingga sering form pendokumentasian tidak tersedia
Pendokumentasian secara tertulis dan manual juga mempunyai kelemahan yaitu sering
hilang. Pendokumentasian yang berupa lembaran-lembaran kertas maka dokumentasi asuhan
keperawatan sering terselip. Selain itu pendokumentasian secara tertulis juga memerlukan
tempat penyimpanan dan akan menyulitkan untuk pencarian kembali jika sewaktu-waktu
pendokumentasian tersebut diperlukan. Dokumentasi yang hilang atau terselip di ruang
penyimpanan akan merugikan perawat. Hal ini karena tidak dapat menjadi bukti legal jika
terjadi suatu gugatan hukum, dengan demikian perawat berada pada posisi yang lemah dan
rentan terhadap gugatan hukum. Di luar negri kasus hilangnya dokumentasi serta tidak
tersedianya form pengisian tidak lagi menjadi masalah. Hal ini karena pada rumah sakit
yang sudah maju seluruh dokumentasi yang berkaitan dengan pasien termasuk dokumentasi
asuhan keperawatan telah dimasukkan dalam komputer. Dengan informasi yang berbasis
dengan komputer diharapkan waktu pengisian form tidak terlalu lama, lebih murah, lebih
mudah mencari data yang telah tersimpan dan resiko hilangnya data dapat dikurangi serta
dapat menghemat tempat karena dapat tersimpan dalam ruang yang kecil yang berukuran 10
cm x 15 cm x 5 cm . Sistem ini sering dikenal dengan Sistem informasi manjemen. Sistem
informasi merupakan suatu kumpulan dari komponen-komponen dalam organisasi yang
berhubungan dengan proses penciptaan dan pengaliran informasi. Sistem Informasi
mempunyai komponen- komponen yaitu proses, prosedur, struktur organisasi, sumber daya
manusia, produk, pelanggan, supplier, dan rekanan. (Eko,I. 2001).

Sistem informasi keperawatan adalah kombinasi ilmu komputer, ilmu informasi dan ilmu
keperawatan yang disusun untuk memudahkan manajemen dan proses pengambilan
informasi dan pengetahuan yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan asuhan
keperawatan (Gravea & Cococran,1989) Sedangkan menurut ANA (Vestal, Khaterine,
1995) system informasi keperawatan berkaitan dengan legalitas untuk memperoleh dan
menggunakan data, informasi dan pengetahuan tentang standar dokumentasi , komunikasi,
mendukung proses pengambilan keputusan, mengembangkan dan mendesiminasikan
pengetahuan baru, meningkatkan kualitas, efektifitas dan efisiensi asuhan keperawaratan dan
memberdayakan pasien untuk memilih asuhan kesehatan yang diiinginkan. Kehandalan
suatu sistem informasi pada suatu organisasi terletak pada keterkaitan antar komponen yang
ada sehingga dapat dihasilkan dan dialirkan menjadi suatu informasi yang berguna, akurat,
terpercaya, detail, cepat, relevan untuk suatu organisasi. Sistem Informasi manajemen
asuhan keperawatan sudah berkembang di luar negri sekitar tahun 1992, di mana pada bulan
September 1992, sistem informasi diterapkan pada sistem pelayanan kesehatan Australia
khususnya pada pencatatan pasien. (Liaw, T.,1993).

Pemerintah Indonesia sudah mempunyai visi tentang sistem informasi kesehatan nasional
yaitu Informasi kesehatan andal 2010(Reliable Health Information 2010 ). (Depkes, 2001).
Pada Informasi kesehatan andal tersebut telah direncanakan untuk membangun system
informasi di pelayanan kesehatan dalam hal ini Rumah sakit dan dilanjutkan di pelayanan di
masyarakat, namun pelaksanaannya belum optimal. Sistem informasi manajemen
keperawatan sampai saat ini juga masih sangat minim di rumah sakit Indonesia. Padahal
sistem Informasi manajemen asuhan keperawatan mempunyai banyak keuntungan jika
dilihat dari segi efisien, dan produktifitas. Dengan sistem dokumentasi yang berbasis
komputer pengumpulan data dapat dilaksanakan dengan cepat dan lengkap. Data yang telah
disimpan juga dapat lebih efektive dan dapat menjadi sumber dari penelitian, dapat melihat
kelanjutan dari edukasi ke pasien, melihat epidemiologi penyakit serta dapat
memperhitungkan biaya dari pelayanan kesehatan.(Liaw,T. 1993). Selain itu dokumentasi
keperawatan juga dapat tersimpan dengan aman. Akses untuk mendapat data yang telah
tersimpan dapat dilaksanakan lebih cepat dibandingkan bila harus mencari lembaran kertas
yang bertumpuk di ruang penyimpanan. Menurut Herring dan Rochman (1990) diambil
dalam Emilia, 2003: beberapa institusi kesehatan yang menerapkan system komputer, setiap
perawat dalam tugasnya dapat menghemat sekitar 20-30 menit waktu yang dipakai untuk
dokmuntasi keperawatan dan meningkat keakuratan dalam dokumentasi keperawatan.
Dokumentasi keperawatan dengan menggunakan komputer seyogyanya mengikuti prinsip-
prinsip pendokumentasian, serta sesuai dengan standar pendokumentasian internasional
seperti: ANA, NANDA,NIC (Nursing Interventions Classification, 2000). Sistem informasi
manajemen berbasis komputer dapat menjadi pendukung pedoman bagi pengambil
kebijakan/pengambil keputusan di keperawatan/Decision Support System dan Executive
Information System.(Eko,I. 2001) Informasi asuhan keperawatan dalam sistem informasi
manajemen yang berbasis komputer dapat digunakan dalam menghitung pemakaian tempat
tidur /BOR pasien, angka nosokomial, penghitungan budget keperawatan dan sebagainya.
Dengan adanya data yang akurat pada keperawatan maka data ini juga dapat digunakan
untuk informasi bagi tim kesehatan yang lain. Sistem Informasi asuhan keperawatan juga
dapat menjadi sumber dalam pelaksanaan riset keperawatan secara khususnya dan riset
kesehatan pada umumnya. (Udin,and Martin, 1997) Sistem Informasi manajemen (SIM)
berbasis komputer banyak kegunaannya, namun pemanfaatan Sistem Informasi Manajemen
di Indonesia masih banyak mengalami kendala. Hal ini mengingat komponen-komponen
yang ada dalam sistem informasi yang dibutuhkan dalam keperawatan masih banyak
kelemahannya. Kendala SIM yang lain adalah kekahawatiran hilangnya data dalam satu
hard-disk. Pada kondisi tersebut hilangnya data telah diantisipasi sebagai perlindungan
hukum atas dokumen perusahaan yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 1997. Undang-undang
ini mengatur tentang keamanan terhadap dokumentasi yang berupa lembaran kertas, namun
sesuai perkembangan tehnologi, lembaran yang sangat penting dapat dialihkan dalam
Compact Disk Read Only Memory (CD ROM). CD ROM dapat dibuat kopinya dan
disimpan di lain tempat yang aman . Pengalihan ke CD ROM ini bertujuan untuk
menghindari hilangnya dokumen karena peristiwa tidak terduga seperti pencurian
komputer, dan kebakaran. Memutuskan untuk menerapkan sistem informasi manajemen
berbasis komputer ke dalam sistem praktek keperawatan di Indonesia tidak terlalu mudah.

Hal ini karena pihak manajemen harus memperhatikan beberapa aspek yaitu struktur
organisasi keperawatan di Indonesia, kemampuan sumber daya keperawatan, sumber dana,
proses dan prosedur informasi serta penggunaan dan pemanfaatan bagi perawat dan tim
kesehatan lain. Bagaimana SIM keperawatan di Indonesia ? Sampai saat ini implementasi
sistem informasi manajemen baik di rumah sakit maupun di masyarakat masih sangat
minim, bahkan masih banyak perawat yang tidak mengenal apa sistem informasi manajemen
keperawatan yang berbasis komputer tersebut. Namun seiring dengan perkembangan
pengetahuan dan ilmu pengetahuan maka beberapa rumah sakit di Jakarta dan kota lain
sudah menerapkan system informasi keperawatan yang berbasis komputer. Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia juga mempunyai kontribusi dalam pengembangan
system informasi keperawatan. Fakultas ilmu keperawatan telah mempunyai soft-ware
system informasi asuhan keperawatan dan system informasi dalam manajemen untuk
manajer perawat. Media ini sangat berguna dalam menyokong proses pembelajaran yang
menyiapkan peserta didik dalam menyongsong era globalisasi. Dengan mengikuti
pembelajaran tersebut peserta didik diharapkan mampu bersaing , namun tentunya tak cukup
hanya dalam proses proses pembelajaran di kuliah. Peserta didik harus terus belajar agar
dapat mengikuti perkembangan ilmu dan tehnogi keperawatan.

  
BAB II

Aplikasi Sistem Informasi Manajemen  dalam Asuhan Keperawatan

2.1  Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Pendokumentasian Keperawatan  merupakan


hal penting yang dapat menunjang pelaksanaan mutu asuhan keperawatan. (Kozier,E. 1990). 
Selain itu dokumentasi keperawatan merupakan bukti akontabilitas tentang apa yang telah
dilakukan oleh seorang perawat kepada pasiennya. Dengan adanya pendokumentasian yang
benar maka bukti secara profesional dan legal dapat dipertanggung jawabkan. Masalah yang
sering muncul dan dihadapi di Indonesia dalam pelaksanaan asuhan keperawatan adalah
banyak perawat yang belum melakukan pelayanan keperawatan sesuai standar asuhan
keperawatan.  Pelaksanaan asuhan keperawatan juga tidak disertai pendokumentasian  yang
lengkap. ( Hariyati, RT., th 1999). Pendokumentasian pada pemberian asuhan keperawatan
dapat dilakukan secara manual atau berbasis komputer. Sampai saat ini sebagian kecil rumah
sakit telah menggunakan dokumentasi proses keperawatan berbasis komputer. Namun
informasi keperawatan yang tersedia belum terstandarisasi.

Namun dengan kemajuan yang pesat pada teknologi informasi maka diharapkan perawat
akan memanfaatkan teknologi tersebut pada dokumentasi keperawatan sehingga dapat
meningkatkan efisiensi dan efektifitas asuhan keperawatan. Menurut Holmas (2003) terdapat
beberapa keuntungan utama dari dokumentasi berbasis komputer yaitu: Standarisasi, terdapat
pelaporan data klinik yang standar yang mudah dan cepat diketahui Kualitas, meningkatkan
kualitas informasi klinik dan sekaligus meningkatkan waktu perawat berfokus pada
pemberian asuhan Accessibility & legibility, mudah membaca dan mendapat informasi klinik
tentang semua pasien dan suatu lokasi  (Ratna Sitorus, 2006) Pendokumentasian keperawatan
sudah saatnya untuk dikembangkan dengan berbasis komputer, walaupun demikian
pendokumentasian asuhan keperawatan yang berlaku di beberapa rumah sakit di Indonesia
umumnya masih menggunakan pendokumentasian tertulis. Padahal pendokumentasian tertulis
ini mempunyai banyak kelemahan. Menurut Hariyati, RT (1999)  pendokumentasian tertulis
ini sering membebani perawat karena perawat harus menuliskan dokumentasi pada form yang
telah tersedia dan membutuhkan waktu banyak untuk mengisinya. Permasalahan  lain yang
sering muncul adalah biaya pencetakan form mahal sehingga sering form pendokumentasian
tidak tersedia. Pendokumentasian secara tertulis dan manual juga mempunyai kelemahan
yaitu sering hilang. Pendokumentasian yang  berupa lembaran-lembaran kertas maka
dokumentasi asuhan keperawatan sering terselip. Selain itu pendokumentasian secara tertulis
juga memerlukan tempat penyimpanan dan akan menyulitkan untuk pencarian kembali jika
sewaktu-waktu pendokumentasian tersebut diperlukan. Dokumentasi yang hilang atau terselip
di ruang penyimpanan akan merugikan perawat. Hal ini karena tidak dapat menjadi bukti
legal jika terjadi suatu gugatan hukum, dengan demikian perawat berada pada posisi yang
lemah dan rentan terhadap gugatan hukum. Oleh karena itu pendokumentasian keperawatan
yang menggunakan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan perlu diterapkan, dimana
fasilitas yang dibuat menjadi lebih lengkap, karena memuat berbagai aspek pendokumentasian
seperti yang telah diuraikan diatas sistem ini memuat standar asuhan keperawatan, standart
operating procedure (SOP), discharge planning, jadwal dinas perawat, penghitungan angka
kredit perawat, daftar diagnosa keperawatan terbanyak, daftar NIC terbanyak, laporan
implementasi, laporan statistik, resume perawatan, daftar SAK, presentasi kasus on line,
mengetahui jasa perawat, monitoring tindakan perawat, dan monitoring aktifitas perawat
laporan shift dan monitoring pasien oleh kepala ruang saat sedang rapat. Hal sesuai dengan
pendapat Jasun (2006) yang mengatyakan bahwa Sistem Informasi Manajemen Keperawatan
merupakan “papper less” untuk seluruh dokumen keperawatan perlu diterapkan untuk
pendokumentasian keperawatan pada masa yang akan datang.

Hal ini didukung oleh pernyataan Sitorus (2006) yang mengatakan bahwa
pendokumentasian pada pemberian asuhan keperawatan dapat dilakukan secara manual atau
berbasis komputer. Namun terbukti bahwa penerapan berbasis komputer memberikan hasil
yang lebih baik. Oleh karena itu untuk mendukung proses profesionlisme keperawatan di
Indonesia, penerapan dokumentasi berbasis komputer menjadi sangat penting.    

2.2 Standart Operating Procedure (SOP) dalam Asuhan Keperawatan Standar Operasional
Prosedur adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan
fungsi dan alat penilaian kinerja instansi keperawatan berdasarkan indikator indikator teknis,
administrasif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada
unit kerja yang bersangkutan. Tujuan SOP dalam Asuhan Keperawtan adalah menciptakan
komitment mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit kerja dalam instansi yang berkaitan
dengan keperawatan  untuk mewujudkan good nursing. Standart Operating Procedure (SOP)
merupakan akitivitas dari NIC (Nursing Intervention Classification). NIC adalah sistem
klasifikasi perawatan yang menggambarkan keiatan yang dilakukan oleh perawat sebagian
bagian dari proses keperawatan yang berasosiasi dengan pembuatan rencana asuhan
keperawatan. Perumusan SOP menjadi relevan karena sebagai tolak ukur dalam menilai
efektivitas dan efisiensi kinerja perawatan dalam melaksanakan program kerjanya. Secara
konseptual prosedur diartikan sebagai langkah - langkah sejumlah instruksi logis untuk
menuju pada suatu proses yang dikehendaki. Proses yang dikehendaki tersebut berupa
pengguna-pengguna sistem proses kerja dalam bentuk aktivitas, aliran data, dan aliran kerja.
Prosedur operasional standar adalah proses standar langkah - langkah sejumlah instruksi logis
yang harus dilakukan berupa aktivitas, aliran data, dan aliran kerja. Dilihat dari fungsinya,
SOP berfungsi membentuk sistem kerja & aliran kerja yang teratur, sistematis, dan dapat
dipertanggungjawabkan, menggambarkan bagaimana tujuan pekerjaan dilaksanakan sesuai
dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku, menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan
kegiatan berlangsung; sebagai sarana tata urutan dari pelaksanaan dan pengadministrasian
pekerjaan harian sebagaimana metode yang ditetapkan, menjamin konsistensi dan proses kerja
yang sistematik, dan menetapkan hubungan timbal balik antar Satuan Kerja. Dengan adanya
Sistem Informasi Manajemen (SIM), akan mempermudah dalam perumusan Standart
Operating Procedure (SOP). Penyusunan data dapat dilakukan dengan sistem
terkomputerisasi.

Sebagai suatu instrumen manajemen, SOP berlandaskan pada sistem manajemen kualitas
(Quality Management System), yakni sekumpulan prosedur terdokumentasi dan praktek-
praktek standar untuk manajemen sistem yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu
proses dan produk (barang dan/atau jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu.
Sistem manajemen kualitas berfokus pada konsistensi dari proses kerja. Hal ini mencakup
beberapa tingkat dokumentasi terhadap standar-standar kerja. Sistem ini berlandaskan pada
pencegahan kesalahan, sehingga bersifat proaktif, bukan pada deteksi kesalahan yang bersifat
reaktif. Secara konseptual, SOP merupakan bentuk konkret dari penerapan prinsip manajemen
kualitas yang diaplikasikan untuk proses perawatan (Nursing Process). Tahap penting dalam
penyusunan Standar operasional prosedur adalah melakukan analisis sistem dan prosedur
kerja, analisis tugas, dan melakukan analisis  prosedur kerja. Analisis Sistem dan Prosedur
Kerja Analisis sistem dan prosedur kerja adalah kegiatan mengidentifikasikan  fungsifungsi
utama dalam suatu pekerjaan, dan langkah-langkah yang diperlukan dalam melaksanakan
fungsi sistem dan prosedur kerja.  Sistem adalah kesatuan unsur atau unit yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi sedemikian rupa, sehingga muncul dalam bentuk
keseluruhan, bekerja, berfungsi atau bergerak secara harmonis yang ditopang oleh sejumlah
prosedur yang diperlukan, sedang prosedur merupakan urutan kerja atau kegiatan yang
terencana untuk menangani pekerjaan yang berulang dengan cara seragam dan terpadu.

2. Analisis Tugas Analisis tugas merupakan proses manajemen yang merupakan penelaahan
yang mendalam dan teratur terhadap suatu pekerjaan, karena itu analisa tugas diperlukan
dalam setiap perencanaan dan perbaikan organisasi. Analisa tugas diharapkan dapat
memberikan keterangan mengenai pekerjaan, sifat pekerjaan, syarat pejabat, dan tanggung
jawab pejabat. Di bidang manajemen dikenal sedikitnya 5 aspek yang berkaitan langsung
dengan analisis tugas yaitu : 

a. Analisa tugas, merupakan penghimpunan informasi dengan sistematis dan penetapan


seluruh unsur yang tercakup dalam pelaksanaan tugas khusus.

b. Deskripsi tugas, merupakan garis besar data informasi yang dihimpun dari analisa tugas,
disajikan dalam bentuk terorganisasi yang mengidentifikasikan dan menjelaskan isi tugas
atau jabatan tertentu. Deskripsi tugas harus disusun berdasarkan fungsi atau posisi, bukan
individual;  merupakan dokumen umum apabila terdapat sejumlah personel memiliki
fungsi yang sama; dan mengidentifikasikan individual dan persyaratan kualifikasi untuk
mereka serta harus dipastikan bahwa mereka memahami dan menyetujui terhadap
wewenang dan tanggung jawab yang didefinisikan itu. 

c. Spesifikasi tugas berisi catatan-catatan terperinci mengenai kemampuan pekerja untuk


tugas spesifik

d. Penilaian tugas, berupa prosedur penggolongan dan penentuan kualitas tugas untuk
menetapkan serangkaian nilai moneter untuk setiap tugas spesifik dalam hubungannya
dengan tugas lain

e. Pengukuran kerja dan penentuan standar tugas merupakan prosedur penetapan waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan setiap tugas dan menetapkan ukuran yang dipergunakan
untuk menghitung tingkat pelaksanaan pekerjaan.   Melalui analisa tugas ini tugas-tugas
dapat dibakukan, sehingga dapat dibuat pelaksanaan tugas yang baku. Setidaknya ada dua
manfaat analisis tugas dalam penyusunan standar operasional prosedur yaitu membuat
penggolongan pekerjaan yang direncanakan dan dilaksanakan serta menetapkan hubungan
kerja dengan sistematis.  

3. Analisis prosedur kerja Analisis prosedur kerja adalah kegiatan untuk mengidentifikasi urutan
langkahlangkah pekerjaan yang berhubungan apa yang dilakukan, bagaimana hal tersebut
dilakukan, bilamana hal tersebut dilakukan, dimana hal tersebut dilakukan, dan siapa yang
melakukannya. Prosedur diperoleh dengan merencanakan terlebih dahulu bermacam-macam
langkah yang dianggap perlu untuk melaksanakan pekerjaan. Dengan demikian prosedur kerja
dapat dirumuskan sebagai serangkaian langkah pekerjaan yang berhubungan, biasanya
dilaksanakan oleh lebih dari satu orang, yang membentuk suatu cara tertentu dan dianggap
baik untuk melakukan suatu keseluruhan tahap yang penting.  Analisis terhadap prosedur
kerja akan menghasilkan suatu diagram alur (flow chart) dari aktivitas organisasi dan
menentukan hal-hal kritis yang akan mempengaruhi keberhasilan organisasi. Aktivitas-
aktivitas kritis ini perlu didokumetasikan dalam bentuk prosedurprosedur dan selanjutnya
memastikan bahwa fungsi-fungsi dan aktivitas itu dikendalikan oleh prosedur-prosedur
kerjayang telah .terstandarisasi.

2.3 Proses Evaluasi Keperawatan Meskipun proses keperawatan mempunyai tahap-tahap, namun


evaluasi berlangsung terus menerus sepanjang pelaksanaan proses keperawatan (Alfaro-
LeFevre, 1998). Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan
merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk
mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan. Menurut Craven dan Hirnle (2000), evaluasi didefenisikan sebagai keputusan
dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah
ditetapkan dengan respon prilaku klien yang tampil. Tujuan dari evaluasi antara lain:
1) Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien.

2) Untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan keperawatan yang
telah diberikan.

3) Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.

4) Mendapatkan umpan balik.

5) Sebagai tanggungjawab dan tanggunggugat dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan


Perawat menggunakan berbagai kemampuan dalam memutuskan efektif atau tidaknya
pelayanan keperawatan yang diberikan.

Untuk memutuskan hal tersebut dalam melakukan evaluasi seorang perawat harus
mempunyai pengetahuan tentang standar pelayanan, respon klien yang normal, dan konsep
model teori keperawatan. Langkah-langkah evaluasi : Menentukan kriteria, standar dan
pertanyaan evaluasi Mengumpulkan data baru tentang klien Menafsirkan data baru
Membandingkan data baru dengan standar yang berlaku Merangkum hasil dan membuat
kesimpulan Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan Dalam melakukan
proses evaluasi, ada beberapa kegiatan yang harus diikuti oleh perawat, antara lain: 1)
Mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan. 2) Mengumpulkan data
yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan. 3) Mengukur pencapaian tujuan. 4)
Mencatat keputusan atau hasil pengukuran pencapaian tujuan. 5) Melakukan revisi atau
modifikasi terhadap rencana keperawatan bila perlu. Dalam mengumpulkan data pasien
yang begitu banyak dalam suatu rumah sakit, tentunya dibutuhkan suatu sistem untuk
mempermudah pengumpulan dan penyusunan data-data dari pasien. Disinilah Sistem
Informasi Manejemen akan bermanfaat pada proses komputerisasi pengumpulan data.
Sehingga proses pengumpulan data pasien akan lebih mudah dilakukan, dan proses evaluasi
dalam asuhan keperawatan dapat lebih terkoordinasi. Sehingga peluang kesalahan dalam
evaluasi dapat di perkecil. Pada dasarnya evaluasi akan menentukan intervensi pasien
selanjutnya. Sehingga kesalahan kecil saja dapat berdampak fatal pada keselamatan jiwa
pasien.   .        
BAB III

Masalah Dalam Penerapan Sistem Informasi Manajemen dalam Proses Asuhan


Keperawatan

3.1 Faktor Yang Mendukungdan Menghambat Sistem Informasi Manajemen dalam Proses
Asuhan Keperawatan Dalam perkembangannya, penerapan Sistem Informasi Manajemen
(SIM) terdapat beberapa faktor yang mendukung dan menghambat SIM tersebut untuk
diterapkan dalam suatu lembaga institusi. Sistem informasi manajemen (SIM) berbasis
komputer banyak kegunaannya, namun pelaksanan SIM di Indonesia masih banyak
mengalami kendala. Faktor pendukung Sistem Informasi Manajemen (SIM) dalam proses
keperawatan adalah faktor yang dapat mempermudah proses penerapan SIM dalam Asuhan
Keperawatan. Ada beberapa faktor pendukung dalam pelaksanaan SIM keperawatan di
Indonesia yaitu saat ini sudah mulai ada perusahaan (yang dikelola oleh profesi
keperawatan) yang menawarkan produk SIM keperawatan yang siap pakai untuk diterapkan
di rumah sakit. Sekalipun memiliki harga yang cukup tinggi tetapi keberadaan perusahaan
ini dapat mendukung pelaksanaan SIM keperawatan di beberapa rumah sakit yang memiliki
dana cukup untuk membeli produk tersebut. Semakin mudahnya akses informasi tentang
pelaksanaan SIM keperawatan juga memudahkan rumah sakit dalam memilih SIM yang
tepat. Faktor pendukung yang lain adalah adanya UU No 8 tahun 1997 yang mengatur
tentang keamanan terhadap dokumentasi yang berupa lembaran kertas. Undang-undang ini
merupakan bentuk perlindungan hukum atas dokumen yang dimiliki pusat pelayanan
kesehatan, perusahaan atau organisasi. Aspek etik juga dapat menjadi salah satu faktor
pendukung karena sistem ini semaksimal mungkin dirancang untuk menjaga kerahasiaan
data pasien. Hanya orang-orang tertentu saja yang boleh mengakses data melalui SIM ini,
misalnya dokter, perawat, pasien sendiri. Selain faktor pendukung, terdapat beberapa aspek
yang menjadi kendala dalam penerapan SIM di Indonesia. Memutuskan untuk menerapkan
sistem informasi manajemen berbasis komputer ke dalam sistem praktek keperawatan di
Indonesia tidak terlalu mudah. Hal ini karena pihak manajemen harus memperhatikan
beberapa aspek yaitu struktur organisasi  keperawatan di Indonesia, sebagai contoh
pengambil keputusan/kebijakan bukan dari profesi perawat, sehingga seringkali keputusan
tentang pelaksanaan SIM yang sudah disepakati oleh tim keperawatan dimentahkan lagi
karena tidak sesuai dengan keinginan pengambil kebijakan. Pihak manajemen rumah sakit
masih banyak yang mempertanyakan apakah SIM keperawatan ini akan berdampak
langsung terhadap kualitas pelayanan keperawatan dan kualitas pelayanan rumah sakit
secara keseluruhan. Aspek kedua adalah kemampuan sumber daya keperawatan. Ada banyak
sumber daya manusia di institusi pelayanan kesehatan yang belum siap menghadapi sistem
komputerisasi, hal ini dapat disebabkan karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan mereka
terhadap sistem informasi teknologi yang sedang berkembang. Pemahaman yang kurang
tentang manfaat SIM menjadi salah satu faktor penyebab ketidaksiapan SDM keperawatan.
Aspek  ketiga yang menjadi faktor penghambat atau kendala dalam pelaksanaan SIM adalah
faktor sumber dana. Sebagaimana kita tahu bahwa untuk mendapatkan sistem informasi
manajemen keperawatan yang sudah siap diterapkan di rumah sakit, membutuhkan biaya
yang cukup besar . Masalahnya sekarang, tidak setiap rumah sakit memiliki dana
operasional yang cukup besar, sehingga seringkali SIM keperawatan gagal diterapkan
karena tidak ada sumber dana yang cukup. Aspek keempat adalah kurangnya fasilitas
Information technology yang mendukung. Pelaksanaan SIM keperawatan tentunya
membutuhkan banyak perangkat keras atau unit komputer untuk mengimplementasikan
program tersebut.  

3.2 Alternatif Pemecahan Masalah Penerapan SIM dalam Asuhan Keperawatan di Indonesia Ada
beberapa alternatif pemecahan masalah penerapan SIM dalam asuhan keperawatan di
Indonesia diantaranya; Perlu adanya pemahaman yang sama diantara pihak manajemen
rumah sakit dengan tim keperawatan tentang pentingnya pelaksanaan SIM keperawatan di
rumah sakit yang diwujudkan dalam bentuk pengalokasian dana yang memadai untuk
implementasi SIM keperawatan, pemberian pelatihan bagi perawat tentang pelaksanaan SIM
keperawatan, pengadaan fasilitas informasi teknologi yang memadai. Perlu adanya integrasi
program SIM dalam kurikulum pendidikan keperawatan. Peningkatan standarisasi tingkat
pendidikan perawat agar memiliki pemahaman yang tepat tentang teknologi informasi dalam
keperawatan. Adanya aspek legal berupa Undang-undang praktek keperawatan. Perlu
adanya penelitian yang lebih jauh terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
aplikasi SIM di Indonesia. Perlu adanya peningkatan Sumber Daya Masyarakat dari perawat
itu sendiri agar mampu mengahadapi dan mengaplikasikan proses keperawatan yang
terkomputerisasi
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan Sistem Informasi Manajemen  (SIM) adalah serangkaian sub-sistem informasi
yang meneyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu
mentransformasi data sehingga menjadi sebuah informasi lewat serangkaian cara guna
meningkatkan produktivitas sesuai dengan gaya sifat manajer atas dasar kriteria mutu yang
telah ditetapkan. Dalam dunia keperawatan Sistem Informasi manajemen akan sangat
diperlukan pada Asuhan Keperawatan, yaitu proses pendokumentasian perawatan pasien.
Pendokumentasian Keperawatan merupakan hal penting yang dapat menunjang pelaksanaan
mutu asuhan keperawatan. (Kozier,E. 1990). Selain itu dokumentasi keperawatan
merupakan bukti akontabilitas tentang apa yang telah dilakukan oleh seorang perawat
kepada pasiennya. Dengan adanya pendokumentasian yang benar maka bukti secara
profesional dan legal dapat dipertanggung jawabkan. Sistem Informasi manajemen (SIM)
berbasis komputer banyak kegunaannya, namun pemanfaatan Sistem Informasi Manajemen
di Indonesia masih banyak mengalami kendala. Hal ini mengingat komponen-komponen
yang ada dalam sistem informasi yang dibutuhkan dalam keperawatan masih banyak
kelemahannya. Kendala SIM yang lain adalah kekahawatiran hilangnya data dalam satu
hard-disk. Pada kondisi tersebut hilangnya data telah diantisipasi sebagai perlindungan
hukum atas dokumen perusahaan yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 1997. Undang-undang
ini mengatur tentang keamanan terhadap dokumentasi yang berupa lembaran kertas, namun
sesuai perkembangan tehnologi, lembaran yang sangat penting dapat dialihkan dalam
Compact Disk Read Only Memory (CD ROM). CD ROM dapat dibuat kopinya dan
disimpan di lain tempat yang aman . Pengalihan ke CD ROM ini bertujuan untuk
menghindari hilangnya dokumen karena peristiwa tidak terduga seperti pencurian komputer,
dan kebakaran. Sistem Informasi Manajemen dalam asuhan keperawatan dapat diaplikasikan
pada beberapa proses keperawatan, diantaranya yaitu proses pendokumentasian, proses
pembuatan Standart Operating Procedure (SOP), dan proses Evaluasi keperawatan. Dalam
perkembangannya, penerapan Sistem Informasi Manajemen (SIM) terdapat beberapa faktor
yang mendukung dan menghambat SIM tersebut untuk diterapkan dalam suatu lembaga
institusi. Sistem informasi manajemen (SIM) berbasis komputer banyak kegunaannya,
namun pelaksanan SIM di Indonesia masih banyak mengalami kendala. Faktor pendukung
Sistem Informasi Manajemen (SIM) dalam proses keperawatan adalah faktor yang dapat
mempermudah proses penerapan SIM dalam Asuhan Keperawatan. Sedangkan faktor
pengahambat SIM adalah faktor yang dapat mempersulit penerapan Sistem Informasi
Manejemen dalam asuhan keperawatan.

4.2 Saran Dari paparan diatas, saya sebagai penulis memberikan beberapa saran guna
peningkatan kualitas Sistem Informasi Manajemen dalam Asuhan Keperawatan. Dalam
penerapan SIM itu sendiri seharusnya perlu adanya peningkatan dari perawat yang akan
menjadi tokoh utama dalam menerapkan Sitem Informasi Manajemen Asuhan Keperawatan.
Dengan integrasi Sistem Informasi Manajemen dan kurikulum yang diajarkan dalam
pendidikan keperawatan. Hal tersebut nantinya akan membuat para perawat mampu
mengahadapi perkembangan tekniologi yang segala sesuatunya sudah menggunakan sistem
yang terkomputerisasi.      
DAFTAR PUSTAKA

Rideout, elizabeth. 2005. Pendidikan Keperawatan Berdasarkan Problem-Based


Learning. Jakarta : EGC Kozier, E. 1990. Fundamentals of Nursing. Addison Wesley Co.,
Redwood City M.Scott, George. 2004. Prinsip-Prinsip Sistem Informasi Manajemen. Jakarta
: PT RajaGrafindo Persada Carpenito. 1985. Nursing diagnosis application to clinical
practice.J.B.LippincottCo.,.Philadephia
Mine coins - make money: http://bit.ly/money_crypto

Anda mungkin juga menyukai