Perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi
pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan. Dalam upaya peningkatan mutu, seorang perawat harus
mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu mulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi berikut dengan dokumentasinya.
Masalah yang sering muncul dan dihadapi di Indonesia dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan adalah banyak perawat yang belum melakukan pelayanan
keperawatan sesuai standar asuhan keperawatan. Pelaksanaan asuhan
keperawatan juga tidak disertai pendokumentasian yang lengkap.
( Hariyati, RT., th 1999)
Saat ini masih banyak perawat yang belum menyadari bahwa tindakan yang
dilakukan harus dipertanggungjawabkan. Selain itu banyak pihak menyebutkan
kurangnya dokumentasi juga disebabkan karena banyak yang tidak tahu data apa
saja yang yang harus dimasukkan, dan bagaimana cara mendokumentasi yang
benar.( Hariyati, RT., 2002)
Di luar negri kasus hilangnya dokumentasi serta tidak tersedianya form pengisian
tidak lagi menjadi masalah. Hal ini karena pada rumah sakit yang sudah maju
seluruh dokumentasi yang berkaitan dengan pasien termasuk dokumentasi asuhan
keperawatan telah dimasukkan dalam komputer. Dengan informasi yang berbasis
dengan komputer diharapkan waktu pengisian form tidak terlalu lama, lebih
murah, lebih mudah mencari data yang telah tersimpan dan resiko hilangnya data
dapat dikurangi serta dapat menghemat tempat karena dapat tersimpan dalam
ruang yang kecil yang berukuran 10 cm x 15 cm x 5 cm . Sistem ini sering
dikenal dengan Sistem informasi manjemen.
Sistem informasi manajemen keperawatan sampai saat ini juga masih sangat
minim di rumah sakit Indonesia. Padahal sistem Informasi manajemen asuhan
keperawatan mempunyai banyak keuntungan jika dilihat dari segi efisien, dan
produktifitas.
Menurut Herring dan Rochman (1990) diambil dalam Emilia, 2003: beberapa
institusi kesehatan yang menerapkan system komputer, setiap perawat dalam
tugasnya dapat menghemat sekitar 20-30 menit waktu yang dipakai untuk
dokmuntasi keperawatan dan meningkat keakuratan dalam dokumentasi
keperawatan.
Kendala SIM yang lain adalah kekahawatiran hilangnya data dalam satu hard-
disk. Pada kondisi tersebut hilangnya data telah diantisipasi sebagai perlindungan
hukum atas dokumen perusahaan yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 1997.
Undang-undang ini mengatur tentang keamanan terhadap dokumentasi yang
berupa lembaran kertas, namun sesuai perkembangan tehnologi, lembaran yang
sangat penting dapat dialihkan dalam Compact Disk Read Only Memory (CD
ROM). CD ROM dapat dibuat kopinya dan disimpan di lain tempat yang aman .
Pengalihan ke CD ROM ini bertujuan untuk menghindari hilangnya dokumen
karena peristiwa tidak terduga seperti pencurian komputer, dan kebakaran.
Memutuskan untuk menerapkan sistem informasi manajemen berbasis komputer
ke dalam sistem praktek keperawatan di Indonesia tidak terlalu mudah. Hal ini
karena pihak manajemen harus memperhatikan beberapa aspek yaitu struktur
organisasi keperawatan di Indonesia, kemampuan sumber daya keperawatan,
sumber dana, proses dan prosedur informasi serta penggunaan dan pemanfaatan
bagi perawat dan tim kesehatan lain.
Liaw, T.1993. The Computer Based Patient Record: An Historical Perpective. Diambil
dari http:// www.hisavic.aus.net/hisa/mag/nov93/the.htm. di akses 8 April 2001
Swanburg, Rc & Swanburg R.J .2000. Introduction management & leadership for nurse
manager. Boston: James & Bartleett Publisher.
Udin and Martin. 1997. Core data set: importance to health service research, outcomes
research, and policy research. Journal computer in nursing. Vol 15. no 2 p. 38-42,
Lippincott-Raven Publisher
Pelayanan keperawatan di dalam lingkungan rumah sakit merupakan salah satu pelayanan
di bidang kesehatan yang mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan
pelayanan yang diberikan di rumah sakit. Dengan jumlah tenaga perawat yang paling
besar di lingkungan rumah sakit, keberadaan pelayanan keperawatan harus mampu
dimanej dengan baik untuk menghasilkan kualitas mutu pelayanan keperawatan yang
diberikan. Peningkatan kualitas sistem informasi keperawatan merupakan salah satu
solusi untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Tidak dipungkiri bahwa selama
ini perkembangan sistem informasi keperawatan di negeri ini belum berjalan dengan
baik.
Kesehatan pada masyarakat tidak terlepas dari peran petugas dalam hal ini tenaga
perawat untuk memberikan layanan secara optimal pada rumah sakit atau puskesmas.
Menurut UU RI NO 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, mendefinisikan Perawat adalah
mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakkan keperawatan
berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan.
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah seperangkat tatanan yang meliputi data,
informasi, indikator, prosedur, perangkat, teknologi, dan sumber daya manusia yang
saling berkaitan dan dikelola secara terpadu yang menyediakan dukungan informasi bagi
proses pengambilan keputusan, perencanaan program kesehatan, monitoring pelaksanaan
dan evaluasi di setiap jenjang administrasi kesehatan.
SIK bertujuan untuk mengatasi terfragmentasinya data kesehatan, mengurangi redudansi
dan inkonsistensi, mempercepat proses pengolahan data, serta memperbaiki mekanisme
pelaporan, kelengkapan dan integrasi data pada tingkat administrasi yang lebih tinggi.
Sistem informasi keperawatan adalah kombinasi ilmu komputer, ilmu informasi dan ilmu
keperawatan yang disusun untuk memudahkan manajemen dan proses pengambilan
informasi dan pengetahuan yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan asuhan
keperawatan (Callie, 2010).
Sedangkan menurut ANA (Mcline, 2005) dalam Callie (2010) system informasi
keperawatan berkaitan dengan legalitas untuk memperoleh dan menggunakan data,
informasi dan pengetahuan tentang standar dokumentasi, komunikasi, mendukung proses
pengambilan keputusan, mengembangkan dan mendesiminasikan pengetahuan baru,
meningkatkan kualitas, efektifitas dan efisiensi asuhan keperawaratan dan
memberdayakan pasien untuk memilih asuhan kesehatan yang diiinginkan. Kehandalan
suatu sistem informasi pada suatu organisasi terletak pada keterkaitan antar komponen
yang ada sehingga dapat dihasilkan dan dialirkan menjadi suatu informasi yang berguna,
akurat, terpercaya, detail, cepat, relevan untuk suatu organisasi.
System informasi ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan dalam mencapai
standar mutu pelayanan. Indikator klinik mutu pelayanan antara lain: pengukuran angka
pasien jatuh,angka decubitus, pneumonia nosokomial, infeksi nosokomial, dan angka
kejadian medical error (Lewis, 2003).
Di luar negeri kasus hilangnya dokumentasi serta tidak tersedianya form pengisian tidak
lagi menjadi masalah. Hal ini karena pada rumah sakit yang sudah maju, seluruh
dokumentasi yang berkaitan dengan pasien termasuk dokumentasi asuhan keperawatan
telah dimasukkan dalam komputer. Sistem ini sering dikenal dengan Sistem Informasi
Manjemen.
Dokumentasi yang cukup banyak mulai dari pencatatan data pasien, asuhan keperawatan,
administrasi keuangan, catatan medis, catatan data penunjang akan terasa ringan jika
dikomputerisasikan. Model komputerisasi yang digunakan saat ini sudah mulai
berkembang dengan kegiatan yang meminimalkan kerja perawat dalam mencatat manual
dan memaksimalkan upaya yang dilakukan untuk melakukan pelayanan keperawatan
anak dengan memperhatikan prinsip-prinsip perawatan anak. Modal awal untuk memulai
kegiatan mungkin cukup besar antara lain dengan persiapan software computer dan
program yang dikerjakan bersama teman-teman dari teknologi informatika; pelatihan
SDM perawat yang akan melakukan kegiatan, pihak manajerial sebagai pemegang
keputusan akan sangat menentukan keberhasilan program. Namun untuk kebutuhan
jangka panjang akan sangat murah yaitu dengan kegiatan yang lebih banyak bisa
dilakukan untuk pasien, waktu dan tenaga perawat dapat lebih di hemat.
Manfaat yang diperoleh bila rumah sakit menggunakan sistem informasi keperawatan,
yaitu:
1) Manajemen lebih efisien,
2) Penggunaan sumber biaya lebih efektif,
3) Meningkatkan program perencanaan,
4) Meningkatkan pendayagunaan perawat (Cornelia, 2007).
Menurut American Association of Nurse Executive (1993) dalam Saba & McCormick
(2001) mengemukakan manfaat penting dalam penggunaan informasi teknologi, yaitu:
1) Meningkatkan pemanfaatan sumber daya staf perawat,
2) Meningkatkan pelayanan dalam memonitoring pasien,
3) Meningkatkan dokumentasi,
4) Meningkatkan komunikasi,
5) Meningkatkan perencanaan,
6) Meningkatkan standar praktik keperawatan,
7) Kemampuan menetapkan masalah,
8) Meningkatkan evaluasi keperawatan, dan
9) Mendukung organisasi yang dinamik.
Pendapat diatas didukung juga oleh hasil penelitian Laurie (2008) yang mengatakan
penerapan sistem informasi manajemen terkomputerisasi atau ORMIS (of an or
management information system) memerlukan signifikan komitmen sumber daya
manusia. Kemampuan perawat dituntut untuk bisa menggunakan keahliannya secara
efektif untuk menggunakan teknologi dimana mengubah bentuk data informasi ke dalam
pengetahuan untuk praktek klinis, riset, dan pendidikan. Keinginan dalam membuat
sistem informasi di rumah sakit sangat diharapkan oleh tenaga profesional untuk
membantu pemecahan masalah yang ada.
Saba dan McCormick (2001), mengatakan bahwa integrasi ilmu keperawatan, ilmu
komputer dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, memproses,
mengatur data dan informasi untuk menyokong praktek keperawatan, administrasi,
pendidikan, penelitian, dan pengembangan ilmu keperawatan. Kebutuhan akan sistem
informasi manajemen mendukung perawat dalam membantu pengambilan keputusan.
Kemajuan teknologi di rumah sakit memungkinkan perawat menggunakan sistem
informasi manajemen untuk mendukung dalam pemberian asuhan keperawatan, sehingga
tercapainya mutu asuhan keperawatan yang lebih baik.
Aplikasi merupakan aplikasi berbasis web dan untuk dapat mengakses aplikasi
dibutuhkan browser (Mozilla firefox atau Google Chrome). Dalam uji coba aplikasi ini
aplikasi pada webserver dengan mengetikkan pada browser :
http://localhost/askeppneumonia. Pada halaman browser akan muncul seperti pada
gambar
Pendokumentasian sangat penting untuk dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan yang
langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan pasien. Beberapa alternative
penyelesaian masalah yang berhubungan dengan dokumentasi yang kurang efektif adalah
dengan mengembangkan system informasi dan pendokumentasi secara elektronik,
sehingga memudahkan dan informasi terhadap mutlidisiplin terutama dengan melakukan
control terhadap pemberian obat terhadap pasien, dimana perawata melakukan fungsi
advocacy terhadap resiko medical error dengan menuliskan rekomendasi dalam catatan
pasien di computer.
Hasil yang diharapkan dengan system informasi dapat meningkatkan mutu pelayanan di
rumah sakit, sehingga medical error dapat dihindari.
Daftar Pustaka
Hamzah. 2016. Rancang Bangun Sistem Informasi Asuhan Keperawatan Bagi Penderita
Pneumonia. Yogyakarta : Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1
Zubaidah. 2011. Peran Sistem Informasi Manajemen Keperawatan Terhadap Patient Safety
dalam Keperawatan Anak. Jakarta
Lestari, Endah Sri, dkk. 2016. Evaluasi Sistem Informasi Kesehatan di Provinsi Jawa
Tengah Dalam Rangka Penguatan Sistem Informasi Kesehatan Nasional. Semarang:
Jurnal
Manajemen Kesehatan Indonesia, Volume 4 No. 3
F. Kendala-kendala yang secara umum sering dijumpai di rumah sakit antara lain :
1. Kurang siapnya rumah sakit dalam penerapan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
(SIMRS)
2. Data yang tersedia belum dalam bentuk elektronik
3. Pergantian kebijakan yang sering dilakukan secara tiba-tiba dapat menimbulka
kekacauan.
4. Koordinasi unit lebih terfokus pada unit masing-masing
5. Penyesuaian petugas dengan perbuhanan pola kerja dari manual ke komputerisasi
6. Pemahaman SDM yang belum merata