Anda di halaman 1dari 25

SISTEM INFORMASI KEPERAWATAN BERBASIS KOMPUTER SEBAGAI

SALAH SATU SOLUSI MENINGKATKAN PROFESIONALISME


KEPERAWATAN
Oleh: Rr.Tutik Sri Hariyati, SKp., MARS

Seiring dengan globalisasi, perkembangan pengetahuan dan teknologi,


pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga mulai berkembang.
Perkembangan pengetahuan masyarakat membuat masyarakat lebih menuntut
pelayanan kesehatan yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan.

Perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi
pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan. Dalam upaya peningkatan mutu, seorang perawat harus
mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu mulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi berikut dengan dokumentasinya.

Pendokumentasian Keperawatan merupakan hal penting yang dapat menunjang


pelaksanaan mutu asuhan keperawatan. (Kozier,E. 1990). Selain itu dokumentasi
keperawatan merupakan bukti akontabilitas tentang apa yang telah dilakukan oleh
seorang perawat kepada pasiennya. Dengan adanya pendokumentasian yang benar
maka bukti secara profesional dan legal dapat dipertanggung jawabkan

Masalah yang sering muncul dan dihadapi di Indonesia dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan adalah banyak perawat yang belum melakukan pelayanan
keperawatan sesuai standar asuhan keperawatan. Pelaksanaan asuhan
keperawatan juga tidak disertai pendokumentasian yang lengkap.
( Hariyati, RT., th 1999)

Saat ini masih banyak perawat yang belum menyadari bahwa tindakan yang
dilakukan harus dipertanggungjawabkan. Selain itu banyak pihak menyebutkan
kurangnya dokumentasi juga disebabkan karena banyak yang tidak tahu data apa
saja yang yang harus dimasukkan, dan bagaimana cara mendokumentasi yang
benar.( Hariyati, RT., 2002)

Kondisi tersebut di atas membuat perawat mempunyai potensi yang besar


terhadap proses terjadinya kelalaian pada pelayanan kesehatan pada umumnya
dan pelayanan keperawatan pada khususnya. Selain itu dengan tidak ada kontrol
pendokumentasian yang benar maka pelayanan yang diberikan kepada pasien
akan cenderung kurang baik, dan dapat merugikan pasien

Pendokumentasian asuhan keperawatan yang berlaku di beberapa rumah sakit di


Indonesia umumnya masih menggunakan pendokumentasian tertulis.
Pendokumentasian tertulis ini sering membebani perawat karena perawat harus
menuliskan dokumentasi pada form yang telah tersedia dan membutuhkan waktu
banyak untuk mengisinya. Permasalahan lain yang sering muncul adalah biaya
pencetakan form mahal sehingga sering form pendokumentasian tidak tersedia

Pendokumentasian secara tertulis dan manual juga mempunyai kelemahan yaitu


sering hilang. Pendokumentasian yang berupa lembaran-lembaran kertas maka
dokumentasi asuhan keperawatan sering terselip. Selain itu pendokumentasian
secara tertulis juga memerlukan tempat penyimpanan dan akan menyulitkan untuk
pencarian kembali jika sewaktu-waktu pendokumentasian tersebut diperlukan.
Dokumentasi yang hilang atau terselip di ruang penyimpanan akan merugikan
perawat. Hal ini karena tidak dapat menjadi bukti legal jika terjadi suatu gugatan
hukum, dengan demikian perawat berada pada posisi yang lemah dan rentan
terhadap gugatan hukum.

Di luar negri kasus hilangnya dokumentasi serta tidak tersedianya form pengisian
tidak lagi menjadi masalah. Hal ini karena pada rumah sakit yang sudah maju
seluruh dokumentasi yang berkaitan dengan pasien termasuk dokumentasi asuhan
keperawatan telah dimasukkan dalam komputer. Dengan informasi yang berbasis
dengan komputer diharapkan waktu pengisian form tidak terlalu lama, lebih
murah, lebih mudah mencari data yang telah tersimpan dan resiko hilangnya data
dapat dikurangi serta dapat menghemat tempat karena dapat tersimpan dalam
ruang yang kecil yang berukuran 10 cm x 15 cm x 5 cm . Sistem ini sering
dikenal dengan Sistem informasi manjemen.

Sistem informasi merupakan suatu kumpulan dari komponen-komponen dalam


organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaan dan pengaliran informasi.
Sistem Informasi mempunyai komponen- komponen yaitu proses, prosedur,
struktur organisasi, sumber daya manusia, produk, pelanggan, supplier, dan
rekanan. (Eko,I. 2001).

Sistem informasi keperawatan adalah kombinasi ilmu komputer, ilmu informasi


dan ilmu keperawatan yang disusun untuk memudahkan manajemen dan proses
pengambilan informasi dan pengetahuan yang digunakan untuk mendukung
pelaksanaan asuhan keperawatan (Gravea & Cococran,1989)

Sedangkan menurut ANA (Vestal, Khaterine, 1995) system informasi keperawatan


berkaitan dengan legalitas untuk memperoleh dan menggunakan data, informasi
dan pengetahuan tentang standar dokumentasi , komunikasi, mendukung proses
pengambilan keputusan, mengembangkan dan mendesiminasikan pengetahuan
baru, meningkatkan kualitas, efektifitas dan efisiensi asuhan keperawaratan dan
memberdayakan pasien untuk memilih asuhan kesehatan yang diiinginkan.
Kehandalan suatu sistem informasi pada suatu organisasi terletak pada keterkaitan
antar komponen yang ada sehingga dapat dihasilkan dan dialirkan menjadi suatu
informasi yang berguna, akurat, terpercaya, detail, cepat, relevan untuk suatu
organisasi.

Sistem Informasi manajemen asuhan keperawatan sudah berkembang di luar negri


sekitar tahun 1992, di mana pada bulan September 1992, sistem informasi
diterapkan pada sistem pelayanan kesehatan Australia khususnya pada pencatatan
pasien. (Liaw, T.,1993).
Pemerintah Indonesia sudah mempunyai visi tentang sistem informasi kesehatan
nasional yaitu Informasi kesehatan andal 2010(Reliable Health Information
2010). (Depkes, 2001). Pada Informasi kesehatan andal tersebut telah
direncanakan untuk membangun system informasi di pelayanan kesehatan dalam
hal ini Rumah sakit dan dilanjutkan di pelayanan di masyarakat, namun
pelaksanaannya belum optimal.

Sistem informasi manajemen keperawatan sampai saat ini juga masih sangat
minim di rumah sakit Indonesia. Padahal sistem Informasi manajemen asuhan
keperawatan mempunyai banyak keuntungan jika dilihat dari segi efisien, dan
produktifitas.

Dengan sistem dokumentasi yang berbasis komputer pengumpulan data dapat


dilaksanakan dengan cepat dan lengkap. Data yang telah disimpan juga dapat
lebih efektive dan dapat menjadi sumber dari penelitian, dapat melihat kelanjutan
dari edukasi ke pasien, melihat epidemiologi penyakit serta dapat
memperhitungkan biaya dari pelayanan kesehatan.(Liaw,T. 1993). Selain itu
dokumentasi keperawatan juga dapat tersimpan dengan aman. Akses untuk
mendapat data yang telah tersimpan dapat dilaksanakan lebih cepat dibandingkan
bila harus mencari lembaran kertas yang bertumpuk di ruang penyimpanan.

Menurut Herring dan Rochman (1990) diambil dalam Emilia, 2003: beberapa
institusi kesehatan yang menerapkan system komputer, setiap perawat dalam
tugasnya dapat menghemat sekitar 20-30 menit waktu yang dipakai untuk
dokmuntasi keperawatan dan meningkat keakuratan dalam dokumentasi
keperawatan.

Dokumentasi keperawatan dengan menggunakan komputer seyogyanya mengikuti


prinsip-prinsip pendokumentasian, serta sesuai dengan standar pendokumentasian
internasional seperti: ANA, NANDA,NIC (Nursing Interventions Classification,
2000).

Sistem informasi manajemen berbasis komputer dapat menjadi pendukung


pedoman bagi pengambil kebijakan/pengambil keputusan di
keperawatan/Decision Support System dan Executive Information System.(Eko,I.
2001) Informasi asuhan keperawatan dalam sistem informasi manajemen yang
berbasis komputer dapat digunakan dalam menghitung pemakaian tempat
tidur /BOR pasien, angka nosokomial, penghitungan budget keperawatan dan
sebagainya. Dengan adanya data yang akurat pada keperawatan maka data ini
juga dapat digunakan untuk informasi bagi tim kesehatan yang lain. Sistem
Informasi asuhan keperawatan juga dapat menjadi sumber dalam pelaksanaan
riset keperawatan secara khususnya dan riset kesehatan pada umumnya.
(Udin,and Martin, 1997)

Sistem Informasi manajemen (SIM) berbasis komputer banyak kegunaannya,


namun pemanfaatan Sistem Informasi Manajemen di Indonesia masih banyak
mengalami kendala. Hal ini mengingat komponen-komponen yang ada dalam
sistem informasi yang dibutuhkan dalam keperawatan masih banyak
kelemahannya.

Kendala SIM yang lain adalah kekahawatiran hilangnya data dalam satu hard-
disk. Pada kondisi tersebut hilangnya data telah diantisipasi sebagai perlindungan
hukum atas dokumen perusahaan yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 1997.
Undang-undang ini mengatur tentang keamanan terhadap dokumentasi yang
berupa lembaran kertas, namun sesuai perkembangan tehnologi, lembaran yang
sangat penting dapat dialihkan dalam Compact Disk Read Only Memory (CD
ROM). CD ROM dapat dibuat kopinya dan disimpan di lain tempat yang aman .
Pengalihan ke CD ROM ini bertujuan untuk menghindari hilangnya dokumen
karena peristiwa tidak terduga seperti pencurian komputer, dan kebakaran.
Memutuskan untuk menerapkan sistem informasi manajemen berbasis komputer
ke dalam sistem praktek keperawatan di Indonesia tidak terlalu mudah. Hal ini
karena pihak manajemen harus memperhatikan beberapa aspek yaitu struktur
organisasi keperawatan di Indonesia, kemampuan sumber daya keperawatan,
sumber dana, proses dan prosedur informasi serta penggunaan dan pemanfaatan
bagi perawat dan tim kesehatan lain.

Bagaimana SIM keperawatan di Indonesia ? Sampai saat ini implementasi sistem


informasi manajemen baik di rumah sakit maupun di masyarakat masih sangat
minim, bahkan masih banyak perawat yang tidak mengenal apa sistem informasi
manajemen keperawatan yang berbasis komputer tersebut. Namun seiring dengan
perkembangan pengetahuan dan ilmu pengetahuan maka beberapa rumah sakit di
Jakarta dan kota lain sudah menerapkan system informasi keperawatan yang
berbasis komputer.

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia juga mempunyai kontribusi


dalam pengembangan system informasi keperawatan. Fakultas ilmu keperawatan
telah mempunyai soft-ware system informasi asuhan keperawatan dan system
informasi dalam manajemen untuk manajer perawat. Media ini sangat berguna
dalam menyokong proses pembelajaran yang menyiapkan peserta didik dalam
menyongsong era globalisasi. Dengan mengikuti pembelajaran tersebut peserta
didik diharapkan mampu bersaing , namun tentunya tak cukup hanya dalam
proses proses pembelajaran di kuliah. Peserta didik harus terus belajar agar dapat
mengikuti perkembangan ilmu dan tehnogi keperawatan. Bagaimana dengan
anda, siapkah anda memasuki era tehnologi dan era globalisasi ?
PUSTAKA ACUAN

Carpenito. 1985. Nursing diagnosis application to clinical practice. J.B.


Lippincott Co.,. Philadephia .

Departemen Kesehatan. 2001. Kebijakan dan strategi Pengembangan Sistem Informasi


Kesehatan Nasional. Depkes. RI. Jakarta

Eko, I.R.2001. Manajemen Sistem Informasi dan Tehnologi Informasi.., Jakarta:


Kelompok Gramedia

Emiliana, 2003. Sistem informasi keperawatan berbasis komputer yang terintegrasi di


pelayanan kesehatan Sint Carolus, tidak dipublikasikan

Hafizurrachman, 2000. Sistem Informasi Manajemen di Rumah sakit dan


Pelayanan Kesehatan. Tidak dipublikasikan

Hariyati, S. T. 1999. Hubungan antara pengetahuan aspek hukum dari perawat


dan karakteristik perawat terhadap kualitas dokuemntasi keperawatan di
RS.Bhakti Yudha, Tidak dipublikasikan

Kozier, E. 1990. Fundamentals of Nursing. Addison Wesley Co., Redwood City.

Liaw, T.1993. The Computer Based Patient Record: An Historical Perpective. Diambil
dari http:// www.hisavic.aus.net/hisa/mag/nov93/the.htm. di akses 8 April 2001

Lindqvist, R. &Sjoden, P. (1998). Coping strategies and quality of life among


patient on CAPD. Journal of Advanced Nursing

Mc. Closkey. J . 1996. Nursing interventions classivication. Mosby-Year book,


Daverport
Priharjo, R. 1995. Praktik keperawatan profesional konsep dasar dan hukum.
EGC, Jakarta.

Swanburg, Rc & Swanburg R.J .2000. Introduction management & leadership for nurse
manager. Boston: James & Bartleett Publisher.

Udin and Martin. 1997. Core data set: importance to health service research, outcomes
research, and policy research. Journal computer in nursing. Vol 15. no 2 p. 38-42,
Lippincott-Raven Publisher

Vestal, K (1995). Nursing Management Consept and Issues.2nd Philadelphia:J.B Lippinct


Company
Sistem Informasi Keperawatan
Senin, 20 November 2017
PERAN SISTEM INFORMASI DALAM ASUHAN KEPERAWATAN

Banyak masyarakat mengeluh dengan


pelayanan kesehatan yang diterimanya dari perawat. Untuk itu kinerja perawat perlu
ditingkatkan sehingga kualitas pelayanan asuhan keperawatan bisa diberikan dengan
baik. Salah satu ukuran berkualitas atau tidaknya suatu pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada masyarakat adalah tingkat kepuasan bagi masyarakat penerima jasa
pelayanan itu sendiri (Maria, 2009).

Pelayanan keperawatan di dalam lingkungan rumah sakit merupakan salah satu pelayanan
di bidang kesehatan yang mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan
pelayanan yang diberikan di rumah sakit. Dengan jumlah tenaga perawat yang paling
besar di lingkungan rumah sakit, keberadaan pelayanan keperawatan harus mampu
dimanej dengan baik untuk menghasilkan kualitas mutu pelayanan keperawatan yang
diberikan. Peningkatan kualitas sistem informasi keperawatan merupakan salah satu
solusi untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Tidak dipungkiri bahwa selama
ini perkembangan sistem informasi keperawatan di negeri ini belum berjalan dengan
baik.

Penggunaan sistem berbasis paper dibandingkan dengan sistem perekaman berbasis


komputer meskipun transisi dari manual ke dokumentasi elektronik telah berlangsung
selama 15 tahun terakhir. Hal ini mencerminkan sangat lambat proses adaptasi komputer
dalam dokumentasi keperawatan, sehingga perlunya penyegaran dalam penerapan sistem
informasi keperawatan untuk kelengkapan dokumentasi keperawatan.

Jasa pelayanan kesehatan sebagai bentuk industri pelayanan kesehatan akan


menimbulkan persaingan dalam memberikan jasa pelayanan perawatan di setiap
pelayanan kesehatan. Rumah sakitpun sebagai organisasi bergerak dibidang jasa
pelayanan kesehatan dituntut untuk menyiapkan diri menghadapi persaingan dari
teknologi yang dimilikinya. Sistem informasi berbasis internet dan teknologi sangat
penting bagi keberhasilan bisnis dan organisasi karena dapat meningkatkan efisiensi dan
efektivitas proses bisnis, dan dapat memfasilitasi pengambilan keputusan manajemen,
sehingga dapat memperkuat posisi kompetitif dalam pasar yang cepat sekali berubah
termasuk pelayanan rumah sakit (O’Brien, 2005).

Kesehatan pada masyarakat tidak terlepas dari peran petugas dalam hal ini tenaga
perawat untuk memberikan layanan secara optimal pada rumah sakit atau puskesmas.
Menurut UU RI NO 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, mendefinisikan Perawat adalah
mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakkan keperawatan
berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan.

Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan


tindakkan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh melalui
pendidikan keperawatan. Tugas perawat bukan hanya semata-mata pada proses layanan
kepada masyarakat namun juga berkewajiban melakukan proses asuhan keperawatan
dengan standar NANDA, bukan hanya pada kegiatan layanan tetapi juga dokumentasi
ketika memberikan penanganan pasien di Puskesmas ataupun Rumah Sakit. Tingginya
layanan kepada pasien berdampak tidak sepenuhnya dokumentasi dapat dilakukan oleh
petugas perawat secara maksimal apalagi dokumentasi/pencatatan tersebut dilakukan
secara manual atau tulis tangan. Kurangnya penguasaan standar NANDA oleh petugas
perawat juga berdampak pada tidak tepatnya dalam melakukan analisa hasil pengkajian
pasien berdampak pada kesalahan dalam melakukan rencana tindakan.

Standar pengetahuan perawat yang harus dimiliki diantaranya ilmu


biomedis, farmakologi, hukum, manajemen dan yang lainnya,. Sehingga di lapangan
perawat akhirnya harus memiliki kemampuan melakukan analisa kebutuhan pasien
dengan analisa keilmuan yang tepat dan benar. Perawat melakukan interaksi di rumah
sakit selama 24 jam, sehingga tahu pada setiap perubahan respon pasien. Kebutuhan
pengobatan yang dilakukan oleh dokter akan memberikan respon terhadap pasien,
sehingga perawat melakukan fungsi advocacy pasien sehubungan dengan pengobatan
yang diberikan oleh dokter.

Sistem informasi adalah sistem komputer yang mengumpulkan, menyimpan,


memproses, memperoleh kembali, menunjukkan, dan mengkomunikasikan informasi
yang dibutuhkan dalam praktik, pendidikan, administrasi dan penelitian (Malliarou et al.,
2007 dalam Malliarou & Zega, 2009). Banyak manfaat yang didapatkan dalam
penggunaan system informasi. Manfaat tersebut tidak hanya mengurangi kesalahan dan
meningkatkan kecepatan serta keakuratan dalam perawatan, tetapi tetapi juga
menurunkan biaya kesehatan dengan koordinasi dan peningkatan kualitas pelayanan.

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah seperangkat tatanan yang meliputi data,
informasi, indikator, prosedur, perangkat, teknologi, dan sumber daya manusia yang
saling berkaitan dan dikelola secara terpadu yang menyediakan dukungan informasi bagi
proses pengambilan keputusan, perencanaan program kesehatan, monitoring pelaksanaan
dan evaluasi di setiap jenjang administrasi kesehatan.
SIK bertujuan untuk mengatasi terfragmentasinya data kesehatan, mengurangi redudansi
dan inkonsistensi, mempercepat proses pengolahan data, serta memperbaiki mekanisme
pelaporan, kelengkapan dan integrasi data pada tingkat administrasi yang lebih tinggi.

Sistem informasi keperawatan adalah kombinasi ilmu komputer, ilmu informasi dan ilmu
keperawatan yang disusun untuk memudahkan manajemen dan proses pengambilan
informasi dan pengetahuan yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan asuhan
keperawatan (Callie, 2010).

Sedangkan menurut ANA (Mcline, 2005) dalam Callie (2010) system informasi
keperawatan berkaitan dengan legalitas untuk memperoleh dan menggunakan data,
informasi dan pengetahuan tentang standar dokumentasi, komunikasi, mendukung proses
pengambilan keputusan, mengembangkan dan mendesiminasikan pengetahuan baru,
meningkatkan kualitas, efektifitas dan efisiensi asuhan keperawaratan dan
memberdayakan pasien untuk memilih asuhan kesehatan yang diiinginkan. Kehandalan
suatu sistem informasi pada suatu organisasi terletak pada keterkaitan antar komponen
yang ada sehingga dapat dihasilkan dan dialirkan menjadi suatu informasi yang berguna,
akurat, terpercaya, detail, cepat, relevan untuk suatu organisasi.

System informasi ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan dalam mencapai
standar mutu pelayanan. Indikator klinik mutu pelayanan antara lain: pengukuran angka
pasien jatuh,angka decubitus, pneumonia nosokomial, infeksi nosokomial, dan angka
kejadian medical error (Lewis, 2003).

System informasi berbasis computer ini akan mengidentifikasi berbagai macam


kebutuhan pasien, mulai dari dokumentasi asuhan keperawatan, dokumentasi pengobatan,
sampai perhitungan keuangan yang harus dibayar oleh pasien terhadap perawatan yang
telah diterima (Callie, 2010).

Di luar negeri kasus hilangnya dokumentasi serta tidak tersedianya form pengisian tidak
lagi menjadi masalah. Hal ini karena pada rumah sakit yang sudah maju, seluruh
dokumentasi yang berkaitan dengan pasien termasuk dokumentasi asuhan keperawatan
telah dimasukkan dalam komputer. Sistem ini sering dikenal dengan Sistem Informasi
Manjemen.

Dokumentasi yang cukup banyak mulai dari pencatatan data pasien, asuhan keperawatan,
administrasi keuangan, catatan medis, catatan data penunjang akan terasa ringan jika
dikomputerisasikan. Model komputerisasi yang digunakan saat ini sudah mulai
berkembang dengan kegiatan yang meminimalkan kerja perawat dalam mencatat manual
dan memaksimalkan upaya yang dilakukan untuk melakukan pelayanan keperawatan
anak dengan memperhatikan prinsip-prinsip perawatan anak. Modal awal untuk memulai
kegiatan mungkin cukup besar antara lain dengan persiapan software computer dan
program yang dikerjakan bersama teman-teman dari teknologi informatika; pelatihan
SDM perawat yang akan melakukan kegiatan, pihak manajerial sebagai pemegang
keputusan akan sangat menentukan keberhasilan program. Namun untuk kebutuhan
jangka panjang akan sangat murah yaitu dengan kegiatan yang lebih banyak bisa
dilakukan untuk pasien, waktu dan tenaga perawat dapat lebih di hemat.

Upaya penerapan model-model pendokumentasian terkomputerisasi tentu saja bisa


dilakukan di Indonesia tergantung dari pengetahuan perawat, kemampuan perawat setelah
mengetahui, dan kemauan perawat untuk sama-sama bekerja keras mensukseskan
program. Perawat-perawat anak yang terjerat di dalam rutinitas umumnya sulit untuk
diajak berkembang, dan keadaan ini harus diimbangi dengan upaya managerial untuk
mensupport terlaksananya program melalui program pelatihan, reward and punishment,
keterlibatan aktif manager, dan program evaluasi periodik. Teknologi sistem informasi
keperawatan yang digunakan hendaknya selalu dievaluasi untuk merevisi yang kurang
dan mengembangkan yang sudah ada sesuai kebutuhan program dan pengguna
(Larry,2003).

Manfaat Sistem Informasi Keperawatan

Manfaat penerapan sistem informasi keperawatan di lingkungan rumah sakit salah


satunya adalah membantu perawat dalam melakukan pendokumentasian asuhan
keperawatan. Asuhan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien diberikan
oleh perawat diberbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan proses
keperawatan.

Perawat menggunakan sistem informasi keperawatan dengan tujuan untuk mengkaji


pasien secara jelas, menyiapkan rencana keperawatan, mendokumentasikan asuhan
keperawatan, dan untuk mengontrol kualitas asuhan keperawatan. Perawat dapat
memiliki pandangan terhadap data secara terintegrasi (misalnya integrasi antara perawat
dan dokter dalam rencana perawatan pasien).
Dengan memanfaatkan sistem informasi keperawatan tersebut perawat dapat menghemat
waktu untuk melakukan pencatatan dibandingkan bila dilakukan pencatatan secara
manual. Di samping itu, data yang tercatat dengan menggunakan sistem informasi
keperawatan akan lebih terjamin keberadaannya. Resiko data yang dicatat akan hilang
sangat kecil. Berbeda dengan pencatatan yang berdasarkan paper base, dimana
kemungkinan untuk hilangnya data sangat mungkin untuk terjadi. Selain itu keberadaan
sistem informasi keperawatan juga akan meningkatkan keefektifan dan efisien kerja dari
tenaga keperawatan (Cheryl, 2007).

Manfaat yang diperoleh bila rumah sakit menggunakan sistem informasi keperawatan,
yaitu:
1) Manajemen lebih efisien,
2) Penggunaan sumber biaya lebih efektif,
3) Meningkatkan program perencanaan,
4) Meningkatkan pendayagunaan perawat (Cornelia, 2007).

Manfaat sistem informasi dalam keperawatan (Malliarou & zyga, 2009):


1) Lebih banyak waktu dengan pasien dan lebih sedikit waktu di nurse station
2) Mengurangi penggunaan kertas
3) Dokumentasi keperawatan secara automatis
4) Standar yang sama dalam perawatan (proses keperawatan)
5) Mengurangi biaya
6) Kualitas pelayanan keperawatan dapat di ukur

Menurut American Association of Nurse Executive (1993) dalam Saba & McCormick
(2001) mengemukakan manfaat penting dalam penggunaan informasi teknologi, yaitu:
1) Meningkatkan pemanfaatan sumber daya staf perawat,
2) Meningkatkan pelayanan dalam memonitoring pasien,
3) Meningkatkan dokumentasi,
4) Meningkatkan komunikasi,
5) Meningkatkan perencanaan,
6) Meningkatkan standar praktik keperawatan,
7) Kemampuan menetapkan masalah,
8) Meningkatkan evaluasi keperawatan, dan
9) Mendukung organisasi yang dinamik.

Sebenarnya untuk menerapkan sistem informasi keperawatan di lingkungan rumah sakit


tidaklah terlalu sulit untuk diterapkan, tinggal komitmen untuk menerapkannya saja yang
diperlukan. Dalam masa serba teknologi seperti saat ini, kiranya hampir semua perawat
dapat mengoperasikan komputer sebagai sebuah perangkat dalam penerapan sistem
informasi keperawatan. Ini merupakan sebuah modal yang sangat besar yang sangat
mendukung penerapan sistem informasi keperawatan. Tinggal masalahnya sekarang
adalah bagaimana komitmen kita bersama, mulai dari manajemen level atas sampai
dengan manajemen level paling bawah untuk memperjuangkan penerapan sistem
informasi keperawatan di setiap unit pelayanan keperawatan. Alasan kurangnya
ketersediaan dana untuk mengembangkan sistem informasi keperawatan merupakan
sebuah alasan klasik yang tidak boleh ada lagi. Apalagi melihat akan pentingnya sistem
informasi keperawatan bagi peningkatan kualitas pelayanan keperawatan khususnya dan
pelayanan kesehatan pada umumnya (Cornelia, 2007).

Pendapat diatas didukung juga oleh hasil penelitian Laurie (2008) yang mengatakan
penerapan sistem informasi manajemen terkomputerisasi atau ORMIS (of an or
management information system) memerlukan signifikan komitmen sumber daya
manusia. Kemampuan perawat dituntut untuk bisa menggunakan keahliannya secara
efektif untuk menggunakan teknologi dimana mengubah bentuk data informasi ke dalam
pengetahuan untuk praktek klinis, riset, dan pendidikan. Keinginan dalam membuat
sistem informasi di rumah sakit sangat diharapkan oleh tenaga profesional untuk
membantu pemecahan masalah yang ada.

Pelaksanaan sistem informasi keperawatan di rumah sakit, yakni mengkombinasikan ilmu


komputer, ilmu informasi, dan ilmu keperawatan yang didesain untuk memudahkan
manajemen dan proses pengambilan data, informasi, dan pengetahuan untuk mendukung
pelaksanaan asuhan keperawatan (Davis, 2002). Sistem informasi keperawatan sedang
dikembangkan secara terus menerus dimasa depan ilmu keperawatan akan bersandar pada
kemampuan sistem informasi untuk memudahkan hasil diagnosa, manajemen, riset,
pendidikan, pertukaran informasi, dan kerja sama/kolaborasi.

Saba dan McCormick (2001), mengatakan bahwa integrasi ilmu keperawatan, ilmu
komputer dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, memproses,
mengatur data dan informasi untuk menyokong praktek keperawatan, administrasi,
pendidikan, penelitian, dan pengembangan ilmu keperawatan. Kebutuhan akan sistem
informasi manajemen mendukung perawat dalam membantu pengambilan keputusan.
Kemajuan teknologi di rumah sakit memungkinkan perawat menggunakan sistem
informasi manajemen untuk mendukung dalam pemberian asuhan keperawatan, sehingga
tercapainya mutu asuhan keperawatan yang lebih baik.

Menurut Anita (2008) yang melakukan penelitian difokuskan pada eksplorasi


Computerized Provider Order Entry (CPOE) dan dampaknya terhadap pekerjaan yang
dilakukan oleh perawat. Hasilnya CPOE adalah teknologi yang dirancang mengganti
paperbased proses order entry, komunikasi, dan koordinasi dengan metode otomatis,
salah satunya dalam implementasi kolaborasi untuk pemberian resep obat di perawatan
akut. CPOE terbukti dapat meningkatkan efisiensi komunikasi dan mengurangi kesalahan
transkripsi obat-obatan serta mengurangi waktu perawatan pada pasien, sehingga angka
kesakitan dan kematian pasien menurun.

Menurut Cheryl (2007) penggunaan proses perbaikan yang berkelanjutan untuk


memastikan program pendidikan dokumentasi yang akurat untuk pengembangan
pengetahuan dan profesional staf keperawatan. Proses empat tahap sebagai berikut:
(1) mulai sebuah tim dan identifikasi masalah;
(2) menganalisis proses saat ini dan menentukan lingkup dan akar penyebab,
(3) meningkatkan proses, mencari alternatif, merancang dan menerapkan solusi; dan
(4) mengukur dampak dan mempertahankan hasilnya.

Sistem Informasi dalam Asuhan Keperawatan

Hasil penelitian telah membuktikan bahwa penggunaan sistem informasi keperawatan


yang efektif dan teknologi tepat guna akan dapat mengurangi kesalahan dalam
memberikan perencanaan keperawatan pada pasien. Penggunaan sistem informasi
keperawatan juga akan meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan.

Pada pengkajian keperawatan, penerapan Standar Nursing Language (SNL) berbasis TI


(Teknologi Informasi) yang ada dalam sistem. Pada pengkajian data, perawat tinggal
memilih data yang tersedia. Setelah data dipilih secara lengkap, komputer akan secara
automatis menganalisa data yang telah dipilih perawat, dan memunculkan masalah sesuai
data yang dipilih. Komputer akan membantu melakukan analisis data yang dimasukan
oleh perawat saat melakukan pengkajian kepada pasien. Dengan menggunakan sistem
“pakar” maka perawat sedikit terkurangi bebannya dalam melakukan analisis data untuk
dijadikan diagnosa keperawatan. Masalah yang munculpun menjadi semakin riil dan
akurat, karena masalah yang dimunculkan oleh komputer merupakan analisa baku.
Diagnosa Keperawatan dihasilkan dari analisa yang dilakukan oleh komputer,
berdasarkan data-data yang dimasukan saat pengkajian perawatan. Komputer akan secara
automatis menganalisa data yang ada dan memunculkan masalah keperawatan. Perawat
tinggal memilih etiologi yang ada disesuaikan dengan kondisi pasien. Sehingga di sinilah,
peran perawat tidak bisa digantikan oleh komputer, karena judgment terakhir tetap di
tangan perawat. Apakah masalah yang dimunculkan oleh komputer diterima atau tidak
oleh perawat (Maria, 2009).

Tujuan Keperawatan dalam sistem informasi keperawatan menggunakan Nursing


Outcome Clasification (NOC). Perawat tinggal memilih Label dari NOC yang telah
tersedia pada masing-masing diagnosa keperawatan yang ada, serta menentukan batas
waktu (dalam hari) masalah diperkirakan dapat terselesaikan.

Sedangkan intervensi keperawatan dalam sistem informasi keperawatan menggunakan


Nursing Intervention Clasification (NIC) dan sama dengan membuat tujuan, perawat
tinggal memilih label NIC yang tersedia pada masing-masing diagnosa keperawatan
(Maria, 2009).

Implementasi keperawatan dalam sistem informasi keperawatan menggunakan label NIC


dan aktifitas dalam NIC. Perawat tinggal mengetikan aktifitas-aktifitas perawatan yang
telah dilakukan, menambahkan jam pelaksanaan dan menuliskan pelaksana dari aktifitas
tersebut. Yang istimewa dalam sistem ini adalah implementasi yang diinputkan oleh
perawat dalam dokumentasi asuhan keperawatan langsung diintegrasikan dengan billing
system rumah sakit, sehingga tidak ada double entry dalam keuangan pasien. Masing
masing tindakan perawat telah memiliki harga sendiri sendiri yang telah disahkan oleh
rumah sakit, dan perawat tinggal mendokumentasikan dalam sistem informasi
keperawatan (Laurie, 2008). Sedangkan untuk evaluasi keperawatan menggunakan hasil
penilaian subyek, observasi, analisa, dan planning keperawatan.

Contoh Aplikasi Asuhan Keperawatan

Aplikasi merupakan aplikasi berbasis web dan untuk dapat mengakses aplikasi
dibutuhkan browser (Mozilla firefox atau Google Chrome). Dalam uji coba aplikasi ini
aplikasi pada webserver dengan mengetikkan pada browser :
http://localhost/askeppneumonia. Pada halaman browser akan muncul seperti pada
gambar

Pengelolaan Basis Pengetahuan


Langkah awal dalam pengelolaan data basis pengetahuan (Domain, Class, Tipe Class,
Diagnosis, Batasan Karakteristik dan Faktor Berhubungan). Dalam proses pengelolaan
data basis pengetahuan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Pengolahan Data Domain, merupakan tahapan pendefenisian Domain yang terdapat


pada NANDA.

b. Pengkajian Pasien, merupakan pencatatan batasan karakteristik dari pasien ketika


perawat melakukan suatu interview.
c. Menampilkan hasil Diagnosis, merupakan langkah seorang perawat untuk
menampilkan hasil diagnosa .
d. Menampilkan Rencana Tindakan, merupakan langkah seorang perawat untuk
menampilkan rencana tindakan.
e. Menampilkan Tujuan Tindakan, merupakan langkah seorang perawat untuk
menampilkan rencana tindakan.

Penerapan sistem informasi keperawatan terkomputerisasi terkait intervensi yang


dilakukan di beberapa RS di Indonesia diharapkan spesifik mulai dari Nursing Out Come
(NOC) yang baku klasifikasi dan jelas kriterianya; Nursing Intervention Clasification
(NIC) disusun secara baku pada setiap klasifikasinya dan disesuaikan juga dengan
klasifikasi tujuan (NOC). Perawat tinggal memilih label NIC yang tersedia pada masing-
masing diagnosa keperawatan yang sesuai dengan tujuan penanganan masalah pasien.
Implementasi keperawatan dalam sistem informasi keperawatan menggunakan label NIC
dan aktifitas dalam NIC. Perawat tinggal mengetikan aktifitas-aktifitas perawatan yang
telah dilakukan, menambahkan jam pelaksanaan dan menuliskan pelaksana dari aktifitas
tersebut.

Implementasi yang diinputkan oleh perawat dalam dokumen asuhan keperawatan


langsung diintegrasikan dengan Billing System Rumah Sakit, sehingga tidak ada double
entry dalam keuangan pasien. Masing masing tindakan perawat telah memiliki harga
sendiri sendiri yang telah disahkan oleh rumah sakit, dan perawat tinggal
mendokumentasikan dalam SI Keperawatan. Artinya penulisan implementasinya juga
dibakukan sehingga perawat yang bertugas mengetik sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Evaluasi kriteria, skala, dan target. Setelah perawat menentukan kriteria, skala
dan target pada hari pertama, maka pada hari berikutnya tinggal memilih skala yang
sesuai dengan kondisi pasien, antara 1 – 5, disesuaikan dengan kondisi pasien.

Pendokumentasian sangat penting untuk dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan yang
langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan pasien. Beberapa alternative
penyelesaian masalah yang berhubungan dengan dokumentasi yang kurang efektif adalah
dengan mengembangkan system informasi dan pendokumentasi secara elektronik,
sehingga memudahkan dan informasi terhadap mutlidisiplin terutama dengan melakukan
control terhadap pemberian obat terhadap pasien, dimana perawata melakukan fungsi
advocacy terhadap resiko medical error dengan menuliskan rekomendasi dalam catatan
pasien di computer.
Hasil yang diharapkan dengan system informasi dapat meningkatkan mutu pelayanan di
rumah sakit, sehingga medical error dapat dihindari.

Daftar Pustaka

Hamzah. 2016. Rancang Bangun Sistem Informasi Asuhan Keperawatan Bagi Penderita
Pneumonia. Yogyakarta : Jurnal Sistem Informasi (JSI), VOL. 8, NO. 1

Ningsih, Ratna. 2010. Penerapan Sistem Informasi Keperawatan dalam Kelengkapan


Dokumentasi Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta

Zubaidah. 2011. Peran Sistem Informasi Manajemen Keperawatan Terhadap Patient Safety
dalam Keperawatan Anak. Jakarta

Lestari, Endah Sri, dkk. 2016. Evaluasi Sistem Informasi Kesehatan di Provinsi Jawa
Tengah Dalam Rangka Penguatan Sistem Informasi Kesehatan Nasional. Semarang:
Jurnal
Manajemen Kesehatan Indonesia, Volume 4 No. 3

Indari. 2015. Pengaruh Aplikasi Sistem Informasi Manajemen (SIM) Asuhan


Keperawatan Anak Berbasis Teknologi Terhadap Pengetahuan Tentang Standar
Operasional Prosedur (SOP) Keperawatan di Ruang Anak Rumah Sakit Saiful Anwar
Malang. Malang: Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti, Volume 3, Nomor 3

Solikhah, Umi. Kebutuhan Penerapan Teknologi Informasi Keperawatan Di Ruang


Rawat Anak. Jakarta

Herwina, Erin Rika. Rekomendasi Keperawatan Bagian Sistem Informasi Antisipasi


Medical Error Sebagai Upaya Patient Safety. Jakarta
MANFAAT DAN HAMBATAN DALAM SISTEM INFORMASI
KEPERAWATAN
A. Sistem informasi keperawatan
Sedangkan menurut ANA (Vestal, Khaterine, 1995) sistem informasi keperawatan
berkaitan dengan legalitas untuk memperoleh dan menggunakan data, informasi dan
pengetahuan tentang standar dokumentasi, komunikasi, mendukung proses pengambilan
keputusan, mengembangkan dan mendesiminasikan pengetahuan baru, meningkatkan
kualitas, efektifitas dan efisiensi asuhan keperawaratan dan memberdayakan pasien untuk
memilih asuhan kesehatan yang diiinginkan. Kehandalan suatu sistem informasi pada
suatu organisasi terletak pada keterkaitan antar komponen yang ada sehingga dapat
dihasilkan dan dialirkan menjadi suatu informasi yang berguna, akurat, terpercaya, detail,
cepat, relevan untuk suatu organisasi.

B. Pemanfaatan Teknologi Informasi pada riset Keperawatan


Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat telah merambah ke berbagai
sektor termasuk kesehatan. Meskipun dunia kesehatan (dan medis) merupakan bidang
yang bersifat information-intensive, akan tetapi adopsi teknologi informasi relatif
tertinggal. Sebagai contoh, ketika transaksi finansial secara elektronik sudah menjadi
salah satu prosedur standar dalam dunia perbankan, sebagian besar rumah sakit di
Indonesia baru dalam tahap perencanaan pengembangan billing system. Meskipun rumah
sakit dikenal sebagai organisasi yang padat modal-padat karya, tetapi investasi teknologi
informasi masih merupakan bagian kecil. Di AS, negara yang relatif maju baik dari sisi
anggaran kesehatan maupun teknologi informasinya, rumah sakit rerata hanya
menginvestasinya 2% untuk teknologi informasi.

C. Keuntungan Menggunakan Sistem Informasi Keperawatan


1. Penghematan biaya dari penggunaan kertas untuk pencatatan
2. Penghematan ruangan karena tidak dibutuhkan tempat yang besar dalam penyimpanan
arsip.
3. Penyimpanan data pasien menjadi lebih lama.
4. Pendokumentasian keperawatan berbasis komputer yang dirancang dengan baik
akan
mendukung otonomi yang dapat dipertanggung jawabkan.
5. Membantu dalam mencari informasi yang cepat sehingga dapat membantu
pengambilan
keputusan secara cepat
6. Meningkatkan produktivitas kerja.
7. Mengurangi kesalahan dalam menginterppretasikan pencatatan (Gurley L,
Advantages and
Disadvantages of Electronic Medical Record)
8. Membantu memonitor nilai kridit kinerja perawat
9. Membantu menentukan jadwal dinas perawat

Sedangkan menurut Holmes (2003, dalam Sitorus 2006), terdapat keuntungan


utama dari dokumentasi berbasis komputer yaitu:
1. Standarisisasi: terdapat pelaporan data klinik yang standar, mudah dan cepat diketahui.
2. Kualitas: meningkatkan kualitas informasi klinik dan sekaligus meningkatkan waktu
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
3. Accessebility, legibility, mudah membaca dan mendapat informasi klinik dari pasien
dalam satu lokasi.

D. Pengembangan Sistem Informasi dan Hambatan-hambatannya:


Pengelolaan data Rumah Sakit yang sangat besar baik data medik pasien maupun
data-data administrasi yang dimiliki oleh rumah Sakit sehingga mengakibatkan :
1. Redudansi Data : pencatatan data yang berulang-ulang
menyebabkan duplikasi data sehingga
kapasitas yang di perlukan membengkak dan
pelayanan menjadi lambat, tumpukan filing
sehingga memerlukan tempat filing yang
cukup luas.
2. Unintegrated : penyimpanan data yang tidak terpusat
Data menyebabkan data tidak sinkron, informasi
pada masing-masing bagian mempunyai
asumsi yang berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan masing-masing unit /Instalasi.
3. Human Error, : proses pencatatan yang dilakukan secara
manual menyebabkan terjadinya kesalahan
pencatatan yang semakin besar dan tidak
singkrong dari unit satu ke yang lainya dan
akan menimbulkan banyaknya perubahan
data (efeknya banyak pelayanan akan
berdasarkan sesuka perawan/dokter sehinga
dokter / perawat bisa menambah bahkan
mengurangi data/tarif sesuai dengan kondisi
saat itu, misal yang berobat adalah sodaranya
makan dengan seenaknya dokter/perawat
memberikan discont tanpa melalu prosedur
yang tepat. Dan menimbulkan kerugian pada
rumah sakit.
4. Terlambatnya : dikarenakan dalam penyusunan informasi
Informasi harus direkap secara manual maka penyajian
informasi menjadi terlambat dan kurang
dapat dipercaya kebenarannya.

Era globalisai yang ditandai dengan adanya Perdagangan bebas mengharuskan


sektor Kesehatan terutam Rumah Sakit untuk meningkatkan daya saing dengan
memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada pelanggan ataupun pasien bahkan
penyajian laporan yang akurat bagi para pengambil keputusan, bahkan rumah sakit
melakukan perubahan bentuk pelayan khusus menjadi badan pelayan umum untuk
masyarakat sehnga akan memeudahkan dalam penataan administrasi. Guna mengatasi
hambatan–hambatan dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, keberadaan “Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit” / SIMRS sangat dibutuhkan, sebagai salah satu
strategik manajemen dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan memenangkan
persaingan bisnis.
Sistem Informasi Manajemen merupakan prosedur pemrosesan data berdasarkan
teknologi informasi yang terintegrasi dan di intergrasikan dengan prosedur manual dan
prosedur yang lain untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu dan efektif untuk
mendukung proses pengambilan keputusan manajemen, sehingga dalam tahapannya akan
membuat bebrapa SOP baru guna menungjang kelancaran penerapan Sistem yang tertata
dengan rapih dan baik.

E. Hambatan ataupun Kendala-kendala yang secara umum sering dijumpai di


puskesmas antara lain :
1. Kendala di bidang Infrastruktur
- Banyak puskesmas yang hanya memiliki satu atau dua komputer, dan biasanya untuk
pemakaian sehari-hari di puskesmas sudah kurang mencukupi. Sudah mulai banyak
pelaporan-pelaporan yang harus ditulis dengan komputer. Komputer lebih berfungsi
sebagai pengganti mesin ketik semata. Selain itu kendala dari sisi sumber daya listrik
juga sering menjadi masalah. Puskesmas di daerah-daerah tertentu sudah biasa menjalani
pemadaman listrik rutin sehingga pengoperasian komputer menjadi terganggu. Dari segi
keamanan, banyak gedung puskesmas yang kurang aman, sering terjadi puskesmas
kehilangan perangkat komputer.
2. Kendala di bidang Manajemen
- Masih jarang sekali ditemukan satu orang staf atau petugas atau bahkan unit kerja yang
khusus menangani bidang data/komputerisasi. Hal ini dapat dijumpai dari tingkat
puskesmas ataupun tingkat dinas kesehatan di kabupaten/kota.
- Pada kondisi seperti ini nantinya akan menjadi masalah untuk menentukan siapa yang
bertanggung jawab atas data-data yang akan ada, baik dari segi pengolahan dan
pemeliharaan data, maupun dari segi koordinasi antar bagian.
3. Kendala di bidang Sumber Daya Manusia
- Bidang SDM sering ditemui di puskesmas. Banyak staf puskesmas yang belum
maksimal dalam mengoperasikan komputer.
- Kemampuan operasional komputer didapat secara belajar mandiri, sehingga tidak
maksimal.
- Pemakaian komputer oleh staf yang kadang-kadang tidak pada fungsi yang sebenarnya.

F. Kendala-kendala yang secara umum sering dijumpai di rumah sakit antara lain :
1. Kurang siapnya rumah sakit dalam penerapan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
(SIMRS)
2. Data yang tersedia belum dalam bentuk elektronik
3. Pergantian kebijakan yang sering dilakukan secara tiba-tiba dapat menimbulka
kekacauan.
4. Koordinasi unit lebih terfokus pada unit masing-masing
5. Penyesuaian petugas dengan perbuhanan pola kerja dari manual ke komputerisasi
6. Pemahaman SDM yang belum merata

Anda mungkin juga menyukai