Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian
Sistem informasi pelayanan kesehatan berbasis elektronik dimulai di akhir
tahun 1970 digambarkan sebagai sistem modular yang dirancang dengan spesifik
berfokus untuk perencanaan pasien pulang secara elektronik atau semacam instruksi
untuk tes diagnostik (Peterson & Jelger, 1988). Pemikiran sistem informasi
keperawatan berbasis komputer berawal sebagai salah satu solusi dari
pendokumentasian proses keperawatan yang tidak lengkap karena tingginya beban
kerja perawat. Masalah yang sering muncul dan dihadapi di Indonesia dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan adalah banyak perawat yang belum melakukan
pelayanan keperawatan sesuai standar asuhan keperawatan. Pelaksanaan asuhan
keperawatan juga tidak disertai pendokumentasian yang lengkap (Hariyati, RT., 1999).
Pendokumentasian asuhan keperawatan yang tidak benar memberi peluang
pelayanan yang tidak baik dan dapat merugikan klien.
Sistem informasi keperawatan berbasis komputer dapat meningkatkan
pelayanan kepada pasien dan membuat pelayanan keperawatan lebih bermakna,
karena mengurangi kerja dengan kertas (paperless) dan meningkatkan komunikasi
serta menghemat waktu perawat, meningkatkan keamanan dan keselamatan pasien.
Informatika kesehatan berfokus pada ilmu tentang cara memperoleh, menyimpan,
mempresentasikan, menyebarluaskan dan menggunakan data serta informasi untuk
keperluan pelayanan kesehatan, memecahkan masalah, dan membuat keputusan
(Sortlife dan Blois, 2001). Tujuannya adalah meningkatkan penggunaan data
kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan, riset dan pendidikan (Delaney,
2001). Fokusnya lebih pada pengelolaan informasi yang sangat efektif menggunakan
komputer karena perkembangan teknologinya sangat pesat dan semakin tinggi
kemampuan teknologi komputer disertai semakin murah biaya pemanfaatannya.
Komputer telah menghasilkan jaringan komunikasi yang kuat yang dapat digunakan
organisasi untuk melakukan akses informasi dengan cepat, tidak terbatas pada ruang
dan waktu
Sistem informasi keperawatan dan kesehatan telah dikembangkan di berbagai
negara. Pengembangan sistem informasi kesehatan juga telah dilakukan di Yordania
(Hasna, F. 2008). Di Skotlandia telah mengembangkan portal untuk mendukung
peningkatan informasi kesehatan sejak tahun 2009 (Strachan, 2009). Indonesia sendiri
secara hukum telah ditetapkan melalui kebijakan Instruksi Presiden Republik
Indonesia nomor 3 tahun 2003 tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional
Pengembangan E-Government dan kebijakan pemerintah khususnya Inpres No.1
Tahun 2006 tentang Pengembangan Pendayagunaan Telematika di Indonesia.
Sistem Informasi Keperawatan merupakan sistem yang menggunakan
komputer untuk memproses data keperawatan menjadi satu bentuk informasi yang
mampu menunjang aktivitas/fungsi perawat. Tenaga perawat sebagai
salahsatutenaga yang mempunyaikontribusibesarbagipelayanankesehatan,
mempunyaiperananpentinguntukmeningkatkanmutupelayanankesehatan.Dalamupa
yameningkatkanmutupelayanankesehatan,
seorangperawatharusmampumelaksanakanasuhankeperawatansesuaistandar,
yaitudarimulaipengkajiansampaidenganevaluasidan yang
sangatpentingadalahdisertaidengansistempendokumentasian yang
baik.Namunpadarealitanya di lapangan, asuhankeperawatan yang
dilakukanbelumdisertaidengansistempendokumentasian yang baik,
sehinggaperawatmempunyaipotensi yang besarterhadap proses
terjadinyakelalaiandalampraktek.
Denganadanyakemajuanteknologiinformasidankomunikasi,
makasangatdimungkinkanbagiperawatuntukmemilikisistempendokumentasianasuha
nkeperawatan yang lebihbaikdenganmenggunakanSistemInformasiManajemen.
Kelompok ad hoc the Nursing Information systems National Study Group
(1982) di USA menghasilkan konsep Sistem Informasi Keperawatan : Suatu sistem
komputer yang digunakan untuk membantu dalam administrasi pelayanan
keperawatan, pemindahan pasien dan mendukung pendidikan dan penelitian
keperawatan. Sistem Informasi Keperawatan merupakan sistem yang menggunakan
komputer untuk memproses data keperawatan menjadi satu bentuk informasi yang
mampu menunjang aktivitas/fungsi perawat.

2.2 Keuntungan System Informasi Asuhan Keperawatan Berbasis Komputer


Sistem informasi manajemen asuhan keperawatan mempunyai banyak
keuntungan jika dilihat dari segi efisien dan produktivitas. Beberapa keuntungan
menggunakan sistem informasi manajemen keperawatan adalah meningkatkan
kualitas dokumentasi, meningkatkan kualitas asuhan, meningkatkan produktifitas
kerja, memudahkan komunikasi antara tim kesehatan, memudahkan dalam
mengakses informasi, meningkatkan kepuasan kerja perawat, perawat memiliki
waktu lebih banyak untuk melayani pasien, menurunkan Hospital Cost,
menurunkan Lost of data and information, mencegah Redundancy (Kerangkapan
Informasi).
Sistem informasi manajemen berbasis komputer dapat menjadi pendukung
pedoman bagi pengambil kebijakan/keputusan di keperawatan /Decision support
system dan Executive information system (Eko, 2001). Informasi asuhan
keperawatan dalam sistem informasi manajemen yang berbasis komputer dapat
digunakan dalam menghitung pemakaian tempat tidur, BOR pasien, angka
nosokomial, penghitungan budget keperawatan . Data yang akurat pada
keperawatan dapat digunakan untuk informasi bagi tim kesehatan yang lain.
Sistem informasi asuhan keperawatan juga dapat menjadi sumber dalam
pelaksanaan riset keperawatan secara khusus dan riset kesehatan pada umumnya.

2.3 Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan SIM Keperawatan


di Indonesia
Sistem informasi manajemen (SIM) berbasis komputer banyak kegunaannya,
namun pelaksanan SIM di Indonesia masih banyak mengalami kendala. Ada
beberapa faktor pendukung dalam pelaksanaan SIM keperawatan di Indonesia
yaitu
a. Saat ini sudah mulai ada perusahaan (yang dikelola oleh profesi
keperawatan) yang menawarkan produk SIM keperawatan yang siap pakai
untuk diterapkan di rumah sakit. Sekalipun memiliki harga yang cukup
tinggi tetapi keberadaan perusahaan ini dapat mendukung pelaksanaan
SIM keperawatan di beberapa rumah sakit yang memiliki dana cukup untuk
membeli produk tersebut.
b. Adanya UU No 8 tahun 1997 yang mengatur tentang keamanan terhadap
dokumentasi yang berupa lembaran kertas. Undang-undang ini merupakan
bentuk perlindungan hukum atas dokumen yang dimiliki pusat pelayanan
kesehatan, perusahaan atau organisasi.
c. Aspek etik juga dapat menjadi salah satu faktor pendukung karena sistem
ini semaksimal mungkin dirancang untuk menjaga kerahasiaan data pasien.
Hanya orang-orang tertentu saja yang boleh mengakses data melalui SIM
ini, misalnya dokter, perawat, pasien sendiri.

Terdapat beberapa aspek yang menjadi kendala dalam penerapan SIM di Indonesia.

a. Memutuskan untuk menerapkan sistem informasi manajemen berbasis


komputer ke dalam
sistem praktek keperawatan di Indonesia tidak terlalu mudah. Hal ini
karena pihak manajemen harus memperhatikan beberapa aspek yaitu
struktur organisasi keperawatan di Indonesia, sebagai contoh pengambil
keputusan/kebijakan bukan dari profesi perawat, sehingga seringkali
keputusan tentang pelaksanaan SIM yang sudah disepakati oleh tim
keperawatan dimentahkan lagi karena tidak sesuai dengan keinginan
pengambil kebijakan. Pihak manajemen rumah sakit masih banyak yang
mempertanyakan apakah SIM keperawatan ini akan berdampak langsung
terhadap kualitas pelayanan keperawatan dan kualitas pelayanan rumah
sakit secara keseluruhan.
b. ketidaksiapan SDM keperawatan
kemampuan sumber daya keperawatan. Ada banyak sumber daya manusia
di institusi pelayanan kesehatan yang belum siap menghadapi sistem
komputerisasi, hal ini dapat disebabkan karena ketidaktahuan dan
ketidakmampuan mereka terhadap sistem informasi teknologi yang sedang
berkembang. Pemahaman yang kurang tentang manfaat SIM menjadi salah
satu faktor penyebab ketidaksiapan SDM keperawatan.
c. faktor sumber dana.
Sebagaimana kita tahu bahwa untuk mendapatkan sistem informasi
manajemen keperawatan yang sudah siap diterapkan di rumah sakit,
membutuhkan biaya yang cukup besar . Masalahnya sekarang, tidak setiap
rumah sakit memiliki dana operasional yang cukup besar, sehingga seringkali
SIM keperawatan gagal diterapkan karena tidak ada sumber dana yang cukup.
Aspek keempat adalah kurangnya fasilitas Information technology yang
mendukung. Pelaksanaan SIM keperawatan tentunya membutuhkan banyak
perangkat keras atau unit komputer untuk mengimplementasikan program
tersebut.

2.4 Trend/Kecenderungan Yang Sedang Berkembang Tentang SIM Keperawatan Di


Indonesia
Trend/Kecenderungan yang sedang berkembang tentang SIM keperawatan di
Indonesia adalah :
Semakin tingginya beban kerja perawat di rumah sakit menuntut adanya suatu
sistem teknologi informasi yang mampu mengatasinya. Tuntutan adanya
dokumentasi keperawatan yang lengkap dengan hanya menggunakan cara manual
tulisan tangan selama ini hanya menambah beban kerja perawat dan semakin
mengurangi jumlah waktu perawat bersama pasien. Sangat tepat apabila SIM
keperawatan bisa diaplikaskan.
Sistem informasi keperawatan di luar negeri sudah modern dan canggih
dengan memanfaatkan sistem teknologi informatika, sehingga perawat di luar
negeri mampu bekerja secara efisien dan dan berkualitas tinggi. Kondisi tersebut
diharapkan mampu diikuti oleh perawat di Indonesia.
Perlunya keperawatan di Indonesia memiliki sistem informasi manajemen
keperawatan dalam melakukan pelayanan kepada pasien di rumah sakit, sehingga
perawat bisa bekerja lebih efektif dan efisien.
Pelaksanaan proses asuhan keperawatan akan lebih cepat, efektif dan efisien
dengan menggunakan SIM.
Diharapkan hari rawat pasien lebih cepat karena interaksi pasien-perawat
lebih banyak sehingga tujuan asuhan keperawatan lebih cepat tercapai
Profesionalisme perawat akan semakin meningkat dan pengakuan kesetaraan
antara profesi perawat dengan medis akan lebih baik.
Citra perawat di masyarakat dan diantara profesi lain akan semakin baik.
Penggunaan SIM keperawatan akan meningkatkan kualitas pelayanan rumah
sakit

2.5 Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Berhubungan Dengan Sistem Informasi


Keperawatan Di RS
Untuk aplikasi sistem informasi manajemen asuhan keperawatan baru
beberapa rumah sakit saja yang sudah menerapkan dan itu pun masih terbatas,
seperti Rumah Sakit Fatmawati Jakarta dan rumah sakit Charitas Palembang
a. Di RS Fatmawati Jakarta, sejak tahun 2002 mulai mengembangkan sistem
pendokumentasian keperawatan berupa SIM keperawatan. Sistem
pendokumentasian keperawatan yang terkomputerisasi sudah mulai
diimplementasikan sejak tahun 2004. Sistem Informasi Manajemen
keperawatan ini baru sebatas menentukan rencana keperawatan.
b. Di RS Charitas Palembang, sistem dokumentasi keperawatan
terkomputerisasi mulai dikembangkan sejak tahun 2002. Di RSUD
Banyumas sistem pendokumentasian ini baru menerapkan dengan sistem
NIC-NOC. Di RSUD Cengkareng Jakarta baru sebatas pelaksanaan Clinical
pathway.

2.6 Sistem Informasi Manajemen Keperawatan Di RS


Pihak manajemen rumah sakit masih memandang SIM keperawatan belum
menjadi suatu prioritas utama untuk diaplikasikan karena salah satu penyebabnya
adalah membutuhkan biaya yang cukup besar, masih belum memilki pemahaman
yang baik tentang dampak apabila program ini diberlakukan terhadap kualitas
pelayanan keperawatan dan rumah sakit secara umum, adanya pemikiran bahwa
pekerjaan perawat tidak memerlukan bantuan teknologi/alat yang canggih. Pihak
manajemen juga masih khawatir tentang kemampuan SDM keperawatan dalam
pemanfaatan tekonolgi ini. Selain itu, masih banyak perawat yang tidak mengenal
apa sistem informasi manajemen keperawatan yang berbasis komputer tersebut.
Kondisi ini karena sangat bervariasinya tingkat pendidikan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Endang.PengertianDokumentasiKeperawatan. http://www.scribd.comdiaksestanggal 13
Desember 2011

Agustine, Uly.SistemInformasiManajemen. www.fik.ui.ac.id/diaksestanggal 13 Desember


2011

Agustine, Uly.SistemInformasiManajemenKeperawatan. www.fik.ui.ac.id/diaksestanggal 13


Desember 2011

Anda mungkin juga menyukai