Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM INTEGUMEN PADA KASUS FOLIKULITIS DAN SOLULITIS

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2 :
1. M. SOFIANDI
2. NOVITA MARAMIS
3. NELI
4. PUTU ANGGA SWANDANA
5. ROSDIATUN
6. SALWA APRILIA
7. YARISA MAULIDIA
8. YUNI ALFIANA

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat limpahan rahmat karunia dan hidayah Nya-lah penulis dapat
menyelesaikan Tugas Sistem Integumen tentang Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Folikulitis ini tepat pada waktunya.
Penulis menyadari tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan penyusunan makalah yang berikutnya. Tidak lupa pula penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan bagi penyusun pada khususnya.

Mataram, 10 Oktober 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1...........................................................................................................Latar
Belakang ................................................................................................ 1
1.2...........................................................................................................Rumus
an Masalah.............................................................................................. 1
1.3...........................................................................................................Tujuan
................................................................................................................2
1.3.1.............................................................................................Tujuan
Umum......................................................................................... 2
1.3.2.............................................................................................Tujuan
Khusus ........................................................................................ 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 3
2.1 Fakulolitis ................................................................................... 3
2.1.1.............................................................................................Konsep
Dasar Penyakit Folikulitis .......................................................... 3
2.1.2.............................................................................................Konsep
Asuhan Keperawatan Folikulitis ................................................
12
2.2 Sulolitis .......................................................................................
20
2.2.2............................................................................................Konsep
Dasar Penyakit Selulitis .............................................................
20
2.2.3............................................................................................Konsep
Asuhan Keperawatan Selulitis ...................................................
31
BAB 3 PENUTUP ........................................................................................
39
3.1 Simpulan .....................................................................................
39
3.2 Saran ........................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA

2
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Folikulitis adalah peradangan pada selubung akar rambut( folikel) yang
umumnya di sebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus. Folikulitis timbul
sebagai bintik – bintik kecil di sekeliling folikel rambut. Sebagian besar
infeksi hanya superfisial, yang hanya mempengaruhi bagian atas folikelnya.
Biasanya gatal dan jarang menimbulkan keluhan sakit. Folikulitis dapat
terjadi hampir pada seluruh tubuh dimana lebih sering terjadi pada kulit
kepala, dagu, ketiak dan extremitas. Folikulitis seringkali di awali dengan
kerusakan folikel rambut sebagai akibat dari penyumbatan folikel rambut,
gesekan pakaian ataupun bercukur. Sekali cedera folikel akan lebih mudah
terinfeksi oleh bakteri, ragi, ataupun jamur.
Folikulitis dapat mengenai semua umur, tetapi lebih sering di jumpai
pada anak-anak dan folikulitis juga tidak di pengaruhi oleh jenis kelamin. Jadi
pria dan wanita memiliki angka resiko yang sama untuk terkena folikulitis,
dan folkulitis lebih sering timbul pada daerah panas atau beriklim tropis.
Folikulitis merupakan salah satu jenis dari pioderma. Prevalensi
tertinggi pioderma di sub Saharan Afrika diderita oleh anak-anak yaitu antara
0.2-35% dan 6.9-35% pada tahun 2005. Folikulitis dapat terjadi pada semua
umur. Folikulitis bersifat self-limiting sehingga pasien jarang datang ke
dokter. Pasien yang menderita folikulitis yang mencari pertolongan dapat
disebabkan oleh folikulitis superfisial yang persiten atau rekuren serta
folikulitis profunda. Tidak ada insidensi folikulitis secara spesifik. Folikulitis
banyak diderita pada pasien dengan riwayat bercukur, imunosupresan,
penggunaan antibiotik yang lama, diabetes mellitus dan daerah yang lembab.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana konsep dasar penyakit folikulitis ?
1.2.2 Bagaimana konsep asuhan keperawatan folikulitis ?
1.2.3 Bagaimana konsep dasar penyakit selulitis ?
1.2.4 Bagaimana konsep asuhan keperawatan selulitis ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum

1
Untuk dapat melakukan asuhan keperawatan pada Klien
dengan kasus Folikulitis dan Selulitis
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Penulis dapat melakukan pengkajian data yang benar dan
tepat pada Klien dengan kasus Folikulitis dan Selulitis
2. Penulis dapat merumuskan diagnosa keperawatan yang
benar dan tepat pada Klien dengan kasus Folikulitis dan Selulitis
3. Agar dapat menyusun rencan keperawatan yang benar dan
tepat pada Klien dengan kasus Folikulitis dan Selulitis
4. Penulis dapat melakukan tindakan keperawatan yang benar
dan tepat pada Klien dengan kasus Folikulitis dan Selulitis
5. Penulis dapat melakukan evaluasi pada Klien dengan kasus
Folikulitis dan Selulitis
6. Penulis dapat melakukan pendokumentasian yang benar
dan tepat pada Klien dengan kasus Folikulitis dan Selulitis

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Folukulitis
2.1.1 Konsep Dasar Penyakit Folukulitis
1. Definisi

2
Folikulitis adalah respons peradangan pada folikel rambut
akibat infeksi folikel rambut atau satu folikel rambut.
Folikulitis adalah peradangan pada selubung akar rambut
atau folikel rambut, yang umumnya di sebabkan oleh bakteri
gram positif staphylococcus aureus.
Folikulitis adalah peradangan dari satu atau lebih folikel
rambut. Kondisi ini dapat terjadi di kulit mana pun.
Folikulitis adalah peradangan pada selubung akar rambut
(folikel) yang umumnya disebabkan oleh bakteri staphylococcus
aureus. Folikulitis timbul sebagai bintik-bintik kecil disekeliling
folikel rambut.
Folikulitis adalah peradangan yang hanya terjadi pada umbi
akar rambut saja. Berdasarkan letak munculnya, bisul jenis ini
dapat dibedakan menjadi 2, yaitu superficial atau hanya di
permukaan saja dan yang letaknya lebih dalam lagi disebut
profunda (Rahayu, 2007).
2. Etiologi
Setiap rambut tubuh tumbuh dari folikel, yang merupakan
suatu kantong kecil di bawah kulit. Selain menutupi seluruh kulit
kepala, folikel juga terdapat pada seluruh tubuh kecuali telapak
tangan, telapak kaki dan membran mukosa seperti bibir.
Menurut Kowalak, etiologi yang paling sering
menyebabkan folikulitis adalah kuman staphylococcus aureus
koagulase-positif. Penyebab lainnya dapat meliputi :
a. Klabsiella, Enterobacter, atau Proteus
(mikroorganisme ini menyebabkan folikulitis gram negatif
pada pasien yang mendapat terapi antibiotik jangka panjang).
b. Pseudomonas aeruginosa (mikroorganisme yang
hidup dalam lingkungan hangat dan memiliki PH tinggi serta
kandungan klorin yang rendah).

3
Faktor resiko yang menjadi predisposisi infeksi ini adalah :
a.Luka yang terinfeksi
b. Higiene yang buruk
c.Keadaan umum yang jelek
d. Pakaian yang ketat
e.Gesekan
f. Pencukuran
g. Terapi imunosupresan
h. Pajanan pelarut tertentu
i. Diabetes
3. Anatomi dan Fisiologi
Bagian atau susunan dari anatomi Rambut terdiri dari
beberapa bagian diantaranya ujung rambut, batang rambut dan
akar rambut. Berikut penjelasan singkat bagian dari rambut :
a. Ujung Rambut yaitu yang berbentuk runcing
terdapat pada rambut yang baru tumbuh & belum pernah
dipotong.
b. Batang Rambut yaitu bagian rambut yang berada
diluar kulit, berupa benang-benang halus terdiri dari keratin /
sel-sel tanduk. Batang Rambut mempunyai 3 lapisan, yaitu:
1) Cuticula / kulit ari / selaput rambut adalah lapisan –
lapisan luar, terdiri dari sel-sel tanduk yang pipih/gepeng
dan bening (tembus cahaya) dan tersusun, bagian bawah
menutupi bagian diatasnya. Karena cuticula bening dan
tembus cahaya maka terlihatlah warna dari rambut
tersebut. Susunan rambut yang saling menutupi
memungkinkan hasil yang diinginkan dalam penyasakan
dan memudahkan cairan (Zat cair) lebih mudah masuk
dalam rambut.
2) Cortex/Kulit rambut adalah bagian yang berada di
tengah (antara cuticula & medulla) disusun oleh
kumpulan semacam benang-benang sangat halus sekali
(tidak dapat dilihat oleh mata hanya dengan mikroskop
benda). Benang yang sangat halus disebut fibril. Fibril
terbentuk oleh molekul, molekul fibril mengandung
butiran pigmen melanin. Sel tanduk yang membentuk
fibril mengandung suatu zat belerang/sulfur mempunyai

4
pengaruh reaksi terhadap obat keriting/cold wave dan
obat cat rambut. Molekul-molekul keratin berada dalam
bentuk spiral terdapat ikatan-ikatan yang
mempertahankan bentuk rambut secara tetap
(Pengeritingan)
3) Medula / Sumsum rambut adalah berupa bagian
tengah rambut yang dibentuk oleh Zat tanduk yang
berwujud anyaman dengan rongga-rongga yang berisikan
Udara. Penampang melintang rambut lurus berbentuk
bundar / lonjong berombak menebal disatu sisi. Rambut
keriting penampang melintangnya tidak menentu
(kadang berbentuk ginjal).
c.Akar Rambut yaitu bagian rambut yang berada di dalam
kulit dan tertahan di dalam folikel/ kantong rambut. Bagian-
bagian dari akar rambut ialah :
1) Folikel rambut / kantong rambut adalah suatu
saluran yang menyerupai kantong dan melindungi tunas
rambut serta tertanam didalam dermis(lapisan dalam
kulit).
2) Umbi rambut adalah bagian bawah folikel / kantong
rambut yang punya mulut seperti corong memanjang
keatas dari lapisan dermis dan berakhir pada lapisan
epidermis. Gunanya untuk menghisap / menyerap udara
serta penimbunan kotoran dan sebum.
3) Papil Rambut adalah tempat membuat sel-sel tunas
rambut dan tempat membuat sel-sel pigmen melanin
( Zat warna pada rambut).
4) Pembuluh darah adalah saluran yang untuk
merembeskan cairan yang berisi Zat makanan untuk
keperluan sel-sel lapisan epidermis.
5) Kelenjar minyak adalah suatu saluran yang berguna
untuk memberikan kelembutan rambut.
6) Kelenjar keringat adalah saluran bermuaranya sel-
sel keringat.

5
7) Zat warna rambut adalah tempat untuk membuat
warna pada rambut atau disebut sebagai sel melanin.
4. Klasifiikasi
a.Folikulitis berdasarkan letaknya :
1) Folikulitis Superficial
a) Pseudomonas Folikulitis
Sekitar 12 sampai 48 jam terpajan, akan timbul
papul kemerahan sampai dengan adanya pustul.
Ruam akan bertambah berat pada bagian tubuh yang
tertutup pakaian renang dengan air yang
terkontaminasi dengan pseudomonas.
b) Tinea Barbae
Lebih sering disebabkan oleh jamur
Trychopyton verrucosum atau Trychopyton
mentagrophytes. Folikulitis tipe ini juga terjadi di
daerah dagu pria (jenggot). Tinea barbae
menyebabkan timbulnya bintik-bintik putih yang
gatal.

c) Pseudofolikulitis Barbae
Pada inflamasi folikel rambut di daerah
jenggot, pseudofolikulitis barbae menyebabkan
jenggot menjadi keriting.
d) Pityrosporum Folikulitis
Lebih sering terjadi pada dewasa muda.
Folikulitis tipe ini menimbulkan gejala kemerahan,
pustul dan gatal pada daerah punggung, dada dan
kadang-kadang daerah bahu, lengan atas dan wajah.
Disebabkan oleh infeksi ragi, seperti malassezia
furfur, sama halnya seperti jamur yang menyebabkan
ketombe.
2) Folikulitis Profunda
a) Folikulitis Gram negative
Lebih sering berkembang pada seseorang
dengan terapi antibiotik jangka panjang dengan
pengobatan akne. Antibiotik mengganggu
keseimbangan normal bakteri pada hidung, yang

6
akan mempermudah berkembangnya bakteri yang
berbahaya (Bakteri Gram-negatif). Pada umumnya
hal ini tidak membahayakan, karena flora di hidung
akan kembali normal apabila pemakaian antibiotik
dihentikan.
b) Folikulitis Eosinofilik
Terutama terjadi pada penderita dengan HIV
positif. Folikulitis tipe ini memiliki gejala khas yaitu
inflamasi yang berulang, luka yang bernanah (pus),
terutama terjadi pada wajah tetapi dapat juga terjadi
pada punggung dan lengan atas. Luka biasanya
menyebar, sangat gatal dan seringkali menimbulkan
hipopigmentasi.

b. Folikulitis berdasarkan penyebabnya :


1) Folikulitis bakterial
Folikulitis bakterial terjadi ketika bakteri
memasuki tubuh lewat luka, goresan, sayatan bedah, atau
berkembang biak pada kulit dekat folikel rambut. Bakteri
dapat terperangkap di folikel dan infeksi dapat menyebar
dari folikel rambut ke bagian lain dari tubuh. Folikulitis
bakterial bisa dangkal atau mendalam. Folikulitis
dangkal, yang disebut juga impetigo, terdiri dari bintil
berisi nanah yang terangkat dari kulit. Bintil itu sering
dikelilingi oleh lingkaran kemerahan.
Folikulitis dalam terjadi ketika infeksi menyerang
lebih dalam dan melibatkan lebih banyak folikel untuk
menghasilkan furunkel dan karbuncle. Ini lebih serius
daripada folikulitis dan dapat menyebabkan kerusakan
permanen dan menimbulkan luka yang membekas pada
kulit. Folikulitis bakterial biasanya terjadi pada anak-
anak dan orang dewasa. Staphylococcus aureus adalah
penyebab folikulitis bakterial terbanyak. Ini juga
menyebabkan sikosis, yaitu infeksi kronis yang
melibatkan seluruh folikel rambut. Selain itu spesies

7
streptococcus, pseudomonas, proteus dan bakteri
coliform juga menjadi penyebab folikulitis bakterial.
2) Folikulitis jamur
Seperti namanya folikulitis jamur ini disebabkan
karena infeksi jamur. Infeksi jamur dangkal ditemukan di
lapisan atas kulit, infeksi jamur dalam menyerang lapisan
kulit yang lebih dalam. Infeksi dari folikel rambut juga
dapat menyebar ke dalam darah atau organ dalam.
Jamur Dermatophytic, jamur Pityrosporum dan
folikulitis ragi kandida adalah penyebab utama folikulitis
jamur. Folikulitis dermatophytic paling sering
disebabkan oleh spesies zoofilik, yaitu spesies jamur
yang menunjukkan daya tarik atau persamaan dengan
hewan. Kondisi ini ditandai dengan munculnya bintil
folikuler di sekitar plak eritematosa berwarna merah
yang mengeras. Penetrasi jamur yang dalam
menyebabkan peradangan yang tinggi dan menentukan
besarnya kerontokan rambut yang terjadi akibat infeksi.
3) Folikulitis virus
Folikulitis Virus melibatkan berbagai infeksi virus
pada folikel rambut. Infeksi karena virus herpes
sederhana (HSV) sering berubah menjadi luka berbintil
atau borok, dan akhirnya menjadi kerak. Infeksi yang
disebabkan oleh kontagiosum moluskum
mengindikasikan sebuah imunitas tertahan yang
bermanifestasi sebagai papula berwarna keputihan dan
gatal yang berada di daerah jenggot. Ada juga beberapa
laporan tentang folikulitis yang disebabkan oleh infeksi
herpes zoster.
4) Folikulitis parasit
Parasit yang menyebabkan folikulitis biasanya
adalah patogen kecil yang bersembunyi di dalam folikel
rambut untuk tinggal atau bertelur di sana. Kutu rambut
seperti demodex folliculorum dan demodex brevis adalah
penghuni alami pada folikel pilo-sebaceous manusia.

8
5. Manifestasi Klinis
Secara umum folikulitis menimmbulkan rasa gatal seperti
terbakar pada daerah rambut. Gejala konstitusional yang sedang
juga dapat muncul pada folikulitis seperti badan panas, malaise
dan mual. Pada folikulitis superfisialis gambaran klinisnya di
tandai dengan timbulnya rasa gatal dan agak nyeri, tetapi biasanya
tidak terlalu menyakitkan hanya seperti gigitan serangga, tergores
atau akibat garukan dan trauma kulit lainnya. Kelainan di kulitnya
dapat berupa papul atau pustul yang erimatosa yang dan di
tengahnya terdapat rambut dan biasanya multiple serta adanya
krusta di sekitar daerah inflamasi. Tempat predileksi biasanya
pada tungkai bawah. Folikulitis superfisialis ini dapat sembuh
sendiri setelah beberapa hari tanpa meninggalkan jaringan parut.
Pada folikulitis profunda gambaran klinisnya hampir sama seperti
folikulitis superfisialis. Folikulitis profunda ini terasa sangat gatal
yang di sertai rasa terbakar serta teraba infiltrat di subkutan yang
akhirnya dapat meninggalkan jaringan parut apabila taelah
sembuh.
6. Patofisiologi
Folikulitis dimulai ketika folikel rambut rusak oleh gesekan
dari pakaian, penyumbatan folikel, atau bercukur. Dalam banyak
kasus folikulitis, folikel yang rusak tersebut kemudian terinfeksi
dengan bakteri staphylococcus (Staph). Folikulitis sering
berhubungan dengan hygiene yang kurang baik, maserasi dan
kulit yang mengelupas sehingga memberikan indikasi masuknya
kuman ke dalam folikel rambut. Lesi bisa bersifat sufervisial atau
dalam. Papula atau pustule yang tunggal atau multiple muncul di
dekat folikel rambut.

9
7. Pathway

Kerusakan folikel rambut Infeksi stephylococus areus

Staphylococcus meninfeksi
folikel rambut

FOLIKULITIS

Bakteri masuk lebih dalam kejaingan foikel rambut dan


jaringan kulit di sekiarnya

FURUNKEL

Furunkel berkumpul

Terbentukya jaringan parut parut


yanglebih dlam

Karbunkel

Peningkatn Digesti dalam sel


Dilepasn mediator
permeailitas vaskuler
kimiawi
Perubahan PH menjadi asam
Kebocoran cairan
histamin
di intestinal
Keluar proeas seluler
pembengkakan gatal

Lisis leukosit
Peningkatan digaruk
tekana lokal
10 mononklar tiba di lokasi
Makrofag
infeksi
Nyeri akut
Memungkus sisa leukosit Kersakan itegritas
kulit

Pencarian hasil proses inflmasi


lokal

eksudat

puskula

pecah

Resiko infeksi

8. Penatalaksanaan
a.Kadang folikulitis dapat sembuh sendiri setelah dua atau
tiga hari, tetapi pada beberapa kasus yang persisten dan
rekurens perlu penanganan lebih lanjut.
b. Pengobatan dapat diberikan antibiotik sistemik,
antibiotik topical seperti salep mupirosin atau klindamisin
atau larutan eritromisin serta penggunaan antiseptik
(contoh, chlorhexidine) dapat diberikan sebagai terapi
tambahan, tetapi jangan digunakan tanpa pemberian
antibiotik sistemik. Dianjurkan pemberian antibiotik sistemik
dengan harapan dapat mencegah terjadinya infeksi kronik.
c.Pembersihan daerah yang terinfeksi dengan sabun
antiseptik dan air serta kompres basah dan hangat untuk
menimbulkan vasodilatasi serat pengaliran pus dari daerah
lesi dapat dilakukan pada penderita folikulitis (Kowalak,
2011)
9. Pemeriksaan Diagnostik Folikulitis

11
a.Riwayat pasien yang memperlihatkan folikulitis
sebelumnya sudah ada
b. Pemeriksaan fisik yang menunjukkan adanya lesi
kulit untuk penegakan diagnosis folikulitis
c.Pemeriksaan kultur luka pada tempat yang terinfeksi
(biasanya memperlihatkan S. aureus)
d. Kanaikan jumlah sel darah putih (leukositosis) yang
mungkin terjadi (Kowalak, 2011).
10. Komplikasi
Pada beberapa kasus folikulitis ringan, tidak menimbulkan
komplikasi meskipun infeksi dapat rekurens atau menyebar serta
menimbulkan plak.
Komplikasi pada folikulitis yang berat, yaitu :
a. Selulitis
Sering terjadi pada kaki, lengan atau wajah. Meskipun
infeksi awal hanya superfisial, akhirnya akan mengenai
jaringan dibawah kulit atau menyebar ke nodus limfatikus
dan aliran darah.
b. Furunkulosis
Kondisi ini terjadi ketika furunkel berkembang ke
jaringan dibawah kulit (subkutan). Furunkel biasanya berawal
sebagai papul berwarna kemerahan. Tetapi beberapa hari
kemudian dapat berisi pus, sehingga akan membesar dan
lebih sakit.
c.Skar
Folikulitis yang berat akan meninggalkan skar atau
jaringan ikat (hipertropik / skar keloid ) atau hipopigmentasi
d. Kerusakan folikel rambut
Hal ini akan mempermudah terjadinya kebotakan
permanen.
11. Pencegahan
a.Perawatan hiegine perorangan serta keluarga yang baik
b. Untuk menghindari penularan bakteri kepada
anggota keluarga lain, beri tahu pasien agar menggunakan
handuk dan lap mukanya sendiri. Beri tahu pula bahwa
barang-barang ini harus direndam dulu dalam air panas
sebelum dicuci (atau cuci dengan mesin cuci yang
menggunakan air panas)

12
c.Pasien harus mengganti pakaian dan perlengkapan tidurnya
(seperti sprei, selimut, sarung bantal, dll) setiap hari dan
semua barang ini harus dicuci memakai air panas
d. Anjurkan pasien untuk mengganti perban dengan
sering dan segera membuangnya dalam kantung kertas ke
tempat sampat (Kowalak, 2011).
2.1.2 Konsep Asuhan Keperawatan Penyakit Folukulitis
1. Pengkajian
Anamnesa
a.Tanyakan kepada pasien tentang berapa lama pasien
mengalami perubahan pada kulitnya.
b. Tanyakan kepada pasien apakah pernah mengalami
kejadian seperti ini sebelumnya.
c.Tanyakan kepada pasien adakah orang dilingkungan sekitar
yang mengalami kejadian yang sama.
d. Amati adanya luka dan jaringan parut pada kulit
pasien
e.Amati apakah ada pustula di daerah kulit.
f. Riwayat bio-psiko-sosial-dan sspiritual (Virginia
handerson)

Hal-hal yang dikaji:


1. Pola respirasi
pada pola pernafasan yang perlu diperhatikan adalah
frekuensi, pernafasan, gerak dinding dada, pernafasan
cuping hidung, apakah klien merasa sesak
2. Pola nutrisi
pada pola nutrisi yang ditanyakan adalah nafsu makan,
diet khusus, suplemen yang dikonsumsi, instruksi, diet
sebelumnya, jumlah cairan dan makanan yang masuk
perhari, ada tidaknya mual, muntah dan kesulitan
menelan.
3. Pola eliminasi
pada pola eliminasi yang perlu ditanyakan adalah
jumlah kebiasaan defekasi perhari, ada tidaknya
konstipasi, diare, inkotinesia, kebiasaan berkemih,

13
ada/tidaknya disuria, nokturia,urgensi, hmaturia, retensi
dan inkotinensia
4. Pola aktivitas
Mengkaji kemamppuan aktifitas dan mobilitas kehidupan
klien sehari-hari

5. Kebutuhan istirahat tidur


pengkajian pola kebutuhan tidur ini yang ditanyakan
adalah jumlah jam tidur pada malam hari, pagi, dan
siang, merasa tenang setelah tidur, masalah selama tidur.
Pada klien dengan gangguan oksigenasi i biasanya
mengalami masalah dalam istirahat tidurnya.
6. Mempertahankan temperature tubuhnya .
untuk mengetahui pengaturan suhu tubuh, apakah
mengalami hipertermi atau hipotermi.
7. Kebutuhan personal hygiene
Mengkaji apakah ada kesulitan dalam memelihara
kebersihan dirinya.

8. Kebutuhan rasa aman nyaman.


Dalam kebutuhan rasa aman nyaman ini perlu ditanyakan
apakah klien tetap merasakan aman dan terlindungi oleh
keluarganya.
9. Berkomunikasi dengan orang lain
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga serta
bagaimana klien berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
10. Kebutuhan bekerja
Bagaimana klien saat bekerja
11. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Pada pengumpulan data ini, hal yang perlu diperhatikan
adalah hal-hal apa yang dapat membuat klien senang.
12. Kebutuhan berpakaian
Tidak mengalami gangguan dalam pemenuhan

14
kebutuhan berpakaian.
13. Kebutuhan belajar
Kebutuhan klien dalam memperoleh ilmu pengetahuan
14. Kebutuhan spiritual
Kepercayaan dan keyakinan dalam beragama.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
1 DS : Respon Nyeri
1. Klien mengeluh
inflamasi Akut
kulit terasa gatal.
2. Klien mengeluh
Peningkatan
nyeri pada benjolan
permeabilitas
tersebut.
DO : vaskuler
1. Kulit klien
tampak kemerahan
Peningkatan
2. Tampak lesi
tekanan lokal
pada daerah yang
sering digaruk oleh
klien.
3. Skala nyeri
2 DS : Dilepaskan Kerusakan
1. Klien
mediator integritas
mengatakan sering
kimiawi kulit
menggaruk-garuk
benjolan tersebut
Gatal
2. Klien mengeluh
kulit terasa gatal. Digaruk
DO :
1. Terdapat
pustule di sekitar
folikel rambut
2. Kulit klien
tampak kemerahan.
3 DS : Pencairan Resiko
1. Klien mengeluh
hasil proses Infeksi

15
kulit terasa gatal inflamasi
2. Klien
local
mengatakan sering
Pustula
menggaruk-garuk
benjolan tersebut. Pecah
DO :
1. Kulit klien
tampak kemerahan.
2. Tampak lesi
pada daerah yang
sering digaruk oleh
klien.
3. Terdapat
pustule di sekitar
folikel rambut.

b. Rumusan Diagnosa
1) Nyeri akut berhubungan dengan respon inflamasi
dan peningkatan tekanan local akibat agen cidera
biologis ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada
daerah benjolan, wajah pasien tampak meringis, skala
nyeri 2-4, terdapat pustule sekitar folikel rambut, tekanan
darah >120/80 mmHg, denyut nadi >100kali/menit,
respirasi rate >20 kali/menit.
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
mekanik (tekanan, gesekan, garukan) ditandai dengan
pasien tampak menggaruk-garuk benjolan tersebut,
tampak lesi pada daerah yang sering digaruk oleh klien.
3) Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan
primer tidak adekuat (kulit tidak utuh).
3. Rencana Keperawatan
Rencana Keperawatan
No Dx Tujuan dan
Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1 Setelah dilakukan Pain management
asuhan (manajemen

16
keperawatan nyeri): 1. Pengkajian
diharapkan nyeri Mandiri berguna untuk
dapat terkontrol 1. Lakukan mengidentifikas
dengan kriteria pengkajian yang i nyeri yang
hasil : komprehensif dialami klien
Pain level (level terhadap nyeri, meliputi lokasi,
nyeri) : meliputi lokasi, karasteristik,
1. Klien tidak karasteristik, durasi,
melaporkan onset/durasi, frekuensi,
adanya nyeri frekuensi, kualitas,
(skala 5 = kualitas, intensitas nyeri
none) intensitas nyeri, serta factor-
2. Klien tidak serta faktor- faktor yang
merintih faktor yang dapat memicu
ataupun dapat memicu nyeri klien
menangis nyeri. sehinggga dapat
(skala 5 = menentukan
none) intervensi yang
3. Klien tidak tepat.
2. Dengan
menunjukkan
mengetahui rasa
ekspresi wajah 2. Observasi tanda-
tidak nyaman
terhadap nyeri tanda non verbal
klien secara non
(skala 5 = atau isyarat dari
verbal maka
none) ketidaknyamana
dapat
4. Klien tidak n.
membantu
tampak
mengetahui
berkeringat
tingkat dan
dingin (skala 5
perkembangan
= none)
nyeri klien.
5. Klien tidak
3. Membantu klien
mengalami 3. Gunakan
dalam
ketegangan otot strategi
menginterpretas

17
(skala 5 = komunikasi ikan nyerinya.
none) terapeutik dalam
6. RR dalam batas mengkaji
normal (16-20 pengalaman
x/mnt) (skala 5 nyeri dan
= normal) menyampaikan
7. Nadi dalam penerimaan
batas normal terhadap respon 4. Peningakatan
(60-100x/mnt) klien terhadap tekanan darah,
(skala 5 = nyeri. respirasi rate,
4. Kaji tanda-tanda
normal) dan denyut nadi
vital klien.
8. Tekanan darah umumnya
dalam batas menandakan
normal (120/80 adanya
mmHg) (skala peningkatan
5 = normal). nyeri yang
Pain control dirasakan.
5. Kontrol faktor 5. Membantu
(kontrol nyeri):
lingkungan memodifikasi
1. Klien dapat
yang dapat dan
mengenali
menyebabkan menghindari
onset nyeri
ketidaknyamana faktor-faktor
(skala 5 =
n, seperti suhu yang dapat
consistently
ruangan, meningkatkan
demonstrated)
pencahayaan, ketidaknyamana
2. Klien dapat
kebisingan. n klien.
mendeskripsika
6. Ajarkan prinsip- 6. Membantu
n faktor-faktor
prinsip mengurangi
penyebab nyeri
manajemen nyeri yang
(skala 5 =
nyeri non dirasakan klien,
consistently
farmakologi, serta membantu
demonstrated)
(mis: teknik klien untuk
3. Klien dapat
terapi musik, mengontrol

18
mengontrol
nyerinya
dengan
menggunakan
teknik
manajemen
nyeri non
farmakologis
(skala 5 = distraksi, guided

consistently imagery, masase


nyerinya
demonstrated) dll).

4. Klien Kolaborasi

menggunakan 1. Kolaborasi
1. Membantu
analgesik dalam
mengurangi
sesuai pemberian
nyeri yang
rekomendasi. analgetik sesuai
dirasakan klien.
(skala 5 = indikasi.

consistently
demonstrated)
5. Klien
melaporkan
nyeri
terkontrol.
(skala 5 =
consistently
demonstrated)
2 Setelah dilakukan Skin care: Topical
asuhan treatments
keperawatan (perawatan kulit:
diharapkan terapi topikal)
integritas kulit Mandiri 1. Mengevalu
pasien membaik 1. Pantau asi status
dengan kriteria adanya kerusakan kulit

19
hasil : kerusakan kulit sehingga dapat
Tissue Integrity: klien setiap memberikan
Skin & mucous hari. intervensi yang
membran tepat.
(integritas jaringan: 2. Keadaan
kulit dan yang lembab
membrane 2. Cegah dapat
mukosa) penggunaan meningkatkan
1. Temperatur linen bertekstur perkembangbia
kulit (skala 5 = kasar dan jaga kan
not agar linen tetap mikroorganism
compromised) bersih, tidak e dan untuk
2. Sensasi lembab, dan mencegah
kulit (skala 5 = tidak kusut. terjadinya lesi
not kulit akibat
compromised) gesekan
3. Elastisitas dengan linen.
kulit(skala 5 = 3. Untuk
not meningkatkan
compromised) 3. Lakukan proses
4. Hidrasi perawatan kulit penyembuhan
kulit (skala 5 = secara aseptik 2 lesi kulit serta
not kali sehari. mencegah
compromised) terjadinya
5. Warna kulit infeksi
(skala 5 = not sekunder.
compromised)
6. Tekstur Kolaborasi 1. Untuk
kulit (skala 5 = 1. Kolaborasi mengatasikeluh
not pemberian an dan lesi
compromised) antibiotic/antiin pada kulit
7. Ketebalan flamasi/antijam akibat infeksi

20
kulit (skala 5 =
not
compromised)
8. Bebas lesi
jaringan (skala
5 = none) ur topical sesuai jamur.
9. Kulit intak indikasi.
(tidak ada
eritema dan
nekrosis) (skala
5 = none)

3 Setelah dilakukan Kontrol Infeksi


asuhan Mandiri
keperawatan 1. Bersihkan 1. Agar bakteri
diharapkan lingkungan dan penyakit
integritas kulit setelah tidak
pasien membaik digunakan menyebar dari
dengan kriteria oleh klien. lingkungan
hasil : dan orang lain.
2. Mengurangi
Infection Severity 2. Jaga agar
paparan dari
(Keparahan barier kulit
lingkungan.
infeksi) yang terbuka
1. Kemerahan tidak terpapar
(Skala 5 = lingkungan
None) dengan cara
2. Hipertermia
menutup
(Skala 5 =
dengan kasa
None) 3. Mengurangi
streril.
3. Nyeri (Skala 5
3. Batasi jumlah organism
= None)
pengunjung pathogen
4. Risk Control
masuk ke
(Kontrol resiko)

21
5. Mampu tubuh pasien.
4. Mencegah
menyebutkan 4. Ajarkan
terjadinya
factor-faktor pasien tekhnik
infeksi dari
resiko penyebab mencuci
mikroorganis
infeksi ( Skala 5 tangan yang
me yang ada
= Consistenly benar.
di tangan
demonstrated)
5. Mencuci
6. Monitor
tangan
lingkungan
5. Pergunakan
menggunakan
penyebab
sabun anti
sabun lebih
infeksi (Skala 5
microbial
efektif untuk
= Consistenly
untuk mencuci
membunuh
demonstrated)
tangan
7. Monitor tingkah bakteri.
6. Mencegah
laku pasien
infeksi
(Skala 5 =
6. Cuci tangan nosocomial
Consistenly
sebelum dan
demonstrated)
8. Dapat sesudah
menghindari melakukan
paparan saat tindakan
tindakan keperawatan. 7. Mencegah
7. Terapkan
keperawatan infeksi
Universal
(Skala 5 = nosokomial
precaution
Consistenly
8. Pertahankan
demonstrated) 8. Untuk
lingkungan
meminimalkan
aseptik selama
terkontaminasi
perawatan
mikroba atau
bakteri.
9. Anjurkan
9. Menjaga
klien untuk
ketahanan
memenuhan
sistem imun.
asupan nutrisi

22
dan cairan
adekuat.
10. Ajarkan klien
10. Infeksi lebih
dan keluarga
lanjut dapat
untuk
memperburuk
menghindari
resiko infeksi
infeksi.
pada klien.
11. Agar dapat
11. Ajarkan pada melaporkan
klien dan kepada
keluarga petugas lebih
tanda-tanda cepat,
infeksi. sehingga
penangan
lebih efisien

Kolaborasi 1. Untuk
1. Pemberian mempercepat
antibiotik bila perbaikan
perlu. kondisi klien.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan
yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan masalah keperawatan
yang ditemukan dalam kasus, dengan menuliskan waktu
pelaksanaan dan respon klien.
Implementsi merupakan tindakan yang sudah direncanakan
dalam rencana keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup
tindakan independent (mandiri), dan kolaboorasi.
a.Tindakan mandiri adalah aktifitas keperawatan yang
didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan
bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas
kesehatan lain.

23
b. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang
didasarkan hasil keputusan bersama seperti dokter dan
petugas lain.
Implementasi juga merupakan pelaksanaan perencanaan
keperawatan oleh perawat. Seperti tahap-tahap yang lain dalam
proses keperawatan, fase pelaksanaan terdiri dari beberapa
kegiatan antara lain :
a.Validasi (pengesahan) rencana keperawatan
b. Menulis/mendokumentasikan rencana keperawatan
c.Memberikan asuhan keperawatan
d. Melanjutkan pengumpulan data
5. Evaluasi
Merupakan proses penilaian pencapaian tujuan dari tidakan
yang telah dilakukan baik secara kualitatif maupun kuantitatif
serta pengkajian ulang terhadap rencana keperawatan. Dalam
evaluasi mengungkapkan empat keyakinan yaitu :
a.Masalah teratasi
Masalah teratasi jika klien mampu menunjukan prilaku
sesuai dengan pernyataan tujuan pada waktu atau tanggal
yang telah di tentukan.
b. Masalah teratasi sebagian
Masalah teratasi sebagian jika klien telah mampu
menunjukan prilaku. Tetapi tidak seluruhnya sesuai dengan
pernyataan tujuan yang telah di tentukan.
c.Masalah belum teratasi
Masalah tidak teratasi jika klien tidak mampu atau tidak
mau sama sekali menunjukan perilaku yang telah di tentukan
d. Muncul masalah baru
Masalah baru muncul jika di temukan adanya penyakit
yang baru. Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk
malengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa
jauh diagnosa keperawatan .Rencana tindakan dan
pelaksanaan sudah berhasil dicapai melalui evaluasi
memungkinkan perawat untuk memonitor keaqlapaan yang
terjadi selama tahap pengkajian.Analisa perencanaan dan
pelaksanaan tindakan (Ignatifikeus dan Buyne. 1994).

24
Tolak ukur yang di gunakan untuk penilaian pencapaian
tujuan pada tahap dan tahap kriteria yang sudah di buat pada
tahap perencanaan sehingga akhirnya dapat di simpulkan apakah
masalah teratasi sebagian/seluruhnya, belum sama sekali atau
bahkan timbul masalah baru.
Selanjutnya perkembangan respon pasien di tuangkan
perkembangan ke dalam catatan perkembangan pasien yang di
uraikan secara SOAP :
S : Keluhan-keluhan pasien (apa yang di katakan
pasien/keluarga)
O : Apa yang di lihat ,di ukur dan di rasakan oleh perawat
A : Kesimpulan perawat tentang kondisi pasien
P : Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah
pasien

2.2 Selulitis
2.2.1 Konsep Dasar Penyakit Selulitis
1. Definisi
Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang
jaringan subkutis, biasanya didahului luka atau trauma dengan
penyebab tersering Streptokokus betahemolitikus dan
Stafilokokus aureus. Sellulitis adalah peradangan pada jaringan
kulit yang mana cenderung meluas kearah samping dan ke dalam
(Herry, 1996).
Selulitis merupakan inflamasi jaringan subkutan dimana
proses inflamasi, yang umumnya dianggap sebagai penyebab
adalah bakteri S.aureus dan atau Streptococcus ( Arif Muttaqin,
hal 68, 2011 ).
Selulitis merupakan suatu penyebaran infeksi bakteri ke
dalam kulit dan jaringan di bawah kulit. Infeksi dapat segera
menyebar dan dapat masuk ke dalam pembuluh getah bening dan
aliran darah. Jika hal ini terjadi, infeksi bisa menyebar ke seluruh
tubuh.
Selulitis merupakan infeksi pada lapisan kulit yang lebih
dalam. Dengan karakteristik sebagai berikut :

25
a.Peradangan supuratif sampai di jaringan subkutis.
b. Mengenai pembuluh limfe permukaan.
c.Plak eritematus, batas tidak jelas dan cepat meluas.
2. Klasifikasi
Selulitis dapat dibagi menjadi 3 yaitu selulitis sirkumskripta
serous akut, selulitis sirkumskripta supuratif akut dan selulitis
difus akut.
a.Selulitis Sirkumskripta Serous Akut
Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu
atau dua spasia fasial, yang tidak jelas batasnya.Infeksi
bakteri mengandung serous, konsistensinya sangat lunak dan
spongius.Penamaannya berdasarkan ruang anatomi atau
spasia yang terlibat.
b. Selulitis Sikrumskripta Supuratif Akut
Prosesnya hampir sama dengan selulitis sirkumskripta
serous akut, hanya infeksi bakteri tersebut juga mengandung
suppurasi yang purulen. Penamaan berdasarkan spasia yang
dikenainya.Jika terbentuk eksudat yang purulen,
mengindikasikan tubuh bertendensi membatasi penyebaran
infeksi dan mekanisme resistensi lokal tubuh dalam
mengontrol infeksi.
c.Selulitis Difsus Akut
Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah
Phlegmone/Angina Ludwig’s . Angina Ludwig’s merupakan
suatu selulitis difus yang mengenai spasia sublingual,
submental dan submandibular bilateral, kadang-kadang
sampai mengenai spasia pharyngeal. Selulitis dimulai dari
dasar mulut. Seringkali bilateral, tetapi bila hanya mengenai
satu sisi/ unilateral disebut Pseudophlegmon.
3. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi

26
Kulit merupakan pembatas tubuh dengan lingkungan
sekitar karena posisinya yang terletak di bagian paling luar.
Luas kulit dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat
badan.
1) Lapisan Epidermis (kutikel)
Lapisan epidermis terdiri dari :
a) Stratum Korneum (lapisan tanduk)
Lapisan kulit paling luar yang terdiri dari sel
gepeng yang mati, tidak berinti, protoplasmanya
berubah menjadi keratin (zat tanduk).
b) Stratum Lusidum
Terletak di bawah lapisan korneum, lapisan sel
gepeng tanpa inti, protoplasmanya berubah menjadi
protein yang disebut eleidin. Lapisan ini lebih jelas
tampak pada telapak tangan dan kaki.
c) Stratum Granulosum (lapisan keratohialin)
Merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng dengan
sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di
antaranya. Butir kasar terdiri dari keratohialin.
Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini.
d) Stratum Spinosum (stratum Malphigi) atau
prickle cell layer (lapisan akanta )
Terdiri dari sel yang berbentuk poligonal,
protoplasmanya jernih karena banyak mengandung
glikogen, selnya akan semakin gepeng bila semakin
dekat ke permukaan. Di antara stratum spinosum,

27
terdapat jembatan antar sel (intercellular bridges)
yang terdiri dari protoplasma dan tonofibril atau
keratin. Perlekatan antar jembatan ini membentuk
penebalan bulat kecil yang disebut nodulus
Bizzozero. Di antara sel spinosum juga terdapat pula
sel Langerhans.
e) Stratum Basalis
Terdiri dari sel kubus (kolumnar) yang
tersusun vertikal pada perbatasan dermo-epidermal
berbaris seperti pagar (palisade). Sel basal
bermitosis dan berfungsi reproduktif.
f) Sel kolumnar
Protoplasma basofilik inti lonjong besar, di
hubungkan oleh jembatan antar sel.
g) Sel pembentuk melanin (melanosit) atau
clear cell
Sel berwarna muda, sitoplasma basofilik dan
inti gelap, mengandung pigmen (melanosomes)
2) Lapisan Dermis (korium, kutis vera, true skin)
Terdiri dari lapisan elastik dan fibrosa pada dengan
elemen-elemen selular dan folikel rambut.
a) Pars Papilare
Bagian yang menonjol ke epidermis, berisi
ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
b) Pars Retikulare
Bagian bawah yang menonjol ke subkutan.
Terdiri dari serabut penunjang seperti kolagen,
elastin, dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini
terdiri dari cairan kental asam hialuronat dan
kondroitin sulfat, dibagian ini terdapat pula
fibroblas. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas,
selanjutnya membentuk ikatan (bundel) yang
mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin.
Kolagen muda bersifat elastin, seiring bertambahnya
usia, menjadi kurang larut dan makin stabil.

28
Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin
biasanya bergelombang, berbentuk amorf, dan
mudah mengembang serta lebih elastis.
3) Lapisan Subkutis (hipodermis)
Lapisan paling dalam, terdiri dari jaringan ikat
longgar berisi sel lemak yang bulat, besar, dengan inti
mendesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah.
Sel ini berkelompok dan dipisahkan oleh trabekula yang
fibrosa. Lapisan sel lemak disebut dengan panikulus
adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di
lapisan ini terdapat saraf tepi, pembuluh darah, dan getah
bening. Lapisan lemak berfungsi juga sebagai bantalan,
ketebalannya berbeda pada beberapa kulit. Di kelopak
mata dan penis lebih tipis, di perut lebih tebal (sampai 3
cm).
Vaskularisasi di kuli diatur pleksus superfisialis
(terletak di bagian atas dermis) dan pleksus profunda
(terletak di subkutis).
b. Fisiologi Kulit
1) Fungsi Proteksi
Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut
jaringan penunjang yang dapat melindungi tubuh dari
gangguan :
a) fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan.
b) kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam,
alkali kuat
c) panas : radiasi, sengatan sinar UV
d) infeksi luar : bakteri, jamur
Beberapa macam perlindungan :
a) Melanosit melindungi kulit dari pajanan
sinar matahari dengan mengadakan tanning
(penggelapan kulit)

29
b) Stratum korneum impermeable terhadap
berbagai zat kimia dan air.
c) Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan
sebum merupakan perlindungan kimiawi terhadap
infeksi bakteri maupun jamur
d) Proses keratinisasi sebagai sawar (barrier)
mekanis karena sel mati melepaskan diri secara
teratur.
2) Fungsi Absorpsi
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air
memungkinkan kulit ikut mengambil fungsi respirasi.
Kemampuan absorbsinya bergantung pada ketebalan
kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis
vehikulum. PEnyerapan dapat melalui celah antar sel,
menembus sel epidermis, melalui muara saluran kelenjar.
3) Fungsi Ekskresi
Mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh
seperti NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Pada fetus,
kelenjar lemak dengan bantuan hormon androgen dari
ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya
dari cairan amnion, pada waktu lahir ditemui sebagai
Vernix Caseosa.
4) Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis
dan subkutis. Saraf sensori lebih banyak jumlahnya pada
daerah yang erotik.
a) Badan Ruffini di dermis dan subkutis peka
rangsangan panas
b) Badan Krause di dermis peka rangsangan
dingin
c) Badan Taktik Meissner di papila dermis
peka rangsangan rabaan

30
d) Badan Merkel Ranvier di epidermis peka
rangsangan rabaan
e) Badan Paccini di epidemis peka rangsangan
tekanan
5) Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi)
Dengan cara mengeluarkan keringat dan
mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit.
Kulit kaya pembuluh darah sehingga mendapat nutrisi
yang baik. Tonus vaskuler dipengaruhi oleh saraf
simpatis (asetilkolin). Pada bayi, dinding pembuluh
darah belum sempurna sehingga terjadi ekstravasasi
cairan dan membuat kulit bayi terlihat lebih edematosa
(banyak mengandung air dan Na).
6) Fungsi Pembentukan Pigmen
Karena terdapat melanosit (sel pembentuk pigmen)
yang terdiri dari butiran pigmen (melanosomes).

7) Fungsi Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang
mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan
berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel
spinosum, makin ke atas sel makin menjadi gepeng dan
bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti
makin menghilang dan keratinosit menjadi sel tanduk
yang amorf. Proses ini berlangsung 14-21 hari dan
memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara
mekanis fisiologik.
8) Fungsi Pembentukan Vitamin D
Kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan
pertolongan sinar matahari. Tapi kebutuhan vit D tubuh
tidak hanya cukup dari hal tersebut. Pemberian vit D
sistemik masih tetap diperlukan.

31
4. Etiologi
Penyakit Selulitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri
dan jamur, namun ada beberapa penyebab lain dari selulitis yaitu :
a.Infeksi bakteri dan jamur
1) Disebabkan oleh Streptococcus grup A dan
Staphylococcus aureus
2) Pada bayi yang terkena penyakit ini dibabkan oleh
Streptococcus grup B
3) Infeksi dari jamur Aeromonas Hydrophila, tapi
Infeksi yang diakibatkan jamur termasuk jarang.
4) S. Pneumoniae (Pneumococcus)
b. Penyebab lain
1) Gigitan binatang, serangga, atau bahkan gigitan
manusia.
2) Kulit kering
3) Eksim
4) Kulit yang terbakar atau melepuh
5) Diabetes
6) Obesitas atau kegemukan
7) Pembekakan yang kronis pada kaki
8) Penyalahgunaan obat-obat terlarang
9) Menurunnyaa daya tahan tubuh
10) Cacar air
11) Malnutrisi
5. Patofisiologi
Invasi bakteri masuk melalui trauma, luka, gigitan serangga
berinvasi streptokokus dan staphylococcus aureus melalui barier
epidermal yang rusak menyerang kulit dan subkutan, masuk ke
jaringan yang lebih dalam dan menyebar secara sistemik yang
menyebabkan terjadinya reaksi infeksi/inflamasi yang merupakan
respon dari tubuh sehingga muncul nyeri, pembengkakan kulit,
lesi kemerahan dan demam.

32
Bakteri pathogen yang menembus lapisan luar
menimbulkan infeksi pada permukaan kulit atau menimbulkan
peradangan. Penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk,
rendah gizi, orang tua dan pada orang dengan diabetes mellitus
yang pengobatannya tidak adekuat.
Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan sistem vena
serta limfatik pada ke dua ekstremitas atas dan bawah. Pada
pemeriksaan ditemukan kemerahan yang karakteristi hangat,
nyeri tekan, demam dan bakterimia.
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan
oleh streptokokus grup A, streptokokus lain atau staphilokokus
aereus, kecuali jika luka yang terkait berkembang bakterimia,
etiologi microbial yang pasti sulit ditentukan, untuk abses
lokalisata yang mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau
bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun etiologi abses ini
biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh
campuran bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks. Bau
busuk dan pewarnaan gram pus menunjukkan adanya organisme
campuran.
Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal
dan berindurasi dan dapat mengalami infeksi. Etiologinya tidak
jelas, tetapi mungkin merupakan hasil perubahan peradangan
benda asing, nekrosis dan infeksi derajat rendah.
6. Pathway

33
7.

( Sajunk Citra, 2012 )


8. Manifestasi Klinis
Selulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan yang
terlokalisasi. Kulit tampak merah, bengkak, licin disertai nyeri
tekan dan teraba hangat. Ruam kulit muncul secara tiba-tiba dan
memiliki batas yang tegas. Bisa disertai memar dan lepuhan-
lepuhan kecil. Gejala lainnya adalah :
a.Demam
b. Nyeri kepala
c.Nyeri otot
d. Tidak enak badan
e.Malaise
f. Edema
g. Lesi
9. Komplikasi
a.Bakteremia
b. Nanah atau local Abscess
c.Superinfeksi oleh bakteri gram negative
d. Lymphangitis
e.Trombophlebitis
f. Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak
menyebabkan meningitis sebesar 8%.
g. Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan
(Gangrene), dan dimana harus melakukan amputasi yang
mana mempunyai resiko kematian hingga 25%.
10. Penatalaksanaan
Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi
ke darah dan organ lainnya. Diberikan penicillin atau obat sejenis
penicillin (misalnya cloxacillin).

34
Jika infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan).
Biasanya sebelum diberikan sediaan per-oral, terlebih dahulu
diberikan suntikan antibiotik jika:
a.Penderita berusia lanjut
b. Selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh
lainnya
c.Demam tinggi.
Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai
dibiarkan dalam posisi terangkat dan dikompres dingin untuk
mengurangi nyeri dan pembengkakan.
11. Pencegahan
Jika memiliki luka :
a.Bersihkan luka setiap hari dengan sabun dan air
b. Oleskan antibiotic
b. Tutupi luka dengan perban
c.Sering-sering mengganti perban tersebut
d. Perhatikan jika ada tanda-tanda infeksi
Jika kulit masih normal :
a. Lembabkan kulit secara teratur
b. Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati
c.Lindungi tangan dan kaki
b. Rawat secara tepat infeksi kulit pada bagian
superficial
12. Pemeriksaan Penunjang
Jika sudah mengalami gejala seperti adanya tanda systemic,
maka untuk melakukan diagnosis membutuhkan penegakan
diagnosis tersebut dengan melakukan pemeriksaan lab seperti :
a.Complete blood count, menunjukkan kenaikan jumlah
leukosit dan rata-rata sedimentasi eritrosit. Sehingga
mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
b. BUN level.
c.Creatinine level.
d. Culture darah

35
2.2.2 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Diri Klien
Meliputi tanggal pengkajian, ruangan, nama (inisial),
nomor MR, umur, pekerjaan, agama, jenis kelamin, alamat,
tanggal masuk RS, alasan masuk RS, cara masuk RS,
penanggung jawab.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Biasanya pada klien dengan limfadenopati keluhan
utamanya yaitu klien mengatakan nyeri pada luka,
terkadang disertai demam, menggigil dan malaise.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengalami luka pada bagian tubuh
tertentu dengan karakteristik berwarna merah, terasa
lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang
dan mengilap
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji penyebab luka pada pasien dan pernahkah
sebelumnya mengidap penyakit seperti ini, adakah alergi
yang dimiliki dan riwayat pemakaian obat.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat
mengidap penyakit selulitis atau penyekit kulit lainnya
c.Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum Klien
Tingkat kesadaran : Biasanya Composmentis
Berat badan : Biasanya normal
Tinggi badan : Biasanya normal
2) Tanda-Tanda Vital
TD : Biasanya menurun (< 120/80mmHg)
Nadi : Biasanya menurun (<90x/i)
RR : Biasanya normal (18-24 x/i)
Suhu : Biasanya meningkat (>37.5 °C)
3) Pemeriksaan Head to Toe
a) Kepala
Inspeksi : Bentuk, karakteristik rambut serta
kebersihan kepala
Palpasi : Adanya massa, benjolan ataupun lesi
b) Mata

36
Inspeksi : Sklera, conjungtiva, iris, kornea
serta reflek pupil dan tanda-tanda iritasi
c) Telinga
Inspeksi : Daun telinga, liang telinga,
membran tympani, adanya serumen serta
pendarahan
d) Hidung
Inspeksi : Lihat kesimetrisan, membran
mukosa, tes penciuman serta alergi terhadap sesuatu
e) Mulut
Inspeksi : Kebersihan mulut, mukosa mulut,
lidah, gigi dan tonsil
f) Leher
Inspeksi : Kesimetrisan leher, pembesaran
kelenjar tyroid dan JVP
Palpasi : Arteri carotis, vena jugularis, kelenjar
tyroid, adanya massa atau benjolan
g) Thorax / Paru
Inspeksi : Bentuk thorax, pola nafas dan otot
bantu nafas
Palpasi : Vocal remitus
Perkusi : Batas paru kanan dan kiri
Auskutasi : Suara nafas
h) Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis
Palpasi : Ictus cordis
Perkusi : Batas jantung kanan dan kiri
Auskultasi : Batas jantung I dan II
i) Abdomen
Inspeksi : Asites atau tidak
Palpasi : Adanya massa atau nyeri tekan
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus
j) Kulit
Inspeksi : Warna kulit, turgor kulit, adanya
jaringan parut atau lesi dan CRT. Gejala awal berupa
kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu
daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi
menjadi panas dan bengkak, dan tampak seperti kulit
jeruk yang mengelupas (peau d’orange). Pada kulit
yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi

37
cairan (vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan
(bula), yang bisa pecah.
k) EkstremitasKaji nyeri, kekuatan dan tonus
otot
l) Riwayat bio-psiko-sosial-dan sspiritual
(Virginia handerson)Hal-hal yang dikaji:
1. Pola respirasi
pada pola pernafasan yang perlu diperhatikan
adalah frekuensi, pernafasan, gerak dinding
dada, pernafasan cuping hidung, apakah klien
merasa sesak
2. Pola nutrisi
pada pola nutrisi yang ditanyakan adalah nafsu
makan, diet khusus, suplemen yang dikonsumsi,
instruksi, diet sebelumnya, jumlah cairan dan
makanan yang masuk perhari, ada tidaknya
mual, muntah dan kesulitan menelan.
3. Pola eliminasi
pada pola eliminasi yang perlu ditanyakan
adalah jumlah kebiasaan defekasi perhari, ada
tidaknya konstipasi, diare, inkotinesia,
kebiasaan berkemih, ada/tidaknya disuria,
nokturia,urgensi, hmaturia, retensi dan
inkotinensia
4. Pola aktivitas
Mengkaji kemamppuan aktifitas dan mobilitas
kehidupan klien sehari-hari

5. Kebutuhan istirahat tidur


pengkajian pola kebutuhan tidur ini yang
ditanyakan adalah jumlah jam tidur pada malam
hari, pagi, dan siang, merasa tenang setelah
tidur, masalah selama tidur. Pada klien dengan

38
gangguan oksigenasi i biasanya mengalami
masalah dalam istirahat tidurnya.
6. Mempertahankan temperature tubuhnya .
untuk mengetahui pengaturan suhu tubuh,
apakah mengalami hipertermi atau hipotermi.
7. Kebutuhan personal hygiene
Mengkaji apakah ada kesulitan dalam
memelihara kebersihan dirinya.

8. Kebutuhan rasa aman nyaman.


Dalam kebutuhan rasa aman nyaman ini perlu
ditanyakan apakah klien tetap merasakan aman
dan terlindungi oleh keluarganya.
9. Berkomunikasi dengan orang lain
Bagaimana hubungan klien dengan keluarga
serta bagaimana klien berinteraksi dengan
lingkungan sekitar.

10. Kebutuhan bekerja


Bagaimana klien saat bekerja
11. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Pada pengumpulan data ini, hal yang perlu
diperhatikan adalah hal-hal apa yang dapat
membuat klien senang.
12. Kebutuhan berpakaian
Tidak mengalami gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan berpakaian.
13. Kebutuhan belajar
Kebutuhan klien dalam memperoleh ilmu
pengetahuan
14. Kebutuhan spiritual
Kepercayaan dan keyakinan dalam beragama.

39
2. Diagnosa Keperawatan
a. Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Problem
1 Ds : Pembengkaka Nyeri akut
1. Klien n kronis

mengatakan bahwa
ia merasakan nyeri
pada kaki kanannya
2. Klien
mengatakan nyeri
bersifat tumpul
dengan frekuensi
hilang timbul
3. Klien
mengatakan
terdapat nyeri tekan
pada kaki kanannya
Do :
1. Klien tampak
meringis
2. Klien tampak
gelisah
P : Adanya
pembengkakan kronis
pada kaki kanan
Q : Tumpul
R : Kaki kanan
S:6
T : Hilang timbul
Adapaun hasil
pemeriksaan fisik dari
ekstremitas bawah
klien yaitu :
Inspeksi :

40
Terdapat
ketidaksimetrisan
antara kaki kanan dan
kiri klien dikarenakan
adanya pembengkakan
pada kaki kanan,
selain itu terdapat
warna kemerahan
disekitar edema pada
kaki kanan klien.
Palpasi :
Adanya edema dan
berisi cairan pada kaki
kanan klien
2 Ds : Edema pada Hambatan
1. Klien mengatakan kaki kanan mobilitas
klien fisik
bahwa ia sulit
untuk berjalan
2. Klien juga
mengatakan bahwa
ia merasa kesakitan
tiap kali berjalan
3. Klien juga
mengatakan bahwa
ia membutuhkan
bantuan untuk
berjalan
Do :
1. Kaki kanan klien
tampak bengkak
dan berisi cairan
2. Kaki kanan klien
tampak memerah
3. Klien

41
menggunakan kursi
roda
3 Ds :
1. Klien mengatakan
bahwa ia
mengalami demam
tinggi
2. Klien mengatakan
bahwa ia merasa
tidak enak badan
3. Klien mengatakan Proses infeksi Hipertermi
bahwa badannya
terasa panas saat
diraba

Do :
1. Klien tampak
lemas
2. Saat di palpasi
badan klien terasa
panas
3. Adapun hasil
pemeriskaan TTV
klien yaitu :
TD : 110/70mmHg
S : 38.5°C
N : 76x/i
RR : 20x/i

c.Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut
2) Kerusakan integritas kulit
3) Hipertermi b.d proses infeksi
4) Hambatan mobilitas fisik b/d edema pada kaki
4. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1 Nyeri 1. Pain level Pain Management
2. Pain control
akut 1. Lakukan

42
comfort level pengkajian nyeri
Kriteria Hasil : secara
1. Mampu komprehensif
2. Observasi
mengontrol nyeri
2. Mampu reaksi nonverbal
mengenali nyeri dari
3. Mampu
ketidaknyamanan
menggunakan teknik 3. Gunakan teknik
non farmakologi komunikasi
untuk mengurangi teraupetik
4. Evaluasi
nyeri
4. Melaporkan pengalaman nyeri
bahwa nyeri masa lampau
5. Ajarkan teknik
berkurang dengan
relaksasi
menggunakan
6. Kolaborasi
manajemen nyeri
dengan dokter
5. Menyatakan rasa
dalam pemberian
nyaman setelah nyeri
therapy
berkurang
2 Kerusaka 1. Tissue integrity Pressure
2. Membranes
n Management
3. Hemodyalis akses
integritas 1. Anjurkan pasien
Kriteria Hasil :
kulit menggunakan
1. Integritas kulit yang
pakaian yang
baik bisa diperbaiki
2. Tidak ada luka/lesi longkar
2. Jaga kebersihan
pada kulit
3. Perfusi jaringan baik kulit agar tetap
bersih
3. Monitor kulit akan
adanya kemerahan

43
3. Hiperterm 1. Thermoregulation Fever Treatment
i Kriteria Hasil : 1. Pantau suhu
1. Suhu tubuh dalam sesering mungkin
2. Pantau IWL
rentang normal
3. Pantau warna kulit
2. Nadi dan RR normal
3. Tidak ada perubahan dan suhu tubuh
4. Kolaborasikan
warna kulit dan pusing
dalam pemberian
therapy
4 Hambatan 1. Self care : ADLs Exchercise Therapy :
2. Mobility level
mobilitas Ambulation
Kriteria Hasil :
fisik 1. Pantau TTV
1. Klien meningkat
sebelum dan
dalam aktivitas fisik
sesudah latihan
2. Mengierti tujuan dari
2. Ajarkan pasien
peningkatan mobilitas
tentang teknik
3. Bantu untuk
ambulasi
mobilisasi (walker)
3. Latih pasien dalam
memenuhi
kebutuhan ADLs
secara mandiri

44
BAB 3
PENUTUP
1.1 Simpulan
Folikulitis merupakan infeksi bakteri pada folikel rambut yang
menyebabkan pembentukan pustula. Klasifikasi Folikulitis berdasarkan
letaknya :Folikulitis Superficial, foliklitis profunda, dan berdasarkan
penyebabnya.
Etiologinya Faktor resiko yang menjadi predisposisi infeksi ini
adalah : Luka yang terinfeksi, Higiene yang buruk, Keadaan umum yang
jelek, Pakaian yang ketat, Gesekan, Pencukuran, Terapi imunosupresan,
Pajanan pelarut tertentu
Patofisiologi Mikroorganisme penyebab ini memasuki tubuh dan
biasanya lewat retakan sawar kulit (serta tempat luka). Kemudian
mikroorganisme tersebut menyebabkan reaksi inflamasi dalam folikel rambut.
Pemeriksaan penunjang : Riwayat pasien yang memperlihatkan
folikulitis sebelumnya, Pemeriksaan fisik adanya lesi kulit, pemeriksaan
kultur luka, peningkatan eritrosit. Komplikasi :Dapat terbentuk bisul bisa
disebut furunkel, apabila folikel yang meradang pecah dapat menyebarkan
bakteri ke dermis, Nyeri hebat, Peradangan memburuk, Dapat terjadi Pus dan
selulitis
Penatalaksanaan :air dan sabun antibiotik(misal : pHisoHex), mungkin
diperlukan kompres hangat dan insisi lesi, antibiotik topikal dan sistemik.
1.2 Saran
Bagi perawat diharapkan dapat melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai dengan prosedur yang ada dan bagi seluruh masyarakat agar dapat
selalu menjaga kondisi tubuhnya agar terhindar dari penyebaran
mikroorganisme.
Mengerti dan memahami gejala dari Folikulitis sangat penting untuk
menegakkan diagnosis sedini mungkin. Diagnosis dan pengobatan dini
mencegah terjadinya komplikasi yang bersifat fatal. Mengetahui penyebab

45
Folikulitis sangat penting untuk menentukan jenis pengobatan yang
diberikan.

DAFTAR PUSTAKA
Corwin, J. E. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Huda Amin Nurarif dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA & NIC NOC. Jogjakarta :
Mediaction.

Heather T. Herdman & Shigemi Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan :


Definis & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 Terjemahan Indonesia. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Judith, M W (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC


dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

Kowalak, P. Jennifer. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC

M, D. A. (2006). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Price, S. A. (2005). Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta:


EGC.

M. Gloria Bulechek, dkk. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC).


Singapore : El Sevier.

Moorhead Sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Singapore :


El Sevier.

Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. (2013). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Integumen. Jakarta: Salemba Medika.

46
47

Anda mungkin juga menyukai