Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.A PASIEN DENGAN GANGGUAN


SISTEM PERNAFASAN PADA KASUS ASMA BRONCHIALE DI RUANG
IGD PUSKESMAS KARANG TALIWANG KOTA MATARAM

OLEH :

MELIAN ERYANTI

060STYC17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2020

1
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Dalam menyelesaikan makalah ini penulis dibantu oleh berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah, teman-
teman Kelompok , serta semua pihak yang dengan caranya masing-masing telah
membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Sebagai makluk yang lemah penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak, penulis terima dengan lapang dada.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua terutama dalam meningkatkan kualitas pendidikan kita.

Mataram, 10 Maret 2020


Penyusun

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................1
C. TUJUAN............................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
KONSEP TEORI...........................................................................................................3
1. Pengertian..........................................................................................................3
2. Epidemiologi......................................................................................................3
3. Etiologi...............................................................................................................3
4. patofiologi..........................................................................................................4
5. Klasifikasi..........................................................................................................9
6. Gejala klinis.....................................................................................................11
7. Pemeriksaan diagnostik / penunjang............................................................11
8. Therapy............................................................................................................12
9. OBAT-OBATAN..............................................................................................12
BAB III........................................................................................................................14
ASUHAN DASAR KEPERAWATAN........................................................................14
A. Pengkajian........................................................................................................14
B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul............................................19
C. Rencana Tindakan..........................................................................................20
D. IMPLEMENTASI...........................................................................................25
E. EVALUASI......................................................................................................25
BAB IV........................................................................................................................28
PENUTUP...................................................................................................................28

4
A. KESIMPULAN...............................................................................................28
Daftar Pustaka..............................................................................................................29

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten ,reversible


dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli
tertentu.(Brunner&Suddarth, 2001)

Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas


cabang-cabang trakeobronkial terhadap pelbagai jenis rangsangan .Keadaan
ini bermanifestasi sebagai penyempitan saluran nafas secara periodik dan
reversible akibat bronkospasme. Penyempitan jalan nafas ini disebabkan oleh
bronkospasme, edema mukosa dan hipersekresi mukus yang kental.
(Silvia.A,1995).

Asma dapat terjadi pada sembarang golongan usia ,sekitar setengah


dari kasus terjadi pada anak-anak dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia
40 tahun .Asma dapat berakibat fatal ,lebih sering lagi asma sangat
mengganggu ,mempengaruhi kehadiran disekolah, pilihan pekerjaan,
aktivitas fisik,dan banyak aspek kehidupan lainnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dariApa saja anatomiasma?
2. Apa saja klasifikasi asma?
3. Apa etiologi asma?
4. Bagaimana patofisiologiasma?
5. Apa saja tanda dan gejala asma?
6. Apa manifestasi klinis dari asma ?
7. Bagaiman pemeriksaan penunjang asma?
8. Apa saja therapy yang di berikan pada pasien asma ?
9. Apa saja obat-obatan asma ?
10. Bagaimana proses keperawatan yang sesuai padaasma?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari Apa definisi dariAsma
2. Untuk memahami anatomiAsma

1
3. Untuk memahami klasifikasi Untuk mengetahui etiologi asma
4. Untuk memahami patofisiologiasma
5. Untuk mengetahui saja tanda dan gejala asma
6. Untuk mngetahui Apa manifestasi klinis dari asma
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang asma
8. Untuk mengetahui apa saja therapy yang diberikan pada pasien asma
9. Untuk mengetahui apa saja obat-obatan yang perlu diberikan pada
pasien asma.
10. Untuk proses keperawatan yang sesuai padaasma

BAB II

KONSEP TEORI

1. Pengertian

2
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten ,reversible
dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap
stimuli tertentu.(Brunner&Suddarth, 2001)

Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh


hipersensitivitas cabang-cabang trakeobronkial terhadap pelbagai jenis
rangsangan .Keadaan ini bermanifestasi sebagai penyempitan saluran
nafas secara periodik dan reversible akibat bronkospasme. Penyempitan
jalan nafas ini disebabkan oleh bronkospasme, edema mukosa dan
hipersekresi mukus yang kental.(Silvia.A,1995).

2. Epidemiologi

Asma dapat terjadi pada sembarang golongan usia ,sekitar setengah


dari kasus terjadi pada anak-anak dan sepertiga lainnya terjadi sebelum
usia 40 tahun .Asma dapat berakibat fatal ,lebih sering lagi asma sangat
mengganggu ,mempengaruhi kehadiran disekolah, pilihan pekerjaan,
aktivitas fisik,dan banyak aspek kehidupan lainnya.

3. Etiologi

Penyebab dari asma bronchiale dapat meliputi infeksi virus/bakteri,


imunologik/alergik, dan imunologik. Sedangkan faktor pencetus dari
asma bonchiale meliputi :

a. Alergen utama : debu rumah, spora jamur dan tepung sari


rerumputan
b. Iritan seperti asap, bau-bauan, dan polutan
c. Infeksi saluran nafas terutama yang disebabkan oleh virus
d. Perubahan cuaca yang ekstrim
e. Kegiatan jasmani yang berlebihan
f. Lingkungan kerja
g. Obat-obatan
h. Emosi

3
i. Lain-lain seperti refluks gastro esophagus
a. patofiologi
a. Asma bronchiale tipe atopik (ekstrinsik)

Asma timbul karena seseorang yang atopik (alergik) akibat


pemaparan allergen. Alergen yang masuk tubih melalui saluran
pernafasan, kulit, saluran pencernaan dan lain-lain akan ditangkap oleh
makrofag dan selanjutnya akan merangsang pembentukan IgE.

IgE yang terbentuk akan segera diikat oleh mastosit yang ada
dalam jaringan dan basifil yang ada dalam sirkulasi. Hal ini
dimungkinkan oleh karena kedua sel tersebut pada permukaannya
memiliki reseptor untuk IgE. Sel eosinofil ,makrofag dan trombosit
juga memiliki resepotor untuk IgE tetapi dengan afinitas yang lemah.
Orangyang sudah memiliki sel-sel mastosit dan basofil dengan IgE
pada permukaan tersebut belumlah menunjukkan gejala.Orang tersebut
sudah dianggap desentisasi atau baru menjadi rentan.

Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih
dengan allergen yang sama ,allergen yang masuk tubuh akan diikat oleh
IgE yang sudah ada pada permukaan mastofit dan basofil.Ikatan
tersebut akan menimbulkan influk Ca++ ke dalam sel dan terjadi
perubahan dalam sel yang menurunkan kadar cAMP.

Kadar cAMP yang menurun itu akan menimbulkan degranulasi


sel .Dalam proses degranulasi sel ini yang pertama kali dikeluarkan
adalah mediator yang sudah terkandung dalam granul-granul(preformed
) di dalam sitoplasma yang mempunyai sifat biologic,yaitu histamin,
Eosinofil Chemotactic Factor A(ECF-A), Neutrophil Chemotactic
Factor (NCF), trypase dan kinin. Efek yang segera terlihat oleh
mediator tersebut ialah obstruksi oleh histamin.

4
Hiperaktifitas bronkus yaitu brokus yang mudah sekali mengkerut
( konstriksi) bila terpapar dengan bahan/ faktor dengan kadar yang
rendah yang pada kebanyakan orang tidak menimbulkan reaksi apa-
apa, misalnya polusi, asap rokok/ dapur, bau-bauan yang tajam dan
lainnya baik yang berupa iritan maupun bukan iritan. Dewasa ini telah
diketahui bahwa hiperaktifitas bronkus disebabakan oleh inflamasi
brponkus yang kronik. Sel-sel inflamasi terutama eosinofil ditemukan
dalam jumlah besar dalam cairan bilaas bronkus pasien asma
bronchiale sebagai bronchitis kronik eosinofilik. Hiperreaktifitas
berhubungan dengan derajat berat penyakit.

Berdasarkan hal tersebut diatas penyakit asma dianggap secara


klinik sebagai penyakit bronkospasme yang reversible, secara
patofisiologik sebagai suatu hiperreaksi bronkus dan secara patologik
sebagai suatu peradangan saluran nafas.

Bronkus pada pasien asma oedema di mukosa dan


dindingnya ,infiltrasi sel radang terutama eosinofil serta terlepasnya sel
silia yang menyebabkan getaran silia dan mukus diatasnya sehingga
salah satu daya pertahanan saluran nafas menjadi tidak berfungsi lagi .
Ditemukan pula pada pasien asma bronchiale adanya penyumbatan
saluran nafas oleh mukus terutama pada cabang-cabang bronkus.

Akibat dari bronkospasme, oedema mukosa dan dinding


bronkus serta hipersekresi mukus maka terjadi penyempitan bronkus
dan percabangannya sehingga akan menimbulkan rasa sesak ,nafas
berbunyi (wheezing) dan batuk yang produktif.

Adanya stressor baik fisik maupun psikologis akan


menyebabkan suatu keadaan stress yang akan merangsang HPA
axis.HPA axis yang terangsang akan meningkatkan adeno corticotropik
hormone (ACTH) dan kadar kortisol dalam darah akan mensupresi

5
immunoglobin A (IgA) . Penurunan IgA menyebabkan kemampuan
untuk melisis sel radang menurun yang direspon tubuh sebagai suatu
bentuk inflamasi pada bronkus sehingga menimbulkan asma bronkiale.

b. Asma bronchiale tipe non atopik (intrisik)

Asma non alergik (asma intrinsik ) terjadi bukan karena


pemaparan allergen tetapi terjadi akibat beberapa faktor pencetus
seperti infeksi saluran nafas atas ,olah raga atau kegiatan jasmani yang
berat ,serta tekanan jiwa atau stress psikologik. Serangan asma terjadi
akibat ganguan saraf otonom terutama gangguan saraf simpatis yaitu
blockade adrenergic beta dan hiperreaktifitas adrenergik alfa. Pada
sebagian penderita asma aktifitas adrenergic alfa diduga meningkat
yang mengakibatkan bronkokonstriksi sehingga menimbulkan sesak
nafas.

c. Asma bronchiale campuran (mixed)

Pada tipe ini keluhan diperberat baik oleh faktor-faktor intrinsik


maupun ekstrinsi

Secara singkat patofisilogi asma bronchiale sampai menimbulkan


masalah keperawatan dapat digambarkan sebagai berikut

Penyebab:

-Alergen

-Non allergen/idiopatik:

Common cold,infeksi
traktus respiratorius,emosi, 6
latihan, dehidrasi,iritan non
spesifik

-Hipersensitif terhadap
Kontak terhadap tubuh

Pembentukan antibody(IgE)

Ikatan antigen & antibody

Kurang informasi Menyerang sel-sel mast dalam paru

Kurang Pelepasan mediator (histamine, bradikinin,


pengetahuan
Prostaglandin serta anafilaksis SRS-A)

Mempengaruhi otot polos & kelenjar jalan


nafas

Pembengkakan membrane Bronkospasme Pembentukan


mukus

mukosa yang
banyak

Bersihan
jalan nafas Resiko
tidak efektif tinggi
infeksi

7
Penyempitan jalan nafas

Sesak nafas Expirasi lebih panjang Ketidaksamaan


ventilasi

dari inspirasi dan perfusi

Pola nafas
usah makan Kerusakan
tidak efektif
Gangguan pertukaran gas
Resti istirahat
perubahan dan tidur
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Cemas
tubuh
Usaha nafas meningkat

Pemakaian energi meningkat

Kelemahan fisik

Intoleransi
aktivitas

8
Dari pohon masalah diatas masalah keperawatan yang mungkin muncul :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d produksi mukus yang


meningkat
b. Pola nafas tidak efektif b/d bronkospasme
c. Kerusakan pertukaran gas b/d ketidaksamaan ventilasi dan
perfusi
d. Cemas b/d ancaman kematian
e. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik
f. Gangguan istirahat dan tidur b/d sesak nafas
g. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b/d sesak nafas
h. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi
i. Resiko tinggi infeksi b/d produksi mukus yang meningkat
4. Klasifikasi
a. Klasifikasi derajat asma

DERAJAT GEJALA GEJALA FUNGSI PARU


ASMA MALAM
INTERMITEN -Gejala <1x /minggu <2 kali sebulan APE > 80%

Mingguan -Tanpa gejala diluar


serangan

-Serangan singkat

-Fungsi paru
asimtomatik dan
normal luar serangan
PERSISTEN -Gejala >1x minggu > 2 kali seminggu APE > 80 %
RINGAN tapi <1x / hari
Normal
Mingguan
-Serangan dapat

9
mengganggu aktivitas
dan tidur

PERSISTEN -Gejala harian > sekali APE >60 % tetapi


seminggu <80 %
SEDANG -Menggunakan obat
setiap hari Normal
Harian
-Serangan mengganggu
aktivitas dan tidur

-Serangan 2x / minggu,
bisa berhari-hari
PERSISTEN -Gejala terus menerus Sering APE < 80%
BERAT
-Aktivitas fisik terbatas Normal
Kontinu
-Sering serangan

b.Klasifikasi berdasarkan penyebab / pencetus

1. Asma bronchiale tipe atopik (ekstrinsik)

2. Asma bronchiale tipe non atopik (intrinsik)

3 .Asma bronchiale campuran

5. Gejala klinis

a. Batuk berdahak .
b. Dispnea – pernafasan labored

10
c. Mengi , dengan makin besarnya obstruksi mengi dapat hilang
yang sering menjadi pertanda bahaya gagal nafas.
d. Pernafasan lambat : lebih susah dan panjang dibandingkan
inspirasi.
e. Retraksi otot-otot bantu pernafasan.
f. Berkeringat
g. Takikardia.
h. Pelebaran tekanan nadi
i. Pembesaran vena leher.
j. Auskultasi suara nafas : wheezing (+)
6. Pemeriksaan diagnostik / penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
 -Gambaran darah tepi: Menunjukkan leukositosis
(15.000 – 40.000/mm3 )
 -Analisa gas darah : Menunjukkan asidosis metabolik
dengan atau tanpa retensi
 CO2.
o -darah (terutama eosinofil, Ig E total, Ig E
spesifik)
o -sputum(eosinofil,spiral Curshman, kristal
Charcot –Leyden).
b. Pemeriksaan Radiologi
Foto Thoraks : Menunjukkan terdapat bercak- bercak infiltrat
pada satu atau beberapa lobus.

c. Lain –Lain
 Tes fungsi paru : Untuk mengetahui fungsi paru , menetapkan
luas beratnya penyakit , mendiagnosis keadaan .
 Spirometri statik : Mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
7. Therapy
Prinsip-prinsip penatalaksanaan asma bronkial:
a. Diagnosis status asmatikus. Faktor penting yang harus
diperhatikan :
b. Saatnya serangan

11
c. Obat-obatan yang telah diberikan (macam obatnya dan
dosisnya)
d. Pemberian obat bronchodilator
e. Penilaian terhadap perbaikan serangan
f. Pertimbangan terhadap pemberian kortikosteroid
g. Setelah serangan mereda :
h. Cari faktor penyebab
i. Modifikasi pengobatan penunjang selanjutnya
8. OBAT-OBATAN
a. Bronchodilator
Tidak digunakan alat-alat bronchodilator secara oral, tetapi
dipakai secara inhalasi atau parenteral. Jika sebelumnya telah
digunakan obat golongan simpatomimetik, maka sebaiknya diberikan
aminofilin secara parenteral sebab mekanisme yang berlainan,
demikian sebaliknya, bila sebelumnya telah digunakan obat golongan
Teofilin oral maka sebaiknya diberikan obat golongan simpatomimetik
secara aerosol atau parenteral.

Obat-obat bronchodilator golongan simpatomimetik bentuk


selektif terhadap adreno reseptor (Orsiprendlin, Salbutamol,
Terbutalin, Ispenturin, Fenoterol ) mempunyai sifat lebih efektif dan
masa kerja lebih lama serta efek samping kecil dibandingkan dengan
bentuk non selektif (Adrenalin, Efedrin, Isoprendlin)

 Obat-obat Bronkhodilatator serta aerosol bekerja lebih cepat


dan efek samping sistemik lebih kecil. Baik digunakan untuk sesak
nafas berat pada anak-anak dan dewasa. Mula-mua diberikan 2
sedotan dari suatu metered aerosol defire ( Afulpen metered
aerosol ). Jika menunjukkan perbaikan dapat diulang tiap 4 jam,
jika tidak ada perbaikan sampai 10 - 15 menit berikan aminofilin
intravena.

12
 Obat-obat Bronkhodilatator Simpatomimetik memberi efek
samping takhikardi, penggunaan perentral pada orang tua harus
hati-hati, berbahaya pada penyakit hipertensi, kardiovaskuler dan
serebrovaskuler. Pada dewasa dicoba dengan 0,3 ml larutan
epineprin 1 : 1000 secara subkutan. Anak-anak 0.01mg / kg BB
subkutan (1mg per mil ) dapat diulang tiap 30 menit untuk 2 - 3 x
tergantung kebutuhan.
 Pemberian Aminophilin secara intrvena dosis awal 5 - 6 mg/kg
BB dewasa/anak-anak, disuntikan perlahan-lahan dalam 5 - 10
menit. untuk dosis penunjang 0,9 mg/kg BB/jam secara infus. Efek
samping TD menurun bila tidak perlahan-lahan.
b. Kortikosteroid
Jika pemberian obat-obat bronkhodilatator tidak menunjukkan
perbaikan, dilanjutkan dengan pengobatan kortikosteroid . 200 mg
hidrokortison atau dengan dosis 3 - 4 mg/kg BB intravena sebagai
dosis permulaan dapat diulang 2 - 4 jam secara parenteral sampai
serangan akut terkontrol, dengan diikuti pemberian 30 - 60 mg
prednison atau dengan dosis 1 - 2 mg/kg BB/hari secara oral dalam
dosis terbagi, kemudian dosis dikurangi secara bertahap.

c. Pemberian Oksigen
Melalui kanul hidung dengan kecepatan aliran O2 2-4 liter/menit dan
dialirkan melalui air untuk memberi kelembaban. Obat Ekspektoran
seperti Gliserolguayakolat dapat juga digunakan untuk memperbaiki
dehidrasi, maka intik cairan peroral dan infus harus cukup, sesuai
dengan prinsip rehidrasi, antibiotik diberikan bila ada infeksi.

BAB III

13
ASUHAN DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data biologis
a. Umur
Umur merupakan salah satu faktor mempengaruhi tekana darah,
semakin tua seseorang maka semakin beresiko terserang asma
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tekanan
c. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan secara tidak langsung juga mempengaruhi
…….
2. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang paling dirasakan dan yang
paling sering mengganggu pasien pada saat itu. Keluhan utama pasien
dijadikan sebagai acuan dalam menggali informasi lebih dalam,
melakukan pemeriksaan, dan pemberian tindakan. Misalnya kasus
dengan hipertensi.
3. Keluhan sekarang
Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan.
4. Riwayat penyakit sekarang
Ditanyakan adalah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan
kapan terjadinya dan sudah berapa kali dan telah diberi obat apa saja, serta
mencari penyakit relevan dengan keadaan sekarang dan penyakit kronik
(hipertensi, diabetes mellitus, dll), perawatan lama, rawat inap, imunisasi,
riwayat pengobatan.
5. Riwayat penyakit dahulu
Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit
keturunan dari pihak keluarga (diabetes mellitus, hipertensi,dll) atau
riwayat penyakit yang menular.
6. Pemeriksan fisik head to toe
a. Head to toe (dari kepala sampai dengan kaki)
Dari pemeriksaan head to toe didapatkan data pada
pemeriksaan mata, konjungtiva anemis, terdapat lingkaran hitam
dimata, mata sayu. pada kepala tidak ada lesi dan berbentuk

14
mesochepal. Pada pemeriksaan hidung tidak terdapat polip. Pada
telinga terdapat sedikit serumen, bibir kering. Leher tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid. Pemeriksaan dada, yaitu dada simetris,
getaran dinding kana dan kiri sama, sura sonor, tidak terdapat ronchi.
Pada abdomen bentuk perut datar, tidak ada nyeri tekan. Pada
genetalia tidak terdapat gangguan berkemih, pada ekstremitas atas
terpasang infus dan pada ekstremitas bawah tidak terdapa oedema.
7. Konsep Viginia Henderson

1) Bernafas dengan normal


Bantuan yang dapat diberikan kepada klien oleh perawat adalah
membantu memilih tempat tidur, kursi yang cocok, serta
menggunakan bantal, alas dan sejenisnya sabagai alat pembantu
agar klien dapat bernafas secara normal dan kemampuan
mendemonstrasikan dan menjelaskan pengaruhnya kepada klien.
2) Kebutuhan akan nutrisi
Perawat harus mampu memberikan penjelasan mengenai tinggi
dan berat badan yang normal, kebutuhan nutrisi yang diperlukan.
Pemilihan dan penyediaan makanan, dengan tidak lupa
memperhatikan latar belakang dan social klien.
3) Kebutuhan eliminasi
Perawat harus mengetahui semua saluran pengeluaran dan
keadaan normalnya, jarak waktu pengeluaran, dan frekuensi
pengeluaran.
4) Gerak dan keseimbangan tubuh
Perawat harus mengetahui tentang prinsip-prinsip keseimbangan
tubuh, miring, dan bersandar.
5) Kebutuhan isthirahat dan tidur
Perawat harus mengetahui intensitas istirahat tidur pasien yang
baik dan menjaga lingkungan nyaman untuk istirahat.
6) Kebutuhan berpakaian
Perawat dasarnya meliputi membantu klien memilihkan pakaian
yang tepat dari pakaian yang tersedia dan membantu untuk
memakainya.
7) Mempertahankan temperature tubuh atau sirkulasi

15
Perawat harus mengetahui piosiologi panas dan bisa mendorong
kearah tercapainya keadaan panas maupun dingin dengan
mengubah temperature, kelembapan atau pergerakan udara, atau
dengan memotivasi klien untuk meningkatkan atau mengurangi
aktifitasnya.
8) Kebutuhan akan personal hygiene
Perawat harus mampu untuk memotivasi klien mengenai konsep
konsep kesehatan bahwa walaupun sakit klien tidak perlu untuk
menurunkan standard kesehatannya, dan bisa menjaga tetap
bersih baik fisik maupun jiwanya
9) Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Perawat mampu melindungi klien dari trauma dan bahaya yang
timbul yang mungkin banyak factor yang membuat klien tidak
merasa nyaman dan aman.
10) Berkomunikasi
Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan emosi,
keinginan, rasa takut dan pendapat. Perawat menjadi penerjemah
dalam hubungan klien dengan tim kesehatan lain dalam
memajukan kesehatannya, dan membuat klien mengerti akan
dirinya sendiri, juga mampu menciptakan lingkungan yang
teraupeutik.
11) Kebutuhan spiritual
Perawat mampu untuk menghormati klien dalam memenuhi
kebutuhan spiritualnya dan meyakinkan pasien bahwa
kepercayaan, keyakinan dan agama sangat berpengaruh terhadap
upaya penyembuhan.
12) Kebutuhan bekerja
Dalam perawatan dasar maka penilaian terhadap interprestasi
terhadap kebutuhan klien sangat penting, dimana sakit bisa
menjadi lebih ringan apabila seseorang dapat terus bekerja
13) Kebutuhan bermain dan rekreasi
Perawat mampu memkilihkan aktifitas yang cocok sesuai umur,
kecerdasan, pengalaman dan selera klien, kondisi, serta keadaan
penyakit.

16
14) Kebutuhan belajar
Perawat dapat membantu klien belajar dalam mendorong usaha
penyembuhan dan meningkatkan kesehatan, serta memperkuat
dan mengikuti rencana terapi yang diberikan.
8. Analisa data

No Symptom Etiologi Problem


1 Ds : Asma Bersihan jalan nafas tak
1. Klien efektif
mengatkan sering
batuk Permeabilitas kapiler
2. Klien meningkat
mengatkan susah
nafas
Do : Edema muskus
1. Terdengar
suara whezzing
Spasme otot polos
atau ronchi
2. Klien terlihat sekresi kelenjar
bronkus meningkat
gelisah
3. Sianosis
4. kBunyi nafas
Obstruksi proksimal
menurun
dari bronkus pada
tahap ekspirasi dan
inspirasi

Muskus berlebih

Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas

2 Ds : Edema Kerusakan pertukaran gas


1. Klien
mengeluh sesak
2. Klien Konsentrasi O2
mengatakan dalam darah menurun

17
pusing
3. Mengeluh
penglihatan kabur hipoksemia
Do :
1. Takikardi
2. PO2 menurun gangguan pertukaran
3. Kesadaran gas
menurun warna
kulit abnormal
3 Do : Penyempitan jalan Pola nafas tidak efektif
Klien mengeluh nafas
susah bernafas
Ds :
1. Penggunaan Peningkatan kerja
otot bantu otot pernafasan
pernfasan
2. Pola nafas
abnormal Pola nafas tidak
3. Tekanan efektif
inspirasi dan
ekspirasi menurun

Ds : Suplai darah O2 Intoleransi aktivitas


1. Klien kejantung berkurang
mengeluh lelah
2. Merasa tidak
nyaman setelah Penurunan cardiac
beraktivitas output
Do :
1. Tekanan darah
berubah kurang Tekanan darah
20% dari istirahat menurun
2. Menunjukan
iskemia
3. sianosis
Kelemahan dan
keletihan

Intoleransi aktifitas

18
B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Bersihan jalan nafas tak efektif b/d peningkatan
produksi mukus yang ditandai dengan os mengatakan batuk dan dahak
sulit keluar,sputum warna putih kental, os gelisah
2. Kerusakan pertukaran gas b/d ketidaksamaan ventilasi
dan perfusi yang ditandai dengan os mengatakan nafas sesak , tampak
retraksi otot bantu pernafasan,RR > 20 kali /menit,PaO2 < 60 mmHg, Pa
CO2 > 40 mmHg, os tampak sianosis
3. Pola nafas tak efektif b/d bronkospasme yang ditandai
os mengatakan sesak nafas, os gelisah, terdengar suara wheezing (+),
tampak pembesaran vena leher, takikardi, berkeringat.
4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik yang ditandai
dengan os mengatakan badan lemah, os mengatakan nafas
sesak,berkeringat

C. Rencana Tindakan

Diagnosa Tujuan Rencana tindakan Rasionalisasi


keperawatan
1.Bersihan jalan Setelah diberi - Auskultasi bunyi -Mengetahui
nafas tak efektif tindakan nafas ,catat adanya luasnya obstruksi
b/d peningkatan perawatan bunyi mengi, ronkhi oleh mukus
produksi mukus selama 3x 24
yang ditandai os jam jalan nafas
batuk dan dahak pasien efektif -Pantau frekuensi -Mengetahui
sulit keluar, ,dengan KE: pernafasan.catat rasio tanda stress
sputum warna inspirasi/ expirasi pernafasan
-Bunyi jalan
putih kental,os
nafas
gelisah
bersih/jelas
-Beri posisi nyaman,
-Pasien bisa misal:peninggian
batuk efektif dan kepala tempat -Sekresi bergerak
sesuai gaya

19
mengeluarkan tidur,duduk pada gravitasi akibat
sekret sandaran tempat tidur perubahan posisi
dan
meningkatkan
kepala tempat
tidur akan
memindahkan isi
perut menjauhi
diafragma
sehingga
memungkinkan
diafragma untuk
berkontraksi
-Beri pasien 6-8
gelas /hari kecuali ada
indikasi lain -Mengencerkan
sekret.

-Ajarkan dan berikan


dorongan penggunaan -Mengeluarkan
teknik pernafasan sekret dan
diafragma dan batuk meningkatkan
patensi jalan
nafas
-Lakukan drainage
postural dengan
perkusi dan fibrasi -Merontokkan
pada pagi dan malam sekret agar
sesuai yang mudah
diharuskan dikeluarkan

-Instruksikan pasien
menghindari iritan
seperti asap , asap
rokok, aerosol, cuaca
dingin - Tidak
merangsang
pembentukan
-Beri bronkodilator mukus lagi
sesuai therapi

20
-Memfasilitasi
pergerakan sekret.

2.Kerusakan Setelah diberi -Observasi frekuensi, -Mengetahui


pertukaran gas b/d tindakan kedalaman adekuatnya jalan
ketidaksamaan perawatan pernafasan,catat nafas dan
ventilasi dan selama 3x24 jam penggunaan otot meningkatnya
perfusi yang terjadi perbaikan bantu nafas,nafas kerja pernafasan
ditandai dengan os dalam bibir,ketidakmampuan
mengatakan nafas pertukaran gas bicara/ berbincang
sesak , tampak dengan KE:
retraksi otot bantu
-GDA dalam
pernafasan,RR > -Observasi tingkat
rentang normal
20 kali kesadaran -Mengetahui
/menit,PaO2 < 60 -Gejala disstres indikasi hipoksia
mmHg, Pa CO2 > pernafasan tidak
40 mmHg, os ada -Monitor AGD
tampak sianosis -Menentukan
-Tanda –tanda
vital dalam batas keseimbangan
normal asam basa ,dan
kebutuhan
-Gelisah tidak oksigen
ada

-Atur pemberian
-Menambah
oksigen
suplai O2
sehingga
meningkatkan
pertukaran gas

-Beri posisi -Mengoptimalkan


duduk(fowler) kontraksi
diafragma

-Dorong nafas dalam

21
perlahan atau nafas
bibir sesuai
-Memfasilitasi
kemampuan
pernafasan yang
dalam sehingga
O2 yang masuk
lebih banyak
-Beri bronkodilator
sesuai therapy
-Meningkatkan
diameter jalan
nafas sehingga
mengurangi kerja
pernafasan

-Observasi tanda vital, -Mengetahui


dan warna membrane adekuatnya suplai
mukosa kulit O2 ke paru-paru
dan jaringan

-Kolaboratif tindakan -
intubasi dan ventilasi Mempertahankan
mekanik bila perlu suplai O2 saat
terjadi gagal
nafas

3.Pola nafas tidak Setelah diberi -Observasi perubahan -Menentukan


efektif b/d tindakan pada RR dan adekuatnya pola
perawatan dalamnya pernafasan nafas yang
bronkospasme
selama 3x24 jam berefek pada
yangditandai os
pola nafas suplai O2 yang
mengatakan sesak
pasien efektif, masuk
nafas, os gelisah,
dengan KE:
terdengar suara
wheezing (+), -Tanda-tanda
-Suplai O2 yang
tampak vital dalam batas -Atur pemberian
oksigen cukup akan
pembesaran vena normal
mengurangi kerja
leher, takikardi,
-Tidak terjadi pernafasan
berkeringat.
sianosis dan

22
tanda hipoksia
-Bunyi nafas -Memfasilitasi
bersih pernafasan yang
-Dorong nafas dalam
dalam sehingga
perlahan atau nafas
O2 yang masuk
bibir sesuai
lebih banyak
kemampuan
-Meningkatkan
diameter jalan
-Beri bronkodilator nafas sehingga
sesuai therapy mengurangi kerja
pernafasan

-Mengetahui
adekuatnya suplai
O2 ke paru-paru
dan jaringan
-Observasi tanda vital,
dan warna membrane
mukosa kulit -Mengoptimalkan
kontraksi
diafragma

-Beri posisi
duduk(fowler)

4.Intoleransi Setelah diberi -Evaluasi respon -Menentukan


aktivitas b/d tindakan pasien terhadap kemampuan
kelemahan fisik perawatan aktivitas pasien dalam
yang ditandai selama 3x24 jam melakukan
dengan os pasien aktivitas
mengatakan menunjukkan
badan lemah, os peningkatan
mengatakan toleransi -Catat adanya
-Menentukan
nafas terhadap dispnea, peningkatan
periode istirahat
sesak,berkeringat aktivitas, dengan kelelahan dan
pasien dan
KE: perubahan tanda vital
aktivitas yang
selama dan setelah

23
-Pasien dapat aktivitas. menimbulkan
dan mau kelelahan pasien.
melakukan
aktivitas sesuai -Berikan kepada
kemampuannya pasien aktivitas sesuai
kemampuannya
-Tanda tanda -Memenuhi
vital dalam batas kebutuhan pasien
normal tanpa
menimbulkan
-Pertahankan obyek kelelahan
yang digunakan
pasien agar mudah
terjangkau -Memudahkan
pasien dalam
penggunaan
sehingga
mengurangi
penggunaan O2
-Bantu pasien
melakukan aktivitas
dengan melibatkan -Semua
keluarga kebutuhan pasien
dapat terpenuhi

-Observasi vital sign

-Tanda vital yang


normal
mendukung
pasien untuk
beraktivitas

24
D. IMPLEMENTASI
Pada implementasi perawat melakukan tindakan berdasarkan perencanaan
mengenai diagnose yang telah dibuat sebelumnya.
E. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi
memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama
tahap pengkajian, analisa data, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan
(Ignatavicius & Bayne, 1994).
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan
dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang
diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan :
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah
mencapai tujuan yang ditetapkan).
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami
kesulitan untuk mencapai tujuan).
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan
waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan) (Iyer et al., 1996).

Salah satu format catatan perkembangan yang diorientasikan kearah


proses keperawatan adalah metode SOAPIER (Fischbach, 1991). Hal ini
meliputi sebagai berikut :
S Subjective data (data Pernyataan
subyektif) atau
interaks
i klien
O Objective data (data obyektif) Pengamatan
dan
penilaia
n
perawat
A Analysis (analisis) Status
diagnos
a

25
kepera
watan
P PlanOf Care ( rencana asuhan) Hasil dan
tindaka
n yang
direnca
nakan
I Implementation (implementasi) Tindakan yang
diimple
mentasi
kan
E Evaluation (evaluasi) Respon klien
terhada
p
tindaka
n /hasil
R Revision (revisi) Perubahan
rencana
saat
diperluk
an
Evaluasi ditulis setiap kali setelah semua tindakan dilakuakan
terhadap pasien. Pada tahap evaluasi dibagi menjadi 4 yaitu SOAPIER atau
SOAP :
S Subyektif Hasil pemeriksaan terahir yang dikeluka oleh
pasien biasanya biasanya data ini berubungan
dengan kriteria hasil
O Obyektif Hasil pemerikasaan terakhir yang dilakukan
oleh perawat biasanya data ini juga
berhubungan dengan kriteria hasil
A Analisia Pada tahap ini dijelaskan apakah masalah
kebutuhan pasien telah telah terpenuhi atau
tidak
P Rencana asuhan Dijelaskan rencana tindakan lanjut yang
akan dilakukan terhadap pasien
I Intervensi Tindakan prawat untuk mengatasi masalah
yang ada
E Evaluasi Evaluasi terhadap tindakan keperawatan
R Revisi

26
Untuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian,atau tidak teratasi
adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan
criteria hasil yang telah ditetapkan. Formaat evaluasi menggunakan :
S Subjektif adalah informasi berupa ungkapan yang didapat
dari klien setelah tindakan diberikan
O Objektif adalah informasi yang didapat berupa hasil
pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh
perawat setelah tindakan dilakukan
A Analisis adalah membandingkan antara informasi subjective
dan objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian
diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian
atau tidak teratasi.
P Planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan
dilakukan berdasarkan hasil analisa

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

27
Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas cabang-
cabang trakeobronkial terhadap pelbagai jenis rangsangan .Keadaan ini
bermanifestasi sebagai penyempitan saluran nafas secara periodik dan
reversible akibat bronkospasme. Penyempitan jalan nafas ini disebabkan oleh
bronkospasme, edema mukosa dan hipersekresi mukus yang kental

DAFTAR PUSTAKA

28
Mansjoer Arif ,dkk (2010) . Kapita Selekta Kedokteran Ed.3 Jilid 1.Jakarta :
Media Aesculapius.

Lynda Juall Carpenito ,(2015). Diagnosa Keperawatan Ed. 6. Jakarta : EGC

Brunner & Suddarth ,(2011) Keperawatan Medikal Bedah . Ed 8. Jakarta : EGC

Silvia A Price ,(2015) . Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit Jilid 2 .Ed 8.
Jakarta : EGC

Bidang Pelayanan Keperawatan RSUP Sanglah (2017) .Standar Asuhan


Keperawatan Penyakit Dalam .

29

Anda mungkin juga menyukai