OLEH :
MELIAN ERYANTI
060STYC17
1
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis dibantu oleh berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah, teman-
teman Kelompok , serta semua pihak yang dengan caranya masing-masing telah
membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Sebagai makluk yang lemah penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak, penulis terima dengan lapang dada.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua terutama dalam meningkatkan kualitas pendidikan kita.
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................1
C. TUJUAN............................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
KONSEP TEORI...........................................................................................................3
1. Pengertian..........................................................................................................3
2. Epidemiologi......................................................................................................3
3. Etiologi...............................................................................................................3
4. patofiologi..........................................................................................................4
5. Klasifikasi..........................................................................................................9
6. Gejala klinis.....................................................................................................11
7. Pemeriksaan diagnostik / penunjang............................................................11
8. Therapy............................................................................................................12
9. OBAT-OBATAN..............................................................................................12
BAB III........................................................................................................................14
ASUHAN DASAR KEPERAWATAN........................................................................14
A. Pengkajian........................................................................................................14
B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul............................................19
C. Rencana Tindakan..........................................................................................20
D. IMPLEMENTASI...........................................................................................25
E. EVALUASI......................................................................................................25
BAB IV........................................................................................................................28
PENUTUP...................................................................................................................28
4
A. KESIMPULAN...............................................................................................28
Daftar Pustaka..............................................................................................................29
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dariApa saja anatomiasma?
2. Apa saja klasifikasi asma?
3. Apa etiologi asma?
4. Bagaimana patofisiologiasma?
5. Apa saja tanda dan gejala asma?
6. Apa manifestasi klinis dari asma ?
7. Bagaiman pemeriksaan penunjang asma?
8. Apa saja therapy yang di berikan pada pasien asma ?
9. Apa saja obat-obatan asma ?
10. Bagaimana proses keperawatan yang sesuai padaasma?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari Apa definisi dariAsma
2. Untuk memahami anatomiAsma
1
3. Untuk memahami klasifikasi Untuk mengetahui etiologi asma
4. Untuk memahami patofisiologiasma
5. Untuk mengetahui saja tanda dan gejala asma
6. Untuk mngetahui Apa manifestasi klinis dari asma
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang asma
8. Untuk mengetahui apa saja therapy yang diberikan pada pasien asma
9. Untuk mengetahui apa saja obat-obatan yang perlu diberikan pada
pasien asma.
10. Untuk proses keperawatan yang sesuai padaasma
BAB II
KONSEP TEORI
1. Pengertian
2
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten ,reversible
dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap
stimuli tertentu.(Brunner&Suddarth, 2001)
2. Epidemiologi
3. Etiologi
3
i. Lain-lain seperti refluks gastro esophagus
a. patofiologi
a. Asma bronchiale tipe atopik (ekstrinsik)
IgE yang terbentuk akan segera diikat oleh mastosit yang ada
dalam jaringan dan basifil yang ada dalam sirkulasi. Hal ini
dimungkinkan oleh karena kedua sel tersebut pada permukaannya
memiliki reseptor untuk IgE. Sel eosinofil ,makrofag dan trombosit
juga memiliki resepotor untuk IgE tetapi dengan afinitas yang lemah.
Orangyang sudah memiliki sel-sel mastosit dan basofil dengan IgE
pada permukaan tersebut belumlah menunjukkan gejala.Orang tersebut
sudah dianggap desentisasi atau baru menjadi rentan.
Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih
dengan allergen yang sama ,allergen yang masuk tubuh akan diikat oleh
IgE yang sudah ada pada permukaan mastofit dan basofil.Ikatan
tersebut akan menimbulkan influk Ca++ ke dalam sel dan terjadi
perubahan dalam sel yang menurunkan kadar cAMP.
4
Hiperaktifitas bronkus yaitu brokus yang mudah sekali mengkerut
( konstriksi) bila terpapar dengan bahan/ faktor dengan kadar yang
rendah yang pada kebanyakan orang tidak menimbulkan reaksi apa-
apa, misalnya polusi, asap rokok/ dapur, bau-bauan yang tajam dan
lainnya baik yang berupa iritan maupun bukan iritan. Dewasa ini telah
diketahui bahwa hiperaktifitas bronkus disebabakan oleh inflamasi
brponkus yang kronik. Sel-sel inflamasi terutama eosinofil ditemukan
dalam jumlah besar dalam cairan bilaas bronkus pasien asma
bronchiale sebagai bronchitis kronik eosinofilik. Hiperreaktifitas
berhubungan dengan derajat berat penyakit.
5
immunoglobin A (IgA) . Penurunan IgA menyebabkan kemampuan
untuk melisis sel radang menurun yang direspon tubuh sebagai suatu
bentuk inflamasi pada bronkus sehingga menimbulkan asma bronkiale.
Penyebab:
-Alergen
-Non allergen/idiopatik:
Common cold,infeksi
traktus respiratorius,emosi, 6
latihan, dehidrasi,iritan non
spesifik
-Hipersensitif terhadap
Kontak terhadap tubuh
Pembentukan antibody(IgE)
mukosa yang
banyak
Bersihan
jalan nafas Resiko
tidak efektif tinggi
infeksi
7
Penyempitan jalan nafas
Pola nafas
usah makan Kerusakan
tidak efektif
Gangguan pertukaran gas
Resti istirahat
perubahan dan tidur
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Cemas
tubuh
Usaha nafas meningkat
Kelemahan fisik
Intoleransi
aktivitas
8
Dari pohon masalah diatas masalah keperawatan yang mungkin muncul :
-Serangan singkat
-Fungsi paru
asimtomatik dan
normal luar serangan
PERSISTEN -Gejala >1x minggu > 2 kali seminggu APE > 80 %
RINGAN tapi <1x / hari
Normal
Mingguan
-Serangan dapat
9
mengganggu aktivitas
dan tidur
-Serangan 2x / minggu,
bisa berhari-hari
PERSISTEN -Gejala terus menerus Sering APE < 80%
BERAT
-Aktivitas fisik terbatas Normal
Kontinu
-Sering serangan
5. Gejala klinis
a. Batuk berdahak .
b. Dispnea – pernafasan labored
10
c. Mengi , dengan makin besarnya obstruksi mengi dapat hilang
yang sering menjadi pertanda bahaya gagal nafas.
d. Pernafasan lambat : lebih susah dan panjang dibandingkan
inspirasi.
e. Retraksi otot-otot bantu pernafasan.
f. Berkeringat
g. Takikardia.
h. Pelebaran tekanan nadi
i. Pembesaran vena leher.
j. Auskultasi suara nafas : wheezing (+)
6. Pemeriksaan diagnostik / penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
-Gambaran darah tepi: Menunjukkan leukositosis
(15.000 – 40.000/mm3 )
-Analisa gas darah : Menunjukkan asidosis metabolik
dengan atau tanpa retensi
CO2.
o -darah (terutama eosinofil, Ig E total, Ig E
spesifik)
o -sputum(eosinofil,spiral Curshman, kristal
Charcot –Leyden).
b. Pemeriksaan Radiologi
Foto Thoraks : Menunjukkan terdapat bercak- bercak infiltrat
pada satu atau beberapa lobus.
c. Lain –Lain
Tes fungsi paru : Untuk mengetahui fungsi paru , menetapkan
luas beratnya penyakit , mendiagnosis keadaan .
Spirometri statik : Mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
7. Therapy
Prinsip-prinsip penatalaksanaan asma bronkial:
a. Diagnosis status asmatikus. Faktor penting yang harus
diperhatikan :
b. Saatnya serangan
11
c. Obat-obatan yang telah diberikan (macam obatnya dan
dosisnya)
d. Pemberian obat bronchodilator
e. Penilaian terhadap perbaikan serangan
f. Pertimbangan terhadap pemberian kortikosteroid
g. Setelah serangan mereda :
h. Cari faktor penyebab
i. Modifikasi pengobatan penunjang selanjutnya
8. OBAT-OBATAN
a. Bronchodilator
Tidak digunakan alat-alat bronchodilator secara oral, tetapi
dipakai secara inhalasi atau parenteral. Jika sebelumnya telah
digunakan obat golongan simpatomimetik, maka sebaiknya diberikan
aminofilin secara parenteral sebab mekanisme yang berlainan,
demikian sebaliknya, bila sebelumnya telah digunakan obat golongan
Teofilin oral maka sebaiknya diberikan obat golongan simpatomimetik
secara aerosol atau parenteral.
12
Obat-obat Bronkhodilatator Simpatomimetik memberi efek
samping takhikardi, penggunaan perentral pada orang tua harus
hati-hati, berbahaya pada penyakit hipertensi, kardiovaskuler dan
serebrovaskuler. Pada dewasa dicoba dengan 0,3 ml larutan
epineprin 1 : 1000 secara subkutan. Anak-anak 0.01mg / kg BB
subkutan (1mg per mil ) dapat diulang tiap 30 menit untuk 2 - 3 x
tergantung kebutuhan.
Pemberian Aminophilin secara intrvena dosis awal 5 - 6 mg/kg
BB dewasa/anak-anak, disuntikan perlahan-lahan dalam 5 - 10
menit. untuk dosis penunjang 0,9 mg/kg BB/jam secara infus. Efek
samping TD menurun bila tidak perlahan-lahan.
b. Kortikosteroid
Jika pemberian obat-obat bronkhodilatator tidak menunjukkan
perbaikan, dilanjutkan dengan pengobatan kortikosteroid . 200 mg
hidrokortison atau dengan dosis 3 - 4 mg/kg BB intravena sebagai
dosis permulaan dapat diulang 2 - 4 jam secara parenteral sampai
serangan akut terkontrol, dengan diikuti pemberian 30 - 60 mg
prednison atau dengan dosis 1 - 2 mg/kg BB/hari secara oral dalam
dosis terbagi, kemudian dosis dikurangi secara bertahap.
c. Pemberian Oksigen
Melalui kanul hidung dengan kecepatan aliran O2 2-4 liter/menit dan
dialirkan melalui air untuk memberi kelembaban. Obat Ekspektoran
seperti Gliserolguayakolat dapat juga digunakan untuk memperbaiki
dehidrasi, maka intik cairan peroral dan infus harus cukup, sesuai
dengan prinsip rehidrasi, antibiotik diberikan bila ada infeksi.
BAB III
13
ASUHAN DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data biologis
a. Umur
Umur merupakan salah satu faktor mempengaruhi tekana darah,
semakin tua seseorang maka semakin beresiko terserang asma
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tekanan
c. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan secara tidak langsung juga mempengaruhi
…….
2. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang paling dirasakan dan yang
paling sering mengganggu pasien pada saat itu. Keluhan utama pasien
dijadikan sebagai acuan dalam menggali informasi lebih dalam,
melakukan pemeriksaan, dan pemberian tindakan. Misalnya kasus
dengan hipertensi.
3. Keluhan sekarang
Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan.
4. Riwayat penyakit sekarang
Ditanyakan adalah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan
kapan terjadinya dan sudah berapa kali dan telah diberi obat apa saja, serta
mencari penyakit relevan dengan keadaan sekarang dan penyakit kronik
(hipertensi, diabetes mellitus, dll), perawatan lama, rawat inap, imunisasi,
riwayat pengobatan.
5. Riwayat penyakit dahulu
Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit
keturunan dari pihak keluarga (diabetes mellitus, hipertensi,dll) atau
riwayat penyakit yang menular.
6. Pemeriksan fisik head to toe
a. Head to toe (dari kepala sampai dengan kaki)
Dari pemeriksaan head to toe didapatkan data pada
pemeriksaan mata, konjungtiva anemis, terdapat lingkaran hitam
dimata, mata sayu. pada kepala tidak ada lesi dan berbentuk
14
mesochepal. Pada pemeriksaan hidung tidak terdapat polip. Pada
telinga terdapat sedikit serumen, bibir kering. Leher tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid. Pemeriksaan dada, yaitu dada simetris,
getaran dinding kana dan kiri sama, sura sonor, tidak terdapat ronchi.
Pada abdomen bentuk perut datar, tidak ada nyeri tekan. Pada
genetalia tidak terdapat gangguan berkemih, pada ekstremitas atas
terpasang infus dan pada ekstremitas bawah tidak terdapa oedema.
7. Konsep Viginia Henderson
15
Perawat harus mengetahui piosiologi panas dan bisa mendorong
kearah tercapainya keadaan panas maupun dingin dengan
mengubah temperature, kelembapan atau pergerakan udara, atau
dengan memotivasi klien untuk meningkatkan atau mengurangi
aktifitasnya.
8) Kebutuhan akan personal hygiene
Perawat harus mampu untuk memotivasi klien mengenai konsep
konsep kesehatan bahwa walaupun sakit klien tidak perlu untuk
menurunkan standard kesehatannya, dan bisa menjaga tetap
bersih baik fisik maupun jiwanya
9) Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Perawat mampu melindungi klien dari trauma dan bahaya yang
timbul yang mungkin banyak factor yang membuat klien tidak
merasa nyaman dan aman.
10) Berkomunikasi
Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan emosi,
keinginan, rasa takut dan pendapat. Perawat menjadi penerjemah
dalam hubungan klien dengan tim kesehatan lain dalam
memajukan kesehatannya, dan membuat klien mengerti akan
dirinya sendiri, juga mampu menciptakan lingkungan yang
teraupeutik.
11) Kebutuhan spiritual
Perawat mampu untuk menghormati klien dalam memenuhi
kebutuhan spiritualnya dan meyakinkan pasien bahwa
kepercayaan, keyakinan dan agama sangat berpengaruh terhadap
upaya penyembuhan.
12) Kebutuhan bekerja
Dalam perawatan dasar maka penilaian terhadap interprestasi
terhadap kebutuhan klien sangat penting, dimana sakit bisa
menjadi lebih ringan apabila seseorang dapat terus bekerja
13) Kebutuhan bermain dan rekreasi
Perawat mampu memkilihkan aktifitas yang cocok sesuai umur,
kecerdasan, pengalaman dan selera klien, kondisi, serta keadaan
penyakit.
16
14) Kebutuhan belajar
Perawat dapat membantu klien belajar dalam mendorong usaha
penyembuhan dan meningkatkan kesehatan, serta memperkuat
dan mengikuti rencana terapi yang diberikan.
8. Analisa data
Muskus berlebih
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
17
pusing
3. Mengeluh
penglihatan kabur hipoksemia
Do :
1. Takikardi
2. PO2 menurun gangguan pertukaran
3. Kesadaran gas
menurun warna
kulit abnormal
3 Do : Penyempitan jalan Pola nafas tidak efektif
Klien mengeluh nafas
susah bernafas
Ds :
1. Penggunaan Peningkatan kerja
otot bantu otot pernafasan
pernfasan
2. Pola nafas
abnormal Pola nafas tidak
3. Tekanan efektif
inspirasi dan
ekspirasi menurun
Intoleransi aktifitas
18
B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Bersihan jalan nafas tak efektif b/d peningkatan
produksi mukus yang ditandai dengan os mengatakan batuk dan dahak
sulit keluar,sputum warna putih kental, os gelisah
2. Kerusakan pertukaran gas b/d ketidaksamaan ventilasi
dan perfusi yang ditandai dengan os mengatakan nafas sesak , tampak
retraksi otot bantu pernafasan,RR > 20 kali /menit,PaO2 < 60 mmHg, Pa
CO2 > 40 mmHg, os tampak sianosis
3. Pola nafas tak efektif b/d bronkospasme yang ditandai
os mengatakan sesak nafas, os gelisah, terdengar suara wheezing (+),
tampak pembesaran vena leher, takikardi, berkeringat.
4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik yang ditandai
dengan os mengatakan badan lemah, os mengatakan nafas
sesak,berkeringat
C. Rencana Tindakan
19
mengeluarkan tidur,duduk pada gravitasi akibat
sekret sandaran tempat tidur perubahan posisi
dan
meningkatkan
kepala tempat
tidur akan
memindahkan isi
perut menjauhi
diafragma
sehingga
memungkinkan
diafragma untuk
berkontraksi
-Beri pasien 6-8
gelas /hari kecuali ada
indikasi lain -Mengencerkan
sekret.
-Instruksikan pasien
menghindari iritan
seperti asap , asap
rokok, aerosol, cuaca
dingin - Tidak
merangsang
pembentukan
-Beri bronkodilator mukus lagi
sesuai therapi
20
-Memfasilitasi
pergerakan sekret.
-Atur pemberian
-Menambah
oksigen
suplai O2
sehingga
meningkatkan
pertukaran gas
21
perlahan atau nafas
bibir sesuai
-Memfasilitasi
kemampuan
pernafasan yang
dalam sehingga
O2 yang masuk
lebih banyak
-Beri bronkodilator
sesuai therapy
-Meningkatkan
diameter jalan
nafas sehingga
mengurangi kerja
pernafasan
-Kolaboratif tindakan -
intubasi dan ventilasi Mempertahankan
mekanik bila perlu suplai O2 saat
terjadi gagal
nafas
22
tanda hipoksia
-Bunyi nafas -Memfasilitasi
bersih pernafasan yang
-Dorong nafas dalam
dalam sehingga
perlahan atau nafas
O2 yang masuk
bibir sesuai
lebih banyak
kemampuan
-Meningkatkan
diameter jalan
-Beri bronkodilator nafas sehingga
sesuai therapy mengurangi kerja
pernafasan
-Mengetahui
adekuatnya suplai
O2 ke paru-paru
dan jaringan
-Observasi tanda vital,
dan warna membrane
mukosa kulit -Mengoptimalkan
kontraksi
diafragma
-Beri posisi
duduk(fowler)
23
-Pasien dapat aktivitas. menimbulkan
dan mau kelelahan pasien.
melakukan
aktivitas sesuai -Berikan kepada
kemampuannya pasien aktivitas sesuai
kemampuannya
-Tanda tanda -Memenuhi
vital dalam batas kebutuhan pasien
normal tanpa
menimbulkan
-Pertahankan obyek kelelahan
yang digunakan
pasien agar mudah
terjangkau -Memudahkan
pasien dalam
penggunaan
sehingga
mengurangi
penggunaan O2
-Bantu pasien
melakukan aktivitas
dengan melibatkan -Semua
keluarga kebutuhan pasien
dapat terpenuhi
24
D. IMPLEMENTASI
Pada implementasi perawat melakukan tindakan berdasarkan perencanaan
mengenai diagnose yang telah dibuat sebelumnya.
E. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi
memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama
tahap pengkajian, analisa data, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan
(Ignatavicius & Bayne, 1994).
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan
dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang
diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan :
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah
mencapai tujuan yang ditetapkan).
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami
kesulitan untuk mencapai tujuan).
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan
waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan) (Iyer et al., 1996).
25
kepera
watan
P PlanOf Care ( rencana asuhan) Hasil dan
tindaka
n yang
direnca
nakan
I Implementation (implementasi) Tindakan yang
diimple
mentasi
kan
E Evaluation (evaluasi) Respon klien
terhada
p
tindaka
n /hasil
R Revision (revisi) Perubahan
rencana
saat
diperluk
an
Evaluasi ditulis setiap kali setelah semua tindakan dilakuakan
terhadap pasien. Pada tahap evaluasi dibagi menjadi 4 yaitu SOAPIER atau
SOAP :
S Subyektif Hasil pemeriksaan terahir yang dikeluka oleh
pasien biasanya biasanya data ini berubungan
dengan kriteria hasil
O Obyektif Hasil pemerikasaan terakhir yang dilakukan
oleh perawat biasanya data ini juga
berhubungan dengan kriteria hasil
A Analisia Pada tahap ini dijelaskan apakah masalah
kebutuhan pasien telah telah terpenuhi atau
tidak
P Rencana asuhan Dijelaskan rencana tindakan lanjut yang
akan dilakukan terhadap pasien
I Intervensi Tindakan prawat untuk mengatasi masalah
yang ada
E Evaluasi Evaluasi terhadap tindakan keperawatan
R Revisi
26
Untuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian,atau tidak teratasi
adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan
criteria hasil yang telah ditetapkan. Formaat evaluasi menggunakan :
S Subjektif adalah informasi berupa ungkapan yang didapat
dari klien setelah tindakan diberikan
O Objektif adalah informasi yang didapat berupa hasil
pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh
perawat setelah tindakan dilakukan
A Analisis adalah membandingkan antara informasi subjective
dan objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian
diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian
atau tidak teratasi.
P Planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan
dilakukan berdasarkan hasil analisa
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
27
Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas cabang-
cabang trakeobronkial terhadap pelbagai jenis rangsangan .Keadaan ini
bermanifestasi sebagai penyempitan saluran nafas secara periodik dan
reversible akibat bronkospasme. Penyempitan jalan nafas ini disebabkan oleh
bronkospasme, edema mukosa dan hipersekresi mukus yang kental
DAFTAR PUSTAKA
28
Mansjoer Arif ,dkk (2010) . Kapita Selekta Kedokteran Ed.3 Jilid 1.Jakarta :
Media Aesculapius.
Silvia A Price ,(2015) . Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit Jilid 2 .Ed 8.
Jakarta : EGC
29