Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPRAWATAN PADA PASIEN ASMA

RSU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH 1

DISUSUN OLEH :

INDAH YULINDA PRAMESTI

160711031

PRODI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
TAHUN 2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuia-Nya
sehingga memberikan kekuatan bagi penulis untuk dapat menyusun penulisan Karya Tulis Ilmiah
dengan judul “ASMA” dapat terselesaikan tepat waktu.
Tak terlupa penulis mengucapkan terimakasih kepada: Pihak perpustakaan, sebagai pihak
yang telah menyediakan bahan literature sehingga membantu penulis dalam menyelesaikan makalah.
Serta teman-teman yang turut membantu dalam penyusunan laporan pendahuluan asuhan
keperawatan pada pasien Asma.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami harapkan demi kebaikan
makalah ini kedepannya. Akhir kata, penyusun berharap agar laporan ini mampu memberikan
manfaat bagi kita semua khusunya bagi pembaca dan di lingkungan akademis. Amin ya
robbal’alamin.

Cirebon, 9 Maret 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Cover .................................................................................................................................................1
Kata Pengantar ................................................................................................................................... 2
Daftar Isi ............................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................................5
A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 5
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................................... 5
D. Manfaat penulisan......................................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN TEORITIS ..........................................................................................................6


A. Definisi Pneumonia ...................................................................................................................... 6
B. Etiologi .......................................................................................................................................... 6
c. Klasifikasi ....................................................................................................................................... 8
D. Manifestasi Klinis ........................................................................................................................ 10
E. Patofisiologi ................................................................................................................................. 12
F. Pemeriksaan Penunjang .............................................................................................................. 13
G. Penatalaksanaan ......................................................................................................................... 13
H. Discharge Planning ...................................................................................................................... 17
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ..............................................................................................18
1. Pengkajian .................................................................................................................................... 18
2. Analisa Data ................................................................................................................................ 22
3. Diagnosa Keperawatan ............................................................................................................... 25
4. Intervensi .................................................................................................................................... 25
5. Implementasi .............................................................................................................................. 31

3
6. Evaluasi ....................................................................................................................................... 32

BAB IV PENUTUP .............................................................................................................................34


A. Kesimpulan .................................................................................................................................. 34

B. Saran ............................................................................................................................................. 34

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 35

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asma merupakan salah satu gangguan pernapasan yang sering kita temui dilingkungan sekitar
kita. Penyebab asma bermacam-macam termasuk karena adanya genetik, selain itu asma dapat
disebabkan juga karena alergi debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi,
makanan, obat-obatan atau bisa juga karena cuaca.
Data WHO juga menunjukkan data yang serupa bahwa prevalensi asma terus meningkat
dalam tiga puluh tahun terakhir terutama di negara maju. Hampir separuh dari seluruh pasien asma
pernah dirawat di rumah sakit dan melakukan kunjungan ke bagian gawat darurat setiap tahunnya.
Pencegahan dan penanganan yang kurang tepat dapat memperburuk keadaan bagi penderita
asma bahkan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu penulis memutuskan untuk mengambil
masalah keperawatan dengan pasien asma ini adalah dengan harapan agar masyarakat umum,
khususnya bagi seseorang yang memiliki riwayat penyakit asma dari silsilah keluarganya ataupun
yang tidak, dapat memperoleh pengetahuan yang semestinya tentang apa itu asma, klasifikasinya,
pencegahan serta penanggulangannya.

B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian dari penyakit asma ?
2) Bagaimana penyebab penyakit asma ?
3) Bagaimana asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien asma ?

C. Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat agar kami dapat mengetahui asuhan keperawatan pada klien asma, yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementsi, dan evaluasi.

D. Manfaat Penulisan
1) Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan penulis dan pembaca
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan asma.
2) Menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.
3) Sebagai sumber referensi bagi pembaca mengenai asma.

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversible dimana trakea dan brokhi
berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu (Smeltzer & Bare, 2002).
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap
berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan napas yang luas dan derajatnya
dapat berubahubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Muttaqin,
2008).
Asma adalah wheezing berulang dan atau batuk persisten dalam keadaan dimana asma adalah
yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih jarang telah disingkirkan (Mansjoer, 2008).
Asma adalah suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas cabang-cabang
trakeobronkhial terhadap berbagai jenis rangsangan (Pierce, 2007).
Asma Bronkhial adalah penyakit pernafasan objektif yang ditandai oleh spasme akut otot
polos bronkus. Hal ini menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus
(Elizabeth, 2000).
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Asma merupakan
penyempitan jalan napas yang disebabkan karena hipersensitivitas cabang-cabang trakeobronkhial
terhadap stimuli tertentu. Sedangkan Asma Bronkhial merupakan suatu penyakit gangguan jalan
nafas obstruktif yang bersifat reversible, ditandai dengan terjadinya penyempitan bronkus, reaksi
obstruksi akibat spasme otot polos bronkus, obstruksi aliran udara, dan penurunan ventilasi alveoulus
dengan suatu keadaan hiperaktivitas bronkus yang khas.
B. Etiologi
Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui. Suatu hal yang yang menonjol pada
penderita Asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka
terhadap rangsangan imunologi maupun non imunologi. Adapun rangsangan atau faktor pencetus
yang sering menimbulkan Asma adalah:
1. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen atau alergen yang
dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulubulu binatang.
2. Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen, seperti common cold, infeksi
traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan
non-alergik (Smeltzer & Bare, 2002).
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan Asma
Bronkhial yaitu :
1. Faktor predisposisi
 Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara
penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga

6
dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit Asma Bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu
hipersensitivitas saluran pernapasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
 Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Inhalan : yang masuk melalui saluran pernapasan, contoh : debu, bulu binatang,
serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
b. Ingestan : yang masuk melalui mulut, contoh : makanan dan obat-obatan
c. Kontaktan : yang masuk melalui kontak dengan kulit, contoh : perhiasan, logam dan
jam tangan.
3. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi Asma. Atmosfir yang
mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan Asma. Kadang-kadang
serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau.
4. Stres
Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan Asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan Asma yang sudah ada. Disamping gejala Asma yang timbul harus segera
diobati penderita Asma yang mengalami stres atau gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stresnya belum diatasi maka gejala belum bisa
diobati.
5. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan Asma. Hal ini berkaitan
dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri,
tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
6. Olahraga atau aktifitas jasmani
Sebagian besar penderita Asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau
olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan Asma. Serangan asma
karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

7
C. Klasifikasi
Tidak mudah membedakan antara satu jenis asma dengan jenis asma lainnya. Dahulu asma
dibedakan menjadi asma alergi (ekstrinsik) yang muncul pada waktu kanak-kanak dengan
mekanisme serangan melalui reaksi alergi tipe 1 terhadap alergen dan asma non-alergik (intrinsik)
bila tidak ditemukan reaksi hipersensitivitas terhadap alergen. Namun, dalam prakteknya seringkali
ditemukan seorang pasien dengan kedua sifat alergi dan non-alergi, sehingga Mc Connel dan Holgate
membagi asma kedalam 3 kategori, yaitu;
1) Asma alergi/ekstrinsik;
2) Asma non-alergi/intrinsik;
3) Asma yang berkaitan dengan penyakit paru obstruksif kronik.
Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) asma dibagi menjadi 4 yaitu :
1) Asma intermitten, ditandai dengan :
 gejala kurang dari 1 kali seminggu;
 eksaserbasi singkat;
 gejala malam tidak lebih dari 2 kali sebulan;
 bronkodilator diperlukan bila ada serangan;
 jika serangan agak berat mungkin memerlukan kortikosteroid; 6) APE atau VEP1 ≥
80% prediksi; 7) variabiliti APE atau VEP1 < 20%.
2) Asma persisten ringan, ditandai dengan :
 Gejala asma malam >2x/bulan;
 Eksaserbasi >1x/minggu, tetapi <1x/hari;
 Eksaserbasi mempengaruhi aktivitas dan tidur;
 Membutuhkan bronkodilator dan kortikosteroid;
 APE atau VEP1 ≥ 80% prediksi;
 Variability APE atau VEP1 20-30%
3) Asma persisten sedang, ditandai dengan :
 Gejala hampir tiap hari;
 Gejala asma malam >1x/minggu;
 Eksaserbasi mempengaruhi aktivitas dan tidur;
 Membutuhkan steroid inhalasi dan bronkhodilator setiap hari;
 APE atau VEP1 60-80%;
 Variability APE atau VEP1 >30%
4) Asma persisten berat, ditandai dengan :
 APE atau VEP1 <60% prediksi;
 Variability APE atau VEP1 >30%
Klasifikasi berdasarkan derajat berat serangan asma menurut GINA, dibagi menjadi tiga kategori:
1. Asma ringan : asma intermiten dan asma persisten ringan;
2. Asma sedang : asma persisten sedang;
3. Asma berat : asma persisten berat. (Tabel 1)

8
Baru-baru ini, GINA mengajukan klasifikasi asma berdasarkan tingkat kontrol asma dengan
penilaian meliputi gejala siang, aktivitas, gejala malam, pemakaian obat pelega dan eksaserbasi.
GINA membaginya kedalam asma terkontrol sempurna, asma terkontrol sebagian, dan asma tidak
terkontrol. (Tabel 2)

Tabel 1. Klasifikasi Derajat Berat Serangan Asma menurut GINA

Karakteristik Ringan Sedang Berat


Aktivitas - Dapat berjalan - Jalan terbatas - Sukar berjalan
- Dapat berbaring - Lebih suka duduk - Duduk
membungkuk ke
Bicara Beberapa kalimat Kalimat terbatas depan
Kesadaran Mungkin terganggu Biasanya terganggu Kata demi kata
Frekuensi nafas Meningkat Meningkat Biasanya terganggu
Retraksi otot bantu Umumnya tidak ada Kadang kala ada Sering > 30
napas Lemah - Sedang Keras kali/menit
Mengi <100 100-200 Ada
Frekuensi nadi Tidak ada Mungkin ada (10-25 Keras
Pulsus paradoksus (<10mmHg) mmHg) >120
APE sesudah >80% 60-80% Sering ada (>25
bronkodilator mmHg)
(%prediksi) <45 mmHg <45 mmHg <60%
PaCO2 >95% 91-95%
SaO2 <45 mmHg
<90%

Tabel 2. Tingkat Kontrol Asma menurut GINA

Karakteristik Kontrol Penuh Terkontrol Sebagian Tidak Terkontrol


(Semua Kriteria) (Salah satu/minggu)
Gejala harian Tidak ada (≤2x/mgg) >2x/minggu ≥3
Keterbatasan Aktivitas Tidak ada Ada Gambaran asma
Gejala Tidak ada Ada terkontrol sebagian
nokturnal/terbangun ada dalam setiap
karena asma Tidak ada (≤2x/mgg) >2x/mgg minggu
Kebutuhan pelega Normal <80%prediksi/nilai
Fungsi paru (APE/VEP1) Tidak ada terbaik
Eksaserbasi ≥1/tahun 1x/minggu

9
D. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala asma bervariasisesuai dengan derajat bronkospasme. Klasifikasi keparahan
eksaserbasi asma

Ringan Sedang Berat Gagal nafas


yang mungkin
terjadi
GEJALA
Dyspnea Sakit beraktivitas Saat bicara Pada saat Saat Istirahat
istirahat
Bicara (Verbal) Dalam kalimat Dalam frasa Dalam kata-kata Diam
TANDA
Posisi tubuh Mampu Lebih suka Tidak mampu Tidak mampu
berbaring duduk berbaring berbaring
Frekuensi Meningkat Meningkat Sering kali >30/menit
pernafasan >30/menit
Penggunaan Biasanya tidak Umumnya ada Biasanya ada Gerakan
obat bantu ada thirakoabdominal
pernafasan I paradoksial
Suara nafas Mengi sedang Mengi keras Mengi keras saat Geraka udara
pada pertengahan selama ekspirasi inspirasi dan sedikit tanpa
sampai akhir ekspirasi mengi
ekspirasi
Frek Jantug <100 100-120 >120 Bradikardi
(x/menit) reaktif
Pulses <10 10-25 Sering >25 Sering kali tidak
paradoksus ada
(mmHg)
Status mental Mungkin agitasi Biasanya agitasi Biasanhya agitasi Bingung atau
mengantuk
PENGKAJIAN FUNGSIONAL
PEF (% yang >80 50-80 <50\respons <50
diprediksi terhadap terapi
ataunterbaik berlangsung <2
seara personal) jam
SaO² (%, udara >95 91-95 <91 <91
ruangan)
PaO² (mmHg, Normal >60 <60 <60
udara ruangan)
PaCO² (mmHg) <42 <42 42 42

10
Diagnosis banding anak umur 2 bulan – 5 tahun yang datang dengan batuk dan atau kesulitan
bernafas.
DIAGNOSIS GEJALA YANG DITEMUKAN
Pneumonia - Demam
- Batuk dengan nafas cepat
- Crackles (Ronkhi) pada saat di auskultasi
- Kepala terangguk-angguk
- Pernafasan cuping hidung
- Tarikan dinding dada bawah kedalam
- Merintih (grunting)
- Sianosis
Bronkhiotis - Episode pertama wheezing pada anak umur <2 tahun
- Hyperventilasi dinding dada
- Ekspirasi memanjang
- Gejala pada pneumonia juga dapat dijumpai
- Kurang/tidak ada respon terhadap bronchodilator
Asma - Riwayat wheezing berulang, kadang tidak berhubungan dengan batuk
pilek
- Hyperinflasi dinding dada
- Ekspirasi memanjang
- Berespon baik terhadap bronchodilator
Gagal jantung - Peningkatan tekanan vena jugularis
- Denyut apex bergeser ke arah kiri
- Irama derap, bising jantung
- Crackles/Ronkhi di daerah basal paru
- Hepatomegali
Jantung - Sulit makan atau menyusui
Kongestif - Sianosis
- Bising jantung
- Hepatomegali
Efusi/Emphisema - Bila massive terdapat tanda pendorongan orgam intra thorac
- Pekak pada perkusi
Tuberculosis - Riwayat kontak positif dengan pasien TB dewasa
- Uji tuberculin positif ( 10mm, pada keadaan immunosupresi 
5mm)
- Pertumbuhan buruk/kurus atau berat badan menurun
- Demam ( 2 minggu)
- Batuk chronic ( 3 minggu)
- Spleenomegali di bagian leher, axilla, inguinal yang spesifik.
Pembengkakan tulang/sendi punggung, panggul, lutut, phalanx.
Pertusis - Batuk paroksimal yang diikuti dengan whoop, muntah, sianosis, atau
apneu

11
- Bisa tanpa demam
- Imunisasi DPT tidak ada atau tidak lengkap
- Klinis baik diantara episode batuk
Benda Asing - Riwayat tiba-tiba terdesak
- Stridor atau distress pernafasan tiba-tiba
- Wheezing atau suara pernafasan menurun yanga bersifat vokal
Pneumothorrac - Awitan tiba-tiba
- Hypersonor pada saat perkusi di satu sisi dada
- Pergeseran mediastinum
E. Patofisiologi

Suatu serangan Asma merupakan akibat obstruksi jalan napas difus reversible. Obstruksi
disebabkan oleh timbulnya tiga reaksi utama yaitu kontraksi otot-otot polos baik saluran napas,
pembengkakan membrane yang melapisi bronki, pengisian bronki dengan mukus yang kental.
Selain itu, otot-otot bronki dan kelenjar mukusa membesar, sputum yang kental, banyak
dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap didalam jaringan paru.
Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang
terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibody, menyebabkan pelepasan produk
sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamine, bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis
dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru
mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan napas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan
membran mukosa, dan pembentukan mucus yang sangat banyak. Selain itu, reseptor α- dan β-
adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak dalam bronki. Ketika reseptor α- adrenergic
dirangsang, terjadi bronkokonstriksi, bronkodilatasi terjadi ketika reseptor β- adrenergik yang
dirangsang. Keseimbangan antara reseptor α- dan β-adrenergik dikendalikan terutama oleh siklik
adenosine monofosfat (cAMP). Stimulasi reseptor α- mengakibatkan penurunan cAMP, yang
mengarah pada peningkatan mediator kimiawi yang dilepaskan oleh sel-sel mast bronkokonstriksi.
Stimulasi reseptor β- mengakibatkan peningkatan tingkat cAMP yang menghambat pelepasan
mediator kimiawi dan menyebabakan bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa
penyekatan β- adrenergik terjadi pada individu dengan Asma. Akibatnya, asmatik rentan terhadap
peningkatan pelepasan mediator kimiawi dan konstriksi otot polos (Smeltzer & Bare, 2002).

12
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Spirometer, prosedur ini dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup
(nebulizer/inhaler), positif jika peningkatan VEP/KVP > 20%.
2. Sputum, eosinofil meningkat
3. Uji kulit
4. Rontgen dada patologis paru/komplikasi asma
5. AGD, terjadi pada asma berat, pada fase awal terjadi hipoksemia dan hipokapnia (PCO²
menurun) kemudian fase lanjut normokapnia dan hiperkapnia (PCO² naik)
6. Eosinofil darah meningkat
7. Foto dada AP dan lateral. Hiperinflasi paru, diameter anteroposterior membesar pada foto
lateral, dapat melihat bercak konsolidasi yang tersebar.

G. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatakan dan memperthankan kualitas hidup agar
klien asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Menurut
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, program penatalaksanaan asma meliputi 7 komponen, yaitu ;
1. Edukasi
Edukasi yang baik dapat meminimalisir angka morbidity dan mortality pada kasus klien
dengan asma. Edukasi tidak hanya ditujukan untuk klien dan keluarga saja, melainkan juga
untuk pihak yang membutuhkan seperti pemegang keputusan, pembuat intervensi bidang
kesehatan dan profesi kesehatan.
2. Menilai dan memonitor derajat asma secara berkala
Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma oleh penderita sendiri mutlak
dilakukan pada penatalaksanaan asma. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu ;
a. Gejala dan derajat asma berubah, sehingga membutuhkan perubahan terapi
b. Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami perubahan pada asmanya
c. Daya ingat (memori) dan motivasi penderita yang harus di review, sehingga
membantu penanganan asma.
3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
4. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, dalam hal ini terdapat 3 faktor
yang harus dipertimbangkan ;
a. Medikasi (obat-obatan)
Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi jalan nafas,
yang terdiri atas pengontrol dan pelage.
b. Tahapan pengobatan

13
Semua tahapan : ditambahkan agonis beta-2, kerja singkat untuk pelaga bila dibutuhkan,
tidak melebihi 3-4 kali sehari.
Berat Asma Medikasi pengontrol harian Alternatif/pilihan lain Alternatif lain
Asma Tidak Perlu --------- ---------
Intermiten
Asma Persisten Glukokortikosteroid inhalasi - Teofilin lepas lambat -------------
Ringan (200-400 ug BD/hari atau - Kromolin
ekivalennya) - Leukotriene modifiers
Asma Persisten Kombinasi inhalasi - Glukokortikosteroid - Ditambah
Sedang glukokortikosteroid (400-800 inhalasi (400-800 ug agonis beta-2
ug BD/hari atau ekivalennya) BD/hari atau kerja lama
dan agonis beta-2 kerja lama ekivalennya) ditambah oral,
Teofilinlepas lambat, - Ditamgah
- Glukokortikosteroid teofilin lepas
inhalasi (400-800 ug lambat
BD/hari atau
ekivalennya) ditambah
agonis beta-2 kerja lama
oral,
- Glukokortikosteroid
inhalasi dosis tinggi
(>800 ug BD/hari atau
ekivalennya)
- Glukokortikosteroid
inhalasi (400-800 ug
BD/hari atau
ekivalennya) ditambah
leukotriene modifiers.
Asma Persisten Glukokortikosteroid inhalasi Prednisolon/Metilprednisolon
Berat (>800 ug BD/hari atau oral selang sehari 10 mg
ekivalennya) dan agonis beta-2 ditambah agonis beta-2 kerja
kerja lama, ditambah salah satu lam oral, ditambah Teofilin
obat berikut ; lepas lambat
- Teofilin lepas lambat
- Leukotriene modifiers
- Glukokortikosteroid
- Oral
Semua tahapan : bila tecapai asma dapat terkontrol, pertahankan terapi  selama 3 bulan,
kemudian turunkan secara bertahap samapai mencapai terapi seminimal mungkin dengan
kondisi asma tetap terkontrol.
c. Penanganan asma mandiri (pelangi asma)

14
Relasi antara klien-perawat-dokter yang baik adalah dasar yang dapat menguatkan
kepatuhan klien dan efektifitas penatalaksanaan asma. Rencanakan pengobatan bagi
klien dengan maksud mengontrol asma, bila memungkinkan ajak perawat, farmasi,
tenaga fisioterapi pernafasan dan lain-lain untuk membantu memberikan edukasi dan
menunjang keberhasilan pengobatan klien.

Pelangi asma bertujuan untuk memonitor keadaan asma pada klien secara mandiri
HIJAU
- Kondisi baik, asma terkontrol
- Tidak ada gejala atau gejala minimal
- APE : 80-100% meniali dugaan/baik
“Pengobatan bergantung berat asma, prinsip pengobatannya dilanjutkan. Bila tetap berada
pada warna hijau minimal 3 bulan, maka pertimbangkan dan turunkan terapi secara
bertahap”
KUNING
- Berarti hati-hati (caution), asma tidak terkontrol, kemungkinan dapat terjadi
serangan akut/eksaserbasi.
- Dengan gejala asma (asma malam, aktivitas terhambat, batuk, mengi, dada terasa
berat baik saat aktivitas maupun saat istirahat) dan/atau APE 60-80%
prediksi/nilai terbaik.
“Membutuhkan peningkatan dosis medikasi atau perubahan medikasi”
MERAH
- Berbahaya
- Gejala asma terus menerus dan membatasi aktivitas sehari-hari.
- APE < 60% nilai dugaan/terbaik
“Klien membutuhkan pengobatan segera sebagai rencana pengobatan yang disepakati dokter-
klien secara tertulis. Bila tetap tidak ada respon, segera hubungi dokter atau ke Rumah Sakit”

5. Menetapkan pengobatan pada serangan akut


SERANGAN PENGOBATAN TEMPAT
PENGOBATAN
RINGAN Terbaik ; - Di Rumah
- Aktivitas relatif normal Inhalasi agonis beta-2 - Di Praktek dokter/
- Berbicara satu kalimat Klinik / Puskesmas
dalam satu nafas Alternatif ;
- Nadi < 100x/menit Kombinasi oral agonis beta-2 dan
- APE >80% teofilin
SEDANG Terbaik ; - Instalasi Gawat
- Jalan jarak jauh dapat Nebulisasi agonis beta-2 setiap 4 Darurat/ RS Klinik /
menimbulkan gejala jam Praktek Dokter /
- Berbicara beberapa kata Puskesmas

15
dalam satu nafas Alternatif ;
- Nadi 100-120x/menit - Agonis beta-2 subkutan
- APE 60-80% - Aminofilin IV
- Adrenalin 1/1000 0,3ml SK
- Oksigenasi bila mungkin
- Kortikosteroid sistemik
BERAT Terbaik ; - Instalasi Gawat Darurat
- Sesak saat istirahat Nebulisasi agonis beta-2 setiap 4 / RS Klinik
- Berbicara kata perkata jam
dalam satu nafas
- Nadi > 120x/menit Alternatif ;
- APE < 60% atau 100 - Agonis beta-2 SK/IV
l/dtk - Adrenalin 1/1000 0,3 ml SK
- Kortikosteroid IV
- Oksigenasi
- Aminofilin bolus dilanjutkan
drip
MENGANCAM JIWA - Seperti serangan akut berat - Instalasi Gawat Darurat
- Tingkat kesadaran - Pertimbangkan intubasi dan / RS ICU
berubah / menurun ventilasi mekanis
- Gelisah
- Sianosis
- Gagal nafas

6. Kontrol secara teratur


Pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang harus diperhatikanoleh dokter dan
tenaga kesehatan lainnya, yaitu ;
- Tindak lanjut (follow-up) teratur
- Rujuk ke ahli paru-paru untuk konsultasi atau penanganan lanjut bila diperlukan
7. Pola hidup sehat
- Meningkatkan kebugaran fisik
Olahraga dapat meningkatkan kebugaran fisik secara umum, meskipun terdpat salah
satu bentuk asma yang menimbulkan serangan post-exercise (Exercise Induced
Asthma/EIA), akan tetapi tidak berarti penderita EIA dilarang berolahraga. Senam
Asthma Indonesia (SAI) merupakan salah satu bentuk olahraga yang dianjurkan karena
melatih dan menguatkan otot-otot pernafasan.
- Berhenti merokok
- Lingkungan kerja, kenali lingkungan kerja yang berpotensi dapat menimbulkan asthma.

16
H. Discharge Planning
1. Kenali alleergen yang akan muncul yang dapat menimbulkan asma.
2. Pelajari cara penanganan pertama pada asma dan cara menggunakan obat-obat asma (inhalasi)
3. Hindari faktor pemicu : kebersihan lanati rumah, debu – debu, karpet, bulu binatang dsb.
4. Keluarga perlu memahami yentang pengobatan, nama obat, dosis, efek samping, waktu
pemberian.
5. Pelajari cara kontrol kecemasan, takut, stress.
6. Lakukan istirahat yang cukup dan latihan, termasuk latihan nafas.
7. Hubungi dokter jika serangan asma masih timbul sesudah diobati dengan kortikosteroid oral
atau inhalasi
8. Gunakan alat penyaring udara dan penyejuk ruangan (AC)
9. Bersihkan rumah sekurang-kurangnya sekali seminggu
10. Gunakan obat asma secara teratur
11. Hindari asap rokok dan berhenti merokok
12. Jika hamil segera konsultasikan dengan tenaga medis sehingga asma dapat terkontrol

17
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Nn.W
Umur : 18 tahun
Tanggal Lahir : 07-11-2000
Agama : Islam
Alamat : Susukan Agung
Nomor Medrek : 029191
Tanggal Masuk RS : Rabu, 21 Februari 2018
Tanggal Pengkajian : Kamis, 22 Februari 2018
Diagnosa Medis : Asma
2. Identitas Orang tua / Keluarga
1) Ayah/Ibu
Nama : Dedes
Umur : 35 th
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : -
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Susukan Agung
2) Anak/Saudara terdekat
Nama :
Umur :
Agama :
Suku Bangsa :

18
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
2. Keluahan Utama
Klien datang ke IGD dengan keluhan sesak napas , demam, sulit tidur, dan sakit kepala
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien merasa sesak napas, demam, sulit tidur, dan sakit kepala
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Keluarga klien mengatakan bahwa Nn. W baru pertama kali dirawat dirumah sakit dengan
keluhan tersebut
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien mengatakan bahwa tidak memiliki silsilah penyakit keturunan.
6. Riwayat Kesehatan Sosial
Klien memiliki hubungan sosial yang baik terlihat dari banyak keluarga dan saudara yang
menjenguknya.
7. Riwayat Kesehatan Spiritual
Klien mengatakan bahwa penyakit yang dideritanya saat ini sebagai bentuk cobaan dari
Allah SWT.
8. Pemeriksaan Umum
Berat Badan : 45 Kg
Tinggi Badan : 155 cm
Tingkat Kesadaran : Compos Metis
Eyes : 4 Verbal : 5 Motorik : 6
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Pulse Rate : 115 kali/menit
Respiration Rate : 28 kali/menit
Suhu : 37,6˚C
SPO² : 93%

19
GDS : -
9. Pendekatan Pengkajian Fisik
a. Blood (B1/Sistem Kardiovaskuler)
Inspeksi : - Kulit elastis, namun tidak terdapat adanya
lesi atau jaringan parut
- Bentuk kuku normal namun terlihat
sianosis
- Wajah pucat
- Dispnea
Palpasi : - Turgor kulit elastis
- CRT < 3 detik
Perkusi : -
Auskultasi : - Terdengar bunyi jantung s1 dan s2
b. Breath (B2/Sistem Respirasi)
Inspeksi : - Bentuk hidung normal, tidak ada lesi
- Lubang hidung tampak bersih
- Bentuk dada normal
- Gerakan pernapasan menggunakan otot-
otot tambahan
- Ortopnea
Palpasi : - Tidak ada nyeri pada daerah sinus
- Ekspansi dada simetris
Perkusi : - Hypersonan
Auskultasi : - Mengi (wheezing)
c. Brain (B3/Sistem Neurologi)
Kepala dan Leher : - Bentuk kepala normal, rambut berwarna
hitam, kulit kepala bersih, tidak
menunjukan adanya lesi.

20
- Bentuk leher normal, tidak ada lesi atau
pembengkakan limfa.
- Reflek menelan normal, tidak menunjukan
adanya nyeri.
Raut Wajah : - Wajah tampak pucat
Mata : - Bentuk mata normal
- Konjungtiva anemis
- Sclera mata putih
Mulut : - Bentuk bibir normal namun tampak
kering.
- Gigi bersih
- Tidak ada secret dalam rongga mulut
Neurosensori : - Klien menggunakan otot-otot tambahan
saat bernapas
d. Bowel (B4/Sistem Gastrointestinal)
Inspeksi : - Bentuk abdomen normal tidak ada lesi
Perkusi : -
Auskultasi - Bising usus 6 kali/menit
Palpasi : - Tidak ada nyeri tekan
f. Bone (B6/Sistem Muskuloskeletal)
Sulit tidur disebabkan karena ortopnea
10. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
a. Pemeriksaan Darah Rutin
Hematokrit : -
Leukosit : -
Hemaglobin : -
Trombosit : -
b. Foto Rongten Thorrac

21
c. Electrocardiogram
11. Genetalia : -

2. Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Diagnosa keperawatan

1. DO : klien mengatakan Asthma Pola nafas tidak efektif


mengeluh sesak nafas pada b.d keletihan otot-otot
saat beraktivitas Faktor pencetus ; allergen, pernafasan dan
stress, suhu deformitas dinding dada
DO :
 Auskultasi suara paru Obstruksi saluran
mengi. pernafasan
 Respirasi: 28x/menit
 Terlihat pucat Mucus berlebih, batuk,
wheezing, sesak nafas

Tekanan partial O² di
alveoli menurun

Penyempitan jalan nafas

Peningkatan kerja otot


penafasan

Ketidakefektifan pola nafas

22
2. DS : klien mengatakan : Asthma Intoleransi aktivitas b.d
- Sesak nafas dan hipoksia
nyeri dada Faktor pencetus ; allergen,
- Cepat lelah stress, suhu
- Sulit bergerak
- Berkeringat dingin Antigen terikat dengan IgE
DO : pada permukaan sel mast
- Tampak lemah
- Tekanan Darah Mensekresi mediator ;
90/60 mmHg histamine, platelet,
- SaO² 91-95% bradikinin,etc
- PaCO² meningkat
- PaO² menurun (60 Permeabilitas kapiler
mmHg) meningkat
-
Edema mukosa, sekresi
produktif, konstriksi otot
polos meningkat

Konsentrasi O² dalam darah


menurun

Hipoksemia

Suplai darah dan O² ke


jantung menurun

Cardiac Output menurun

23
Tekanan darah menurun

Kelemahan dan keletihan

Intoleransi aktivitas
3. DS : klien mengatakan : Asthma Ketidakseimbangan
- Tidak nafsu makan nutrisi kurang dari
- Mual dan muntah Faktor pencetus ; allergen, kebutuhan b.d laju
DO : stress, suhu metabolic, dispnea saat
- Tampak pucat makan, kelemahan otot
- Tampak lemas Obstruksi saluran pengunyah.
- Penurunan berat pernafasan (proximal dari
badan bronkus) pada tahap
- Dispnea saat ekspirasi dan inspirasi
makan
Mucus berlebih, batuk,
wheezing, sesak nafas

Tekanan partial O² di
alveoli menurun

Penyempitan jalan nafas

Peningkatan kerja otot

24
penafasan

Anorexia

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh

3. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d keletihan otot-otot pernafasan dan deformitas dinding dada
2. Intoleransi aktivitas b.d hipoksia
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d laju metabolic, dispnea saat makan

4. Intervensi

Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


No.
keperawatan hasil
1. Pola nafas tidak NOC NIC - Memudahkan
b.d  Respiratory status : Airway management dalam ekspansi
efektif
ventilation - Buka jalan nafas, paru dan
keletihan otot-otot  Respiratory status : gunakan teknik chin pernapasan
pernafasan dan airway patency lift atau jaw thrust - Memaksimalka
 Vital sign status bila perlu n bernapas dan
deformitas dinding menurunkan
Kriteria Hasil : - Posisikan pasien
kerja napas
dada  Mendemonstrasikan untuk
batuk efektif dan memaksimalkan - Mengi
suara nafas yang ventilasi menyertai

25
bersih, tidak ada - Identifikasi pasien obstruksi jalan
sianosis dan dyspneu perlunya nafas
(mampu pemasangan alat
mengeluarkan jalan nafas buatan
sputum, tidak ada - Keluarkan secret
pursed lips) dengan batuk atau
 Menunjukan jalan suction
nafas yang paten - Auskultasi suara
(klien tidak merasa nafas, catat adanya
tercekik, irama
suara tambahan
nafas, frekuensi
- Berikan
pernafasan dalambronkodilator
rentang normal,
- Atur intake untuk
tidak ada suara nafascairan
abnormal) mengoptimalkan
keseimbangan
Tanda – tanda dalam
- Monitor respirasi
rentang normal dan status O2
(tekanan Oxygen therapy
darah,nadi,pernafasa) - Bersihkan mulut,
hidung dan secret
trakea
- Pertahankan jalan
nafas yang paten
- Monitor oksigen
- Pertahankan posisi
pasien
- Observasi adanya
tanda-tanda
hipoventilasi
- Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Vital sign monitoring
- Monitor TD, nadi,
suhu dan RR
- Catat adanya

26
fluktuasi tekanan
darah
- Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
- Monitor suara paru
- Monitor pola
pernafasan
abnormal
Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital sign
2. Intoleransi aktifitas
NOC NIC - Selama distress
berhubungan  Social Activity therapy pernapasan
interaction skills - Kolaborasikan berat atau akut
dengan ketidak  Stress level dengan tenaga atau refraktori
pasien secara
seimbangan antara  Sosial support rehabilitasi
 Post – trauma medic dalam total tidak
supalai dan mampu
syndrome merencakanan
melakukan
kebutuhan oksigen program terapi
aktivitas sehari-
(hipoksia) Kriteria Hasil : yang tepat hari karena
 Iklim sosial - Bantu untuk hipoksemia dan
kelemahan keluarga : mengidentifika dispnea.
lingkungan yang sikan aktivitas - Mengetahui
mendukung yang yang mampu tingkat aktivitas
bercirikan dilakukan pasien
hubungan dan - Bantu untuk - Membantu
tujuan anggota medapatkan pasien dalam
keluarga alat bantuan memenuhi
 Partisipasi aktivitas kebutuhan
pasien sehari-
waktu luang : seperti kursi
hari
menggukan roda dan krek
- Membantu
aktivitas yang - Bantu pasien untuk
menarik, pasien/keluarg memenuhi
menyenangkan a untuk kebutuhan
dan mengidentifika pasien secara
menenangkan si kekurangan mandiri
untuk dalam

27
meningkatan beraktivitas
kesejahteraan - Bantu pasien
 Keseimbangan untuk
atas perasaan : mengembanga
mampu kan motivasi
menyesuaikan diri dan
terhadap emosi penguatan
sebagai respon - Monitor
terhadap keadaan respon fisik
tertentu emosi,sosial
 Keparahan dan spiritual
kesepeian :
mengendalikan
keparahan respon
emosi, sosial atau
eksistensi
terhadap keadaan
tertentu
 Tingkat
persepsi positif
tentang status
kesehatan dan
status hidup
individu
 Partisipasi
dalam bermain,
pengunaan
aktivitas oleh
anak usia 1 – 11
tahun untuk
meningkatan
kesenangan,
hiburan, dan
perkembangan
 Meningkatkan
hubungan yang
efektif dalam
perilaku pribadi
interaksi sosial

28
dengan orang,
organisasi, atau
kelompok
 Ketersediaan
dan peningkatan
pemberian actual
bantuan yang
andal dari orang
lain
 Mengungkapkan
penurunan perasaan
atau pengalaman
diasingkan
3. Ketidakseimbangan NOC NIC  Agar klien
nutrisi kurang dari  Nutritional Nutrition management
dapat
status : food - Kaji adanya
kebutuhan tubuh and fluid alergi makanan melakukan
berhubungan intake - Yakinkan diet aktivitasnya
 Nutritional yang di makan
dengan laju dengan mandiri.
status : mengandung
metabolic nutrient intake tinggi serat  Agar klien tidak
 Weight control untuk
terlalu
Kriteria hasil mencegah
 Adanya konstipasi memforsir
peningkatan - Beri informasi kekuatan
berat badan tentang
sesuai dengan kebutuhan fisiknya.
tujuan nutrisi
 Berat badan - Monitor
ideal sesuai jumlah nutrisi
dengan tinggi kandungan
badan kalori
 Mampu - Kaji
mengidentiika kemampuan
si kebutuhan klien untuk
nutrisi mendapatkan
 Tidak ada nutrisi yang
tanda-tanda dibutuhkan

29
malnutrisi Nutrition monitoring
 Menunjukan - Berat batas
peningkatan klien dalam
fungsi batas normal
pengecapan - Monitor
dari menelan adanya
 Tidak terjadi penurunan
penurunan berat badan
berat badan - Monitor tipe
yang berarti dan aktivitas
yang bisa
dilakukan
- Monitor kadar
albumin, total
protein, hb,
dan kadar
hematokrit
- Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
- Monitor kalori
dan tingkat
nutrisi
- Monitor mual
dan muntah
- Monitor
lingkungan
selama makan
- Monitor
pertumbuhan
dan
perkembangan
klien

30
5. Implementasi
No Hari/Ta Jam Tindakan Diagnosa
. nggal Keperawatan
Kamis,
1 1 10.30 - Memberikan bronkodilator Ketidakefektifan pola
1. 22-02- WIB - Mengidentifikasi pasien perlunya nafas berhubungan
2018 pemasangan alat jalan nafas dengan pelatihan otot
buatan pernasan dan
- Memoonitor respirasi dan status deformitas dinding
O2 dada
- Mengidentifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2. Kamis, 11.00 - Berkolaborasi dengan tenaga Intoleransi aktifitas
22-02- WIB rehabilitasi medic dalam berhubungan dengan
merencakanan program terapi yang
2018 tepat ketidak seimbangan
- Membantu untuk antara supalai dan
mengidentifikasikan aktivitas yang
kebutuhan oksigen
mampu dilakukan
- Membantu untuk medapatkan alat (hipoksia) kelemahan
bantuan aktivitas seperti kursi roda
dan krek
- Membantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
- Membantu pasien untuk
mengembangakan motivasi diri dan
penguatan
 Memonitor respon fisik
emosi,sosial dan spiritual
3. Kamis, 11.00 - Mengkaji adanya alergi makanan Ketidakseimbangan
22-02- WIB - Meyakinkan diet yang di makan nutrisi kurang dari
mengandung tinggi serat untuk
2018 mencegah konstipasi kebutuhan tubuh
- Memberi informasi tentang berhubungan dengan

31
kebutuhan nutrisi laju metabolic
- Memonitor jumlah nutrisi
kandungan kalori
- Mengkaji kemampuan klien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan

6. Evaluasi
Nama
Hari/ Diagnosa
No Evaluasi dan TT
Tanggal Keperawatan
Perawat
1. Jum’at, Pola nafas tidak S : klien mengatakan mengeluh sesak
22-02- efektif b.d nafas pada saat beraktivitas
2018 keletihan otot- O :
otot pernafasan - Tampak gelisah
- Tampak lemas
- Respirasi : 30x/menit
- Bunyi paru mengik
A : Sudah terpenuhi
P : Tetap memonitor status klien
2. Jum’at, Kekurangan S : klien mengatakan :
24-02- Intoleransi - Sesak nafas, namun nyeri pada
2018 aktivitas b.d bagian dada sudah berkurang
hipoksia - Sudah bisa bergerak sedikit demi
sedikit
O:
- Klien tampak melakukan aktivitas
sedikit demi sedikit
- Tekanan Darah 110/70 mmHg

32
A : Tekanan darah mencapai batas normal
P : tetap monitor tanda-tanda vital,
intervensi sesak nafas dilanjutkan
3. Jum’at, Ketidakseimban S: Klien mengeluh tidak nafsu makan
24-02- gan nutrisi O: Klien terlihat lemas.
2018 kurang dari A: Klien belum dapat beraktivitas secara
kebutuhan tubuh normal dan mandiri secara menyeluruh.
berhubungan P: Bantu klien untuk meningkatkan nafsu
dengan laju makan
metabolic

33
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
- Penyakit Asma (Asthma) adalah suatu penyakit kronik (menahun) yang menyerang saluran
pernafasan (bronchiale) pada paru dimana terdapat peradangan (inflamasi) dinding rongga
bronchiale sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang akhirnya seseorang
mengalami sesak nafas. Adapun tanda dan gejala penyakit asma diantaranya :
- Pernafasan berbunyi (wheezing/mengi/bengek) terutama saat mengeluarkan nafas (exhalation).
Tidak semua penderita asma memiliki pernafasan yang berbunyi, dan tidak semua orang yang
nafasnya terdegar wheezing adalah penderita asma
- Adanya sesak nafas sebagai akibat penyempitan saluran bronki (bronchiale).
- Batuk berkepanjangan di waktu malam hari atau cuaca dingin.
- Adanya keluhan penderita yang merasakan dada sempit.
- Serangan asma yang hebat menyebabkan penderita tidak dapat berbicara karena kesulitannya
dalam mengatur pernafasan.
Langkah tepat yang dapat dilakukan untuk menghindari serangan asma adalah menjauhi faktor-
faktor penyebab yang memicu timbulnya serangan asma itu sendiri

Kritik dan Saran

- Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Chronic Asma di perlukan
pengetahuan dan pemahaman tentang konsep dan teori penyakit bagi seorang perawat.
- Informasi yang adekuat dan pendidikan kesehatan sangat bermanfaat bagi klien, agar klien
mampu mengatasi masalahnya secara mandiri.

34
Daftar Pustaka

Amin Huda N, S. Kep., Ns dan Kusuma Hardi, S. Kep., Ns.,Aplikasi Asuhan Keperawatan
Beerdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc, Edisi Revisi Jilid 3, Penerbit Mediaction
Jogja, 2015

35

Anda mungkin juga menyukai