Disusun oleh :
Linda Mandasari
(1510711070)
Daftar Isi
Cover..................................................................................................................................... 1
Kata pengantar ...................................................................................................................... 2
Daftar isi ............................................................................................................................... 3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang................................................................................................................ 5
1.2. Rumusan masalah .......................................................................................................... 5
1.3. Tujuan ............................................................................................................................ 6
BAB 2
ISI
2.1. Pengertian ...................................................................................................................... 7
2.2. Etiologi .......................................................................................................................... 7
2.3. Faktor resiko .................................................................................................................. 8
2.4. Patofisiologi ................................................................................................................... 8
2.5. Manifestasi klinis .......................................................................................................... 9
2.6. Klasifikasi ...................................................................................................................... 9
2.7. Pemeriksaan penunjang ...............................................................................................10
2.8. Komplikasi .................................................................................................................. 11
2.9. Penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi .................................................... 11
2.10. Asuhan keperawatan .................................................................................................. 11
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1. Kasus ........................................................................................................................... 17
3.2. Data fokus .................................................................................................................... 17
3.3. Analisa data ................................................................................................................. 17
3.4. Diagnosa keperawatan ................................................................................................. 19
3.5. Intervensi ..................................................................................................................... 19
BAB 4
PENUTUP
4.1.Kesimpulan .................................................................................................................. 22
4.2. Saran ......................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 23
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Asma bronchial merupakan suatu penyakit inflamasi saluran pernapasan yang ditandai
dengan spasme akut otot polos bronkiolus, sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan aliran
udara dan penurunan ventilasi alveolus. Asma ditandai dengan serangan berulang sesak napas
dan mengi, yang bervariasi setiap individu dalma tingkat keparahan dan frekuensi. Kasus asma
cukup banyak di negara dengan pendapatan yang menengah kebawah. WHO memperkirakan 235
juta penduduk dunia menderita asma dan jumlah diperkirakan akan treus meningkat setiap
tahunnya atau bertambah. Apabila tidak dicegah dan ditangani dengan baik dan benar, maka
diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi di masa yang akan datang.
Prevalensi asma meningkat, terutama di negara-negara barat, dimana >5% populasi mungkin
simtomatik dan mendapatkan pengobatan. Bersamaan dengan prevalensi yang meningkat terjadi
peningkatan mortalitas, meskipun ada perbaikan pengobatan. Di Inggris, datu dari tujuh orang
memiliki penyakit alergi dan lebih dari 9 juta orang mengalami mengi pada tahun lalu. Jumlah
remaja dengan asma hampir berlipat 2 selama lenih dari 12 tahun terakhir ini. Asma jarang
terjadi di timur jauh dan paling sering terjadi Inggris, Australia, dan Selandia Baru. Terdapat
beberapa korelasi dengan gaya hidup kebarat-baratan, termasuk kondisi lingkungan yang disukai
tungau debu rumah dan polusi atmosferik. Banyak faktor yang menyebabkan atau mencetuskan
asma, 20% orang yang bekerja mungkin rentan terhadap asma akibat pekerjaan.
Data tentang tingkat kontrol asma pasien penderita asma di Indonesia belum diketahui secara
pasti. Penelitian pendahuluan tingkat kontrol asma di Poliklinik Alergi Imunologi Klinik
Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta mendapatkan 64%
kasus tidak terkontrol, 28% Artikel Penelitian Walau penyakit asma tidak dapat disembuhkan,
hubungan baik pasien dan dokter dapat memberikan hasil optimal dalam mengontrol penyakit
asma. Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah untuk mencapai dan mempertahankan asma
terkontrol, sehingga dapat dicegah timbulnya serangan saat malam dan siang hari serta pasien
tetap dapat melakukan aktifitas fisik. Kontrol asma dikatakan dapat tercapai dengan
didapatkannya penurunan frekuensi serangan asma, perbaikan inflamasi saluran napas, perbaikan
aktivitas fisik dan fungsi paru.
1.2.Rumusan masalah
1. Apa pengertian asma ?
2. Apa etiologi asma ?
3. Apa faktor resiko asma ?
4. Bagaimana patofisiologi asma ?
5. Apa saja manifestasi klinis asma ?
6. Apa klasifikasi asma ?
7. Apa pemeriksaan penunjang asma ?
8. Apa komplikasi asma ?
9. Apa penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi asma ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan asma ?
1.3.Tujuan
1. Mengetahui pengertian asma
2. Mengetahui etiologi asma
3. Mengetahui faktor resiko asma
4. Mengetahui patofisiologi asma
5. Mengetahui manifestasi klinis asma
6. Mengetahui klasifikasi asma
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang asma
8. Mengetahui komplikasi asma
9. Mengetahui penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi
10. Mengetahui asuhan keperawatan asma
BAB 2
ISI
2.1 Pengertian
Asma merupakan penyakit pada jalan napas yang tidak dapat pulih yang tejadi karena
spasme bronchus yang disebabkan oleh berbagai penyabab.(Hudak & Gallo, 1997)
Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermitten, reversibel dimana trakea dan
bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (Smeltzer, Suzzane C, 2002)
Asma adalah penyakit inflamasi obstruktif yang ditandai oleh periode episodik spasme
otot-otot polos dalam dinding saluran udara bronkhial (spasme bronkus). Spasme brokus ini
menyempitkan jalan napas, sehingga membuat pernapasan menjadi sulit dan menimbulkan bunyi
mengi.terdapat 2 tipe utama asma, asma ektrinsik dan asma intrinsik. (Niluh dan
Christantie,2004)
Asma suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi hipersensitif mukosa bronkus
terhadap bahan alergen. Reaksi hipersensitif pada bronkus dapat mengakibatkan pembengkakan
pada mukosa bronkus.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, Asma merupakan penyakit inflamasi/ peradangan pada
jalan napas yang diakibatkan reaksi hipersensitif mukosa bronkos sehingga terjadi penyempitan
pada jalan napas yang membuat napaas menjadi sulit dan menimbulkan bunyi mengi.
2.2 Etiologi
Etiologi asma dibagi atas :
1.) asma ekstrinsik/alergen
Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui masanya sudah terdapat semenjak
anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari, bulu halus, binatang dan debu.
2.) asma intrinsik/idiopatik
Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya faktor-faktor
nonspesifik seperti; flu, latihan fisik atau emosi sering memicu serangan asma. Asma ini sering
muncul/timbul sesudah usia 40 tahun setelah menderita infeksi sinus/cabang trakeobronchial.
3.) asma campuran
Asma yang terjasi/timbul karena adanya komponen ekstrinsik/intrinsik.
2.3 Faktor Resiko
a. alergen
faktor alergi dianggap mmepunyai peranan pada sebagai penderita dengan asma, dosamping itu
hipersensitif saluran napas juga merupakan faktor yang penting bila tingkat hipersensitivitas
bronkus tinggi diperlukan jumlah alergen yang sedikit dan sebaliknya untuk menimbulkan
serangan asma.
b. infeksi
Biasanya virus penyebabnya respiratory synchyhal virus (RSV) dan virus para influenza.
c. ritasi
Hairspray, minyak wangi, asap rokok, bau asam dari cat dan polutan udara, air dingin dan udara
dingin./
d. ISPA
e. Reflek gastroesopagus
Iritasi trakeobronkheal karena isi lambung dapat memperberat penyakit asma.
f. psikologis
2.4 Patofisiologi
Adanya debu, asap rokok, bulu binatang, hawa dingin terpapar pada penderita. Benda-
benda tersebut setelah terpapar ternyata tidak dikenali oleh sistem ditubuh penderita sehingga
dianggap sebagai benda asing (antigen). Anggapan itu yang kemudian memicu dikeluarkannya
antibodi yang berperanan sebagai respon reaksi hipersensitif seperti neutropil, basofil, dan
immunoglobulin E. Masuknya antigen pada tubuh yang memicu reaksi antigen akan
menimbulkan reaksi antigen-antibodi yang membentuk ikatan seperti key and lock (gembuk dan
kunci).
Ikatan antigen dan antibodi akan merangsang peningkatan pengeluaran mediator kimiawi
speerti histamin, neutrophil chemotactic slow acting, epinefrin, norepinefrin dan prostaglandin.
Peningkatan mediator-mediator kimia tersebut akan merangasnag peningkatan permeabilitas
kapiler, pembengkakan pada mukosa saluran pernapasan (terutam bronkus). Pembengkakan yang
hampir merata pada semua bagian bronkus akan menyebabkan penyempitan bronkus
(bronkokontriksi) dan sesak napas. Penyempitan bronkus akan menurunkan jumlah oksigen luar
yang masuk saat inspirasi sehingga menurunkan oksigen yang darah. Kondisi ini akan berakibat
pada penurunan oksigen jaringan sehingga penderita terlihat pucat dan lemah.
Pembengkakan pada mukosa bronkus juga akan meningkatkan sekresi mukus dan
meningkatkan pergerakan silia pada mukosa. Penderita jadi sering batuk dengan produksi mukus
yang cukup banyak.
2.5 Manifestasi Klinis
a. Wheezing
b. Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot otot asesori pernapasan, cuping hidung,
retraksi dada, dan stridor
c. Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan lumen jalan napas sempit
d. Tachypnea, tachycardia, orthopnea
e. Gelisan
f. Berbicara sulit atau pendek karena jalan napas sempit
g. Diaphorosis
h. Nyeri abdomen karena terlibatnya otot-otot abdomen dalam bernapas
i. Fatigue
j. Tidak toleran terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan bahkan berbicara
k. Kecemasan, labil, dan perubahan tingkat kesadaran
2.6 Klasifikasi
Berdasarkan epidosik serangan asma, dapat dibedakan :
a. Asma episodik yang jarang
Biasanya terdapat pada anak usia 3-6 tahun, serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi virus
pada saluran napas. Frekuensi serangan 3-4 x/hari. Lamanya serangan beberapa hari dan
langsung menjadi sembuh. Gejala menonjol pada malam hari dapat berlangsung 3-4 hari,
sedangkan batuk 10-14 hari, serangan tidak ditemukan kelainan.
b. Asma episodik sedang
2/3 golongan ini serangan pertama timbul pada usia sebulan samapi 3 tahun, serangan
berhubungan dengan infeksi saluran napas akut. Pada usia 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa
infeksi yang jelas.
c. Asma kronik/resisten
Serangan pertama terjadi pada usia 6 bulan (25%), sebelum usia 3 tahun (75%), pada 2 tahun
pertama (50%) biasanya serangan episodik pada usia 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi
jalan napas yang persisten dan hampir selalu terdapat wheezing setiap hari. Pada malam hari
sering terganggu oleh batuk/wheezing dan waktu serangan yang berat dan sering memerlukan
perawatan rumah sakit.
Berdasarkan berat penyakit :
a. Tahap I : intermitten
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
- gejala intermitten < 1 kali dalam seminggu
- gejala eksaserbasi singkat (mulai beberapa jam sampai beberapa hari)
- gejala serangan asma malam hari < 2 kali dalam sebulan
- asimptomastis dan nilai fungsi paru normal diantara perioda eksaserbasi
- PEF atau FEV1 : ≥ 80% prediksi
Variabilitas < 20%
- pemakaian obat untuk mempertahankan kontrol :Obat untuk mengurangi gejala intermitten
dipakai hanya kapan perlu inhalasi jangka pendek β2 agpnis
- intensitas pengobatan tergantung pada derajat eksaserbasi kortikosteroid oral mungkin
dibutuhkan.
b. Tahap II : persisten ringan
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan
- gejala ≥ 1 kali seminggu tapi < 1 kali sehari
- gejala eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas tidur
- gejala serangan asma malam hari > 2 kali dalam sebulan
- PEF atau FEV1 : > 80 % dari prediksi
Variabilitas 20 – 30 %
- pemakaian obat harian untuk mempertahankan kontrol :Obat-obatan pengontrol serangan
harian mungkin perlu bronkodilator jangka panjang ditambah dengan obat-obatan antiinflamasi
(terutama untuk serangan asma malam hari).
c. Tahap III : persisten sedang
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan
- gejala harian
- gejala eksaserbasi menggangu aktivitas dan tidur
- gejala serangan asma malam hari > 1 kali seminggu
- pemakaian inhalasi jangka pendek β2 agonis setiap hari
- PEV atau FEV 1 : > 60-80 % dari prediksi
Variabilitas > 30%
- pemakaian obat-obatan harian untuk mempertahankan kontrol : obat-obatan pengontrol
serangan harian inhalasi kortikosteroid bronkodilator jangka panjang ( terutama untuk serangan
asma malam hari).
d. Tahap IV : persisten berat
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan
- gejala terus menerus
- gejala eksaserbasi sering
- gejala serangan asma malam hari sering
- aktivitas fisik sangat terbatas oleh asma
- PEV atau FEV1 : ≤ 60 % dari prediksi
Variabilitas > 30 %
2.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik
b. Sinar X (rontgen) : terlihat adanya hiperinflasi paru-paru diafragma mendatar.
c. Tes fungsi paru
d. GDA
e. Pemeriksaan laboratorium
2.8 Komplikasi
a. Pneumothorak
b. Emfisema
c. Atelektasis
d. Aspirasi
e. Kegagalan jantung / gangguang irama jantung
f. Asidosis
2.10 Asuhan keperawatan
a. Data fokus
b. Analisa data
Data Objektif:
1. Terdapat suara nafas tambahan dan
wheezing
2. Klien bernafas dengan
menggunakan bantuan otot
pernafasan
3. Klien tampak lelah secara berlebiha
4. Klien tampak lemas
5. Klien tampak meringis
6. Klien tampak gelisah
7. Tanda-tanda vital
N : 90 x/mnt
Rr: 25 x/mnt
8. Skala Nyeri
P : Pada saat batuk
Q : Seperti tertekan
R : Di dada
S : Skala 5
T : < 30 menit
Data objektif
4. Terdapat suara nafas tambahan dan
wheezing
5. Klien bernafas dengan
menggunakan bantuan otot
pernafasan
6. Skala Nyeri
P : Pada saat batuk
Q : Seperti tertekan
R : Di dada
S : Skala 5
T : < 30 menit
7. Tanda-tanda vital
N : 90 x/mnt
Rr: 25 x/mnt
8. Klien tampak pucat
9. Klien tampak gelisah
10. klien tampak meringis
3. Data subjektif Ketidakseimbangan Penurunan masukan
1. Klien mengatakan hilangnya nafsu nutrisi kurang dari oral
makan kebutuhan tubuh
2. Klien mengatakan batuk disertai
dahak
Data objektif
3. Bb klien menurun
4. Klien tampak lelah secara
berlebihan
5. Klien tampak pucat
Data Objektif:
c. Diagnosa keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan Penumpukan mukus
yang berlebih
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan bronkokonstriksi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan masukan oral
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
d. Intervensi
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 kasus
Ny.H (45 Tahun) datang kerumah sakit dengan keluhan sesak napas sejak ±2 hari. Sebelumnya
Ny.H sering sesak napas jika suasana dingin atau kelelahan. Awalnya sesak napas hanya timbul
1 bulan sekali tapi lama-lama frekuensi sesak semakin sering terutama 2 tahun terakhir ini, dan
sejak 3 bulan terakhir sesak napas datang setiap hari. Sesak napas dirasakan memberat pada
malam hari atau saat suasana dingin atau kelelahan. Ny.H mengeluh batuk berdahak dan nyeri
dada saat batuk. Setelah dilakukan pemeriksaan dengan hasil : tekanan darah : 120/80 mmHg,
nadi: 120 kali/menit, suhu: 36,8oC, pernapasan: 38 kali/menit. pasien tampak pucat, menahan
nyeri dada saat batuk, gelisah, meringis. Pengkajian nyeri : P : Pada saat batuk, Q : Seperti
tertekan, R : Di dada, S : Skala 5, T : < 30 menit.
3.2 Data Fokus
Pengkajian nyeri : P : Pada saat batuk, Pasien tampak menahan nyeri dada
3.3 Analisa Data
3.4 Diagnosa keperawatan
3.5 Intervensi
fowler
Bantu klien dalam
pemenuhan kebutuhan
sehari-hari
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan
fisioterapi dalam
penurunan rasa nyeri
2. Nyeri akut Setelah dilakukan Mandiri :
berhubungan tindakan Berikan posisi nyaman
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asma merupakan penyakit inflamasi/ peradangan pada jalan napas yang diakibatkan reaksi
hipersensitif mukosa bronkos sehingga terjadi penyempitan pada jalan napas yang membuat
napaas menjadi sulit dan menimbulkan bunyi mengi.
Asma ditandai dengan serangan berulang sesak napas dan mengi, yang bervariasi setiap
individu dalma tingkat keparahan dan frekuensi. Kasus asma cukup banyak di negara dengan
pendapatan yang menengah kebawah. WHO memperkirakan 235 juta penduduk dunia menderita
asma dan jumlah diperkirakan akan treus meningkat setiap tahunnya atau bertambah. Apabila
tidak dicegah dan ditangani dengan baik dan benar, maka diperkirakan akan terjadi peningkatan
prevalensi di masa yang akan datang.
4.2 Saran
Dengan disusunnya makalah “Makalah Asuhan Keperawatan Asma Bronchial ” dapat
bermanfaat bagi para pembaca, serta dapat menambah referensi.
DAFTAR PUSTAKA
Sujono riyadi & Sukarmin. 2013. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta. Graha
Ilmu.
Ns. Andra S.W, S.kep & Ns. Yessi M.P, S.kep. 2013. Keperawatan Medikal Bedah
1. Yogyakarta. Nuha Medika.
Jeremy P.T. Ward, Jane Ward, dkk. 2008. At a Glance Sistem Pernapasan. Jakarta.
Erlangga.
Suriadi,S.Kep, MSN & Rita Yuliani, S.Kep, M.Psi. 2006. Asuhan Keperawatan
Anak. Jakarta. PT. Percetakan Penebar Swadaya.
Komentar