Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONCHIAL

Disusun oleh :
Linda Mandasari
(1510711070)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan nikmat dan
mencurahkan rahmat-Nya untuk seluruh umat juga makhluk-Nya. Shalawat serta salam kepada
baginda Nabi Muhammas SAW yang telah membawa risalah, keluarga, sahabat serta orang-
orang yang senantiasa mengaplikasikan risalahnya dengan ikhlas, taat, dan sepenuh hati dalam
mengamalkannya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah yang berjudul “ Makalah Asuhan Keperawatan Asma Broncial ” ini kami susun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga memeperlancar dalam
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini, sehingga dapat terselesaikan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa proposal ini tidak mungkin selesai tanpa adanya bimbingan,
arahan, dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis, sehingga dapat
menyelesaikan proposal ini.

Daftar Isi
Cover..................................................................................................................................... 1
Kata pengantar ...................................................................................................................... 2
Daftar isi ............................................................................................................................... 3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang................................................................................................................ 5
1.2. Rumusan masalah .......................................................................................................... 5
1.3. Tujuan ............................................................................................................................ 6
BAB 2
ISI
2.1. Pengertian ...................................................................................................................... 7
2.2. Etiologi .......................................................................................................................... 7
2.3. Faktor resiko .................................................................................................................. 8
2.4. Patofisiologi ................................................................................................................... 8
2.5. Manifestasi klinis .......................................................................................................... 9
2.6. Klasifikasi ...................................................................................................................... 9
2.7. Pemeriksaan penunjang ...............................................................................................10
2.8. Komplikasi .................................................................................................................. 11
2.9. Penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi .................................................... 11
2.10. Asuhan keperawatan .................................................................................................. 11
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1. Kasus ........................................................................................................................... 17
3.2. Data fokus .................................................................................................................... 17
3.3. Analisa data ................................................................................................................. 17
3.4. Diagnosa keperawatan ................................................................................................. 19
3.5. Intervensi ..................................................................................................................... 19
BAB 4
PENUTUP
4.1.Kesimpulan .................................................................................................................. 22
4.2. Saran ......................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 23

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Asma bronchial merupakan suatu penyakit inflamasi saluran pernapasan yang ditandai
dengan spasme akut otot polos bronkiolus, sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan aliran
udara dan penurunan ventilasi alveolus. Asma ditandai dengan serangan berulang sesak napas
dan mengi, yang bervariasi setiap individu dalma tingkat keparahan dan frekuensi. Kasus asma
cukup banyak di negara dengan pendapatan yang menengah kebawah. WHO memperkirakan 235
juta penduduk dunia menderita asma dan jumlah diperkirakan akan treus meningkat setiap
tahunnya atau bertambah. Apabila tidak dicegah dan ditangani dengan baik dan benar, maka
diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi di masa yang akan datang.
Prevalensi asma meningkat, terutama di negara-negara barat, dimana >5% populasi mungkin
simtomatik dan mendapatkan pengobatan. Bersamaan dengan prevalensi yang meningkat terjadi
peningkatan mortalitas, meskipun ada perbaikan pengobatan. Di Inggris, datu dari tujuh orang
memiliki penyakit alergi dan lebih dari 9 juta orang mengalami mengi pada tahun lalu. Jumlah
remaja dengan asma hampir berlipat 2 selama lenih dari 12 tahun terakhir ini. Asma jarang
terjadi di timur jauh dan paling sering terjadi Inggris, Australia, dan Selandia Baru. Terdapat
beberapa korelasi dengan gaya hidup kebarat-baratan, termasuk kondisi lingkungan yang disukai
tungau debu rumah dan polusi atmosferik. Banyak faktor yang menyebabkan atau mencetuskan
asma, 20% orang yang bekerja mungkin rentan terhadap asma akibat pekerjaan.
Data tentang tingkat kontrol asma pasien penderita asma di Indonesia belum diketahui secara
pasti. Penelitian pendahuluan tingkat kontrol asma di Poliklinik Alergi Imunologi Klinik
Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta mendapatkan 64%
kasus tidak terkontrol, 28% Artikel Penelitian Walau penyakit asma tidak dapat disembuhkan,
hubungan baik pasien dan dokter dapat memberikan hasil optimal dalam mengontrol penyakit
asma. Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah untuk mencapai dan mempertahankan asma
terkontrol, sehingga dapat dicegah timbulnya serangan  saat malam dan siang hari serta pasien
tetap dapat melakukan aktifitas fisik. Kontrol asma dikatakan dapat tercapai dengan
didapatkannya penurunan frekuensi serangan asma, perbaikan inflamasi saluran napas, perbaikan
aktivitas fisik dan fungsi paru.

1.2.Rumusan masalah
1.      Apa pengertian asma ?
2.      Apa etiologi asma ?
3.      Apa faktor resiko asma ?
4.      Bagaimana patofisiologi asma ?
5.      Apa saja manifestasi klinis asma ?
6.      Apa klasifikasi asma ?
7.      Apa pemeriksaan penunjang asma ?
8.      Apa komplikasi asma ?
9.      Apa penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi asma ?
10.  Bagaimana asuhan keperawatan asma ?

1.3.Tujuan
1.      Mengetahui pengertian asma
2.      Mengetahui etiologi asma
3.      Mengetahui faktor resiko asma
4.      Mengetahui patofisiologi asma
5.      Mengetahui manifestasi klinis asma
6.      Mengetahui klasifikasi asma
7.      Mengetahui pemeriksaan penunjang asma
8.      Mengetahui komplikasi asma
9.      Mengetahui penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi
10.  Mengetahui asuhan keperawatan asma

BAB 2
ISI
        2.1       Pengertian
Asma merupakan penyakit pada jalan napas yang tidak dapat pulih yang tejadi karena
spasme bronchus yang disebabkan oleh berbagai penyabab.(Hudak & Gallo, 1997)
Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermitten, reversibel dimana trakea dan
bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (Smeltzer, Suzzane C, 2002)
Asma adalah penyakit inflamasi obstruktif yang ditandai oleh periode episodik spasme
otot-otot polos dalam dinding saluran udara bronkhial (spasme bronkus). Spasme brokus ini
menyempitkan jalan napas, sehingga membuat pernapasan menjadi sulit dan menimbulkan bunyi
mengi.terdapat 2 tipe utama asma, asma ektrinsik dan asma intrinsik. (Niluh dan
Christantie,2004)
Asma suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi hipersensitif mukosa bronkus
terhadap bahan alergen. Reaksi hipersensitif pada bronkus dapat mengakibatkan pembengkakan
pada mukosa bronkus.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, Asma merupakan penyakit inflamasi/ peradangan pada
jalan napas yang diakibatkan reaksi hipersensitif mukosa bronkos sehingga terjadi penyempitan
pada jalan napas yang membuat napaas menjadi sulit dan menimbulkan bunyi mengi.

 2.2    Etiologi
Etiologi asma dibagi atas :
1.) asma ekstrinsik/alergen
Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui masanya sudah terdapat semenjak
anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari, bulu halus, binatang dan debu.
2.) asma intrinsik/idiopatik
Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya faktor-faktor
nonspesifik seperti; flu, latihan fisik atau emosi sering memicu serangan asma. Asma ini sering
muncul/timbul sesudah usia 40 tahun setelah menderita infeksi sinus/cabang trakeobronchial.
3.) asma campuran
Asma yang terjasi/timbul karena adanya komponen ekstrinsik/intrinsik.

2.3     Faktor Resiko
a. alergen
faktor alergi dianggap mmepunyai peranan pada sebagai penderita dengan asma, dosamping itu
hipersensitif saluran napas juga merupakan faktor yang penting bila tingkat hipersensitivitas
bronkus tinggi diperlukan jumlah alergen yang sedikit dan sebaliknya untuk menimbulkan
serangan asma.
b. infeksi
Biasanya virus penyebabnya respiratory synchyhal virus (RSV) dan virus para influenza.
c. ritasi
Hairspray, minyak wangi, asap rokok, bau asam dari cat dan polutan udara, air dingin dan udara
dingin./
d. ISPA
e. Reflek gastroesopagus
Iritasi trakeobronkheal karena isi lambung dapat memperberat penyakit asma.
f. psikologis

2.4     Patofisiologi
Adanya debu, asap rokok, bulu binatang, hawa dingin terpapar pada penderita. Benda-
benda tersebut setelah terpapar ternyata tidak dikenali oleh sistem ditubuh penderita sehingga
dianggap sebagai benda asing (antigen). Anggapan itu yang kemudian memicu dikeluarkannya
antibodi yang berperanan sebagai respon reaksi hipersensitif seperti neutropil, basofil, dan
immunoglobulin E. Masuknya antigen pada tubuh yang memicu reaksi antigen akan
menimbulkan reaksi antigen-antibodi yang membentuk ikatan seperti key and lock (gembuk dan
kunci).
Ikatan antigen dan antibodi akan merangsang peningkatan pengeluaran mediator kimiawi
speerti histamin, neutrophil chemotactic slow acting, epinefrin, norepinefrin dan prostaglandin.
Peningkatan mediator-mediator kimia tersebut akan merangasnag peningkatan permeabilitas
kapiler, pembengkakan pada mukosa saluran pernapasan (terutam bronkus). Pembengkakan yang
hampir merata pada semua bagian bronkus akan menyebabkan penyempitan bronkus
(bronkokontriksi) dan sesak napas. Penyempitan bronkus akan menurunkan jumlah oksigen luar
yang masuk saat inspirasi sehingga menurunkan oksigen yang darah. Kondisi ini akan berakibat
pada penurunan oksigen jaringan sehingga penderita terlihat pucat dan lemah.
Pembengkakan pada mukosa bronkus juga akan meningkatkan sekresi mukus dan
meningkatkan pergerakan silia pada mukosa. Penderita jadi sering batuk dengan produksi mukus
yang cukup banyak.
2.5     Manifestasi Klinis
a.    Wheezing
b.    Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot otot asesori pernapasan, cuping hidung,
retraksi dada, dan stridor
c.    Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan lumen jalan napas sempit
d.   Tachypnea, tachycardia, orthopnea
e.    Gelisan
f.     Berbicara sulit atau pendek karena jalan napas sempit
g.    Diaphorosis
h.    Nyeri abdomen karena terlibatnya otot-otot abdomen dalam bernapas
i.      Fatigue
j.      Tidak toleran terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan bahkan berbicara
k.    Kecemasan, labil, dan perubahan tingkat kesadaran

Gambaran klinis yang muncul pada penderita asma, antara lain :


a.       Sesak napas
b.      Batuk
c.       Suara bernapas wheezing
d.      Pucat
e.       Lemah

2.6     Klasifikasi
Berdasarkan epidosik serangan asma, dapat dibedakan :
a.       Asma episodik yang jarang
Biasanya terdapat pada anak usia 3-6 tahun, serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi virus
pada saluran napas. Frekuensi serangan 3-4 x/hari. Lamanya serangan beberapa hari dan
langsung menjadi sembuh. Gejala menonjol pada malam hari dapat berlangsung 3-4 hari,
sedangkan batuk 10-14 hari, serangan tidak ditemukan kelainan.
b.      Asma episodik sedang
2/3 golongan ini serangan pertama timbul pada usia sebulan samapi 3 tahun, serangan
berhubungan dengan infeksi saluran napas akut. Pada usia 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa
infeksi yang jelas.
c.       Asma kronik/resisten
Serangan pertama terjadi pada usia 6 bulan (25%), sebelum usia 3 tahun (75%), pada 2 tahun
pertama (50%) biasanya serangan episodik pada usia 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi
jalan napas yang persisten dan hampir selalu terdapat wheezing setiap hari. Pada malam hari
sering terganggu oleh batuk/wheezing dan waktu serangan yang berat dan sering memerlukan
perawatan rumah sakit.
Berdasarkan berat penyakit :
a.       Tahap I : intermitten
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
- gejala intermitten < 1 kali dalam seminggu
- gejala eksaserbasi singkat (mulai beberapa jam sampai beberapa hari)
- gejala serangan asma malam hari < 2 kali dalam sebulan
- asimptomastis dan nilai fungsi paru normal diantara perioda eksaserbasi
- PEF atau FEV1 : ≥ 80% prediksi
                              Variabilitas < 20%
- pemakaian obat untuk mempertahankan kontrol :Obat untuk mengurangi gejala intermitten
dipakai hanya kapan perlu inhalasi jangka pendek β2 agpnis
- intensitas pengobatan tergantung pada derajat eksaserbasi kortikosteroid oral mungkin
dibutuhkan.
b.      Tahap II : persisten ringan
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan
- gejala ≥ 1 kali seminggu tapi < 1 kali sehari
- gejala eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas tidur
- gejala serangan asma malam hari > 2 kali dalam sebulan
- PEF atau FEV1 : > 80 % dari prediksi
                               Variabilitas 20 – 30 %
- pemakaian obat harian untuk mempertahankan kontrol :Obat-obatan pengontrol serangan
harian mungkin perlu bronkodilator jangka panjang ditambah dengan obat-obatan antiinflamasi
(terutama untuk serangan asma malam hari).
c.       Tahap III : persisten sedang
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan
- gejala harian
- gejala eksaserbasi menggangu aktivitas dan tidur
- gejala serangan asma malam hari > 1 kali seminggu
- pemakaian inhalasi jangka pendek β2 agonis setiap hari
- PEV atau FEV 1 : > 60-80 % dari prediksi
                                 Variabilitas > 30%
- pemakaian obat-obatan harian untuk mempertahankan kontrol : obat-obatan pengontrol
serangan harian inhalasi kortikosteroid bronkodilator jangka panjang ( terutama untuk serangan
asma malam hari).
d. Tahap IV : persisten berat
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan
- gejala terus menerus
- gejala eksaserbasi sering
- gejala serangan asma malam hari sering
- aktivitas fisik sangat terbatas oleh asma
- PEV atau FEV1 : ≤ 60 % dari prediksi
                               Variabilitas > 30 %
2.7     Pemeriksaan Penunjang
a.       Pemeriksaan fisik
b.      Sinar X (rontgen) : terlihat adanya hiperinflasi paru-paru diafragma mendatar.
c.       Tes fungsi paru
d.      GDA
e.       Pemeriksaan laboratorium
2.8     Komplikasi
a.       Pneumothorak
b.      Emfisema
c.       Atelektasis
d.      Aspirasi
e.       Kegagalan jantung / gangguang irama jantung
f.       Asidosis

2.9      Penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi


a.       Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak antara semprotan
pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah metaproterenol ( Alupent,
metrapel )
b.      Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila golongan beta
agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 125-200 mg
empatkali sehari
c.       Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus diberikan
kortikosteroid. Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping maka yang
mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
d.      Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak. Dosisnya berkisar 1-2 kapsul
empat kali sehari.
e.       Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari keuntunganya dapat diberikan
secara oral.
f.       Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat bronkodilator.

2.10      Asuhan keperawatan
a.       Data fokus

Data subjektif Data objektif


1.      Klien mengatakan sesak nafas 1        Bb klien menurun
2.      Klien mengatakan hilangnya nafsu
2        Klien tampak lelah secara berlebihan
makan 3        Terdapat suara nafas tambahan dan
3.      Klien mengatakan nyeri di dada wheezing
4.      Klien mengatakan kenapa dirinya4        Klien bernafas dengan menggunakan
bisa terkena penyakit ini bantuan otot pernafasan
5.      Klien mengatakan batuk disertai
dahak Data tambahan
1.      Tanda-tanda vital
           TD: 130/80 mmHg
           N: 90 x/mnt
           Rr: 25 x/mnt
           Sh: 38°C
2.      Skala Nyeri
           P : Pada saat batuk
           Q : Seperti tertekan
           R : Di dada
           S : Skala 5
           T : < 30 menit
3.      Klien tampak pucat
4.      Klien tampak gelisah
5.      klien tampak meringis
6.      klien tampak bingung

b.      Analisa data

No Data fokus Masalah Etiologi


1. Data subjektif : Ketidakefektifan Penumpukan mukus
1.      Klien mengatakan batuk disertai bersihan jalan nafas yang berlebih
dahak
2.      Klien mengatakan sesak nafas
3.      Klien mengatakan nyeri di dada

Data Objektif:
1.      Terdapat suara nafas tambahan dan
wheezing
2.      Klien bernafas dengan
menggunakan bantuan otot
pernafasan
3.      Klien tampak lelah secara berlebiha
4.      Klien tampak lemas
5.      Klien tampak meringis
6.      Klien tampak gelisah
7.      Tanda-tanda vital
     N : 90 x/mnt
     Rr: 25 x/mnt
8.      Skala Nyeri
           P : Pada saat batuk
           Q : Seperti tertekan
           R : Di dada
           S : Skala 5
           T : < 30 menit

2. Data subjektif Ketidakefektifan Bronkokonstriksi


1.      Klien mengatakan sesak nafas pola nafas
2.      Klien mengatakan nyeri di dada
3.      Klien mengatakan batuk disertai
dahak

Data objektif
4.      Terdapat suara nafas tambahan dan
wheezing
5.      Klien bernafas dengan
menggunakan bantuan otot
pernafasan
6.      Skala Nyeri
           P : Pada saat batuk
           Q : Seperti tertekan
           R : Di dada
           S : Skala 5
           T : < 30 menit
7.      Tanda-tanda vital
    N : 90 x/mnt
    Rr: 25 x/mnt
8.      Klien tampak pucat
9.      Klien tampak gelisah
10. klien tampak meringis
3. Data subjektif Ketidakseimbangan Penurunan masukan
1.      Klien mengatakan hilangnya nafsu nutrisi kurang dari oral
makan kebutuhan tubuh
2.      Klien mengatakan batuk disertai
dahak
Data objektif
3.      Bb klien menurun
4.      Klien tampak lelah secara
berlebihan
5.      Klien tampak pucat

4. Data subjektif Nyeri akut Agen cidera


1.      Klien mengatakan nyeri di dada biologis
2.      Klien mengatakan batuk disertai
dahak
Data objektif
1.      Skala Nyeri
           P : Pada saat batuk
           Q : Seperti tertekan
           R : Di dada
           S : Skala 5
           T : < 30 menit
2.      Klien tampak gelisah
3.      klien tampak meringis
5. Data subjektif: Kurang Kurang informasi
1.      Klien mengatakan kenapa dirinya pengetahuan
bisa terkena penyakit ini

Data Objektif:

         Klien terlihat bingung


         Klien tampak gelisah

c.       Diagnosa keperawatan

No Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan Penumpukan mukus
yang berlebih
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan bronkokonstriksi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan masukan oral
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

d.      Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
bersihan jalan nafas tindakan keperawatan 1.      Kaji fungsi respirasi antara lain suara,
berhubungan dengan keperawatan selama 2 x 24 jumlah, irama, dan kedalaman nafas,
Penumpukan mukus jam diharapkan serta catat pula mengenai penggunaan
yang berlebih ketidakefektifan bersihan otot nafas tambahan.
jalan nafas kembali efektif. 2.      Catat kemampuan mengeluarkan sekret
Dengan batasan karakteristik : atau batuk secara efektif
1.      tidak terdapat suara napas 3.      Monitor tanda-tanda vital
tambahan dan wheezing 4.      Auskultasi suara nafas
2.      Klien tidak terlihat lelah 5.      Ajarkan teknik tarik nafas dalam
3.      Klien tidak tampak lemas 6.      Atur posisi pasien semi fowler
4.      Klien tidak tampak meringis 7.      Bantu klien dalam pemenuhan
5.      Klientidak  tampak gelisah kebutuhan sehari-hari
6.      Klien tidak bernafas dengan
menggunakan bantuan otot Kolaborasi :
pernafasan 1.      Kolaborasi dengan dokter dalam
7.      Tanda-tanda vital pemberian oksigen dengan sungkup
     N : 85 x/mnt muka sederhana
     Rr: 20 x/mnt 2.      Kolaborasi dengan fisioterapi dalam
8.      Skala Nyeri 3 penurunan rasa nyeri

2 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan Mandiri :


nafas berhubungan keperawatan selama 2 x 24 1.      Monitor TTV klien
dengan jam pola nafas menjadi 2.      Berikan manajemen nyeri : ajarkan
efektif, dengan kriteria hasil : tarik nafas dalam
1.      Klien tidak sesak nafas 3.      Berikan suasana yang membuat klien
2.      Klien mengatakan tidaknyeri tenang
di dada 4.      Lakukan fisioterapi dada
3.      Klien tidak tampak lelah Kolaborasi :
4.      tidak terdapat suara napas 1.      Kolaborasikan dengan dokter untuk
tambahan dan wheezing pemberian terapi oksigen
5.      Skala nyeri 3 2.      Kolaborasikan dengan dokter untuk
6.      Tanda-tanda vital pemberian analgesic
N : 90 x/mnt
Rr: 20 x/mnt
7.      Klien tidak tampak pucat
8.      Klien tidak tampak gelisah
9.      Klien tidak tampak meringis
3 Ketidak seimbangan Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
nutrisi kurang dari keperawatan selama 2 x 24 1.       Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh jam diharapkan keseimbangan 2.       Anjurkan pasien untuk meningkatan
berhubungan dengan nutrisi dari kebutuhan tubuh protein dan vitamin c
teratasi. 3.       Berikan makanan dalam porsi kecil
Kriteria hasil : dengan frekuensi sering
1.      Bb klien sudah tidak 4.       Catat jumlah/porsi makanan yang
mengalami penurunan dihabiskan oleh pasien setiap hari
2.      Klien tidak tampak lelah 5.       Monitor makanan kesukaan klien
3.      Klien tidak pucat 6.       Berikan makanan yang tepat
7.       Monitor berat badan
8.       Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Kolaborasi :
1.  Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemberian makanan yang tepatdan
jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan
2. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian vitamin, contoh: B-
kompleks, C sesuai indikasi
4 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 24 1.      Berikan posisi nyaman pada klien
agen cidera biologis jam, nyeri teratasi sebagian, 2.      Berikan lingkungan yang nyaman pada
dengan kriteria hasil : klien
1.      Klien tidak nyeri di dada 3.      Anjurkan pada keluarga klien agar
2.      Batuk berdahak klien tidak membuat klien cemas
berkurang 4.      Beritahu ke keluarga klien untuk
3.      Skala nyeri menjadi 3 memberikan dukungan emosional pada
4.      Klien tidak tampak gelisah klien
5.      Klien tidak tampak meringis 5.      Lakukan manajemen nyeri : melalui
terapi musik, meditasi
Kolaborasi :
1.      Kolaborasikan dengan dokter dalam
pemberian analgesic
2.      Kolaborasikan dengan farmasi untuk
peresepan obat
5 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Mandiri:
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam1.      jelaskan klien tentang penyakitnya.
kurang informasi pengetahuan klien meningkat2.      Bantu klien mengerti tentang tujuan
dengan kriteria hasil: jangka panjang dan jangka pendek;
1.      Klien mengerti penyakit yang ajarkan pasien tentang penyakit dan
dideritanya. perawatannya.
3.      Berikann informasi tentang sumber-
sumber kelompok.

BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1          kasus
Ny.H (45 Tahun) datang kerumah sakit dengan keluhan sesak napas sejak ±2 hari. Sebelumnya
Ny.H sering sesak napas jika suasana dingin atau kelelahan. Awalnya sesak napas hanya timbul
1 bulan sekali tapi lama-lama frekuensi sesak semakin sering terutama 2 tahun terakhir ini, dan
sejak 3 bulan terakhir sesak napas datang setiap hari. Sesak napas dirasakan memberat pada
malam hari atau saat suasana dingin atau kelelahan. Ny.H mengeluh batuk berdahak dan nyeri
dada saat batuk. Setelah dilakukan pemeriksaan dengan hasil : tekanan darah : 120/80 mmHg,
nadi: 120 kali/menit, suhu: 36,8oC, pernapasan: 38 kali/menit. pasien tampak pucat, menahan
nyeri dada saat batuk, gelisah, meringis. Pengkajian nyeri : P : Pada saat batuk, Q : Seperti
tertekan, R : Di dada, S : Skala 5, T : < 30 menit.

3.2          Data Fokus

Data subjektif Data objektif


        Klien mengatakan sesak napas sejak         Hasil pemeriksaan tanda tanda vital :
±2 hari Td : 120/80 mmHg
        Klien mengatakan Sesak napas N : 120 kali/menit
dirasakan memberat pada malam hari RR : 38 kali/menit
atau saat suasana dingin atau kelelahan suhu: 36,8oC
        Klien mengeluh batuk berdahak         Pasien tampak meringis
        Klien mengeluh nyeri dada saat batuk         Pasien tampak pucat

        Pengkajian nyeri : P : Pada saat batuk,         Pasien tampak menahan nyeri dada

Q : Seperti tertekan, R : Di dada, S :


Skala 5, T : < 30 menit

3.3          Analisa Data

No. Data fokus Masalah Etiologi


1. Data subjektif Ketidakefektifan Penumpukan
        Klien mengatakan bersihan jalan nafas mukus yang
sesak napas sejak ±2 berlebih
hari
        Klien mengeluh
batuk berdahak
        Klien mengatakan
Sesak napas
dirasakan memberat
pada malam hari
atau saat suasana
dingin atau
kelelahan
Data objektif
        Hasil pemeriksaan
tanda tanda vital :
RR : 38 kali/menit
suhu: 36,8oC
       Terdapat suara

nafas tambahan dan


wheezing
2. Data subjektif Nyeri akut Agen cedera
        Klien mengeluh biologis
nyeri dada saat
batuk
        Pengkajian nyeri :

P : Pada saat batuk,


Q : Seperti tertekan,
R : Di dada, S :
Skala 5,
T : < 30 menit
Data objektif
        Pasien tampak
menahan nyeri dada
        Pasien tampak
meringis
3. Data subjektif Intoleransi aktivitas Ketidak
        Klien mengatakan seimbangan antara
Sesak napas suplai dan
dirasakan memberat kebutuhan oksigen
pada malam hari
atau saat suasana
dingin atau
kelelahan
Data objektif
        Pasien tampak
pucat

3.4          Diagnosa keperawatan

No. Diagnosa keperawatan


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
Penumpukan mukus yang berlebih
2. Nyeri akut berhubungan dnegan agen cedera biologis
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen

3.5          Intervensi

No. Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi


keperawatan hasil
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Mandiri :
bersihan jalan tindakan        Kaji fungsi respirasi

nafas keperawatan selama antara lain suara,


berhubungan 3x24 jumlah, irama, dan
dengan jamKetidakefektifa kedalaman nafas, serta
Penumpukan n bersihan jalan catat pula mengenai
mukus yang nafas kembali penggunaan otot nafas
berlebih efektif tambahan.
Kriteria hasil :        Catat kemampuan
        Sesak berkurang mengeluarkan sekret
        Batuk berdahak atau batuk secara efektif
berkurang        Monitor tanda-tanda
        -pasien tampak vital
lebih nyaman        Auskultasi suara nafas
        Ttv :        Ajarkan teknik tarik
Rr : 16-20 nafas dalam
kali/menit        Atur posisi pasien semi

fowler
       Bantu klien dalam

pemenuhan kebutuhan
sehari-hari

Kolaborasi :
       Kolaborasi dengan

dokter dalam pemberian


oksigen dengan
sungkup muka
sederhana
       Kolaborasi dengan

fisioterapi dalam
penurunan rasa nyeri
2. Nyeri akut Setelah dilakukan Mandiri :
berhubungan tindakan        Berikan posisi nyaman

dnegan agen keperawatan selama pada klien


cedera biologis 1 x 24 jam nyeri        Berikan lingkungan
akut berkurang. yang nyaman pada klien
 Kriteria hasil :        Anjurkan pada keluarga
        Nyeri berkurang
klien agar tidak
        Skala : 3
membuat klien cemas
        Pasien tampak lebih
       Beritahu ke keluarga
tenang klien untuk memberikan
        Pasien tampak lebih
dukungan emosional
nyaman
pada klien
       Lakukan manajemen

nyeri : melalui terapi


musik, meditasi
Kolaborasi :
        Kolaborasikan dengan
dokter dalam pemberian
analgesic
       Kolaborasikan dengan

farmasi untuk peresepan


obat
3. Intoleransi Setelah dilakukan Mandiri :
aktivitas tindakan        Lakukan latihan

berhubungan keperawatan selama kekuatan pada klien


dengan Ketidak 3 x 24 jam        Berikan posisi yang
seimbangan antara intoleransi aktivitas nyaman pada klien
suplai dan dapat teratasi Kolaborasi :
kebutuhan oksigen        Kolaborasikan dengan
Kriteria hasil : dokter untuk pemberian
        Sesak napas terapi oksigen
berkurang
        Pasien tampak
nyaman
        Pasien tampak tidak
pucat

BAB 4
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
Asma merupakan penyakit inflamasi/ peradangan pada jalan napas yang diakibatkan reaksi
hipersensitif mukosa bronkos sehingga terjadi penyempitan pada jalan napas yang membuat
napaas menjadi sulit dan menimbulkan bunyi mengi.
Asma ditandai dengan serangan berulang sesak napas dan mengi, yang bervariasi setiap
individu dalma tingkat keparahan dan frekuensi. Kasus asma cukup banyak di negara dengan
pendapatan yang menengah kebawah. WHO memperkirakan 235 juta penduduk dunia menderita
asma dan jumlah diperkirakan akan treus meningkat setiap tahunnya atau bertambah. Apabila
tidak dicegah dan ditangani dengan baik dan benar, maka diperkirakan akan terjadi peningkatan
prevalensi di masa yang akan datang.

4.2  Saran
Dengan disusunnya makalah “Makalah Asuhan Keperawatan Asma Bronchial ” dapat
bermanfaat bagi para pembaca, serta dapat menambah referensi.

DAFTAR PUSTAKA
Sujono riyadi & Sukarmin. 2013. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta. Graha
Ilmu.
Ns. Andra S.W, S.kep & Ns. Yessi M.P, S.kep. 2013. Keperawatan Medikal Bedah
1. Yogyakarta. Nuha Medika.
Jeremy P.T. Ward, Jane Ward, dkk. 2008. At a Glance Sistem Pernapasan. Jakarta.
Erlangga.
Suriadi,S.Kep, MSN & Rita Yuliani, S.Kep, M.Psi. 2006. Asuhan Keperawatan
Anak. Jakarta. PT. Percetakan Penebar Swadaya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini


gigantisme
Maret 31, 2017
BACA SELENGKAPNYA
ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Atas)
April 17, 2017

Anda mungkin juga menyukai