Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASMA

OLEH :

INUL PRATIWI (A22060)

NINIS MIRDAWATI (A22075)

RAHMATULLAH (A22089)

KEPERAWATAN

STIKES BINA BANGSA MAJENE

2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat


rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah dengan berjudul “asma” dapat
selesai.Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugasdalam salah satu mata
kuliah. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada
pembaca penyakit asma di masyarakat.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak
yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan


banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan
ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga
mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan
dalam makalah ini.

Majene, 22 September 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………..1

Daftar Isi………………………………………….………………………..2

Bab I Pendahuluan…………………………………………………………4

BAB II Pembahasan………………………………………….……………6

A. Pengertian Asma…………………………....…….......................…6
B. Etiologi asma …...............................................................................6
C. Patofisiologi Asma............................................................................8
D. Manifestasi klinik atau Tanda dan gejala………………….……....10
E. Dx tes Asma.....................................................................................11
F. Penatalaksanaan Asma.....................................................................13
G. Proses perawatan Asma....................................................................14

BAB III Penutup…………………………………………………………..17

A. Kesimpulan………………………………………………………...17
B. Saran…………………………………………………………….....17

Daftar Pustaka……………………………………………………..18

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu penyakit yang sering dijumpai pada anak-anak yaitu
penyakit asma. Kejadian asma meningkat di hampir seluruh dunia, baik
Negara maju maupun Negara berkembang termasuk Indonesia.
Peningkatan ini diduga berhubungan dengan meningkatnya industri
sehingga tingkat polusi cukup tinggi. Walaupun berdasarkan pengalaman
klinis dan berbagai penelitian asma merupakan penyakit yang sering
ditemukan pada anak, tetapi gambaran klinis asma pada anak sangat
bervariasi, bahkan berat-ringannya serangan dan sering-jarangnya
serangan berubah-ubah dari waktu ke waktu. Akibatnya kelainan ini
kadang kala tidak terdiagnosis atau salah diagnosis sehingga menyebabkan
pengobatan tidak adekuat.
Penyakit asma merupakan kelainan yang sangat sering ditemukan
dan diperkirakan 4–5% populasi penduduk di Amerika Serikat terjangkit
oleh penyakit ini. Asma bronkial terjadi pada segala usia tetapi terutama
dijumpai pada usia dini. Sekitar separuh kasus timbul sebelum usia 10
tahun dan sepertiga kasus lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun. Pada usia
kanak-kanak terdapat predisposisi laki-laki : perempuan = 2 : 1 yang
kemudian menjadi sama pada usia 30 tahun.
Asma merupakan 10 besar penyebab kesakitan dan kematian di
Indonesia, hal itu tergambar dari data studi Survey Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. SKRT 1986
menunjukkan asma menduduki urutan ke 5 dari 10 penyebab kesakitan
bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992,
asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai penyebab kematian ke 4 di
Indonesia atau sebesar 5,6%. Tahun 1995, prevalensi asma di Indonesia
sekitar 13 per 1.000 penduduk, dibandingkan bronkitis kronik 11 per 1.000
penduduk dan obstruksi paru 2 per 1.000 penduduk.

4
Beberapa anak menderita asma sampai mereka usia dewasa; namun
dapat disembuhkan. Kebanyakan anak-anak pernah menderita asma. Para
Dokter tidak yakin akan hal ini, meskipun hal itu adalah teori. Lebih dari 6
% anak-anak terdiagnosa menderita asma, 75 % meningkat pada akhir-
akhir ini. Meningkat tajam sampai 40 % di antara populasi anak di kota.
Karena banyaknya kasus asma yang menyerang anak terutama di
Negara kita Indonesia maka kami dari kelompok mencoba membahas
mengenai asma yang terjadi pada anak ini, sehingga orang tua dapat
mengetahui bagaimana pencegahan dan penatalaksanaan bagi anak yang
terserang asma.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Asma?
2. Apa penyebab atau etiologi munculnya penyakit Asma?
3. Bagaiman patofisiologi Asma?
4. Bagaimana tanda atau gejalah Asma?
5. Bagaimana DX Test Asma?
6. Bagaiamana penatalaksanaan Asma?
7. Bagaimana proses perawatan asma?
C. TUJUAN
1. Mengetahui apa itu Asma
2. Mengetahui penyebab Asma
3. Mengetahui Patofisiologi Asma
4. Mengetahui tanda dan gejala dari Asma
5. Mengetahui DX Test Asma
6. Mengetahui penatalaksanaan Asma
7. Mengetahui proses perawatan Asma

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ASMA
Kondisi yang berulang dimana rangsangan tertentu mencetuskan
saluran pernafasan menyempit untuk sementara waktu sehingga empersulit
jalan pernafasan.Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten,
reversibel dimana trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif
terhadap stimuli tertentu. (Smeltzer 2002 : 611)Asma adalah obstruksi
jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus mengalami
inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves, 2001 : 48).
Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang
dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama
pada jalan nafas). (Polaski : 1996). Asma adalah gangguan pada jalan
nafas bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel.
(Joyce M. Black : 1996). Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif
intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara
hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).Dari
semua pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu
penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat
reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan
respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang
menyebabkan penyempitan jalan nafas.

B. PENYEBAB MUNCULNYA PENYAKIT ASMA


1. Adanya kontraksi otot di sekitar bronkhus sehingga terjadi
penyempitan jalan nafas.
2. Adanya pembengkakan membrane bronkhus.
3. Terisinya bronkus oleh mokus yang kental
Beberapa Faktor Predisposisi dan Presipitasi timbulnya serangan Asma
Bronkhial.

6
Faktor Predisposisi
a. Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun
belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas.
Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga
dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat
alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma
bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu
hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
Faktor Presipitasi
a. Alergen Dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
 Inhalan: masuk saluran pernafasan. Seperti : debbu,bulu
binatang, bakteri dan polusi.
 Ingestan, masuk melalui mulut. Seperti : makanan dan
obat-obatan.
 Kontaktan. Yang masuk melalui kontak dengan kulit.
Seperti : perhiasan, logam,dan jam tangan.
Perubahan cuaca
Cuaca lembab atau dingin juga menpengaruhi asma. Atmosfir yang
mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti:
musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan
dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
a. Stress.
Stress dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping
gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma
yang mengalami stress perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya
belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
Lingkungan Kerja.

7
Lingkungan Kerja juag menjadi penyebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
a. Olah raga atau aktivitas yang berat.
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari
cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan
asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai
aktifitas tersebut.
C. PATOFISIOLOGI ASMA
Patofisiologi asma melibatkan inflamasi jalan napas kronik yang
menyebabkan limitasi jalan napas. Beberapa sitokin yang diketahui
berhubungan dengan patofisiologi asma antara lain interleukin (IL) 17, IL–
12, dan IL–23. Sitokin lain, seperti IL–3, IL–4, IL–5, IL–13,
dan granulocyte – macrophage colony stimulating factor berkaitan dengan
inflamasi pada sel Th2.
Inflamasi kronik pada asma menyebabkan peningkatan sekresi,
penambahan jumlah sel goblet, dan sel sekretoris yang pada akhirnya
menyebabkan perubahan struktur jalan napas. Selain itu, inflamasi
berulang juga menyebabkan kerusakan epitel, fibrosis subepitel, serta
peningkatan jumlah otot polos jalan napas. Gejala asma dapat dipicu atau
diperburuk oleh paparan alergen dan iritan, infeksi saluran pernapasan
atas, aktivitas fisik, dan udara dingin.

Berikut ini gambaran patofisiologi Asma:

8
Spasme otot bronkus Inflamasi dinding bronchus Edema Sumbatan mukus

Tidak efektif Obstruksi saluran nafas


Alveoli tertutup
bersihan jalan nafas
(bronkhospasme)

Kurang Hipoksemia
Gangguan
pengetahuan Penyempitan jalan nafas pola nafas

Asidosis
Intoleransi aktivitas metabolik
Peningkatan kerja pernafasan

Peningkatan kebutuhan Penurunan masukan oral


oksigen

Hiperventilasi Perubahan nutrisi kurang


dari kebutuhan

Retensi CO2

Asidosis respiratorik

D. MANIFESTASI KLINIK ATAU TANDA DAN GEJALA ASMA


Manifestasi Klinik pada pasien asthma adalah batuk, dyspne, dari
wheezing. Dan pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada
pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,
sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam,
gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-
otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Ada beberapa tingkatan
penderita asma yaitu :

9
1. Tingkat I
Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan
fungsi paru. Timbul bila ada faktor pencetus baik di dapat
alamiah maupun dengan test provokasi bronkial di laboratorium.
2. Tingkat II
Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru
menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Banyak
dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
3. Tingkat III
Tanpa keluhan.Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan
adanya obstruksi jalan nafas.Penderita sudah sembuh dan bila
obat tidak diteruskan mudah diserang kembali.
4. Tingkat IV
Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi
wheezing. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-
tanda obstruksi jalan nafas.

5. Tingkat V
Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa
serangan asma akut yang berat bersifat refrator sementara
terhadap pengobatan yang lazim dipakai. Asma pada dasarnya
merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel. Pada
asma yang berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi otot-otot
pernafasan, cyanosis, gangguan kesadaran, penderita tampak
letih, takikardi.

E. DX TEST ASMA
Adapun tes yang dilakukan untuktes diagnosa asma adalah :

10
1. Tes fisik
Saat konsultasi pertama, dokter biasanya akan bertanya tentang
riwayat kesehatan pasien, termasuk gejala yang dialami, seberapa sering
gejala muncul, dan apakah terdapat riwayat asma di dalam keluarga.
Beberapa gejala yang kerap dokter tanyakan adalah sesak napas, mengi
(napas berbunyi), dan batuk. Penting juga untuk mengingat apakah gejala
tersebut lebih sering terjadi pada malam hari, saat berolahraga, ketika
merokok, atau tidak bisa diprediksi.
Setelah mengajukan pertanyaan, dokter akan memeriksa kecepatan
pernapasan, detak jantung, dan kondisi paru-paru Anda menggunakan
stetoskop.Dokter mungkin juga melakukan pemeriksaan saluran
pernapasan atas, seperti hidung dan tenggorokan.
2. Tes peak flow meter (PFM)
Pemeriksaan selanjutnya yang dilakukan dalam proses diagnosis
asma adalah tes peak flow meter (PFM).Fungsi tes ini kurang-lebih sama
dengan spirometri. Namun, PFM umumnya dilakukan berkali-kali dalam
beberapa minggu dengan tujuan memantau fungsi paru-paru dari waktu ke
waktu.
Laman National Health Service menyebutkan bahwa PFM akan
menunjukkan seberapa cepat Anda bisa bernapas.Semakin rendah nilai
PFM, semakin besar pula kemungkinan Anda mengidap masalah pada
saluran pernapasan.Karena dilakukan secara berulang, PFM juga bisa
digunakan untuk melihat apakah asma yang Anda alami semakin buruk
atau tidak.
3. Tes Spirometri
Pemeriksaan dengan alat bernama spirometer ini berfungsi untuk
mengukur fungsi paru-paru, tepatnya seberapa cepat dan banyak udara
bisa dikeluarkan. Selama tes spirometri, Anda akan diminta mengambil
napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya dengan kuat melalui tabung
(mouthpiece) yang sudah terpasang pada spirometer.Hasil pengukuran tes
spirometri dapat membantu dokter mengetahui seberapa baik paru-paru
Anda bekerja.Jika nilai tes spirometri berada di bawah batas normal,

11
dokter mungkin melakukan pemeriksaan kembali, tetapi dengan
memberikan obat bronkodilator terlebih dahulu.
4. Uji oksida Nitrat (FeNO)
Oksida nitrat (FeNO) merupakan salah satu gas yang diproduksi
paru-paru. Nilai FeNO akan meningkat setiap kali terjadi peradangan paru-
paru yang merupakan salah satu gejala asma. Cara diagnosis asma dengan
uji oksida nitrat hampir sama dengan spirometri. Hanya saja, Anda harus
membuang napas secara perlahan sampai terdengar bunyi bip atau lampu
menyala pada alat yang digunakan.Banyaknya oksida nitrat pada napas
yang Anda embuskan akan langsung terhitung dan muncul pada layar alat
ukur. Meski hanya dilakukan kurang-lebih selama 10 menit, hasil uji
oksida nitrat dapat memberikan hasil yang cukup akurat.
5. Chalengge tes
jika pemeriksaan dengan berbagai tes di atas tidak memberikan
hasil diagnosis yang pasti, dokter mungkin melakukan pengujian
lanjutan.Saat melakukan pengujian lanjutan, dokter akan membiarkan
pasien menghirup aerosol dengan kandungan methacholine (zat yang bisa
mempersempit saluran pernapasan) untuk memicu gejala asma. Setelah
itu, Anda akan diminta melakukan beberapa aktivitas fisik untuk melihat
apakah ada gejala asma yang muncul.Terlepas dari muncul atau tidaknya
gejala asma, Anda akan diminta untuk kembali menjalani cek spirometri.
Jika hasilnya di bawah normal, artinya Anda memang mengidap asma.
F. PENAATALAKSANAAN ASMA

Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale :


1) Menghilangkan obstruksi jalan nafas.
2) Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan
asma.
3) Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara
pengobatan maupun penjelasan penyakit.
Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :
a. Pengobatan dengan obat-obatan. Seperti :
1) Beta agonist (beta adrenergik agent)

12
2) Methylxanlines (enphy bronkodilator)
3) Anti kolinergik (bronkodilator)
4) Kortikosteroid
5) Mast cell inhibitor (lewat inhalasi)

b. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :


1) Oksigen 4-6 liter/menit.
2) Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg)
inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1 jam.
Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose
5% diberikan perlahan.
3) Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini
dalam 12 jam.
4) sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.
G. PROSES PERAWATAN ASMA
Pengobatan asma bertujuan untuk meredakan gejala dan mencegah
timbulnya serangan asma. Dokter akan menyesuaikan metode
pengobatannya dengan penyebab asma, serta usia, tingkat keparahan
kondisi, dan respons pasien terhadap pengobatan.Pengobatan asma dapat
dilakukan dalam jangka pendek atau jangka panjang. Berikut ini adalah
penjelasan masing-masing metode beserta pengobatannya:
a. Pengobatan Jangka Pendek
Metode pengobatan jangka pendek bertujuan untuk secara cepat
meredakan serangan asma saat sedang terjadi dan mencegah kekambuhan
gejala. Ada tiga jenis obat yang dapat digunakan pada metode ini, yaitu:

1. Inhaler short-acting beta2-agonist


Inhaler dapat digunakan untuk meredakan gejala dengan cepat saat
serangan asma sedang berlangsung. Obat ini dapat membuka saluran
pernapasan yang menyempit sehingga udara dapar kembali masuk.
Meski inhaler dapat dengan mudah meredakan gejala asma, obat ini
sebaiknya hanya digunakan sesuai dengan anjuran dokter. Hal ini

13
karena penggunaannya tidak boleh terlalu sering dan perlu dicatat tiap
minggunya. Selain itu, sebaiknya penderita memahami betul cara
menggunakan obat asma ini dengan tepat, supaya hasilnya maksimal.
2. Kortikosteroid oral atau infus
Dokter akan meresepkan kortikosteroid untuk meredakan
peradangan di saluran pernapasan.
3. Obat antikolinergik
Obat antikolinergik, seperti ipratropium dan tiotropoium,
digunakan untuk melemaskan saluran pernapasan sehingga pasien bisa
lebih mudah bernapas.
b. Pengobatan Jangka Panjang
Pengobatan jangka panjang bertujuan untuk meredakan gejala dengan
mengurangi peradangan dan mencegah penyempitan saluran pernapasan.
Metode ini dilakukan dengan mengonsumsi obat-obatan secara rutin,
seperti:
 Kortikosteroid dalam bentuk hirup atau pil,
contohnya fluticasone atau budesonide, untuk mengurangi respons
tubuh terhadap peradangan
 Obat biologis bentuk suntik, seperti omalizumab, mepolizumab,
reslizumab, dan benralizumab, yang berfungsi meredakan respons
tubuh terhadap alergen pada penderita asma yang parah
 Obat antihistamin ketotifen, sebagai terapi tambahan untuk
mengurangi frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan asma.
 Obat modifikasi leukotrien, seperti montelukast, zafirlukast, dan
zileuton, untuk meredakan peradangan dan menjaga saluran
pernapasan tetap terbuka
 Stabilisator sel mast, seperti cromolyn, untuk mencegah
peradangan pada saluran pernapasan saat terpapar alergen atau
penyebab asma lain dengan mencegah sel imun menghasilkan
sinyal pemicu peradangan
 Imunoterapi, dalam bentuk hirup, tablet, atau sirup, untuk
mengurangi respons tubuh terhadap alergen penyebab

14
asmaInhaler bronkodilator long acting beta agonist,
seperti salmeterol dan procaterol, untuk mencegah penyempitan
saluran pernapasan
b. Penanganan Darurat
Serangan asma merupakan kondisi darurat yang membahayakan jiwa.
Pada kondisi tersebut, dokter akan memberikan obat-obatan
melalui nebulizer atau infus. Bila diperlukan, dokter juga dapat
memberikan terapi oksigen atau alat bantu pernapasan, seperti ventilator
atau tabung oksigen.
c. Bronchial Thermoplasty
Bronchial thermoplasty adalah operasi untuk mengatasi asma yang parah
dan tidak bisa ditangani dengan metode pengobatan lain. Meski begitu,
tidak semua penderita asma cocok untuk menjalani prosedur ini.
Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan selang tipis dan lentur ke
dalam paru-paru, untuk memanaskan otot-otot di sekitar saluran napas.
Tujuannya adalah untuk merusak otot tersebut agar penyempitan pada
saluran pernapasan dan serangan asma dapat berkurang.

15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kondisi ketika saluran udara meradang, sempit dan membengkak, dan
menghasilkan lendir berlebih sehingga menyulitkan bernapas.Asma
bisa ringan atau bisa juga mengganggu aktivitas sehari-hari. Dalam
beberapa kasus, kondisi ini dapat menyebabkan serangan yang
mengancam jiwa.Asma dapat menyebabkan kesulitan bernapas, nyeri
dada, batuk, dan napas berbunyi. Gejala terkadang menjadi parah.
Asma biasanya dapat ditangani dengan inhaler penyelamatan untuk
mengobati gejala dan pengendali inhaler yang mencegah gejala. Kasus
yang parah mungkin membutuhkan inhaler yang berefek lebih lama
yang menjaga saluran udara terbuka, serta steroid oral.

B. SARAN
Semoga para pembaca dalam membaca makalah kami ini bisa
bermanfaat bagi semua pihak baik itu mahasiswa maupun yang
lainnya. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan dan penulisan
makalah ini banyak kekurangan, maka dari itu kami membutuhkan

16
berbagai masukan-masukan ataupun saran yang bersifat membangun
dalam pembutan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Betz Cecily, Linda A Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. EGC:
Jakarta.
Capernito, Lynda J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis.
EGC: Jakarta.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC: Jakarta.
Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29.EGC: Jakarta.
http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf
https://www.alodokter.com/asma/gejala

https://www.alodokter.com/asma/pengobatan

https://hellosehat.com/pernapasan/asma/diagnosis-asma/

17
18

Anda mungkin juga menyukai