KONSEP KEBIDANAN
ASMA BRONKHIALE
Anggota :
2. Dela puspita
6. Sera
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Asma Bronkhiale dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Konsep Kebidanan Selain itu, makalah
ini bertujuan menambah wawasan tentang Asma Bonkhiale bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lailia Fathkul Jannah.S.SiT.,MKM selaku
Dosen Mata Kuliah Konsep Kebidanan . Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengertian Asma Bronkial Asma adalah penyakit inflamasi (radang) kronik saluran
nafas menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episodik
berulang berupa mengi (nafas berbunyi ngik-ngik), sesak napas, dada terasa berat, dan batuk-
batuk terutama menjelang dini hari (Hetti R A, 2009).
A. Definisi Asma bronkial
Asma bronkial adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran
nafas yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai
dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak nafas dan rasa berat di dada
terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau
tanpa pengobatan. Asma bersifat fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat tenang tanpa gejala
tidak mengganggu aktivitas tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala ringan sampai berat
bahkan dapat menimbulkan kematian (Nugroho.T , 2016).
Asma bronkial adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh
reaksi hiperesponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-lymphocytes
terhadap stimulus tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, whezzing, dan batuk akibat
obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel dan terjadi secara episodik berulang (Brunner
and Suddarth, 2011).
Asma bronkial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas
yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari
pengobatan (Musliha, 2010).
D. Diagnosis
Asma didiagnosis oleh dokter dengan menanyakan gejala yang dialami penderita serta
mendengarkan suara paru penderita. Selain itu, alat seperti pulse oximetry dapat digunakan
untuk menilai berapa banyak oksigen yang ada di darah penderita. Dokter juga dapat
melakukan uji fungsi paru untuk melihat keparahan asma. Tes alergi juga cukup penting
untuk mengetahui alergen yang memicu gejala asma pada penderita. Foto X-ray dada dapat
dilakukan untuk melihat kelainan organ paru dan sekitarnya.
F. Patofisiologi Asma
Asma merupakan penyakit inflamasi kronis yang dikarakteristikan dengan proses
yang sangat kompleks dan melibatkan beberapa komponen yaitu hiperresponsif dari bronkial,
inflamasi dan remodeling saluran pernafasan.
Patofisiologi dari asma yaitu adanya faktor pencetus seperti debu, asap rokok, bulu
binatang, hawa dingin terpapar pada penderita. Benda-benda tersebut setelah terpapar
ternyata tidak dikenali oleh sistem di tubuh,penderita sehingga dianggap sebagai benda asing
(antigen). Anggapan itu kemudian memicu dikeluarkannya antibody yang berperan sebagai
respon reaksi hipersensitif seperti neutropil, basophil, dan immunoglobulin E. masuknya
antigen pada tubuh yang memicu reaksi antigen akan menimbulkan reaksi antigen-antibodi
yang membentuk ikatan seperti key and lock (gembok dan kunci). Ikatan antigen dan
antibody akan merangsang peningkatan pengeluaran mediator kimiawi seperti histamine,
neutrophil chemotactic show acting, epinefrin, norepinefrin, dan prostagandin. Peningkatan
mediator kimia tersebut akan merangsang peningkatan permiabilitas kapiler, pembengkakan
pada mukosa saluran pernafasan (terutama bronkus). Pembengkakan yang hampir merata
pada semua bagian pada semua bagian bronkus akan menyebabkan penyempitan bronkus
(bronkokontrikis) dan sesak nafas. Penyempitan bronkus akan menurunkan jumlah oksigen
luar yang masuk saat inspirasi sehingga menurunkan ogsigen yang dari darah. kondisi ini
akan berakibat pada penurunan oksigen jaringan sehingga penderita pucat dan lemah.
Pembengkakan mukosa bronkus juga akan meningkatkan sekres mucus dan meningkatkan
pergerakan sillia pada mukosa. Penderita jadi sering batuk dengan produksi mucus yang
cukup banyak (Harwina Widya Astuti 2010).
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2 yaitu :
1. Pengobatan non Farmakologik.
- Memberikan penyuluhan
- Menghindari faktor pencetus
- Pemberian cairan
- Fisiotherapy
- Beri O2 bila perlu
2. Pengobatan Farmakologi
- Bronkodilator yang melebarkan saluran nafas seperti aminofilin atau kortikosteroid
inhalasi atau oral pada serangan asma ringan. Obat anti asma umumnya tidak
berpengaruh negatife terhadap janin kecuali adrenalin.
- Adrenalin mempengaruhi pertumbuhan janin karena penyempitan pembuluh darah ke
janin yang dapat mengganggu oksigenasi pada janin tersebut.
- Aminofilin dapat menyebabkan penurunan kontraksi uterus.
- Menangani serangan asma akut (sama dengan wanita tidak hamil), yaitu :
1. Memberikan cairan intravena
2. Mengencerkan cairan sekresi di paru
3. Memberikan oksigen (setelah pengukuran PO 2, PCO 2) sehingga tercapai PO 2
lebih 60mmHG dengan kejenuhan 95% oksigen atau normal.
4. Cek fungsi paru
5. Cek janin
6. Memberikan obat kortikosteroid
- Menangani status asmatikus dengan gagal nafas
Secepatnya melakukan intubasi bila tidak terjadi perubahan setelah pengobatan intens
if selama 30-60 menit Memberikan antibiotik saat menduga terjadi infeksi
- Mengupayakan persalinan
- Persalinan spontan dilakukan saat pasien tidak berada dalam serangan.
- Melakukan ekstraksi vakum atau forseps saat pasien berada dalam serangan.
- Seksio sesarea atas indikasi asma jarang atau tidak pernah dilakukan.
- Meneruskan pengobatan reguler asma selama proses kelahiran.
- Jangan memberikan analgesik yang mengandung histamin tetapi pilihlah morfin atau
analgesik epidural.
- Hati- hati pada tindakan intubasi dan penggunaan prostagladin E2 karena dapat
menyebabkan bronkospasme.
- Memilih obat yang tidak mempengaruhi air susu.
Aminofilin dapat terkandung dalam air susu sehingga bayi akan mengalami gangguan
pencernaan, gelisah dan gangguan tidur.
Obat antiasma lainnya dan kortikosteroid umumnya tidak berbahaya karena kadarnya
dalam air susu sangat kecil.
H. PENCEGAHAN ASMA
Menurut Sundaru & Sukamto (2014), usaha-usaha pencegahan asma antara lain:
menjaga kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, menghindarkan faktor pencetus
serangan asma dan menggunakan obat-obat antiasma. Menghindari alergen pada bayi
dianjurkan dalam upaya menghindari sensitisasi atau pencegahan primer. Beberapa study
terakhir menyatakan jika kontak dengan hewan peliharaan seperti kucing sedini mungkin
tidak dapat menghindari alergi, sebaliknya kontak sedini mungkin dengan kucing dan anjing
mampu mencegah terserang alergi lebih baik ketimbang menghindari hewan-hewan tersebut.
h. Riwayat Penyakit Keluarga (Ayah, Ibu, Adik, Paman, Bibi) yang pernah
menderita sakit :
( ) Kanker ( ) Penyakit Hati ( ) Hipertensi
( ) Diabetes Melitus ( ) Penyakit Ginjal ( ) Penyakit Jiwa
( ) Kelainan Bawaan ( ) Hamil Kembar ( )Tuberculosis (TBC)
( ) Epilepsi ( ) Alergi :
i. Riwayat Gynekologi
( ) Infertilitas ( ) Infeksi Virus ( ) PMS :
( ) Cervisitis Cronis ( ) Endometriosis ( ) Myoma
( ) Polip Serviks ( ) Kanker Kandungan ( ) Perkosaan
( ) Operasi Kandungan
2. Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Coomposmentris
3) Keadaan Emosional :
4) Tinggi Badan : cm Berat Badan: kg
5) Tanda – tanda Vital
Tekanan Darah
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Hemoglobin :
2) Golongan Darah :
3) USG :
4) Protein Urine :
5) Glukosa Urine :
3. Analisa :
4. Penatalaksanaan
Tanggal : ………………………………
Waktu : ………………………………
B. CATATAN PERKEMBANGAN
Hari / Tanggal :
Jam :
S :
O :
A :
P :