Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KONSEP KEBIDANAN

ASMA BRONKHIALE

Dosen Pengampuh Lailia Fathkul Jannah,S.SiT.,MKM

Disusun Oleh : Kelompok 4

Anggota :

1. Alya Dwi Sasky

2. Dela puspita

3. Neng Nia Halimatusaddyah

4. Neng Tia Halimatussadyah

5. Regina mutiara putri

6. Sera

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

POLTEKES YAPKESBI KOTA SUKABUMI TAHUN AJARAN 2022/2023


jl. Subang jaya, subang jaya, kec.sukabumi, kota sukabumi jawa barat 43116

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Asma Bronkhiale dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Konsep Kebidanan Selain itu, makalah
ini bertujuan menambah wawasan tentang Asma Bonkhiale bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lailia Fathkul Jannah.S.SiT.,MKM selaku
Dosen Mata Kuliah Konsep Kebidanan . Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengertian Asma Bronkial Asma adalah penyakit inflamasi (radang) kronik saluran
nafas menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episodik
berulang berupa mengi (nafas berbunyi ngik-ngik), sesak napas, dada terasa berat, dan batuk-
batuk terutama menjelang dini hari (Hetti R A, 2009).
A. Definisi Asma bronkial
Asma bronkial adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran
nafas yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai
dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak nafas dan rasa berat di dada
terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau
tanpa pengobatan. Asma bersifat fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat tenang tanpa gejala
tidak mengganggu aktivitas tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala ringan sampai berat
bahkan dapat menimbulkan kematian (Nugroho.T , 2016).

Asma bronkial adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh
reaksi hiperesponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-lymphocytes
terhadap stimulus tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, whezzing, dan batuk akibat
obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel dan terjadi secara episodik berulang (Brunner
and Suddarth, 2011).

Asma bronkial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas
yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari
pengobatan (Musliha, 2010).

Asma bronkial adalah kelainan inflamasi kronis saluran pernafasan, melibatkan


interaksi kompleks sel-sel inflamasi mediator, sel dan jaringan berakibat berkurangnya
mengalirnya udara karena bronkokonstriksi, edema, sekresi mukus, hiperresponsif (Irianto,
K. 2014).

B. Etiologi Asma Bronkial


Sampai saat ini, etiologi asma belum diketahui dengan pasti. Namun suatu hal yang
sering kali terjadi pada semua penderita asma adalah fenomena hiperaktivis bronchus.
Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsang imunologi maupun non imunologi.
Karena sifat tersebut, maka serangan asma mudah terjadi akibat berbagai rangsang baik fisik,
metabolisme, kimia, allergen, infeksi dan sebagainya.
Faktor penyebab yang sering menimbulkan asma perlu diketahui dan sedapat
mungkin dihindarkan. Faktor-faktor tersebut adalah (Ghofur, A. 2008) :
1. Alergen utama : debu rumah, spora jamur, dan tepung sari rerumputan
2. Iritan dengan asap, bau-bauan, dan polutan
3. Infeksi saluran nafas terutama yang disebabkan oleh virus.
4. Perubahan cuaca yang ekstrem
5. Aktivitas fisik yang berlebih
6. Lingkungan kerja
7. Obat-obatan
8. Emosi
9. refluks gastro esofagus.
C. Tanda dan Gejala Asma Bronkilae 
Asma ditandai dengan gejala-gejala yang mengganggu saluran napas, yaitu:
1. Mengi. Suara mengi atau ngik ngik yang terdengar tanpa atau menggunakan stetoskop
merupakan salah satu gejala asma yang paling dominan. Suara mengi ini terjadi
karena adanya penyempitan saluran napas.
2. Batuk. Batuk merupakan gejala yang umum pada penyakit saluran napas, termasuk
asma.
3. Sesak napas. Penyempitan saluran napas yang terjadi pada asma menyebabkan
penderitanya merasakan sesak napas
4. Sensasi terikat atau nyeri dada. Penyempitan saluran napas tersebut dapat
menyebabkan sensasi yang tidak enak seperti dada yang diikat oleh tali yang erat.

D. Diagnosis
Asma didiagnosis oleh dokter dengan menanyakan gejala yang dialami penderita serta
mendengarkan suara paru penderita. Selain itu, alat seperti pulse oximetry dapat digunakan
untuk menilai berapa banyak oksigen yang ada di darah penderita. Dokter juga dapat
melakukan uji fungsi paru untuk melihat keparahan asma. Tes alergi juga cukup penting
untuk mengetahui alergen yang memicu gejala asma pada penderita. Foto X-ray dada dapat
dilakukan untuk melihat kelainan organ paru dan sekitarnya.

E. Etimologi Asma Bronkhiale


Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya seran
gan asma bronkhial
a. Faktor Predisposisi
- Genetik.
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagai
mana cara penurunannya yang jelas penderita dengan penyakit alergi biasanya me
mpunyai keluargadekat juga menderita alergi. Karena adanya bakat alergi ini, pen
derita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor 
pencetus. Selain itu hipersentifisitassaluran pernapasannya juga bisa diturunkan. 
b. Faktor Prepisitas
- Alergen
Dimana alergen dapat dibagai menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
Ex : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2. Ingestan, yahg masuk melalui mulut Ex : Makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.
Ex : perhiasan, logam, dan jam tanga
- Perubahan Cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
asma. Kadang kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti : musim
hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin
serbuk bunga dan debu
- Stress / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang
timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress / gangguan
emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika
stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
- Lingkungan Kerja Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya
serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
yang bekerja dilaboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polusi lalu
lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
- Olahraga / aktifitas jasmani yang berat Sebagian besar penderita asma akan
mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atauolahraga yang berat. Lari
cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas
biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas.

F. Patofisiologi Asma
Asma merupakan penyakit inflamasi kronis yang dikarakteristikan dengan proses
yang sangat kompleks dan melibatkan beberapa komponen yaitu hiperresponsif dari bronkial,
inflamasi dan remodeling saluran pernafasan.
Patofisiologi dari asma yaitu adanya faktor pencetus seperti debu, asap rokok, bulu
binatang, hawa dingin terpapar pada penderita. Benda-benda tersebut setelah terpapar
ternyata tidak dikenali oleh sistem di tubuh,penderita sehingga dianggap sebagai benda asing
(antigen). Anggapan itu kemudian memicu dikeluarkannya antibody yang berperan sebagai
respon reaksi hipersensitif seperti neutropil, basophil, dan immunoglobulin E. masuknya
antigen pada tubuh yang memicu reaksi antigen akan menimbulkan reaksi antigen-antibodi
yang membentuk ikatan seperti key and lock (gembok dan kunci). Ikatan antigen dan
antibody akan merangsang peningkatan pengeluaran mediator kimiawi seperti histamine,
neutrophil chemotactic show acting, epinefrin, norepinefrin, dan prostagandin. Peningkatan
mediator kimia tersebut akan merangsang peningkatan permiabilitas kapiler, pembengkakan
pada mukosa saluran pernafasan (terutama bronkus). Pembengkakan yang hampir merata
pada semua bagian pada semua bagian bronkus akan menyebabkan penyempitan bronkus
(bronkokontrikis) dan sesak nafas. Penyempitan bronkus akan menurunkan jumlah oksigen
luar yang masuk saat inspirasi sehingga menurunkan ogsigen yang dari darah. kondisi ini
akan berakibat pada penurunan oksigen jaringan sehingga penderita pucat dan lemah.
Pembengkakan mukosa bronkus juga akan meningkatkan sekres mucus dan meningkatkan
pergerakan sillia pada mukosa. Penderita jadi sering batuk dengan produksi mucus yang
cukup banyak (Harwina Widya Astuti 2010).

G. Penatalaksanaan Asma Pada Ibu Hamil


Penatalaksanaan asma sedang sampai berat memerlukan pendekatan kooperatif
antara dokter obstetric, bidan, ahli fisioterapi, dan ibu. Menjelaskan kondisi ibu saat
dilakukan pemeriksaan, menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang bergizi. Ajarkan ibu
untuk latihan tehnik relaksasi pernafasan dengan cara latihan tarik nafas pelan dan panjang
melalui hidung kemudian dilepaskan melalui mulut, menganjurkan ibu tidur dengan posisi
fowler yaitu setengah duduk agar membantu memperlancar jalan nafas ibu, dan mengurangi
terjadinya sesak saat ibu bernafas. Memberikan konseling kepada ibu bahwa biasanya
serangan asma akan timbul pada usia kehamilan mencapai 9 bulan menjelang persalinan
karena gerakan diafragma badan menjadi terbatas dan juga asma biasanya menimbulkan
komplikasi pada ibu beserta janin Memberikan konseling mengenai pencegahan agar tidak
terjadinya asma yaitu menghindari faktor pencetus asma seperti asap rokok, asap kendaraan,
alergi (misalnya debu rumah, bulu kucing) dan polusi udara. Menganjurkan ibu untuk
memperbanyak istirahat, minimal tidur siang selama 2 jam, tidur malam 8 jam dan tidak
melakukan pekerjaan yang berat-berat, memberikan ibu dukungan emosional, baik dari suami
dan keluarga, agar ibu tidak stress dan tidak terlalu banyak pikiran sehingga dapat membantu
meredakan gejala asma. Menganjurkan ibu untuk rutin ANC ke Tenaga Kesehatan
(Rengganis, 2011).

 Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :

1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera


2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma.
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit
asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita
mengerti tujan pengobatannya yang diberikan dan bekerja sama dengan dokter atau
perawat yang merawatnya.

Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2 yaitu :

1. Pengobatan non Farmakologik.
- Memberikan penyuluhan
- Menghindari faktor pencetus
- Pemberian cairan
- Fisiotherapy
- Beri O2 bila perlu
2. Pengobatan Farmakologi
- Bronkodilator yang melebarkan saluran nafas seperti aminofilin atau kortikosteroid
inhalasi atau oral pada serangan asma ringan. Obat anti asma umumnya tidak
berpengaruh negatife terhadap janin kecuali adrenalin.
- Adrenalin mempengaruhi pertumbuhan janin karena penyempitan pembuluh darah ke
janin yang dapat mengganggu oksigenasi pada janin tersebut.
- Aminofilin dapat menyebabkan penurunan kontraksi uterus.
- Menangani serangan asma akut (sama dengan wanita tidak hamil), yaitu :
1. Memberikan cairan intravena
2. Mengencerkan cairan sekresi di paru
3. Memberikan oksigen (setelah pengukuran PO 2, PCO 2) sehingga tercapai PO 2
lebih 60mmHG dengan kejenuhan 95% oksigen atau normal.
4. Cek fungsi paru
5. Cek janin
6. Memberikan obat kortikosteroid
- Menangani status asmatikus dengan gagal nafas
Secepatnya melakukan intubasi bila tidak terjadi perubahan setelah pengobatan intens
if selama 30-60 menit Memberikan antibiotik saat menduga terjadi infeksi
- Mengupayakan persalinan
- Persalinan spontan dilakukan saat pasien tidak berada dalam serangan.
- Melakukan ekstraksi vakum atau forseps saat pasien berada dalam serangan.
- Seksio sesarea atas indikasi asma jarang atau tidak pernah dilakukan.
- Meneruskan pengobatan reguler asma selama proses kelahiran.
- Jangan memberikan analgesik yang mengandung histamin tetapi pilihlah morfin atau
analgesik epidural.
- Hati- hati pada tindakan intubasi dan penggunaan prostagladin E2 karena dapat
menyebabkan bronkospasme.
- Memilih obat yang tidak mempengaruhi air susu.
Aminofilin dapat terkandung dalam air susu sehingga bayi akan mengalami gangguan 
pencernaan, gelisah dan gangguan tidur.
Obat antiasma lainnya dan kortikosteroid umumnya tidak berbahaya karena kadarnya 
dalam air susu sangat kecil.

H. PENCEGAHAN ASMA
Menurut Sundaru & Sukamto (2014), usaha-usaha pencegahan asma antara lain:
menjaga kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, menghindarkan faktor pencetus
serangan asma dan menggunakan obat-obat antiasma. Menghindari alergen pada bayi
dianjurkan dalam upaya menghindari sensitisasi atau pencegahan primer. Beberapa study
terakhir menyatakan jika kontak dengan hewan peliharaan seperti kucing sedini mungkin
tidak dapat menghindari alergi, sebaliknya kontak sedini mungkin dengan kucing dan anjing
mampu mencegah terserang alergi lebih baik ketimbang menghindari hewan-hewan tersebut.

Berbagai studi menunjukkan bahwa ibu merokok selama kehamilan akan


mempengaruhi perkembangan paru anak, dan bayi dari ibu perokok, 4 kali lebih sering
mendapatkan mengi dalam tahun pertama kehidupannya. Ibu yang merokok selama
kehamilan akan dapat berefek pada sensitisasi alergen, walaupun hanya sedikit yang terbukti.
Sehingga disimpulkan merokok dalam kehamilan berdampak pada perkembangan paru,
meningkatkan frekuensi gangguan mengi pada bayi, tetapi mempunyai peran kecil pada
terjadinya asma alergi di kemudian hari. Sehingga jelas bahwa pajanan asap rokok
lingkungan baik periode prenatal maupun postnatal (perokok pasif) mempengaruhi timbulnya
gangguan atau penyakit dengan mengi.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN ASMA


A. FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
Tanggal Pengkajian :
Jam Pengkajian :
1. Subyektif
a. Biodata
Ibu Suami
Nama : Sitti Justin
Umur : 25 tahun 27 tahun
Suku / Bangsa : sunda Sunda
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMK
Pekerjaan : Ibu rumah Tangga wirausaha
Alamat : Kampung Durian Runtuh Rt.5 Rw.7

b. Keluhan Utama : ibu mengatakan ia merasakan sesak saat


bernafas
c. Riwayat Menstruasi

Umur Menarche : 12 tahun;


Lamanya Haid : 7 hari;
Jumlah Darah Haid : 3x ganti pembalut
Haid Terakhir : 13 April 2019
Perkiraan Partus : 20 Janurari 2020
( + ) Dismenorhea ( - ) Spooting
( - ) Menorragia ( - ) Metrorhagia
( + ) Pre Menstruasi Sindrom
d. Riwayat Perkawinan
Kawin : Ya Kawin : satu Kali
Kawin I umur tahun, dengan suami I : tahun, ke-II : tahun

e. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu


G1 P0 A0 Hidup
Kondisi Keadaan
Tanggal Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit
No Bayi / Anak
Partus Partus Kehamilan Persalinan Persalinan (Komplikasi)
BB Sekarang
1. -

f. Riwayat Hamil Sekarang


HPHT : 13 April 2019
HPL : 20 Januari 2020

Gerakan Janin pertama kali dirasakan : 4 Bulan


Hamil Muda : ( + ) Mual ( ) Muntah
( ) Perdarahan ( + ) Lain-lain : cepat lelah
Hamil Tua : ( ) Pusing ( ) Sakit Kepala
( ) Perdarahan ( ) Lain-lain :

g. Riwayat Penyakit yang Lalu / Operasi


Pernah dirawat : - , kapan : - , dimana : -
Pernah dioperasi : - , kapan : - , dimana : -

h. Riwayat Penyakit Keluarga (Ayah, Ibu, Adik, Paman, Bibi) yang pernah
menderita sakit :
( ) Kanker ( ) Penyakit Hati ( ) Hipertensi
( ) Diabetes Melitus ( ) Penyakit Ginjal ( ) Penyakit Jiwa
( ) Kelainan Bawaan ( ) Hamil Kembar ( )Tuberculosis (TBC)
( ) Epilepsi ( ) Alergi :

i. Riwayat Gynekologi
( ) Infertilitas ( ) Infeksi Virus ( ) PMS :
( ) Cervisitis Cronis ( ) Endometriosis ( ) Myoma
( ) Polip Serviks ( ) Kanker Kandungan ( ) Perkosaan
( ) Operasi Kandungan

j. Riwayat Keluarga Berencana


Metode KB yang pernah dipakai : belum pernah Lama : - tahun
Komplikasi dari KB : ( ) Perdarahan ( ) PID / Radang Panggul

k. Pola Makan, Minum, Eliminasi, Istirahat dan Psikososial


Pola Makan : 3 kali/sehari; menu : sayur, lauk pauk
Pola Minum : 250 cc/hari ( 8 gelas/hari)
( - ) Alkohol ( - ) Obat-obatan / Jamu ( - ) Kopi

Pola Eliminasi : BAK : 5 cc/hari; warna : jernih , keluhan : -


BAB : 1 kekuningan , keluhan : -
kali/hari; karakteristik :
kuning kecoklatan

Pola Istirahat : Tidur : 7 jam/hari

Psikososial : Penerimaan klien terhadap kehamilan ini :

Social support dari ( + ) Suami (+ ) Orang tua

( - ) Mertua ( ) Keluarga lain

2. Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Coomposmentris
3) Keadaan Emosional :
4) Tinggi Badan : cm Berat Badan: kg
5) Tanda – tanda Vital
Tekanan Darah

Pernapasan : × per menit


Suhu : °C
b. Pemeriksaan Fisik
1) Muka :
2) Mata :
3) Mulut :
4) Gigi / Gusi :
5) Leher :
6) Payudara :
7) Perut :
Palpasi : Leopold I :
Leopold II :
Leopold III :
Leopold IV :
Tinggi Fundus Uteri :
Auskultasi : DJJ :
8) Ano – Genetalia :
9) Ektremitas :
Atas :
Bawah :

c. Pemeriksaan Penunjang
1) Hemoglobin :
2) Golongan Darah :
3) USG :
4) Protein Urine :
5) Glukosa Urine :

3. Analisa :

4. Penatalaksanaan
Tanggal : ………………………………
Waktu : ………………………………

B. CATATAN PERKEMBANGAN

Hari / Tanggal :

Jam :
S :

O :

A :

P :

Anda mungkin juga menyukai