LAPORAN PENDAHULUAN
Definisi
Asma bronkial adalah penyakit penyempitan saluran pernapasan yang disebabkan oleh
meningkatnya respons trakea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan. Penyempitan
saluran pernapasan ini bersifat sementara dan dapat kembali seperti semula, baik tanpa obat
maupun dengan obat (Admin, 2011). Pengertian lain dari asma adalah suatu penyakit jalan nafas
obstruktif intermitten, reversible, bahwa trakea dan bronki berespons dalam secara hiperaktif
terhadap stimulus tertentu. Asma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas yang
mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi.
Epidemiologi
Menurut Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan 2010, Berdasarkan hasil surveilans penyakit
tidak menular berbasis rumah sakit di Sulawesi selatan pada tahun 2008. Diperoleh informasi
bahwa jumlah penderita asma adalah 800 orang. Sedangkan pada tahun 2009 sebanyak 870
orang, dan berdasarkan hasil surveilans penyakit menular berbasis puskesmas di Sulawesi selatan
pada tahun 2008. Diperoleh informasi bahwa jumlah penderita asma adalah 654 orang sedangkan
pada tahun 2009 sebanyak 746 orang (Lindawati, 2011). Berdasarkan dari data yang diperoleh
dari bagian rekam medik, Rumah Sakit dr. Wahidin Sudirohusodo. Makassar. Jumlah penderita
asma bronchial pada tahun 2009 sebanyak 166 penderita, sedangkan pada tahun 2010 terjadi
penurunan yaitu sebanyak 121 penderita, sedangkan pada tahun 2011 terjadi peningkatan
sebanyak 138 penderita.
Penyebab
Etiologi dari asma bronchial belum diketahui, tapi ada beberapa faktor predisposisi dan
presipitasi timbulnya serangan asma bronchial:
1. Faktor predisposisi
Genetik adalah factor predisposisi dari asma bronkial yang diturunkan berupa alerginya,
meskipun belum diketahui cara penurunannya karena dengan adanya alergi ini, penderita akan
sangat mudah terkena penyakitasmabronkialjikaterpapardengan factor pencetusnya.
2. Faktor presipitasi
1. Alergen
Contohnya : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
1. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Kadang-
kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti : musim hujan, musim kemarau, musim
bunga. Hal yang berhubungan dengan arah mata angin adalah debu dan serbuk bunga.
1. Stress
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberta serangan asma yang sudah ada. Jika stress masih belum bisa diatasi maka gejala
asma juga belum bisa diobati.
1. Lingkungan kerja
1. Aktifitas Fisik
Asma yang timbul karena aktifitasfisik terjadi bila seseorang mengalami gejala-gejala asma
selama atau setelah berolahraga atau melakukan aktifitas. Pada saat penderita dalam keadaan
istirahat, penderitaakan bernafas melalui hidung. Sewaktu udara bergerak melalui hidung, udara
itu dipanaskan dan menjadi lembab. Saat melakukan aktifitas, pernafasan terjadi melalui mulut,
nafasnya semakin cepat dan volume udara yang dihirup bertambah banyak. Hal ini dapat
menyebabkan otot yang peka di sekitar saluran pernafasan mengencang sehingga saluran udara
menjadi lebih sempit, yang menyebabkan bernafas menjadi lebih sulit sehingga terjadilah
gejalagejala asma (Muzayin, 2004). Sebagian besar penderita asma akan menyebabkan bernafas
menjadi lebih sulit sehingga terjadilah gejalagejala asma (Muzayin, 2004).
Sel-sel inflamasi serta mediator kimia yang dikeluarkan terbukti berkaitan erat dengan gejala
asma dan HSN (Hiperaktivitas Saluran Napas).
2. Kerusakan epitel
Salah satu konsekuensi asma adalah kerusakan epitel. Kerusakan ini bervariasi dari yang
ringan sampai yang berat. Perubahan ini akan menigkatkan penetrasi alergen, mediator inflamasi
serta mengakibatkan iritasi ujung-ujung saraf autonom.
3. Mekanisme neurologis
4. Gangguan instrinsik
Otot polos saluran pernapasan dan hipotrofi otot polos pada saluran napas di duga berperan
dalam HSN.
Meskipun bukan penyebab utama tapi obstruksi diduga ikut berperan dalam HSN (Suyono,
Slamet. 2002: 22).
Gambaran klinis asma yang klasik terdiri atas batuk, sesak dan mengie (wheezing) dan
sebagian penderita disertai nyeri dada). Pada awal serangan sering gejala tidak jelas, seperti rasa
berat didada, dan pada asma alergi mungkin disertai pilek atau bersin, Meskipun pada mulanya
batuk tanpa disertai sekret. tetapi pada perkembangan selanjutnya pasien akan mengeluarkan
sekret baik yang mukoid, putih kadang-kadang purulent (Suyono, Slamet. 2002: 23).
Tanda dan gejala yang ditemukan pada anak dengan asma bronchial adalah:
1. Sesaknapas/dispnea.
2. Batuk yang disertailendir/batukkering.
3. Nyeri dada.
4. Adanya suara nafas mengi (wheezing), yang bersifat paroksismal, yaitu membaik pada
siang hari dan memburuk pada malam hari.
5. Kemerahan pada jaringan.
Gejala pada asma yang lebih berat, antara lain
1. Barrel chest
2. Sianosis
3. Gangguan kesadaran
4. Takikardi
5. Peningkatan tekanan darah
6. Pernafasan yang cepat dan dangkal.
Patofisiologi
Ciri khas pada asma bronkial adalah terjadinya penyempitan bronkus, yang disebabkan oleh
spasme atau konstriksi otot-otot polos bronkus, pembengkakan atau edema mukosa bronkus, dan
hipersekresi mukosa/ kelenjar bronkus (Smeltzer, 2002; Sundaru, 2001).Asma ditandai dengan
kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang
umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang
timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah
besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada
asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang
berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen
maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah
terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor
kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan
menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental
dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan
saluran napas menjadi sangat meningkat.
Diameter bronkiolus pada asma akan berkurang selama ekspirasi dari pada selama inspirasi
karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus.
Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari
tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita
asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan
ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru
menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi
dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.
Clinical Pathway
Pengaktifan respon imun (sel mast)
Pengaktifan mediator kimiawi (histamin, serotonin, kinin)
Bronkospasme
Penyempitan jalan nafas
Sekresi mucus
Inflamasi
Edema mukosa
Serangan paroksimal
Dispnea, wheezing, batuk sputum
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Kelemahan dan keletihan
Ketidakadequatan suplai oksigen
Intoleransi Aktifitas
Alveoli tertutup
Hipoksemia
Gangguan pertukaran gas
Anoreksia
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Defisit cairan dan nutrisi
Faktor Ekstrinsik
Infeksi kuman
Infeksi sal.nafas
Alergen + Faktor genetic
Faktor Intrinsik
Pemeriksaan Diagnostik
Pengukuran fungsi paru bertujuan untuk mengukur volume paru secara static dan dinamik
dan untuk mengetahui gangguan pada faal paru. Cara yang paling cepat dan sederhana untuk
menegakkan diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Tetapi
respon yang kurang dari 20 % tidak berarti bukan asma. Hal-hal tersebut bisa dijumpai pada
pasien yang sudah normal atau mendekati normal.
Uji provokasi bronkus dilakukan untuk menunjukan adanya hiperreaktivitas bronkus. Uji
provokasi bronkus bermakna jika terjadi penurunan FEV1 sebasar 20 % atau lebih.
3. Pemeriksaan kulit
Untuk menunjukkan adanya antibody IgE hipersensitif yang spesifik dalam tubuh.
Hanya dilakukan pada serangan asma berat karena terdapat hipoksemia, hiperkapnea, dan
asidosis respiratorik. Pada pasien asma terdapat hasil abnormal sebagai berikut:
1. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, atau asidosis.
2. Kadang-kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
3. Hiponatremia dan kadar leukosit di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya
suatu infeksi.
4. Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan
dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
5. Pemeriksaan sputum
Sputum eosinofil sangat karakteristik untuk asma, sedangkan neutrofil sangat dominan pada
bronkitis kronik. Selain untuk melihat adanya eosinofil, kristal Charcot-Leyden yang merupakan
degranulasi dari kristal eosinofil, dan Spiral Curshmann yaitu spiral yang merupakan cast cell
(sel cetakan) dari cabang-cabang bronkus, pemeriksaan ini penting untuk melihat adanya
miselium Aspergillus fumigatus.
Jumlah eosinofil total dalam darah sering meningkat pada pasien asma dan hal ini dapat
membantu dalam membedakan asma dari bronkitis kronik.
Fungsi dari pemeriksaan IgE total hanya untuk mendukung adanya atopi.
8. Foto dada
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menghilangkan penyebab lainpada obstruksi saluran napas
dan untuk mengetahui adanya kecurigaan terhadap proses patologis di paru atau komplikasi asma
seperti pneumotorak, pneumomediastinum, ateleksis, dan lain-lain (Suyono, Slamet. 2002)
Penatalaksanaan Medis
2. Pengobatan farmakologik :
Nama obat :
1. Orsiprenalin (Alupent)
2. Fenoterol (berotec)
3. Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan
semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk
bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan
broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi
aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.
1. Santin (teofilin)
Nama obat :
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda.
Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat. Cara pemakaian :
Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-
lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau
sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit
lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria
yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita
karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).
1. Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Manfaatnya
adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-
sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.
1. Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dengan
dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberika secara oral (Evelin dan
joyce L. kee, 1994 ; Karnen baratawijaja, 1994 )
Penatalaksanaan Keperawatan
Contoh Kasus
Ny. H usia 29 tahun,agama islam, suku bangsa jawa, pekerjaan Ibu rumah tangga. Alamat
tinggal Jl. Kerinci 39 Sumbersari, Jember. masuk RS Tanggal 03 Maret 2015 Klien masuk
rumah sakit karena keluhan sesak napas dan batuk yang disertai dahak yang telah dirasakan
selama 1 minggu terakhir. Keluhan ini terjadi saat klien sesak dan batuk sewaktu bangun pagi
dan semakin meningkat ketika beraktivitas.
Hasil pengkajian klien didapatkan klien mengeluh sesak, batuk berdahak dengan dahak berwarna
putih kental, dan klien merasa sesaknya berkurang setelah dilakukan pengasapan (nebulizer).
Klien terlihat cemas. Klien mengaku tidak nafsu makan. Klien juga mengatakan mempunyai
riwayat asma sejak kecil dan klien mengatakan bahwa ada salah satu anggota keluarganya yang
memiliki riwayat asma, yaitu ibunya.
Pemeriksaan fisik pada klien didapatkan hasil: rongga dada simetris, retraksi dinding dada (+),
taktil fremitus simetris antara kiri dan kanan, suara napas klien terdengar wheezing, resonan pada
perkusi dinding dada, dan sputum berwarna putih kental. Dari hasil observasi didapatkan hasil:
tingkat kesadaran: kompos mentis, dan hasil TTV: TD = 130/70 mmHg, RR = 36x/menit, HR =
76x/menit, suhu = 37o C.
Pengkajian
Identitas Klien
1. Nama : Ny. H
2. Umur : 29 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku / bangsa : Jawa
6. Bahasa : Jawa, Indonesia
7. Pendidikan : SMA
8. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
9. Status : Sudah menikah
10. Alamat : Jl. Kerinci 39 Sumbersari, Jember
Penanggung jawab :
1. Nama : Tn. J
2. Umur : 30 tahun
3. Pekerjaan : Swasta
4. Alamat : Jl. Kerinci 39 Sumbersari, Jember
5. Hubungan dgn klien : Suami
Keluhan Utama
Klien datang ke rumah sakit pukul 14:00 WIB Klien mengatakan selama 1 minggu terakhir
menderita sesak, batuk pilek, demam yang disertai dahak putih kental.
Klien mengatakan bahwa sejak kecil menderita asma, klien pernah masuk rumah sakit di RS
Paru Jember Agustus 2012 karena sesak selama 2 minggu. Klien mengatakan sedang menjalani
pengobatan terapi yang di berikan dokter. Klien mengatakan Asma akan timbul saat dingin,
akibat debu dan mencium bau yang menyengat.
Klien mengatakan bahwa ibu klien juga menderita penyakit yang sama dengan klien.
Intake makanan :
Intake cairan :
3. Pola eliminasi
Kemampuan perawatan
0 1 2 3
diri
Makan/minum V
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Mobilitas ditempat tidur V
Berpindah V
Ambulasi / rom V
Ket :
0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu oranglain
1. Selama sakit :
Ket :
= mandiri
= alat bantu
= dibantu oranglain
= dibantu orang lain dan alat
Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan mempengaruhi konsep diri pasien dan akhirnya
dapat mempengaruhi jumlah stressor yang dialami pasien sehingga kemungkinan terjadi
serangan asma berulang akan semakin tinggi.
Klien sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga yang mempunyai hubungan
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Nadi :76x/menit
1. Kepala
Mata : Konjungtiva ananemis, sclera anikterik, lensa jernih, pupil isokor, reflek cahaya
langsung +/+
1. Thorax
Paru
– Palpasi : taktil fremitus kanan dan kiri simetris, retraksi dinding dada (+)
Jantung
1. Abdomen
Sianosis(-)
Akral dingin(-)
Sianosis(-)
Akral dingin(-)
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan
gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga
intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan
yang didapat adalah sebagai berikut:
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan
disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
1. Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise
rotation.
2. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB ( Right bundle
branch block).
3. Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau
terjadinya depresi segmen ST negative.
4. Hasil Pemeriksaan X-ray dada/thorax
Problem List
1. Pasien mengeluh sesak napas dan batuk yang disertai dahak yang telah dirasakan selama 1
minggu terakhir.
2. Keluhan ini terjadi saat klien sesak dan batuk sewaktu bangun pagi dan semakin meningkat
ketika beraktivitas.
DO:
Pemeriksaan Fisik:
1. Pasien mengeluh sesak napas dan batuk yang disertai dahak yang telah dirasakan selama 1
minggu terakhir.
DO:
Pemeriksaan Fisik:
3. 03 Maret 2015
DS:
1. Pasien mengeluh sesak napas dan batuk berdahak dengan sputum berwarna putih kental
yang telah dirasakan selama 1 minggu terakhir.
2. Keluhan ini terjadi saat klien sesak dan batuk sewaktu bangun pagi dan semakin meningkat
ketika beraktivitas.
DO:
Pemeriksaan Fisik:
b. Selama sakit : 3x sehari makan habis 3-4 sendok sayur, lauk-pauk
DO:
1. Makanan pasien tidak habisPerubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhAnoreksia à
deficit cairan dan nutrisi
DS:
1. Pasien mengeluh sesak napas dan batuk yang disertai dahak yang telah dirasakan selama
1 minggu terakhir.
2. Keluhan ini terjadi saat klien sesak dan batuk sewaktu bangun pagi dan semakin
meningkat ketika beraktivitas.
DO:
Pemeriksaan Fisik:
DS:
1. Pasien mengeluh sesak napas dan batuk yang disertai dahak yang telah dirasakan selama
1 minggu terakhir.
2. Keluhan ini terjadi saat klien sesak dan batuk sewaktu bangun pagi dan semakin
meningkat ketika beraktivitas.
DO:
Pemeriksaan Fisik:
DS:
1. Pasien mengeluh sesak napas dan batuk berdahak dengan sputum berwarna putih kental
yang telah dirasakan selama 1 minggu terakhir.
2. Keluhan ini terjadi saat klien sesak dan batuk sewaktu bangun pagi dan semakin
meningkat ketika beraktivitas.
DO:
DS:
DO:
Perencanaan
No
No Tanggal Jam Tujuan dan Kriteria
Dx Intervensi Rasional
Hasil
1). 03 Maret 15.00
2015 WIB
I. Menunjukkan bersihan jalan nafas yang efektif setelah dilakukan perawatan selama 2×24 jam,
yang ditandai oleh:
d. Kaji pasien untuk posisi nyaman. Misalnya Peninggi kepala tempat tidur
g. Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan pada sputum seperti warna, karakter,
jumlah, dan bau:
a. Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas
c. Peninggi kepala tempat tidur mempermudah pernafasan dengan menggunakan gravitasi.
d. Ventilasi maksimal membuka lumen jalan nafas dan meningkatkan gerakan secret ke dalam
jalan nafas.
e. Pemberian bronkodilator via inhalasi akan langsung menuju area bronkus yang mengalami
spasme sehingga lebih cepat berdilatasi
f. Mencegah pasien dan keluarga merasa cemas saat melihat perubahan secret pasien
2). 03 Maret 201519.00 WIBIIPertukaran gas adekuat setelah dilakukan perawatan selama
2×24 jam dengan
Kriteria hasil:
1. Klien menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan AGD
dalam batas normal (pH = 7,35 – 7,45; PaO2 = 80 – 100 mmhg; PaCO2 =38 – 45 mmhg)
5. Klien mau berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai tingkat kemampuan
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, nafas bibir
b. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah bernafas
d. Ajak keluarga untuk berpartisipasi dengan memanggil perawat jika pasien mengalami
asma
d. Untuk memberikan aksi bronkodolator langsung kedalam pernafasan sehingga dapat
memperbaiki pertukaran gas
e. Keluarga adalah orang yang selalu berada disisi klien, yang akan mengetahui lebih banyak
mengenai kondisi klien
III. Setelah dilakukan perawatana selama 2×24 jam, pasien dapan menoleransi aktivitas yang
biasa dilakukan ditandai dengan.
1. Klien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas yang dapat diukur dengan
tidak adanya dyspnea dan kelemahan yang berlebihan.
2. TTV dalam batas normal.
3. Frekuensi pernafasan saat beraktivitas dalam batas normala. Evaluasi respon pasien
terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan atau kelelahan dan perubahan
tanda vital selama dan setelah aktivitas.
b. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung sealama fase akut sesuai indikasi, dorong
penggunaan manajemen stress dan pengalih yang tepat
c. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya kesimbangan aktivitas
dan istirahat
d. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas
selama fase penyembuhan
a. Menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi
c. Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan
metabolik,menghemat energi untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas ditentukan dengan
respon individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan pernapasan
d. Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
4). 04 Maret 201514.00 WIB .Pemenuhan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi setelah
dilakukan intervensi selama 3×24 jam dengan kriteria hasil :
c. menunjukan peningkatan berat badan sesuai tujuan dalam nilai laboratorium normalb.
a. Catat status nutrisi klien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat badan dan derajat
kekurangan berat badan, riwayat mual/muntah
c. Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah dan untuk membagi dengan
pasien kecuali kontraindikasi
d. Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet :
a. Berguna dalam mendefinisikan derajat/luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat
c. Membuat lingkungan social lebih normal selama makan dan membantu memenuhi
kebutuhan personal dan cultural
d. Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan
metabolik dan diet
Implementation
1. No Dx I
c. Mengkaji klien untuk posisi nyaman. Misalnya Peninggi kepala tempat tidur
f. Mengajak keluarga ikut serta dalam latihan nafas dalama. Terdengar bunyi nafas klien
wheezing
b. Fase inspirasi klien lebih lambat dari pada fase ekspirasi.
c. Klien merasa lebih nyaman dengan menggunakan peninggi kepala di tempat tidur
e. Klien merasa lebih nyaman, spasme jalan nafas klien menurun
f. Klien mampu melakukan nafas dalam dengan baik dan benarZK
2. No Dx II
b. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah bernafas
e. Mengajak keluarga untuk berpartisipasi dengan memanggil perawat jika pasien mengalami
asmaa. Terlihat pasien masih menggunakan olebih tinggi
3. No Dx III
b. Memberikan lingkungan tenang dan membatasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi,
mendorong penggunaan manajemen stress dan pengalih yang tepat
c. Menjelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan
aktivitas dan istirahat
d. Membantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Memberikan kemajuan peningkatan
aktivitas selama fase penyembuhan
a. TD=110/70
S = 36,8 C
N =98x/menit
4. No Dx IV
c. Mendorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah dan untuk membagi
dengan pasien kecuali kontraindikasi
d. Merujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi dieta. Pasien terlihat lebih baik
Evaluasi/SOAPIE
15.00 WIB
P = Terapi lanjutkan
I = Ajarkan klien batuk efektif
19.00 WIB
O = TD : 110/80 mmhg, suhu 36C, nadi 90 x/menit, RR= 24x/menit, wheezing (+)
P = Terapi dilanjutkan
07.00 WIB
14.00 WIB
S = Pasien mengatakan mulai nafsu makan namun masih ada sedikit rasa mual
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC
PERTEMUAN I
Fase Orientasi
Salam terapeutik
Selamat pagi mbak , perkenalkan nama saya Afif , Saya sedang praktek
disini , maaf mbak kalu boleh tahu nama mbak siapa?
Evaluasi
Bagaimana mbak keadaannya sekarang ? apa yang di kelukan saat ini ?
Kontrak
Sekarang saya akan memriksa kondisi mbak selama 10 menit, apakah mbak
bersedia?
Fase Kerja
1. Permisi mbak pertama saya akan memeriksa bunyi nafas mbak untuk mengetahui
apakah ada bunyi nafas tambahan / tidak ? permisi mbak boleh dibuka sedikit
bajunya ? tarik nafas dalam lalu hembuskan, baiklah mbak untuk bunyi nafas
mbak terdapat suara tambahan.
2. Baik mbak , untuk yang kedua mohon mbak diam sebentar, hal ini bertujuan
untuk mengamati frekuensi pernafasan mbak , untuk frekuensi pernafasan mbak
ditemukan 36x/menit, sedangkan untuk rentang normalnya 18-20x/menit
3. Mbak untuk mengurangi ketidaknyamanan mbak dalam bernafas, mbak bisa
lebih meninggikan bagian kepala mbak, apa mbak bersedia??, kalau mbak
bersedia saya akan membantu mbak untuk meninggikan bagian kepala mbak
4. Untuk mempercepat penyembuhan mbak tolong diminum obatnya ya, mari saya
bantu
Terminasi
1. Evaluasi
S : Bagaimana ibu apakah ibu merasa lebih nyaman?
O : Coba mbak ulangi tujuan saya untuk meninggikan bagian kepala mbak
tadi?
2. RTL
Baik mbak sudah sekitar 10menit kita berbincang – bincang , mbak sekarang bisa
istirahat kembali
3. Kontrak
Nanti Siang ada teman saya yang akan memeriksa kondisi mbak selanjutnya,
terimakasih atas waktunya ya mbak
PERTEMUAN II
2. Keluhan ini terjadi saat klien sesak dan batuk sewaktu bangun pagi dan semakin
meningkat ketika beraktivitas.
RR : 36x/mnt
Suhu : 37o C
TD : 130/70 mmHg
N : 80x/mnt
Intervensi :
Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori,
nafas bibir
Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang
mudah bernafas
Observasi TTV
Kolaborasi pemberian bronkodilator secara aerosol
Ajak keluarga untuk berpartisipasi dengan memanggil perawat jika pasien
mengalami asma
Beri Obat Pulmicort, Ventolin, Bisolvon
Persiapan Alat :
- Selang oksigen
- Thermometer
- Tensimeter
- Stetoskop
- Jam detik
2. Evaluasi
Bagaimana mbak keadaannya sekarang ? apa yang di keluhkan saat ini ? Apakah
sudah baikan setelah saya priksa?
3. Kontrak
Baiklah mbak saya akan melakukan tindakan TTV atau tanda-tanda Vital .
Saya akan melakukannya disini saja mbak, kira-kira 20 menit.Bagaimana mbak
apakah mbak bersedia ?
III. Fase Kerja
1. Baiklah mbak permisi disini saya mulai memeriksa frekuensi, kedalaman
pernafasan, coba mbak menutup mata mbak secara rileks, selanjutnya mbak tarik
nafas perlahan kemudian hembuskan.
2. Mari mbak saya bantu untuk mengatur posisi kepala mbak, dengan meninggikan
kepala tempat tidur, ini dilakukan agar mbak posisinya nyaman dan mudah bernafas.
3. Sekarang saya akan mengecek tanda tanda vital mbak yang meliputi suhu tubuh,
nadi, tekanan darah, dan pernafasan mbak. permisi ya mbak. pemeriksaan sudah
selesai hasilnya yaitu tekanan darah mbak 130/70mmHg, suhu mbak 37o C
perjnafasan mbak 36x/menit, dan nadi mbak 80x/menit.
4. Selnjutnya saya akan memberikan pemberian bronkodilator secara aerosol.
5. Kemudian saya akan menjelaskan beberapa hal kepada mbak dan keluarga. demi
kesembuhan mbak maka tolong mbak jangan melakukan aktifitas yang terlalu
berlebihan. Dan agar tidak mengalami stress atau kelelahan untuk keluarga dimohon
untuk membantu mbak dalam melakukan aktifitas , misalnya jika ingin ke kamar
mandi , pihak keluarga tolong untuk membantu. dan jika mbak ingin mandi
sebaiknya dilakukan di tempat tidur saja, apabila mampu ke kamar mandi tolong
pihak keluarga juga membantu.
IV. Terminasi
4. Evaluasi
S : bagaimana mbak perasaannya setelah saya lakukan tindakan apakah mbak
sudah nyaman ?
O : Bagaimana mbak apakah sudah mengerti dengan yang sudah saya
jelaskan?coba mbak jelaskan apa yang sudah saya jelaskan tadi ?
5. RTL
Baiklah mbak, karena saya sudah selesai memeriksa keadaan mbak, saya
kembali ke ruangan dulu, untuk besok pagi akan dilanjutkan sama rekan saya
Putri yang akan mengecek TTV atau tanda-tanda vital mbak selanjutnya.
6. Kontrak
Baiklah mbak saya akan keruangan dulu jika mbak membutuhkan sesuatu atau
mengalami keluhan silahkan memangil saya atau perawat lainnya di ruang
perawat atau mbak bisa menekan Call Button untuk memanggil petugas
kesehatan. untuk malam hari nanti mbak akan bertemu dengan suster Putri yang
akan memberikan tanda-tanda vital kepada mbak terimakasih dan semoga cepat
sembuh mbak wassalamualaikum wr. wb
PERTEMUAN III
Intervensi :
1. Evaluasi respon pasien terhadap aktifitas, catat laporan dispnea, peningkatan
kelemahan atau kelelahan & perubahan tanda vital selama dan setelah aktifitas.
2. Observasi TTV
3. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien.
1. Persiapan Alat :
- Thermometer
- Tensimeter
- Stetoskop
- Jam detik
5. Evaluasi
6. Kontrak
Baiklah mbak saya akan melakukan tindakan TTV atau tanda-tanda Vital .
Saya akan melakukannya disini saja mbak, kira-kira 20 menit.Bagaimana mbak
apakah mbak bersedia ?
IV. Terminasi
Evaluasi
S : bagaimana mbak perasaannya setelah saya lakukan tindakan apakah mbak
sudah nyaman ?
O : Bagaimana mbak apakah sudah mengerti dengan yang sudah saya
jelaskan?coba mbak jelaskan apa yang sudah saya jelaskan tadi ?
V. RTL
Baiklah mbak, karena saya sudah selesai memeriksa keadaan mbak, saya
kembali ke ruangan dulu, untuk besok pagi akan dilanjutkan sama rekan saya
yang bernama Agustin yang akan mengecek TTV atau tanda-tanda vital mbak.
VI. Kontrak
baiklah mbak saya akan keruangan dulu jika mbak membutuhkan sesuatu atau
mengalami keluhan silahkan memangil saya atau perawat lainnya di ruang
perawat atau mbak bisa menekan Call Button untuk memanggil petugas kesehata.
untuk siang hari nanti mbak akan bertemu dengan suster Erika yang akan
memberikan tanda-tanda vital kepada mbak terimakasih dan semoga cepat
sembuh mbak wassalamualaikum wr. wb
PERTEMUAN IV
Role Play :
- Perawat : Agustin
- Pasien : Putri
- Narrator : Ilmi
- Keluarga : Nila
- Kameramen : Afif & Falah
Kondisi pasien : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
DS:
DO:
Intervensi :
a. Catat status nutrisi klien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat badan dan derajat
kekurangan berat badan, riwayat mual/muntah
c. Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah dan untuk membagi dengan
pasien kecuali kontraindikasi
d. Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi dieta. Berguna dalam mendefinisikan
derajat/luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat
f. Membuat lingkungan social lebih normal selama makan dan membantu memenuhi
kebutuhan personal dan cultural
g. Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan
metabolik dan diet
1. Persiapan Alat :
- Thermometer
- Tensimeter
- Stetoskop
- Jam detik
I. Fase Orientasi
7. Salam terapeutik
9. Kontrak
Baiklah mbak saya akan melakukan tindakan TTV atau tanda-tanda Vital .
Saya akan melakukannya disini saja mbak, kira-kira 20 menit.Bagaimana mbak
apakah mbak bersedia ?
5. Terminasi
7. Evaluasi
S : bagaimana mbak perasaannya setelah saya lakukan tindakan apakah mbak
sudah nyaman ?
O : Bagaimana mbak apakah sudah mengerti dengan yang sudah saya
jelaskan?coba mbak jelaskan apa yang sudah saya jelaskan tadi ?
8. RTL
Baiklah mbak, karena saya sudah selesai memeriksa keadaan mbak, saya
kembali ke ruangan dulu, untuk besok pagi akan dilanjutkan sama rekan saya
yang bernama perawat Falah yang akan mengecek TTV atau tanda-tanda vital
mbak.
PERTEMUAN V
Fase Orientasi
Salam terapeutik
Selamat pagi mbak , perkenalkan nama saya Falah , Saya sedang praktek
disini , maaf mbak kalu boleh tahu nama mbak siapa?
Evaluasi
Bagaimana mbak keadaannya sekarang ? apa yang di kelukan saat ini ?
Kontrak
Sekarang saya akan memriksa kondisi mbak selama 10 menit, apakah mbak
bersedia?
Fase Kerja
6. Permisi mbak pertama saya akan memeriksa bunyi nafas mbak untuk mengetahui
apakah ada bunyi nafas tambahan / tidak ? permisi mbak boleh dibuka sedikit
bajunya ? tarik nafas dalam lalu hembuskan, baiklah mbak untuk bunyi nafas
mbak terdapat suara tambahan.
7. Baik mbak , untuk yang kedua mohon mbak diam sebentar, hal ini bertujuan
untuk mengamati frekuensi pernafasan mbak , untuk frekuensi pernafasan mbak
ditemukan 36x/menit, sedangkan untuk rentang normalnya 18-20x/menit
8. Mbak untuk mengurangi ketidaknyamanan mbak dalam bernafas, mbak bisa
lebih meninggikan bagian kepala mbak, apa mbak bersedia??, kalau mbak
bersedia saya akan membantu mbak untuk meninggikan bagian kepala mbak
9. Untuk mempercepat penyembuhan mbak tolong diminum obatnya ya, mari saya
bantu
Terminasi
9. Evaluasi
S : Bagaimana ibu apakah ibu merasa lebih nyaman?
O : Coba mbak ulangi tujuan saya untuk meninggikan bagian kepala mbak
tadi?
10. RTL
Baik mbak sudah sekitar 10menit kita berbincang – bincang , mbak sekarang bisa
istirahat kembali
11. Kontrak
baiklah mbak saya akan keruangan dulu jika mbak membutuhkan sesuatu atau
mengalami keluhan silahkan memangil saya atau perawat lainnya di ruang
perawat atau mbak bisa menekan Call Button untuk memanggil petugas kesehata.
untuk siang hari nanti mbak akan bertemu dengan suster Falah yang akan
memberikan tanda-tanda vital kepada mbak terimakasih dan semoga cepat
sembuh mbak wassalamualaikum wr. wb
PERTEMUAN VI
I. Fase Pra-Orientasi
Role Play : - Perawat : Ilmi
- Pasien : Putri
- Narrator : Afif
- Keluarga : Nila
- Kameramen : Agustin & Falah
Kondisi pasien :
DS : Px mengeluh sesak nafas dan batuk berdahak dengan sputum
berwarna putih kental yang telah dirasakan selama 1 minggu.Keluhan ini
terjadi saat klien,sesak dan batuk sewaktu bangun pagi dan semakin
meningkat ketika beraktivitas
DO : Px tampak cemas
Suara nafas px terdengar wheezing
Pemeriksaan Fisik RR : 36x/ menit suhu : 37
Diagnosa Medis : Asma Bronkhial
Diagnosa Keperawatan : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak
kuatan suplai O2 ditandai dengan sesak nafas dan batuk berdahak dengan
sputum berwarna putih kental
Intervensi :
- Kaji frekuensi pernafasan / TTV
- Bantu Px untuk memilih posisi yang mudah
- Kolaborasikan pemberian brongkoldilator secara aerosol
- Ajak keluarga berpartisipasi dengan memanggil perawat jika pasien
mengalami asma
- Beri obat Pulmicort, Ventolin, Bisolvon
Persiapan Alat : -Stetoskop
-Tensi meter
-Thermometer
- Jam detik
- obat-obatan
- buku catatan
II. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik
Selamat siang mbak , saya Ilmi Mahasiswa Bina Sehat PPNI yang praktek
dirumah sakit ini , kebetulan saya shift pada siang hari ini, mohon maaf
sebelumnya nama mbak siapa?
2) Evaluasi
Bagaimana Mbak keadaannya sekarang ? Apa yang ibu rasakan saat ini
mbak?
3) Kontrak
Baiklah, Mbak. Siang ini saya akan melakukan observasi TTV selama 10
menit, apa mbak bersedia?
III. Fase Kerja
a. Baik mbak disini saya akan memeriksa TTV dan frekuensi pernafasan
mbak, bisakah mbak membuka sedikit baju mbak? Agar saya bisa
memeriksa keadaan mbak dengan baik
b. Permisi mbak, mari saya bantu untuk memilih posisi yang mudah dalam
mbak mengambil pernafasan.
c. Setelah itu saya akan berkolaborasi pemberian obat kepada dokter untuk
memudahkan mbak dalam pernafasan
d. Untuk keluarga mbak bila mana mbak mengalami asma lagi bapak atau
ibu bisa memencet tombol untuk memanggil perawat
a. Fase Terminasi
1) Evaluasi
S : apakah mbak sudah mengerti apa yang saya anjurkan tadi?
O : Coba mbak sebutkan sedikit apa yang saya anjurkan tadi kepada mbak