ASMA BRONKHIAL
OLEH :
NIM : P1337421020028
Asma ditandai dengan kontraksi spatic dari otot polos bronkiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada
asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seseorang yang
alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E
abnormal dalam jumlah besar dan antibody ini menyebabkan reaksi alergi bila
reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma antibodi ini terutama
melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan
erat dengan bronkhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup
alergen maka antibodi Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi
dengan antibodi yang telah terletak pada sel mast dan menyebabkan sel ini
akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, anafilaksis
yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient) factor kemotaktik
eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan
menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhiolus kecil maupun sekresi
mukus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos
bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat
meningkat.
Pathway
Alergen atau antigen yang telah terikat oleh igE yang menancap pada permukaan
sel mast atau basofil
Sesak nafas
Tekanan partial oksigen di alvoeli menurun
Hiperventilasi
6. Komplikasi
Status asmatikus adalah keadaan spasme bronkiolus berkepanjangan
yang mengancam jiwa yang tidak dapat dipulihkan dengan pengobatan.
Pada kasus seperti ini, kerja pernafasan sangat meningkat. Apabila kerja
pernafasan meningkat, kebutuhan oksigen juga meningkat, karena
individu yang mengalami asma tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen
normalnya, individu semakin tidak sanggup memenuhi kebutuhan oksigen
yang sangat tinggi yang dibutuhkan untuk inspirasi dan ekspirasi melawan
spasme bronkiolus, peningkatan bronkiolus, dan mukus yang kental.
Situasi ini dapat menyebabkan pneumotoraks akibat besarnya tekanan
untuk melakukan ventilasi. Apabila individu Kelelahan, dapat terjadi
asidosis respiratorik, gagal napas, dan kematian.
7. Pemeriksaan penunjang
1. Laboraterium :
Lekositosis dengan neutrofil yang meningkat menujukan adanya
infeksi
Eosinofil darah meningkat > 250/mm3 , jumlah eosinofil ini
menurun dengan pemberian kortikosteroid.
2. Analisa gas darah
Hanya dilakukan pada penderita dengan serangan asma berat
atau status asmatikus. Pada keadaan ini dapat terjadi hipoksemia
hypercapnia dan asidosis respiratorik pada asma ringan sampai
dengan PaO2 normal sampai sedikit menurun, PaCO2 menurun dan
terjadi alkalosis respiratorik. Pada asma yang berat PaO2 jelas
menurun, PaO2 normal atau meningkat dan terjadi asidosis
respiratorik.
3. Radiologi
4. Faal paru :
Menurunnya FEV1
5. Uji kulit :
Untuk menunjukan adanya alergi
6. Uji provokasi adanya bronkus :
7. Penatalaksanaan kegawatan
1. Waktu serangan
Bronkodilator
a. Golongan adrenergik :
Adrenalin larutan 1 : 1000 subcutan. 0,3 cc ditunggu
selama 15 menit apabila belum reda diberi lagi 0,3 cc jika
belum reda, dapat diulang sekali lagi 15 menit kemudian.
Untuk anak-anak diberikan dosis lebih kecil 0,1-0,2 cc.
b. Golongan methylxanthine :
Aminophilin larutan dari ampul 10 cc bwrisi 240 mg.
Diberikan secara intravena, pelan-pelan 5-10 menit.
Aminophilin dapat diberikan apabila sesudah 2 jam
dengan pemberian adrenalin tidak memberikan hasil.
c. Golongan antikolinergik :
Sulfas atropin, Ipratroprium Bromide. Efek antikolinergik
adalah menghambat anzym Guanylcylase.
Anthistamin
Mengenai pemberian anthistamin masih ada perbedaan
pendapat. Ada yang setuju tetapi ada juga yang tidak setuju.
Kortikosterioid
Efek kortikosterioid adalah memperkuat bekerjanya obat
Beta Adrenergik. Kortikosterioid sendiri tidak mempunyai
efek bronkodilator.
Antibiotika
Pada umumnya pemberian antibiotik tidak perlu, kecuali : sebagai
profilaksis infeksi, ada infeksi sekunder.
Ekspektoransia
Memudahkan dikeluarnya mukus dari saluran napas. Beberapa
ekspektoran adalah : air minum biasa (pengencer sekret), Glyceril
guaiacolat(ekspektorans).
2. Diluar serangan
Disodium chyromoglycate. Efeknya adalah menstabilkan dindind
membran dari cell mast atau basofil sehingga : mencegah terjadinya
degranulasi dari cell mast, mencegah pelepasan histamin, mencegah
pelepasan Slow Reacting Substance of anaphylaksis, mencegah
pelepasan Eosinophyl Chemotatic Factor ).
1. Waktu serangan :
- Pemberian oksigen, bila ada tanda-tanda hipoksemia, baik atas dasar gejala
klinik maupun hasil analisa gas darah.
- Pemberian cairan, terutama pada serangan asma yang berat dan yang
berlangsung lama ada kecenderungan terjadi dehidrasi. Dengan menangani
ddehidrasi, viskositas mukus juga berkurang dan dengan demikian
memudahkan ekspektorasi.
- Drainase postural atau chest physioterapi, untuk membantu pengeluaran
dahak agar supaya tidak timbul penyumbatan.
- Menghindari paparan alergen.
2. Diluar serangan
- Pendidikan/penyuluhan
Penderita perlu mengetahui apa itu asma, apa penyebabnya,apa
pengobatannya, apa efek samping macam-macam obat, dan bagaimana dapat
menghindari timbulnya serangan. Menghindari paparan alergen. Imti dari
prevensi adalah menghindari paparan terhadap alergen.
- Pasien Imunoterapi/desensitisasi
Penentuan jenis alergen dilakukan dengan uji kulit atau provokasi. Setelah
diketahui jenis alergen, kemudian dilakukan desensitisasi.
- Relaksasi/kontrol sosial
Untuk mencapai ini perlu disiplin yang keras. Relaksasi fisik dapat dibantu
dengan latihan napas.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembuatan paper ini adalah bahwa asma
bronchial dapat terjadi pada siapa saja dan disebabkan tidak hanya karena satu
faktor. Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya sma bronchial bisa seperti alergi,
keadaan atau suhu yang dingin, kelelahan dll. untuk terapi awal yang bisa diberikan
bisa menggunakan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan klien. namun sebelum itu,
jalan pernafasan harus dibebaskan terlebih dahulu. Sedangkan untuk terapi non
farmakologinya bisa menggunakan nafas dalam untuk mengatur irama pernafasan.
Sumber Refrensi
https://id.scribd.com/document/177298217/LAPORAN-PENDAHULUAN-ASMA-BRONKIAL
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/19117/BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y#:~:text=Asma%20bronkial%20adalah%20kelainan%20inflamasi
%20kronis%20saluran%20nafas%20dimana%20berbagai,waktu%20malam%20atau
%20dini%20hari