Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN An.

A
ASMA BRONKIAL

Disusun oleh :

Aira Nazais Prameswari (02026002)

Dosen Pembimbing :

Ns. Dina Carolina S.Kep M.Kep

AKADEMI KEPERAWATAN HUSADA KARYA JAYA


JL. Sunter Permai Raya,Sunter Agung Podomoro Jakarta Utara 14350
Telp. ( 021 ) 9823634, 65308469, 70240771 Fax. ( 021 ) 65308469
Email : akperhkj@yahoo.co.id
A. Definisi Asma Bronkial

Kata “Asthma” berasal dari bahasa yunani yang berarti “terengah-engah”

atau sukar bernapas. Menurut “United States National Tuberculosis Association”

1967, Asma Bronkial adalah penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran

napas yang ditandai dengan adanya mengi, batuk, dan rasa sesak di dada yang

berulang dan timbul terutama pada malam atau menjelang pagi akibat

penyumbatan saluran pernapasan (Infodatin, 2017).

Asma Bronkial adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami

penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang

menyebabkan peradangan. (Amin & Hardi, 2016) Beberapa faktor penyebab

asma, antara lain umur pasien, status atopi, faktor keturunan, serta faktor

lingkungan.

Asma dibedakan menjadi 2 jenis, (Amin & Hardi, 2016) yakni :

1) Asma bronkial Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif

terhadap rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan bahan

lain penyebab alergi. Gejala kemunculannya sangat mendadak, sehingga

gangguan asma bisa datang secara tiba-tiba. Gangguan asma bronkial juga bisa

muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan penyempitan saluran

pernapasan bagian bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos

saluran
B. Etiologi
Pemicu (trigger) yang mengakibatkan terganggunya aliran pernafasan dan mengakibatkan

mengencang atau menyempitnya saluran pernafasan tetapi tidak menyebabkan peradangan

seperti :

1. Perubahan cuaca atau suhu udara

2. Rangsangan sesuatu yang bersifat alergi misal; asap rokok, serbuk sari, debu, bulu

binatang, asap, uap, dan olahraga insektisida,polusi udara dan hewan peliharaan .

3. Infeksi saluran pernapasan .

4. Gangguan emosi

5. Kerja fisik atau olahraga yang berlebihan

a. Penyebab (inducer) yaitu selmast disepanjang bronchi melepaskan bahan seperti

histamin dan leukotrien sebagai respon terhadap benda asing (allergen) seperti serbuk sari,

debu halus yang terdapat didalam rumah atau bulu binatang yang menyebabkan terjadinya :

1. Kontraksi otot polos

2. Peningkatan pembentukan lendir

3. Perpindahan sel darah putih tertentu ke bronkus yang mengakibatkan peradangan pada

saluran pernafasan dimana hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara
(bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat

tenaga supaya dapat bernafas.


C. Manifestasi Klinis
a. Wheezing
b. Dyspneu dengan lama ekspirasi
c. Batuk kering karena sekret kental dan lumen jalan napas sempit
d. Tachypnea, orthopnea
e. Gelisah
f. Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernapasan
g. Fatigue
h. Intoleransi aktivitas
i. Perubahan tingkat kesadaran, cemas
j. Serangan tiba-tiba/ berangsur-angsur

Tanda serangan asma :


1. Tanda awal serangan asma
- Tidak ada perbaikan dengan obat biasa
- Pemakaian obat lebih sering
- Mengi menetap
- Terlihat pucat dan agak gelisah
- Ingus encer makin banyak
2. Tanda lanjutan serangan asma
- Mengi menetap dan makin keras
- Anak mudah lelah dan gelisah
- Pemakaian obat makin sering
- Perut turun naik saat bernapas
- Anak lebih suka dalam posisi duduk
- Obat pereda serangan tidak mempan lagi
3. Tanda bahaya serangan asma
- Mengi melemah tapi sesak napas makin berat
- Anak terlihat kelelahan
- Kebiruan didaerah mulut dan sekitarnya
- Anak sangat gelisah
D. Patofisiologi.

Pada dua dekade yang lalu, penyakit asma dianggap merupakan penyakit

yang disebabkan karena adanya penyempitan bronkus saja, sehingga terapi utama

pada saat itu adalah suatu bronkodilator, seperti beta agonis dan golongan metil

ksantin saja. Namun, para ahli mengemukakan konsep baru yang kemudian

digunakan hingga kini, yaitu bahwa asma merupakan penyakit inflamasi pada

saluran pernafasan, yang ditandai dengan bronkokonstriksi, inflamasi, dan respon

yang berlebihan terhadap rangsangan (hyperresponsiveness). Selain itu juga

terdapat penghambatan terhadap aliran udara dan penurunan kecepatan aliran

udara akibat penyempitan bronkus. Akibatnya terjadi hiperinflasi distal,

perubahan mekanis paru-paru, dan meningkatnya kesulitan pernafasan. Selain itu

juga dapat terjadi peningkatan sekresi mukus yang berlebihan (Zullies, 2016).

Secara klasik, asma dibagi dalam dua kategori berdasarkan faktor

pemicunya, yaitu asma ekstrinsik atau alergi dan asma intrinsik atau idiosinkratik.

Asma ekstrinsik mengacu pada asma yang disebabkan karena menghirup alergen,

yang biasanya terjadi pada anak-anak yang memiliki keluarga dan riwayat

penyakit alergi (baik eksim, urtikaria atau hay fever).

Asma intrinsik mengacu pada asma yang disebabkan oleh karena faktor-

faktor di luar mekanisme imunitas, dan umumnya dijumpai pada orang dewasa.

Disebut juga asma non alergik, dimana pasien tidak memiliki riwayat alergi.

Beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya asma antara lain : udara dingin,

obat-obatan, stress, dan olahraga. Khusus untuk asma yang dipicu oleh olahraga.

Khusus untuk asma yang dipicu oleh olahraga dikenal dengan istilah (Zullies,

2016) .
Seperti yang telah dikatakan diatas, asma adalah penyakit inflamasi

saluran napas. Meskipun ada berbagai cara untuk menimbulkan suatu respons

inflamasi, baik pada asma ekstrinsik maupun intrinsik, tetapi karakteristik

inflamasi pada asma umumnya sama, yaitu terjadinya infiltrasi eosinofil dan

limfosit serta terjadi pengelupasan sel-sel epitelial pada saluran nafas dan dan

peningkatan permeabilitas mukosa(Infodatin, 2017).

Kejadian ini bahkan dapat dijumpai juga pada penderita asma yang ringan.

Pada pasien yang meninggal karena serangan asma , secara histologis terlihat

adanya sumbatan (plugs) yang terdiri dari mukus glikoprotein dan eksudat protein

plasma yang memerangkap debris yang berisi se-sel epitelial yang terkelupas dan

sel-sel inflamasi. Selain itu terlihat adanya penebalan lapisan subepitelial saluran

nafas. Respons inflamasi ini terjadi hampir di sepanjang saluran napas, dan trakea

sampai ujung bronkiolus. Juga terjadi hiperplasia dari kelenjar-kelenjar sel goblet

yang menyebabkan hipersekresi mukus yang kemudian turut menyumbat saluran

napas (Zullies, 2016)

Penyakit asma melibatkan interaksi yang kompleks antara sel-sel

inflamasi, mediator inflamasi, dan jaringan pada saluran napas. Sel-sel inflamasi

utama yang turut berkontribusi pada rangkaian kejadian pada serangan asma

antara lain adalah sel mast, limfosit, dan eosinofil, sedangkan mediator inflamasi

utama yang terlibat dalam asma adalah histamin, leukotrien, faktor kemotaktik

eosinofil dan beberapa sitokin yaitu : interleukin (Zullies, 2016).


Pada asma alergi atau atopik, bronkospasme terjadi akibat dari

meningkatnya responsivitas otot polos bronkus terhadap adanya rangsangan dari

luar, yang disebut alergen. Rangsangan ini kemudian akan memicu pelepasan

berbagai senyawa endogen dari sel mast yang merupakan mediator inflamasi,

yaitu histamin, leukotrien, dan faktor kemotaktik eosinofil. Histamin dan

leukotrien merupakan bronkokonstriktor yang poten, sedangkan faktor kemotaktik

eosinofil bekerja menarik secara kimiawi sel-sel eosinofil menuju tempat

terjadinya peradangan yaitu di bronkus (Zullies, 2016).


E. Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Spirometri

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan
sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.
Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol
(inhaler atau nebulizer).

2. Uji Provokasi bronkus

Menurut Heru Sundaru dalam bukunya H.Slamet Sogiono, dkk (2001: 24-25)Dilakukan jika
spirometri normal, maka dilakukan uji provokasi bronkus dengan allergen, dan hanya
dilakukan pada pasien yang alergi terhadap allergen yang di uji.

3. Foto dada ( scanning paru)

Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama
serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

4. Pemeriksaan kadar Ig E total dan Ig E spesifik dalam sputum

Pemeriksaan Ig E dalam serum juga dapat membantu menegakkan diagnosis asma, tetapi
ketetapan diagnosisnya kurang karena lebih dari 30 % menderita alergi.

5. ABGs

Menunjukan proses penyakit kronik, sering kali PO2 menurun dan PCO2 normal atau
meningkat (bronchitis kronis dan emfisema). Sering kali menurun pada asma dengan pH
normal atau asidosis, alkalosis respiratori ringan sekunder terhadap hiperventilasi
(emfisema sedang atau asma).

6. Darah komplit

Dapat menggambarkan adanya peningkatan eosinofil pada asma.

7. Uji kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan
reaksi yang positif pada asma.

8. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu :

a. Perubahan aksis jantung,.


b. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right
bundle branch block).
c. Tanda-tanda hopoksemia,
9. Analisis gas darah

G. Penatalaksanaan

Penderita asma dengan serangan ringan tidak perlu dirawat inap. Rawat inap
diperlukan bila serangan berat, dengan tindakan awal tidak teratasi dan ada tanda-
tanda komplikasi. Penanggulangan asma pada anak meliputi:

a. Mencegah serangan dengan menghindari faktor pencetus


b. Mencegah serta mengatasi proses inflamasi dengan obat antiinflamasi
c. Penanggulangan edema mukosa saluran napas dengan obat antiinflamasi inhalasi secara
oral/parenteral
d. Penanggulangan sumbatan lendir dengan banyak minum, mukolitik serta lendir encer dan
mudah dikeluarkan.
e. Menciptakan kondisi jasmani yang baik meliputi kebugaran dan ketahanan fisik dengan
latihan jasmani atau senam pernapasan.

Tindakan penanggulangan :

a. Serangan akut dengan oksigen nasal/ masker


b. Terapi cairan parenteral
c. Terapi pengobatan :

Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2 yaitu :

1) Pengobatan non farmakologik
- Memberikan penyuluhan
- Menghindari faktor pencetus
- Pemberian cairand. Fisioterapie. Beri O₂bila perlu
2) Pengobatan farmakologik
- Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas.

Terbagi dalam 2 golongan:

a) Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)
Nama obat : Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin
(bricasma).
b) Santin (teofilin)
Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard),
Teofilin(Amilex)Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati
bila minum obat ini.
- Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan obat
pencegahserangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti
asma yanglain dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.
- Ketolifen, mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.
Biasanya diberikandosis 2 kali 1 mg/hari. Keuntungan obat ini adalah dapat
diberikan secara oral.

H. Komplikasi
1. Pneumo thoraks

Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang dicurigai


bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat menyebabkan kolaps paru
yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kegagalan nafas.Kerja pernapasan meningkat,
kebutuhan O2 meningkat. Orang asma tidak sanggup memenuhi kebutuhan O2 yang
sangat tinggi yang dibutuhkan untuk bernapas melawan spasme bronkhiolus,
pembengkakan bronkhiolus, dan m ukus yang kental.

2. Status Asmatikus

Status asmatikus adalah suatu serangan asma yang sangat berat, berlangsung dalam
beberapa jam smapai beberapa hari yang tidak memberikan perbaikan pada pengobatan
yang lazim dan dapat mengakibatkan kematian.
Factor penyebab :
- Infeksi saluran nafas
- Pencetus serangan ( allergen, obat- obatan, infeksi)
- Kontraksi otot polos
- Edema mukosa
- Hipersekresi
3. Emfisema kronik

Adanya pengisian udara berlebih dengan obstruksi terjadi akibat dari obstruksi
sebagian yang mengenai suatu bronkus atau bronkiolus dimana pengeluaran udara dari
dalam alveolus menjadi lebih sukar dari pada pemasukannya.

4. Ateleltaksis

Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran
udara ( bronkus maupun bronkiolus ) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.

5. Aspergilosis

Aspergilosis merupakan penyakit pernafasan yang disebabkan oleh jamur dan tersifat
oleh adanya gangguan pernafasan yang berat. Penyakit ini juga dapat menimbulkan lesi
pada berbagai organ lainnya, misalnya pada otak dan mata. Istilah Aspergilosis dipakai
untuk menunjukkan adanya infeksi Aspergillus sp.Aspergilosis Bronkopulmoner Alergika
(ABPA) adalah suatu reaksi alergi terhadap jamur yang disebut aspergillus, yang
menyebabkan peradangan pada saluran pernafasan dan kantong udara.

6. Gagal nafas
7. Bronchitis

Bronkhitis adalah kondisi di mana lapisan bagian dalam di paru-paru yang kecil mengalami
bengkak dan terjadi peningkatan produksi dahak. Akibatnya penderita merasa perlu batuk
berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir yang berlebihan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

ASMA BRONKHIAL PADA PASIEN An. A

PENGKAJIAN

A. IDENTITAS PAS IEN

Nama : An. A

Alamat : Jl.Kebanggaan Rt : 02 / Rw : 07 NO : 31

Umur : 3 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Betawi

No.Register : 56789

Tanggal masuk / jam : 25 Mei 2021 jam 07.00

Tanggal pengkajian : 26 Mei 2021

Keluhan Utama : Batuk dan sesak nafas

Diagnosa Medis : Asma Bronkial


B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Nama Ibu : Ny. D

Umur : 28 Tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl.Kebanggaan Rt : 02 / Rw : 07 NO : 31

Hubungan dengan pasien : Ibu

C. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat kesehatan sekarang

 An. A nampak sakit sedang

 GCS = 15

 Kesadaran : Compos mentis

 TTV :

Suhu : 37 ° c

TD : 90/70 mmHg.

Pernapasan : 32x/menit

Nadi : 112x/menit
2. Riwayat kesehatan keluarga

Tidak ada riwayat penyakit keluarga

3. Riwayat penyakit dahulu

 Penyakit waktu kecil : Batuk,pilek

 Pernah dirawat di RS : Tidak

 Obat – obatan yang digunakan :-

 Tindakan (Operasi) :-

 Alergi :-

 Kecelakaan :-

 Imunisasi dasar :

Hepatitis :√ I √ II √ III

BCG : √ DPT : √ I √ II √ III

Campak : √ Polio :√ I √ II √ III √ IV

4. Riwayat Sosial

 Orang yang mengasuh : Orang tua kandung

 Hubungan dengan anggota keluarga : Baik

 Hubungan anak dengan teman sebaya : Baik

 Pembawaan anak : Periang

 Lingkungan rumah : Bersih,lantai rumah dari ubin


D. Pemeriksaan LAB

Hasil pemeriksaan laboratorium anak pada tanggal 25 Mei 2021 ditemukan Hb 11,2 g/dl(11-

15 g/dl),hematokrit 34,2 L % (30-60 %)

E. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum : Anak sakit sedang

2. Tinggi Badan : 95 cm

3. Berat Badan saat ini : 18 kg

4. Status gizi : normal

5. Kepala

Hidrosefalus : Tidak

Ubun-ubun Anterior dan Posterior : tertutup

6. Leher

Kaku kuduk : Tidak

Pembesaran Limfe : Tidak

7. Mata

Konjuctiva : Merah muda

Sklera : Putih

8. Telinga

Bersih

Simetris : Ya
Gangguan pendengaran : Tidak

9. Sekresi / Serumen : tidak

Nyeri : Tidak

10. Hidung

Bersih

Sekret : Tidak

11. Mulut

Mukosa : Lembab

Lidah : Lembab

Gigi : Bersih

12. Dada

Simetris

Jantung : Normal

Paru – Paru : Terdengar bunyi ronchi dan wheezing

13. Abdomen

Lembek

Bising usung : Ya

Mual : Tidak

Muntah : Tidak
14. Genitalia

Perempuan

Vagina : Bersih

Menstruasi : Tidak

Pemasangan Kateter : Tidak

15. Anus : Normal

16. Ekstremitas

Pergerakan sendi : Bebas

Berjalan : Normal

Kekuatan otot : Normal

Fraktur : Tidak

Ketrampilan motoric : √ b aik

F. Kebutuhan Nutrisi

1. Nutrisi

- Makanan yang disukai / tidak disukai : semua makanan disukai

- Selera : selera makan baik, bisa menghabiskann 1 porsi makan,selama sakit tidak ada

perubahan

- Pola makan / jam : 4x sehari setiap 3 jam


2. Istirahat dan tidur

- Pola tidur : terganggu karena batuk dan sesak

- Kebiasaan sebelum tidur (perlu mainan,dan menonton tv)

- Jam tidur siang dan lama tidur : jam 12.00 – 12.30 (30 menit)sering terbangun

- Jam tidur malam dan lama tidur : jam 22.00 – 05.00 sering terbangun

3. Personal Hygiene

- Mandi : 2x sehari

- Keramas : 2 hari sekali

- Sikat gigi : setiap mandi

- Gunting kuku : jika sudah Panjang / kotor

4. Aktivitas Bermain : Bermain boneka

5. Eliminasi urine dan bowel : Masih dibantu


Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS : Proses infeksi / respon alergi

Ibu mengatakan An. A batuk

dan lender tidak bisa keluar Peningkatan produksi mukus &

adanya eksudat dalam alveoli Bersihan Jalan Napas Tidak

DO : Efektif

Batuk,sesak napas, & terdengar


- Pernapasan 32x / menit
bunyi ronchi serta wheezing
- An. A batuk,terdengar

bunyi ronchi serta

wheezing
DS : Proses infeksi / respon alergi

Ibu mengatakan anaknya sesak

napas Obstruksi jalan napas

Gangguan Pertukaran Gas

DO : Vasokontriksi pembuluh darah

paru-paru
- Pernapasan : 32x /menit

- Nadi : 112x/menit

- Terdengar bunyi ronchi

dan wheezing

DS : Proses infeksi / respon alergi


Ibu mengatakan anaknya sulit

tidur dan sering terbangun saat Obstruksi jalan napas

tidur Gangguan Pola Tidur

Sesak napas

DO :

- Kebutuhan tidur tidak efektif

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan d.d batuk tidak efektif, dan

terdapat bunyi ronchi dan wheezing

2. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi – perfusi d.d dispnea

3. Gangguan pola tidur b.d kurang control tidur d.d mengeluh sulit tidur

INTERVENSI

D LUARAN INTERVENSI

X
1. Setelah dilakukan intervensi Manajemen jalan napas

keperawatan selama 2x24 Observasi

jam,maka bersihan jalan napas


- Monitor pola napas (frekuensi,kedalaman,usaha
meningkat,dengan
napas)
kriteria hasil :
- Monitor bunyi napas tambahan
- Batuk efektif (cukup
(mis.Gungling,mengi,wheezing,ronkhi kering)
meningkat)
- Monitor sputum (mis.jumlah,warna,aroma)
Terapeutik
- Wheezing (cukup

menurun) - Posisikan semi—fowler atau fowler

- Mengi (cukup - Lakukan fisioterapi dada,jika perlu

menurun)
- Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik

- Produksi sputum
- Berikan oksigen,jika perlu
(cukup menurun)
Edukasi

- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,jika tidak

kontraindikasi

- Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian

bronkodilator,ekspektoran,mukolitik,jika perlu

2. Setelah dilakukan intervensi Pemantauan Respirasi

keperawatan selama 2x24 Observasi

jam,maka pertukaran gas


- Monitor frekuensi,irama,kedalaman dan upaya napas
meningkat,dengan
- Monitor pola napas (seperti
kriteria hasil :
bradypnea,takipnea,hiperventilasi,kussmaul,cheyme-
- Dispnea (cukup
stokes,biot,ataksik)
menurun)
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Bunyi napas tambahan
- Monitor adanya produksi sputum
(cukup menurun)

- Monitor adanya sumbatan jalan napas


- Takikardia (cukup
membaik) - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

- Auskultasi bunyi napas

- Monitor saturasi oksigen

- Monitor nilai AGD

- Monitor hasil x-ray toraks

Terapeutik

- Atur interval pemautauan respirasi sesuai kondisi

pasien

- Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

- Informasikan hasil pemantauan,jika perlu


3 Setelah dilakukan intervensi Dukungan tidur

keperawatan selama 2x24 Observasi

jam,maka pola tidur


- Identifikasi pola aktivitas dan tidur
membaik,dengan
- Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau
kriteria hasil :
psikologis
- Keluhan sulit tidur
- Identifikasi makanan dan minuman yang
(cukup meningkat)
mengganggu tidur (mis. Kopi,the,alcohol,makan
- Keluhan sering terjaga
mendekati waktu tidur,minum banyak air sebelum
(cukup meningkat)
tidur)

- Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi


Terapeutik

- Modifikasi lingkungan

(mis,pencahayaan,kebisingan,suhu,matras,dan

tempat tidur)

- Batasi waktu tidur siang, jika perlu

- Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur

- Tetapkan jadwal tidur rutin

- Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan

(mis, pijit,pengaturan posisi,terapi akupresur)

- Sesuaikan jadwal pemberian obat dan / atau

Tindakan untuk menunjang siklus tidur – terjaga

Edukasi

- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit

- Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur

- Anjurkan menghindari makanan / minuman yang

mengganggu tidur

- Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak

mengandung supresor terhadap tidur REM

- Ajarkan faktor – faktor yang berkontribusi terhadap

gangguan pola tidur (mis, psikologis,gaya

hidup,sering berubah shift bekerja)

- Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara


nonfarmakologi lainnya.

EVALUASI KEPERAWATAN

1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif

S:

Ibu mengatakan An. A batuk dan lender tidak bisa keluar

O:

- Pernapasan : 32x /menit

- Nadi : 112x/menit

- Terdengar bunyi ronchi dan wheezing

A:

Masalah bersihan jalan napas tidak efektif teratasi

P:

Intervensi diberhentikan

2. Gangguan Pertukaran Gas

S:

Ibu mengatakan anaknya sesak napas

O:

- Pernapasan : 32x /menit

- Nadi : 112x/menit
- Terdengar bunyi ronchi dan wheezing

A:

Masalah gangguan pertukaran gas teratasi

P:

Intervensi diberhentikan

3. Gangguan Pola Tidur

S:

Ibu mengatakan anaknya sulit tidur dan sering terbangun saat tidur

O:

A:
Masalah gangguan pola tidur teratasi

P:

Intervensi diberhentikan

Anda mungkin juga menyukai