Anda di halaman 1dari 8

ULKUS ARTERIOSUM

1.     Definisi
Ulkus arteriosum ialah ulkus yang terjadi akibat gangguan peredaran darah arteri.
(Djuanda, 2007)
2.     Etiologi
Penyebab yang paling sering ialah ateroma yang terjadi pada pembuluh darah abdominal
dan tungkai, disamling penyebab lain yang belum dapat ditentukan secara pasti. Secara garis
besar penyebab gangguan tersebut dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: ekstra mural,
mural dan intra mural (Djuanda, 2007).
3.     Patofisiologi
Oleh karena gangguan aliran darah arteri, misalnya terjadi penyempitan atau
penyumbatan lumen, maka jaringan akan hipoksia (iskemik), sehingga terjadi perubahan di
kulit. Perubahan tersebut berupa kulit menjadi tipis, kering dan bersisik, sianotik, bulu
berkurang, kuku dan jari menebal dan distrofik. Akibat daya tahan terhadap trauma dan
infeksi menurun. Perubahan selanjutnya dapat terjadi gangren pada jari yang tersumbat, dan
akhirnya akan timbul ulkus (Djuanda, 2007).
4.     Patogenesis
Oleh karena gangguan aliran darah arteri, misalnya terjadi penyempitan atau
penyumbatan lumen, maka jaringan akan mengalami hipoksia (iskemi), sehingga terjadi
perubahan dikulit. Perubahan tersebut berupa kulit menjadi kritis, kering, dan bersisik,
sianotik, bulu tungkai berkurang, kuku jari kaki menebal dan distrofik. Akibatnya daya tahan
terhadap trauma dan infeksi menurun. Perubahan selanjutnya dapat terjadi gangren pada jari
kaki, dan tungkai dan akhirnya timbul ulkkus (Djuanda, 2007).
5.     Manifestasi Klinis
Ulkus yang disebabkan karena hipertensi paling sering timbul disebelah lateral
pergelangan kaki atau tungkai, lebih jarang pada sebelah posterior, medial atau anterior.
Sedangkan yang disebabkan aterosklerosis obliterans terjadi pada tonjolan tulang. Pada
mulanya terlihat lesi eritematosa yang nyeri, kemudian bagian tengah berwarna kebiruan dan
menjadi bula hemorargik akhirnya mengalami nekrosis. Ulkus yang timbul biasanya dalam,
berbentuk plong (punched out), kotor, tepi ulkus jelas. Rasa nyeri merupakan gejala penting
pada penyakit arteri, rasa nyeri ini terasa lebih hebat pada malam hari, dapat timbul
mendadak, atau perlahan-lahan, terus menerus atau hilang timbul. Bila tungkai diangkat atau
keadaan dingin, rasa nyeri bertambah hebat, sehingga bila tidur penerita lebih suka
menggantungkan kakinya (Djuanda, 2007).
Jika diraba dengan punggung tangan bagian distal lebih dingin daripada bagian
proksimal atau kaki sebelah yang sehat. Denyut nadi pada dorsum pedis teraba lemah atau
sama sekali tidak teraba (Djuanda, 2007)
6.     Diagnosis
Diagnosis ulkus arteriosum didasarkan gejala klinis dan anamnesis yang terarah.
Adanya ulkus yang dalam, dan nyeri terutama malam hari serta gejala lain seperti yang telah
disebut pada simtomatologi sudah cukup untuk menegakkan diagnosis (Djuanda, 2007).
Pemeriksaan lain diperlukan untuk menentukan penyebabnya, misalnya hipertensi,
DM, serta factor risiko yang lain. Diagnosis banding ialah ulkus venosum. Ulkus ini lebih
dangkal umunya tidak nyeri, letaknya sedikit diatas maleolus internus. (Djuanda, 2007)
7.     Pemeriksaan Diagnostik
Tes Allen : Dapat menunjukkan hambatan nadi radial atau ulnar proksimal pada
pergelangan tangan selama serangan.
Nadi perifer : Evaluasi Doppler biasanya Doppler biasanya normal tetapi dapat menurun
atau tak ada selama serangan.
Termogram : Mengukur dan menandai area perubahan suhu pada jaringan yang
menunjukkan kehilangan sirkulasi.
Pletimografi digital : Perfusi abnormal, kontur nadi dan tekanan selama serangan.
Arteriografi perifer : Dapat dilakukan untuk menunjukkan arteri perifer
kecil/menentukan penyakit arteri vaskuler (Djuanda, 2007).
8.      Penatalaksaan  Medis
Pengobatan selain ditujukan terhadap ulkus juga terhadap penyebabnya. Ulkus
dibersihkan dengan larutan hydrogen peroksid atau permanganas kalikus 1 : 5000.
Selanjutnya untuk merangsang granulasi dapat diberikan benzoil peroksid 10%-20%. Agar
tidak terititasi kulit normal disekitar ulkus diolesi vaselin dengan kain yang dipotong sebesar
ulkus dan dibasahi larutan garam faal, ditetesi losio benzoil peroksid, pemberian ditempelkan
pada ulkus, selanjutnya ditutup dengan kain kassa. Hal ini diulangi sehari dua sampai tiga
kali sehari. Selain merangsang granulasi, benzoil peroksid berfungsi sebagai bakterisidal,
seerta melepaskan oksigen kedalam jaringan (Djuanda, 2007).
Ada juga yang mengobati dengan bubuk seng oksid yang ditaburkan pada kain kassa
kemudian ditutupkan pada ulkus, dan diganti sehari sekali. Obat topical lain untuk ulkus yang
juga dipakai ialah yang cara kerjanya ialah mengabsorbsi eksudat dan bakteri misalnya obat
dengan nama dagang norit dalam bentuk bubuk, debrisan dan duoderm (Djuanda, 2007).
Untuk menanggulangi infeksi diberikan antibiotic atau metronidazol (khusus kuman
anaerob). Analgetika diperlukan untuk mengurangi rasa nyeri. Keadaan umum penderita
perlu diperhatikan, dinasehati agar menghindari dingin, dan tidak merokok (Djuanda, 2007).
9.      Prognosis
Umumnya prognosis baik, tetapi juga tergantung pada keadaan umum penderita
serta jenis penyakit yang mendasarinya (Djuanda, 2007).

ULKUS VERIKOSUM
1.     Definisi
Ulkus varikosum adalah ulkus pada tungkai bawah yang disebabkan oleh gangguan
aliran darah vena (Sularisto, 2007)
2.     Etiologi
Penyebab gangguan aliran darah balik pada tungkai bawah secara garis besar dapat dibagi
menjadi dua yaitu, berasal dari pembuluh darah seperti trombosis atau kelainan katup vena
dan yang berasal dari luar pembuluh darah seperti bendungan di daerah proksimal tungkai
bawah oleh karena tumor di abdomen, kehamilan atau pekerjaan yang dilakukan dengan
banyak berdiri (Lin and Philips, 2003)
3.     Patofisiologi
Bila terjadi bendungan di daerah proksimal atau terjadi kerusakan katup vena tungkai
bawah maka tekanan vena akan meningkat. Akibat keadaan ini akan timbul edema yang
dimulai dari sekitar pergelangan kaki. Tekanan kapiler juga akan meningkat dan sel darah
merah keluar ke jaringan sehingga timbul perdarahan di kulit, yang semula terlihat sebagai
bintik-bintik merah lambat laun berubah menjadi hitam. Vena superfisialis melebar dan
memanjang berkelok-kelok seperti cacing (varises). Keadaan ini akan lebih jelas terlihat
ketika pasien berdiri. Bila hal ini berlangsung lama, jaringan yang semula sembab akan
digantikan jaringan fibrotik, sehingga kulit teraba kaku atau mengeras. Hal ini akan
mengakibatkan jaringan mengalami gangguan suplai darah karena iskemik, lambat laun
terjadi nekrosis (South, 2010).
4.     Manifestasi Klinis
Tanda yang khas dari ekstrimitas dengan insufisiensi vena menahun adalah edema.
Penderita sering mengeluh bengkak pada kaki yang semakin meningkat saat berdiri dan diam,
dan akan berkurang bila dilakukan elevasi tungkai(8). Keluhan lain adalah kaki terasa pegal,
gatal, rasa terbakar, tidak nyeri dan berdenyut. Biasanya terdapat riwayat trombosis vena,
trauma operasi dan multiparitas. Juga adanya riwayat obesitas dan gagal jantung kongestif.
Ulkus biasanya memilki tepi yang tidak teratur, ukurannya bervariasai, dan dapat menjadi
luas. Di dasar ulkus terlihat jaringan granulasi atau bahan fibrosa. Dapat juga terlihat eksudat
yang banyak. Kulit sekitarnya tampak merah kecoklatan akibat hemosiderin. Kelainan kulit
ini dapat mengalami perubahan menjadi lesi eksema (dermatitis statis) (9). Kulit sekitar luka
mengalami indurasi, mengkilat, dan fibrotik (Hartono et al., 2006).
Daerah predileksi yaitu daerah antara maleolus dan betis, tetapi cenderung timbul di
sekitar maleolus medialis. Dapat juga meluas sampai tungkai atas. Sering terjadi varises pada
tungkai bawah. Ulkus yang telah berlangsung bertahun-tahun dapat terjadi perubahan pinggir
ulkus tumbuh menimbul, dan berbenjol-benjol. Dalam hal ini perlu dipikirkan kemungkinan
ulkus tersebut telah mengalami pertumbuhan ganas. Perubahan keganasan pada ulkus
tungkai biasanya sangat jarang (Hartono et al., 2006).
5.     Diagnosis
Diagnosis ulkus verikosum didasarkan gejala klinis dan anamnesis yang terarah.
Adanya ulkus yang dangkal, dan tidak nyeri. Pemeriksaan lain diperlukan untuk menentukan
penyebabnya, misalnya hipertensi, DM, serta factor risiko yang lain. Diagnosis banding ialah
ulkus venosum. Ulkus ini lebih dangkal umunya tidak nyeri, letaknya sedikit diatas maleolus
internus. (Djuanda, 2007)
7.     Pemeriksaan Diagnostik
Tes Flebografi/ venografi adalah pemeriksaan pembuluh darah balik (vena) dengan
menyuntikkan zat kontras ke dalam vena tersebut. Karena aliran darah dalam vena
lambat, tidak diperlukan rapid film changer.
Indikasi
 Edema karenakelainan vena
 Pelebaran vena
 Penyumbatan vena
 Gangguankatup vena, misalnyainsufisiensikatup vena- vena perforentaes
 Mengukurtekanan vena ditempattertentu
 Penekanan vena olehmassa tumor, misal tumor mediastinum

8.      Penatalaksaan  Medis
a) Penata laksanaan umum
 Tinggikan letak tungkai saat berbaring untuk mengurangi hambatan aliran vena,
sementara untuk varises yang terletak di proksimal dari ulkus diberi bebat elastin
agar dapat membantu kerja otot tungkai bawah memompa darah ke jantung.
 Konsul pasien ke Bagian Penyakit Dalam untuk mengobati penyebab (varises).
b) Penatalaksanaan Khusus
 Pengobatan Sistemik
Seng Sulfat 2x200 mg/hari
 Pengobatan Topikal
Bila terdapat pus kompres dengan larutan permanganas kalikus 1:5000 atau
larutan perak nitrat 0,5% atau 0,25%. Teriosum (Lin and Philips, 2003)
9.      Prognosis
Umumnya prognosis baik, tetapi juga tergantung pada keadaan umum penderita
serta jenis penyakit yang mendasarinya (Djuanda, 2007).

ULKUS RODENS/ KARSINOMA SEL BASAL


1.     Definisi
Karsinoma sel basal (KSB) adalah neoplasma ganas yang berasal dari lapisan basal
epidermis. Nama lain untuk KSB antara lain Jacob’s ulcer, rodent ulcer, trichoma, dan
basalioma. KSB adalah kanker yang paling umum ditemukan pada manusia (Carucci and
Leffell, 2012)
2.     Etiologi
Penyebab KSB Pajanan radiasi ultraviolet adalah faktor penyebab utama dalam
patogenesis karsinoma sel basal. Patogenesis KSB melibatkan pajanan UV, khususnya
ultraviolet B (290-320 nm) yang menginduksi mutasi pada gen supresor tumor (Carucci and
Leffell, 2012)
3.     Patogenesis
Patofisiologi karsinoma sel basal (KSB) atau dikenal juga sebagai basal cell
carcinoma, sebagian besar dipengaruhi oleh jalur pensinyalan SHH (sonic
hedgehog). Aktivasi yang tidak terkontrol dari jalur SHH ditemukan pada KSB yang familial
maupun sporadik (Rubin, 2005)
4.     Patogenesis

Aktivasi signaling pathway protein hedgehog yang tidak pada tempatnya diduga


berkaitan dengan pertumbuhan karsinoma sel basal (KSB). Protein sonic hedgehog (SHH)
yang disekresikan akan berikatan dengan protein supresor tumor patched homologue-
1 (PTCH-1), sehingga menyebabkan pembatalan efek supresi tumor oleh protein
transmembran lainnya, seperti G-protein coupled receptor smoothened (SMO).
Selain daripada itu, mutasi pada PTCH-1 juga ditemukan pada 30-40% kasus KSB sporadik.
Apabila tidak terdapat PTCH-1, maka SMO akan terus menerus aktif, sehingga menyebabkan
aktivasi terus menerus dari gen target (Rubin, 2005).

5.     Manifestasi Klinis
Adanya gambaran berupa lesi yang mudah luka dan setelah sembuh kemudian
kambuh kembali dan hal ini terjadi berulang-ulang, harus diwaspadai sebagai kanker kulit.
KSB sering didiagnosis pada pasien yang mengatakan bahwa mereka menderita lesi yang
mudah berdarah kemudian sembuh secara total, namun kambuh kembali. KSB biasanya
timbul pada daerah tubuh yang terpapar sinar matahari di kepala dan leher, tetapi dapat
terjadi dibagian tubuh lainnya. Gambarannya dapat berupa adanya lesi yang dapat bervariasi,
tergantung subtipenya, yaitu KSB nodular, superfisial, morfeaform dan KSB berpigmen, dan
Fibroepitelioma Pinkus (Carucci and Leffell, 2012).
6.     Diagnosis
Diagnosis KSB ditegakkan dengan interpretasi yang akurat dari hasil biopsi. Metode
biopsi yang lebih baik adalah shave biopsy dan punch biopsy. Gambaran histopatologi dapat
bervariasi susuai dengan sub-tipe nya, tetapi kebanyakan KSB terdapat beberapa karakteristik
histologis yang umum ditemukan. Sel-sel basal ganas memiliki inti berukuran besar dan
memiliki sitoplasma yang relatif lebih sedikit. Meskipun memiliki inti yang besar, namun
tidak atipikal. Biasanya, tidak terdapat mitosis. Sering ditemukan, retraksi stroma dari tumor
island, menimbulkan peritumoral lakuna yang membantu dalam diagnosis histopatologi
(Carucci and Leffell, 2012)
7.     Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis KSB ditegakkan dengan interpretasi yang akurat dari hasil biopsi. Metode
biopsi yang lebih baik adalah shave biopsy dan punch biopsy. Gambaran histopatologi dapat
bervariasi susuai dengan sub-tipe nya, tetapi kebanyakan KSB terdapat beberapa karakteristik
histologis yang umum ditemukan. Sel-sel basal ganas memiliki inti berukuran besar dan
memiliki sitoplasma yang relatif lebih sedikit. Meskipun memiliki inti yang besar, namun
tidak atipikal. Biasanya, tidak terdapat mitosis. Sering ditemukan, retraksi stroma dari tumor
island, menimbulkan peritumoral lakuna yang membantu dalam diagnosis histopatologi
(Carucci and Leffell, 2012)
8.      Penatalaksaan  Medis
Terapi KSB dilakukan berdasarkan lokasi dan gambaran histologis. Terapi karsinoma sel
basal dapat dilakukan secara bedah dan non-bedah. Penting untuk dibedakan tumor primer
dan tumor rekuren, sehingga dapat menimbulkan perbedaan modalitas terapi dan tingkat
kesembuhan yang mungkin terjadi. Teknik bedah termasuk kuretase dan kauter, cryosurgery
(dengan nitrogen cair), eksisi, dan operasi micrographic ‘Mohs’. Kesempatan terbaik untuk
sembuh adalah dengan terapi KSB primer yang memadai, karena tumor rekuren lebih
mungkin untuk kambuh dan menyebabkan destruksi lokal lanjut.1,4 Subcutaneus bipedicle
island flap merupakan salah satu design rekonstruksi defek setelah eksisi yang luas (Ro et al.,
2011)
9.      Prognosis
Karsinoma sel basal (KSB), atau dikenal juga sebagai basal cell
carcinoma, umumnya memiliki prognosis yang baik karena sangat jarang terjadi metastasis
(Rubin, 2015)

DAFTAR PUSTAKA

Lin, P., and Philips, T. 2003. Ulcers. In: Bolognia JL et al, eds. Dermatology.
Volume 2. London: Mosby, 1631-48.
Carucci JA, Leffell DJ. Basal cell carcinoma. Dalam: Freedberg IM, Eisen AZ,
Wolff AK, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, dkk, penyunting. Dermatology in
general medicine. edisi ke-8. New York: McGraw-Hill; 2012:1036-41
Djuanda, A. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI.
Hartanto, H., et al. 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC; 2326.
South, H. 2010. Wound Care for People Affected by Leprosy: A Guide for Low
Resource Situation. Greenville: American Leprosy Missions
Ro KW, Seo SH, Son SW, Kim I-H. Subclinical infiltration of basal cell
carcinoma in Asian patients: assessment after Mohs’ micrographic surgery. Ann
Dermatol. 2011;23:276-82.
Rubin, A.I., Chen, E.H., Ratner, D., et al. Basal Cell Carcinoma. National English
Journal Medical, 2005. 353(21):2262-9.
Sularsito, S.A. 2007. Ulkus Kruris. Dalam: Djuanda Adi, ed. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Edisi VII. Jakarta: FKUI press; 247.

Anda mungkin juga menyukai