Anda di halaman 1dari 10

Program Studi Diploma III KeperawatanTanjungkarang

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN


ISTIRAHAT DAN TIDUR AKIBAT PATOLOGI SISTEM PERSYARAFAN
DENGAN DIAGNOSA MEDIS CHEPALGIA

NamaMahasiswa : Idealti Ajeng Soleha

NIM : 1814401013

Semester / TA : 5/ 2020/2021

Kelas : Tingkat 3/Reguler 1

2020

LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK KEPERAWATANMEDIKAL BEDAH
A. DASAR TEORI
A.1. DEFINISI DIAGNOSA MEDIS
Chepalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia.
Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan
penyakit organik (neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren),
tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut (Soemarmo,
2009)
Cephalgia (nyeri kepala) adalah nyeri yang berlokasi di atas garis
orbitomeatal.Nyeri kepala biasanya merupakan suatu gejala dari penyakit dan dapat
terjadi dengan atau tanpa adanya gangguan organik. Ada pendapat yang mengatakan
bahwa nyeri wajah/nyeri fasialis dan nyeri kepala berbeda, namun pendapat lain ada yang
menganggap wajah itu sebagai bagian depan kepala yang tidak ditutupi rambut kepala.
(Lionel, 2007)
Chepalgia adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di belakang mata
sertaperbatasan antara leher dan kepala bagian belakang. Chepalgia atau sakit kepala
adalah salahsatu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya
adalah gejala bukanpenyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik (neurologi atau
penyakit lain), respon stress,vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala
tegang) atau kombinasi respon tersebut(Weiner& Levitt, 2005).

A.2. ETIOLOGI
Menurut Papdi (2012) Sakit kepala sering berkembang dari sejumlah faktor resiko yang
umum yaitu:
1. Penggunaan obat yang berlebihan
Menggunakan terlalu banyak obat dapat menyebabkan otak kesebuah keadaan
tereksasi,yang dapat memicu sakit kepala. Penggunaan obat yang berlebihan dapat
menyebabkanrebound sakit kepala (tambah parah setiap diobati).
2. Stress
Stress adalah pemicu yang paling umum untuk sakit kepala, termasuk sakit kepala
kronis.Stress menyebabkan pembuluh darah di otak mengalami penegangan
sehinggamenyebabkan sakit kepala.
3. Masalah tidur
Kesulitan tidur merupakan faktor resiko umum untuk sakit kepala. Karena hanya
sewaktutidur kerja seluruh tubuh termasuk otak dapat beristirahat pula.
4. Kegiatan berlebihan
Kegiatan atau pekerjaan yang berlebihan dapat memicu datangnya sakit kepala,
termasuk hubungan seks. Kegiatan yang berlebihan dapat membuat pembuluh darah
di kepala danleher mengalami pembengkakan.
5. Kafein
Sementara kafein telah ditujukan untuk meningkatkan efektifitas ketika ditambahkan
kebeberapa obat sakit kepala. Sama seperti obat sakit kepala berlebihan dapat
memperburuk gejala sakit kepala, kafein yang berlebihan juga dapat menciptakan
efek rebound (tambahparah setiap kali diobati).
6. Rokok
Rokok merupakan faktor resiko pemicu sakit kepala. Kandungan nikotin dalam
rokok dapat membuat pembuluh darah menyempit.
7. Alkohol
Alkohol menyebabkan peningkatan aliran darah ke otak. Sama seperti rokok,alkohol
jugamerupakan faktor resiko umum penyebab sakit kepala.
8. Penyakit atau infeksi seperti meningitis (infeksi selaput otak), saraf terjepit di leher
atau bahkan tumor.

A.3. TANDA & GEJALA


1. Nyeri kepala dapat unilateral atau bilateral.
2. Nyeri terasa di bagian dalam mata atau pada sudut mata bagian dalam, lebih sering
didaerah fronto temporal .
3. Nyeri dapat menjalar di oksiput dan leher bagian atas atau bahkan leher bagian
bawah.
4. Ada sebagian kasus dimulai dengan nyeri yang terasa tumpul mulai di leher bagian
atas menjalar ke depan.
5. Kadang pada di seluruh kepala dan menjalar ke bawah sampai muka.
6. Nyeri tumpul dapat menjadi berdenyut-denyut yang semakin bertambah sesuai
dengan pulsasi dan selanjutnya konstan.
7. Penderita pucat, wajah lebih gelap dan bengkak di bawah mata.
8. Muka merah dan bengkak pada daerah yang sakit.
9. Kaki atau tangan berkeringat dan dingin.
10. Biasanya oliguria sebelum serangan dan poliuria setelah serangan.
11. Gangguan gastrointestinal berupa mual, muntah, dan lain-lain.
12. Kadang-kadang terdapat kelainan neurologik yang menyertai, timbul kemudian atau
mendahului serangan.

A.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG & HASILNYA SECARA TEORITIS


1. Rontgen kepala : mendeteksi fraktur dan penyimpangan struktur.
2. Rontgen sinus : Mengkonfirmasi diagnosa sinusitis dan mengidentifikasi masalah-
masalah struktur, malformasi rahang.
3. Pemeriksaan visual : ketajaman, lapang pandang, refraksi, membantu dalam
menentukan diagnosa banding.
4. CT scan Otak : Mendeteksi masa intracranial, perpindahan ventrikuler atau
hemoragi Intracranial.
5. Sinus : Mendeteksi adanya infeksi pada daerah sfenoldal dan etmoidal
6. MRI : Mendeteksi lesi/abnormalitas jaringan, memberikan informasi tentang
biokimia, fisiologis dan struktur anatomi.
7. Ekoensefalografi : mencatat perpindahan struktur otak akibat trauma, CSV atau
space occupaying lesion.
8. Elektroensefalografi : mencatat aktivitas otak selama berbagai aktivitas saat episode
sakit kepala.
9. Angeografi serebral : Mengidentifikasi lesivaskuler.
10. HSD : leukositosis menunjukkan infeksi, anemia dapat menstimulasi migren.
11. Laju sedimentasi : Mungkin normal, menetapkan ateritis temporal, meningkat pada
inflamasi.
12. Elektrolit : tidak seimbang, hiperkalsemia dapat menstimulasi migren.
13. Pungsilumbal : Untuk mengevaluasi/mencatat peningkatan tekanan CSS, adanya
sel-sel abnormal dan infeksi.

A.5. PENATALAKSANAAN MEDIS


1. Migren
a. Terapi Profilaksis
1) Menghindari pemicu
2) Menggunakan obat profilaksis secara teratur
Profilaksis: bukan analgesik, memperbaiki pengaturan proses fisiologis yang
mengontrol aliran darah dan aktivitas system syaraf
b. Terapi abortif menggunakan obat-obat penghilang nyeri dan/atau vasokonstriktor.
Obat-obat untuk terapi abortif
1) Analgesik ringan : aspirin (drug of choice), parasetamol
2) NSAIDS :Menghambat sintesis prostaglandin, agragasi platelet, dan pelepasan
5-HT. Naproksen terbukti lebih baik dari ergotamine. Pilihan lain : ibuprofen,
ketorolak
3) Golongan triptan
a) Agonis reseptor 5-HT1D menyebabkan vasokonstriksi Menghambat
pelepasan takikinin, memblok inflamasi neurogenikEfikasinya setara
dengan dihidroergotamin, tetapi onsetnya lebih cepat
b) Sumatriptan oral lebih efektif dibandingkan ergotamin per oral
c) Ergotamin: Memblokade inflamasi neurogenik dengan menstimulasi
reseptor 5-HT1 presinapti.  Pemberian IV dpt dilakukan untuk serangan
yang berat
d) Metoklopramid : Digunakan untuk mencegah mual muntah. Diberikan 15-
30 min sebelum terapi antimigrain, dapat diulang setelah 4-6 jam
e) Kortikosteroid : Dapat mengurangi inflamasi. Analgesik opiate. Contoh :
butorphanol
c. Obat untuk terapi profilaksis
1) Beta bloker. Merupakan drug of choice untuk prevensi migraine. Contoh:
atenolol, metoprolol, propanolol, nadolol. Antidepresan trisiklik  Pilihan:
amitriptilin, bisa juga: imipramin, doksepin, nortriptilin Punya efek
antikolinergik, tidak boleh digunakan untuk pasien glaukoma atau hiperplasia
prostat
2) Metisergid. Merupakan senyawa ergot semisintetik, antagonis 5-HT2.
Asam/Na Valproat dapat menurunkan keparahan, frekuensi dan durasi pada
80% penderita migraine.
3) NSAID. Aspirin dan naproksen terbukti cukup efektif. Tidak disarankan
penggunaan jangka panjang karena dapat menyebabkan gangguan GI
4) Verapamil. Merupakan terapi lini kedua atau ketiga
5) Topiramat. Sudah diuji klinis, terbukti mengurangi kejadian migrain

2. Sakit kepala tegang otot


a. Terapi Non-farmakologi
1) Melakukan latihan peregangan leher atau otot bahu sedikitnya 20 sampai 30
menit.
2) Perubahan posisi tidur.
3) Pernafasan dengan diafragma atau metode relaksasi otot yang lain.
4) Penyesuaian lingkungan kerja maupun rumah
5) Pencahayaan yang tepat untuk membaca, bekerja, menggunakan komputer,
atau saat menonton televisi
6) Hindari eksposur terus-menerus pada suara keras dan bising
7) Hindari suhu rendah pada saat tidur pada malam hari
b. Terapi farmakologi
Menggunakan analgesik atau analgesik plus ajuvan sesuai tingkat nyeri Contoh :
Obat-obat OTC seperti aspirin, acetaminophen, ibuprofen atau naproxen sodium.
Produk kombinasi dengan kafein dapat meningkatkan efek analgesic. Untuk sakit
kepala kronis, perlu assesment yang lebih teliti mengenai penyebabnya, misalnya
karena anxietas atau depresi. Pilihan obatnya adalah antidepresan, seperti
amitriptilin atau antidepresan lainnya. Hindari penggunaan analgesik secara
kronis memicu rebound headache

3. Cluster headache
a. Sasaran terapi : menghilangkan nyeri (terapi abortif), mencegah serangan
(profilaksis)
b. Strategi terapi : menggunakan obat NSAID, vasokonstriktor cerebral
c. Obat-obat terapi abortif:
1) Oksigen
2) Ergotamin. Dosis sama dengan dosis untuk migrain
3) Sumatriptan. Obat-obat untuk terapi profilaksis:Verapamil, Litium, 
Ergotamin, Metisergid, Kortikosteroid, Topiramat

A.6. PATHWAY (Dibuatskemahinggamunculmasalahkeperawatan )

B. ASUHAN KEPERAWATAN
B.1. DAFTAR DX KEPERAWATAN YG MUNGKIN MUNCUL PADA
KASUS(Minimal 3
diagnosisKeperawatan) &DEFINISI MASALAH KEPERAWATAN SECARA
TEORITIS
(Lihat buku SDKI, SLKI dan SIKI)

1) Diagnosis Keperawatan : Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial

Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan


jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

DS & DO Yan gmendukung


DS : Pasien mengatakan
-  Nyeri kepala
-  Nyeri menyebar ke leher dan bahu
-  Leher dan bahu terasa tegang
-  Sifat keluhan terus menerus
DO :
-  TD : 170/90 mmHg
-  N : 100 x / menit
-  Skala nyeri sedang (4-6)
-  Nyeri tekan pada daerah leher
-  Ekspresi wajah meringis

Tujuan : nyeri dapat berkurang


Kriteria hasil :
-  Pasien mengatakan nyeri berkurang atau tidak merasa nyeri
-  Ekspresi wajah pasien tidak nampak kesakitan
-  Skala nyeri = 0
-  TTV (Nadi 60-100 x/menit, RR 16-20x/menit)

Rencana Intervensi (monitoring, terapeutik, kolaboratif, health education)


1. Pertahankan tirah baring selama fase akut
2. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya : kompres hangat
pada dahi, pijat punggung dan leher serta teknik relaksasi
3. Hilangkan atau minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala :
mengejan saat BAB, batuk panjang, dan membungkuk
4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll
2) Diagnosis Keperawatan : Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan nyeri dan
perubahan gaya hidup
Definisi : ketidakmampuan suatu individu untuk membentuk suatu penilaian yang
valid tentang stress serta ketidakadekuatan untuk menentukan respon yang dilakukan
dan menggunakan sumber daya yang tersedia.

DS & DO Yang mendukung


Ds: klien Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah
Do: konsentrasi klien terlihat buruk

Tujuan : Koping individpu menjadi efektif

Kriteria hasil :
-  Pasien menyatakan mengerti cara mengatasi nyeri kepala yang benar
-  Perubahan perilaku pasien kearah positif
-  Pasien mengatakan lebih nyaman

Rencana Intervensi (monitoring, terapeutik, kolaboratif, health education)


1. Observasi perilaku pasien dan perubahan yang terjadi saat nyeri
2. Pantau mekanisme koping pasien saat terjadi serangan
3. Dorong pasien untuk mengekspresikan masalah yang dihadapi sekarang seperti rasa takut
4. Berikan support dan berikan informasi yang realistik

3) Diagnosis Keperawatan : gangguan pola tidur b.d penyakit (chelpalgia)


Definisi : gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal

DS & DO Yang mendukung


Ds : Pasien mengatakan :
-Sulit tidur karena nyeri
-Tidur malam ± 4 jam
-Tidak tidur siang
Do :
- Konjungtiva anemis

Tujuan : klien dapat tidur dengan nyenyak dan nyaman

Rencana Intervensi (monitoring, terapeutik, kolaboratif, health education)


1. Mengkaji pola tidur pasien dengan cara melakukan anamnesa pada pasien
2. Mengatur posisi dan suasana yang nyaman bagi pasien untuk beristirahat
3. Mengurangi kebisingan dilingkungan sekitar
4. Mealakukan teknik relaksasi
DAFTAR PUSTAKA

Wartonah, Tarwono. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta : Sagung
Seto
Dewanto, George. 2007. Panduan Praktik Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Syaraf. Jakarta : EGC
Cynthia. M.T, Sheila. S.R. 2011. Diagnosis keperawatan dengan rencana asuhan. EGC:
Jakarta.
Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. EGC: Jakarta.
Papdi, Eimed. 2012. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (Emergency in internal
medicine).Interna Publishing: Jakarta.
Buku SDKI edisi 1

Anda mungkin juga menyukai