PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kekerapan tumor dimata sangat kecil dibandingkan tumor di bagian tubuh yang lain,
sekitar satu persen saja. Tapi hal ini sangat penting karena mata alat vital dan pengobatannya
terkadang sulit sehingga harus mengorbankan penglihatan. Karena itu, sering terjadi tawarmenawar antara dokter dengan pasien untuk mengangkat tumor tersebut karena setiap
pengangkatan tumor ganas mengharuskan tepi sayatan bebas dari sel-sel tumor, artinya
sayatan harus dilakukan beberapa millimeter sampai beberapa centimeter diluar jaringan
tumor.
Bisa dibayangkan, betapa sulit mengatur sayatan yang bebas tumor tanpa harus
mengorbankan bola mata. Kebanyakan pasien tidak ingin kehilangan matanya, sehingga yang
diangkat hanya sebagian, hal inilah yang menimbulkan kekambuhan dan akhirnya membawa
kematian.
1.2 TUJUAN
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka tujuan penulisan ini antara lain sebagai
berikut :
A. Untuk mengetahui landasan teoritis tumor mata
B. Untuk mengetahui landasan teoritis asuhan keperawatan tumor mata
C. Untuk mengetahui pendidikan kesehatan yang tepat untuk pasien tumor mata
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi
Tumor adalah pertumbuhan atau tonjolan abnormal di tubuh. Tumor sendiri dibagi menjadi
jinak dan ganas. Tumor ganas disebut sebagai kanker.
Tumor pada mata disebut juga tumor orbita. Tumor orbita adalah tumor yang menyerang
rongga orbita (tempat bola mata) sehingga merusak jaringan lunak mata, seperti otot mata, saraf
mata dan kelenjar air mata.
B.
Etiologi
Gejala tumor orbita sulit diketahui karena tumbuh di belakang bola mata. Umumnya
diketahui setelah terjadi penonjolan pada mata, gangguan pergerakan mata, atau terasa sakit.
Tumor orbita dapat disebabkan oleh berbagai factor. Penyebab tumor mata terutama faktor
genetik. Selain itu sinar matahari, terutama sinar ultraviolet dan infeksi virus Papiloma. Tumor
mata juga bisa akibat penjalaran dari organ tubuh lain, seperti dari paru, ginjal, payudara, otak
sinus, juga leukemia dan getah bening. Sebaliknya, sel tumor mata yang terbawa aliran darah
sering mencapai organ vital lain seperti paru, hati atau otak, dan menyebabkan kanker di organ
itu. Penderita tumor mata, kecuali retino blastoma, umumnya berusia 24-85 tahun.Sebagian besar
tumor orbita pada anak-anak bersifat jinak dan karena perkembangan abnormal. Tumor ganas
pada anak-anak jarang, tetapi bila ada akan menyebabkan pertumbuhan tumor yang cepat dan
prognosisnya jelek.
C. Klasifikasi
Berdasarkan posisinya tumor mata/orbita dikelompokkan sebagai berikut:
a.
Tumor eksternal yaitu tumor yang tumbuh di bagian luar mata seperti:
Misalnya : Tumor Adeneksa, tumor menyerang kelopak mata (bagian kulit yang dapat membuka
dan menutup).
Tumor konjungtiva, yaitu tumor yang tumbuh pada lapisan konjungtiva yang melapisi mata
bagian depan
D. Epidemiologi
Tumor secara umum dibedakan menjadi neoplasma dan non-neoplasma. Neoplasma dapat
bersifat ganas atau jinak. Tumor ganas terjadi akibat berkembang biaknya sel jaringan sekitar
infiltrat, sambil merusakkan. Neoplasma jinak tumbuh dengan batas tegas dan tidak menyusup,
tidak merusak tetapi menekan jaringan disekitarnya dan biasanya tidak mengalami metastasis.
Apabila ada massa tumor yang mengisi ronggga orbita maka bola mata akan terdorong ke
arah luar yang dalam bahasa kedokteran di sebut proptosis (mata menonjol). Arah tonjolan bola
mata bergantung pada asal massa tumor. Tumor orbita bisa berasal dari semua jaringan di sekitar
bola mata atau karena penyebaran dari sinus, otak, rongga hidung atau penyebaran dari organ
lain ditubuh. Tumor orbita dapat terjadi pada orang dewasa ataupun anak-anak. Tumor orbital
dapat jinak atau ganas. Mereka dapat terjadi baik pada anak dan dewasa.
Anak
Jinak
Kista
Dermoid
Fibrous
dysplasia
Dewasa
Ganas
Rhabdomiosarkoma
Sarkoma Ewings
Jinak
Meningioma
Glioma
optik
(b)
Contoh1:
Ganas
saraf
Limphoma
Mestatases
Anak
Dewasa
(a)
CT
scan
menunjukkan
masa
Contoh 2:
(a)
(b)
Seperti ditunjukkan contoh diatas, CT scan berguna dalam diagnosis dan biopsy sering kali
memberikan garansi untuk membantu diagnosis dan manajemen pasien.
Tumor orbita relatif jarang dijumpai. Pada proses pengambilan ruangan di orbita penderita
biasanya datang dengan keluhan seperti ada benjolan yang menyebabkan perubahan bentuk
wajah, protopsis, nyeri peri okular, inflamasi, keluarnya air mata, massa tumor yang jelas
nampak. Insiden tumor orbita bervariasi, tergantung pada metode pemeriksaan yang dipakai.
Frekwensi relatif benigna dan maligna menurut handerson (1984); disebutkan sebagai berikut :
karsinoma (primer metastasis dan pertumbuhan terus 21 %, kista 12 %, tumor vaskular 10 %,
meningioma 9 %, malformasi vaskuler 5% dan tumor saraf tengkorak 4%, serta glioma optikus
dan neurisistik 5%.
Prognosis atau angka keberhasilan kelangsungan hidup penderita tumor orbita mencapai
80%, artinya masih ada harapan hidup yang cukup baik. Angka kematian sangat dipengaruhi
oleh stadium dari tumor itu sendiri. Tentu saja pada stadium lanjut angka kelangsungan
hidupnya lebih buruk. Pada jenis-jenis tertentu angka kekambuhannya juga cukup tinggi.
E.
Patologi
Tumor bisa tumbuh dari struktur yang terletak didalam atau sekitar orbit:
a. Kelenjar lakrimal:
Adenoma fleomorfik: tumor kelenjar saliva dan paling umum di jumpai pada kelenjar
parotid biasanya jinak, tapi rekurensi terjadi bila tidak dilakukan eksisi lengkap.
b. Karsinoma
Jaringan limfoid:
Limfoma: kanker sel darah putih yang disebut limfosit-B, atau sel-B
Retina:
Retinoblastoma: Tumor anak-anak yang sangat ganas.
c.
Melanoma
Tulang:
o Osteoma: biasanya mengenai sinus frontal atau ethmoid, bisa menyebabkan
mukosel frontal.
o Kista dermoid, adalah suatu kista atau tumor yang berisi cairan kental seperti bubur
yang disebut sebum, bisa berisi rambut, dimana kantungnya dilapisi oleh dermis.
Umumnya letaknya pada bidang garis tengah tubuh. Dapat tumbuh di kepala,
badan atau perut . Didapatkan pada anak-anak atau pada bayi sejak lahir.
o Kista epidermoid adalah suatu kista yang kantungnya dilapisi epidermis berisi
massa kental. Sering terdapat di kulit telapak kaki atau tangan. Penyebabnya
diduga trauma dimana sel epidermis masuk ke subkutan dan tumbuh disana.
d. Sinus paranasal, nasofaring:
Karsinoma: Sering menginvasi dinding medial orbit pada tahap dini penyakit.
e.
f.
Saraf optik:
Glioma (astrositoma pilositik): tumor yang tumbuh di berbagai bagian otak. Tumbuh
sangat lambat.
Neurofibroma/neurinoma: benjolan seperti daging yang lembut, yang berasal dari
jaringan saraf.
g. Jaringan ikat:
Rabdomiosarkoma: Tumor anak-anak ganas dengan pertumbuhan dan penyebaran
lokal cepat.
h. Metastasis melalui darah:
Dewasa:
Karsinoma 'breast'
Karsinoma bronchial
Anak-anak:
i.
Neuroblastoma
Sarkoma Ewing
Leukemia
Tumor testikuler
Pseudotumor
Eksoftalmos endokrin
Granulomatosis Wagener
Histiositosis X
Sarkoidosis
F. Manifestasi Klinis
a. Nyeri orbital
Jelas pada tumor ganas yang tumbuh cepat, namun juga merupakan gambaran khas
'pseudotumor' jinak dan fistula karotid-kavernosa.
b. Proptosis
Pergeseran bola mata kedepan adalah gambaran yang sering dijumpai, berjalan
bertahap dan tak nyeri dalam beberapa bulan atau tahun (tumor jinak) atau cepat
(lesi ganas).
c. Arah bola mata tidak lurus kedepan
d. Turunnya penglihatan sampai buta
Penglihatan terganggu akibat terkenanya saraf optik atau retina, atau tak langsung
akibat kerusakan vaskuler.
e. Penglihatan ganda
f. Nyeri
g. Merah
h. Pembengkakan kelopak atau terlihatnya massa tumor
Mungkin jelas pada pseudotumor, eksoftalmos endokrin atau fistula karotidkavernosa.
i. Palpasi
Bisa menunjukkan massa yang menyebabkan distorsi kelopak atau bola mata,
terutama dengan tumor kelenjar lakrimal atau dengan mukosel.
j. Pulsasi
Menunjukkan lesi vaskuler; fistula karotidkavernosa atau malformasi arteriovenosa,
dengarkan adanya bruit.
k. Gerak mata
Sering
oftalmoplegia endokrin atau dari lesi saraf III, IV, dan VI pada fisura orbital
(misalnya sindroma Tolosa Hunt) atau sinus kavernosus.
G.
Gangguan
mekanisme
pengendalian
pertumbuhan
normal
Berfungsinya
onkogen
(karsinogenic
Agent)
Patofisiologi
Infeksi virus
( Virus SV 4)
Venografi orbital
Mungkin membantu.
Kartu mata Snellen/ mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) ;
mungkin terganggu dengan kerusaakan kornea, lensa, aqueus atau vitreus Humour, kesalahan
refraksi atau penyakit system saraf atau penglihatan ke retina atau jalan optic.
b. Lapang penglihatan ; penurunanan yang disebabkan oleh CSV, massa tumor pada hipofisis/ otak,
karotis atau patologis arteri serebral atau Glaukoma.
c.
d. Gonioskopi ; membantu membedakan sudut terbuka dan sudut tertutup pada glaukoma.
e.
Oftalmoskopi ; mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optic, papiledema,
perdarahan retina dan mikroanurisme.
Pemeriksaan darah lengkah, laju sedimentasi (LED) ; menunjukkan anemia
sistemik / infeksi.
I.
Penatalaksanaan
Penanganan tumor orbita bervariasi bergantung pada ukuran, lokasi, dan tipe tumor.
Sebagian tumor orbita hanya membutuhkan terapi medis (obat-obatan) dan sebagian
membutuhkan tindakan yang lebih radikal yaitu mengangkat secara total massa
tumor, sebagian
lainnya
Kadang-kadang
setelah
b.
Transkranial-frontal, untuk tumor dengan perluasan intrakranial atau terletak posterior dan
medial dari saraf optik.
c.
Lateral, untuk tumor yang terletak superior, lateral, atau inferior dari saraf optik.
Prioritas Keperawatan
a.
Mencegah komplikasi
Komplikasi
Glaukoma, adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih tinggi dari
pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan.
b.
Keratitis ulseratif, yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya destruksi (kerusakan) pada
bagian epitel kornea.
Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang akan
mengakibatkan kornea menjadi keruh.
Umur
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Tgl Masuk RS
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Keluhan utama
(keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian).
Apakah klien mengalami gangguan penglihatan/adanya benjolan pada mata.
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
GCS
Kesadaran
Pemeriksaan Mata
Konjungtiva forniks, skera, iris, pupil, lensa, funduskopi, refleks fundus, Corpus Vitreum, tens
oculi, Sistem Lakrimalis
B.
Tanyakan pada klien bagaimana pemahaman pasien dan keluarga tentang rencana prosedur
bedah dan kemungkinan gejala sisanya yang dikaji bersamaan dengan reaksi pasien terhadap
rencana pembedahan mata.
Biasanya klien mengalami perubahan status kognitif karena pembedahan yang akan dihadapi.
Tanyakan kepada klien bagaimana pola makannya sebelum sakit dan pola makan setelah sakit?
Tanyakan kebiasaan makanan yang dikonsumsi klien, apakah klien sebelumnya jarang
mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin A, dan vitamin E
3. Pola eliminasi
Kaji bagaimana pola miksi dan defekasi klien apakah mengalami gangguan?
Kaji perubahan pola tidur klien sebelum menghadapi oprasi, berapa lama klien tidur dalam
sehari?
Apakah klien mengalami gangguan dalam tidur, seperti nyeri pada mata, pusing, dan lain lain.
Keadaan pasien yang cemas akan mempengaruhi kebutuhan tidur dan istirahat (Ruth F. Craven,
Costance J Himle, 2000). Pada pasien preoperasi yang terencana mengalami kecemasan yang
mengakibatkan terjadinya gangguan pola tidur antara 3 5 jam, sedangkan kebutuhan tidur dan
istirahat normal adalah antara 7 8 jam. (Gunawan L, 2001).
Klien akan mengalami gangguan penglihatan (kabur/ tak jelas), sinar terang menyebabkan silau
dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/
merasa di ruang gelap. Penglihatan berawan/ kabur, tampak lingkaran cahaya/ pelangi sekitar
sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia. Perubahan kacamata / pengobatan tidak
memperbaiki penglihatan.
Pada mata tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak). Pupil menyempit dan
merah / mata keras dengan kornea berawan (glaucoma akut). Peningkatan air mata.
Adanya ketidaknyamanan ringan/ mata berair (glaukoma kronis). Nyeri tiba-tiba/ berat menetap
atau tekanan pada sekitar mata, sakit kepala (glaucoma akut)
Kaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang dideritanya apakah klien
merasa rendah diri ?
Biasanya klien akan takut akan terjadi hal yang tidak diinginkan setelah operasi.
Apakah sering merasa marah, cemas, takut, depresi, karena terjadi perubahan dalam
penglihatan.
Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama dirawat di Rumah Sakit
dan bagaimana hubungan sosial klien dengan masyarakat sekitarnya?
Pola peran hubungan klien dengan orang lain tergantung dengan kepribadiannya. Klien dengan
kepribadian tipe ekstrovert pada orang biasanya memiliki ciri-ciri mudah bergaul, terbuka,
hubungan dengan orang lain lancar dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.
Hal ini akan menyebabkan seseorang lebih terbuka, lebih tenang serta dapat mengurangi rasa
cemas dalam menghadapi pra operasi.
Apakah ada perubahan kepuasan pada klien berkaitan dengan kecemasan dan ketakutan sebelum
operasi?
Pada pasien baik preoperasi maupun postoperasi terkadang mengalami masalah tentang efek
kondisi/terapi pada kemampuan seksualnya
Pada pasien pre operasi dapat mengalami berbagai ketakutan . Takut terhadap anestesi, takut
terhadap nyeri atau kematian, takut tentang ketidaktahuaan atau takut tentang derformitas atau
ancaman lain terhadap citra tubuh dapat menyebabkan ketidaktenangan atau ansietas (Smeltzer
and Bare, 2002).
Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit yang dideritanya dan
pentingnya kesehatan bagi klien?
Tanyakan kepada klien bagaimana pola makannya sebelum sakit dan pola makan setelah sakit?
Kaji apakah klien mengetahui makanan yang dapat mempengaruhi proses kesembuhan
matanya?
3. Pola eliminasi
Kaji bagaimana klien melakukan aktivitasnya sehari-hari, apakah klien dapat melakukannya
sendiri atau malah dibantu keluarga?
Ada beberapa aktivitas atau kegiatan yang dilarang dalam waktu tertentu pasca operasi.
pasca operasi klien dalam posisi tertelentang dan monitor jika terjadi perdarahan dan adanya
penurunan kesadaran
Kaji perubahan pola tidur klien selama sehat dan sakit, berapa lama klien tidur dalam sehari?
Apakah klien mengalami gangguan dalam tidur pasca operasi seperti nyeri dan lain lain.
Biasanya pasien mengalami gangguan tidur karena nyeri pasca operasi dan menjaga posisi saat
tidur.
Kaji apakah ada komplikasi pada kognitif, sensorik, maupun motorik setelah pembedahan,
terutama pada mata klien.
Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama dirawat di Rumah Sakit
pasca operasi?
Pada klien baik preoperasi maupun postoperasi terkadang mengalami masalah tentang efek
kondisi/terapi pada kemampuan seksualnya
Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah, terutama cemas karena tidak tahu
kepastian kesembuhan matanya?
C.
Asuhan keperawatan
Diagnosa keperawatan preoperasi
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul adalah:
Knowledge deficit (kurang pengetahuan) tentang penyakit, prognosis dan pengobatan b.d
kurangnya informasi
NANDA 1
Gangguan persepsi penglihatan
Defenisi:
Perubahan dalam jumlah maupun pola rangsangan yang diterima yang disertai dengan
penyusutan, pelebihan, penyimpangan, atau gangguan tanggapan terhadap rangsangan tersebut.
Batasan karakteristik:
Distorsi pancaindera
NOC 1 :
Orientasi Kognitif
Indikator:
Ganggguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya massa dalam mata p. 352
Defenisi: merasakan kurang, bantuan, dan kelebihan fisik, psikospiritual, lingkungan dan
dimensi social.
Batasan karakteristik:
Gejala penyakit yang berhubungan
Gangguan pola tidur
Melaporkan ketidaknyamanan
Melaporkan gelisah
NOC 2
Comfort level (tingkat kenyamanan) p. 173
Indikator:
Melaporkan kecewa dengan control gejala
Melaporkan kecewa dengan control nyeri
Menyatakan kecewa dengan tingkat kenyamanan
NIC 2
Pain management (Manajemen nyeri) p. 412
Aktivitas:
o Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, dan factor presipitasi
o Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
o Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
o Kaji budaya yang mempengaruhi respion nyeri
o Determinasi akibat nyeri terhadap kualitas hidup
o Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
o Control ruangan yang dapat mempengaruhi nyeri
o Kurangi factor presipitasi nyeri
spesifik.
Batasan karakteristik:
Mengikuti instruksi yang tidak akurat
Tidak familiar dengan informasi
NOC 3
Pengetahuan :proses penyakit
Indikator
o Informasikan pada pasien/orang penting lainnya tentang kapan dan dimana prosedur/pengobatan
akan dilakukan, dengan tepat
o Informasikan pada pasien/orang penting lainnya tentang berapa lama prosedur/pengobatan yang
diharapkan
o Informasikan pada pasien/orang penting lainnya yang akan melakukan prosedur/pengobatan
o Menjelaskan maksud dari prosedur/pengobatan
o Menjelaskan prosedur/pengobatan
o Instruksikan pada pasien bagaimana bekerjasam/berrpartisipasi selama prosedur/pengobatan,
dengan tepat
o Mengatur perjalanan dari prosedur/ruang pengobatan dan area tunggu, dengan tepat
o Memperkenalkan pasien pada staf yang akan terlibat dalam prosedur/pengobatan, dengan tepat
o Menjelaskan kebutuhan untuk peralatan yang pasti (contoh: peralatan monitor) dan fungsinya
o Mendiskusikan kebutuhan untuk tindakan khusus selama prosedur/pengobatan, dengan tepat
o Informasikan pada pasien bagaimana mereka dapat membantu pada proses penyembuhan
o Menyediakan informasi ketika dan dimana hasilnya akan didapat dan bagaimana menjelaskannya
o Mendiskusikan pengobatan alternative, dengan tepat
o Mengikutsertakan keluarga/orang penting lainnya, dengan tepat
Diagnosa keperawatan post operasi
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul adalah:
1. Kecemasan berhubungan dengan hasil pembedahan.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan pasca operasi
NANDA 1
Cemas berhubungan dengan hasil dari pembedahan (p. 242)
Defenisi:
Sebuah perasaan ketidaknyamanan, tidak enak atau takut samar-samar disertai oleh respon
otonom sumbernya sering tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu; perasaan ketakutan
yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. itu adalah mengubah sinyal yang memperingatkan
bahaya yang akan datang dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah-langkah untuk
menghadapi ancaman
Batasan karakteristik:
Insomnia
Kawatir
Menggigil
Gelisah
Sulit konsentrasi
NOC 1 :
Kontrol kecemasan (p. 116)
Indikator:
Keterbatasan teori
Tidak terbuka
Intruksi Khusus
1. Hindari menggosok mata atau menutup mata terlalu erat atau memberikan tekanan
apapun pada mata selama enam (6) minggu
2. Nyeri ringan dapat diatasi dengan obat penahan nyeri (analgesic) yang diresepkan oleh
dokter
3. Mata mungkin merasakan tidak nyaman yang disebabkan oleh jahitan operasi dan
ketidaknyamanan ini dapat berlangsung hingga jahitan dibuka
4. Hindari berenang hingga dokter mengijinkan
5. Hindari sabun dan air masuk kedalam kelopak mata saat mencuci muka
6. Cairan bercak darah dapat keluar dari mata selama beberapa hari pertama. Usap dengan
tissue bersih
7. Gunakan pelindung mata pada malam hari selama 3 hingga 4 (3 4) minggu untuk
melindungi mata tergosok dengan tidak sengaja
8. Mencuci rambut di salon dengan cara menengadahkan kepala anda kebelakang
9. Hindari batuk dan bersin kuat
10. Tidak perlu posisi tidur tertentu. Klien dapat berbaring dengan posisi yang nyaman;
namun, hindari tekanan pada mata yang dioperasi
BAB III
PENUTUP
Seperti di bagian tubuh lain, mata juga bisa terserang tumor, baik jinak maupun ganas.
Tumor adalah pertumbuhan atau tonjolan abnormal di tubuh. Tumor sendiri dibagi menjadi jinak
dan ganas. Tumor ganas disebut sebagai kanker. Tumor pada mata disebut juga tumor orbita.
Tumor orbita adalah tumor yang menyerang rongga orbita (tempat bola mata) sehingga
merusak jaringan lunak mata, seperti otot mata, saraf mata dan kelenjar air mata.
Gejala tumor orbita sulit diketahui karena tumbuh di belakang bola mata. Umumnya
diketahui setelah terjadi penonjolan pada mata, gangguan pergerakan mata, atau terasa sakit.
Tumor orbita dapat disebabkan oleh berbagai factor. Penyebab tumor mata terutama faktor
genetik. Penanganan tumor orbita bervariasi bergantung pada ukuran, lokasi, dan tipe tumor.
Prioritas Keperawatan adalah mencegah penyimpangan penglihatan lanjut, meningkatkan
adaptasi terhadap perubahan / penurunan ketajaman penglihatan, mencegah komplikasi,
memberikan informasi tentang proses penyakit/ prognosis dan kebutuhan pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Closkey ,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.(1996). Nursing Interventions Classification (NIC). St.
Louis :Mosby Year-Book.
Johnson,Marion, dkk. (2000). Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :Mosby Year-Book
Juall,Lynda,Carpenito Moyet. (2003).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 10.Jakarta:EGC
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Brunner
Suddarth, Vol. 3. EGC : Jakarta.
Wiley
dan
Blacwell.
(2009).
Nursing
Diagnoses:
Definition
&
Classification
2009-2011,