Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kekerapan tumor dimata sangat kecil dibandingkan tumor di bagian tubuh yang lain,
sekitar satu persen saja. Tapi hal ini sangat penting karena mata alat vital dan pengobatannya
terkadang sulit sehingga harus mengorbankan penglihatan. Karena itu, sering terjadi tawarmenawar antara dokter dengan pasien untuk mengangkat tumor tersebut karena setiap
pengangkatan tumor ganas mengharuskan tepi sayatan bebas dari sel-sel tumor, artinya
sayatan harus dilakukan beberapa millimeter sampai beberapa centimeter diluar jaringan
tumor.
Bisa dibayangkan, betapa sulit mengatur sayatan yang bebas tumor tanpa harus
mengorbankan bola mata. Kebanyakan pasien tidak ingin kehilangan matanya, sehingga yang
diangkat hanya sebagian, hal inilah yang menimbulkan kekambuhan dan akhirnya membawa
kematian.
1.2 TUJUAN
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka tujuan penulisan ini antara lain sebagai
berikut :
A. Untuk mengetahui landasan teoritis tumor mata
B. Untuk mengetahui landasan teoritis asuhan keperawatan tumor mata
C. Untuk mengetahui pendidikan kesehatan yang tepat untuk pasien tumor mata
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 LANDASAN TEORITIS PENYAKIT


A.

Definisi

Tumor adalah pertumbuhan atau tonjolan abnormal di tubuh. Tumor sendiri dibagi menjadi
jinak dan ganas. Tumor ganas disebut sebagai kanker.
Tumor pada mata disebut juga tumor orbita. Tumor orbita adalah tumor yang menyerang
rongga orbita (tempat bola mata) sehingga merusak jaringan lunak mata, seperti otot mata, saraf
mata dan kelenjar air mata.

B.

Etiologi
Gejala tumor orbita sulit diketahui karena tumbuh di belakang bola mata. Umumnya
diketahui setelah terjadi penonjolan pada mata, gangguan pergerakan mata, atau terasa sakit.
Tumor orbita dapat disebabkan oleh berbagai factor. Penyebab tumor mata terutama faktor
genetik. Selain itu sinar matahari, terutama sinar ultraviolet dan infeksi virus Papiloma. Tumor
mata juga bisa akibat penjalaran dari organ tubuh lain, seperti dari paru, ginjal, payudara, otak
sinus, juga leukemia dan getah bening. Sebaliknya, sel tumor mata yang terbawa aliran darah
sering mencapai organ vital lain seperti paru, hati atau otak, dan menyebabkan kanker di organ
itu. Penderita tumor mata, kecuali retino blastoma, umumnya berusia 24-85 tahun.Sebagian besar
tumor orbita pada anak-anak bersifat jinak dan karena perkembangan abnormal. Tumor ganas
pada anak-anak jarang, tetapi bila ada akan menyebabkan pertumbuhan tumor yang cepat dan
prognosisnya jelek.

C. Klasifikasi
Berdasarkan posisinya tumor mata/orbita dikelompokkan sebagai berikut:

a.

Tumor eksternal yaitu tumor yang tumbuh di bagian luar mata seperti:

Tumor palpebra, yaitu tumor yang tumbuh pada kelopak mata

Misalnya : Tumor Adeneksa, tumor menyerang kelopak mata (bagian kulit yang dapat membuka
dan menutup).

Tumor konjungtiva, yaitu tumor yang tumbuh pada lapisan konjungtiva yang melapisi mata
bagian depan

b. Tumor intraokuler yaitu tumor yang tumbuh di dalam bola mata.


Contoh : Retinoblastoma(RB). Jenis ini adalah tumor ganas retina dan merupakan tumor primer
bola mata terbanyak pada anak.
c.

Tumor retrobulber yaitu tumor yang tumbuh di belakang bola mata.

D. Epidemiologi
Tumor secara umum dibedakan menjadi neoplasma dan non-neoplasma. Neoplasma dapat
bersifat ganas atau jinak. Tumor ganas terjadi akibat berkembang biaknya sel jaringan sekitar
infiltrat, sambil merusakkan. Neoplasma jinak tumbuh dengan batas tegas dan tidak menyusup,
tidak merusak tetapi menekan jaringan disekitarnya dan biasanya tidak mengalami metastasis.
Apabila ada massa tumor yang mengisi ronggga orbita maka bola mata akan terdorong ke
arah luar yang dalam bahasa kedokteran di sebut proptosis (mata menonjol). Arah tonjolan bola
mata bergantung pada asal massa tumor. Tumor orbita bisa berasal dari semua jaringan di sekitar
bola mata atau karena penyebaran dari sinus, otak, rongga hidung atau penyebaran dari organ
lain ditubuh. Tumor orbita dapat terjadi pada orang dewasa ataupun anak-anak. Tumor orbital
dapat jinak atau ganas. Mereka dapat terjadi baik pada anak dan dewasa.
Anak
Jinak
Kista
Dermoid
Fibrous
dysplasia

Dewasa

Ganas
Rhabdomiosarkoma
Sarkoma Ewings

Jinak
Meningioma
Glioma
optik
(b)

Contoh1:

Ganas

saraf

Limphoma
Mestatases

Anak

Dewasa

(a)

Pasien dengan kelopak atas kiri


bengkak dan kepenuhan

CT

scan

menunjukkan

masa

limphoma pada bagian superonasal


orbit

Contoh 2:
(a)

(b)

Pasien dengan protrusi mata


kiri

CT scan menunjukkan masa lymphoma di kiri orbit, lokasi dan


penampakan masa saran tipe tumor kelenjar lakrimal ganas
disebut adenoma pleomorfik.

Seperti ditunjukkan contoh diatas, CT scan berguna dalam diagnosis dan biopsy sering kali
memberikan garansi untuk membantu diagnosis dan manajemen pasien.
Tumor orbita relatif jarang dijumpai. Pada proses pengambilan ruangan di orbita penderita
biasanya datang dengan keluhan seperti ada benjolan yang menyebabkan perubahan bentuk
wajah, protopsis, nyeri peri okular, inflamasi, keluarnya air mata, massa tumor yang jelas

nampak. Insiden tumor orbita bervariasi, tergantung pada metode pemeriksaan yang dipakai.
Frekwensi relatif benigna dan maligna menurut handerson (1984); disebutkan sebagai berikut :
karsinoma (primer metastasis dan pertumbuhan terus 21 %, kista 12 %, tumor vaskular 10 %,
meningioma 9 %, malformasi vaskuler 5% dan tumor saraf tengkorak 4%, serta glioma optikus
dan neurisistik 5%.
Prognosis atau angka keberhasilan kelangsungan hidup penderita tumor orbita mencapai
80%, artinya masih ada harapan hidup yang cukup baik. Angka kematian sangat dipengaruhi
oleh stadium dari tumor itu sendiri. Tentu saja pada stadium lanjut angka kelangsungan
hidupnya lebih buruk. Pada jenis-jenis tertentu angka kekambuhannya juga cukup tinggi.

E.

Patologi
Tumor bisa tumbuh dari struktur yang terletak didalam atau sekitar orbit:
a. Kelenjar lakrimal:
Adenoma fleomorfik: tumor kelenjar saliva dan paling umum di jumpai pada kelenjar
parotid biasanya jinak, tapi rekurensi terjadi bila tidak dilakukan eksisi lengkap.
b. Karsinoma
Jaringan limfoid:
Limfoma: kanker sel darah putih yang disebut limfosit-B, atau sel-B
Retina:
Retinoblastoma: Tumor anak-anak yang sangat ganas.
c.

Melanoma
Tulang:
o Osteoma: biasanya mengenai sinus frontal atau ethmoid, bisa menyebabkan
mukosel frontal.
o Kista dermoid, adalah suatu kista atau tumor yang berisi cairan kental seperti bubur
yang disebut sebum, bisa berisi rambut, dimana kantungnya dilapisi oleh dermis.
Umumnya letaknya pada bidang garis tengah tubuh. Dapat tumbuh di kepala,
badan atau perut . Didapatkan pada anak-anak atau pada bayi sejak lahir.

o Kista epidermoid adalah suatu kista yang kantungnya dilapisi epidermis berisi
massa kental. Sering terdapat di kulit telapak kaki atau tangan. Penyebabnya
diduga trauma dimana sel epidermis masuk ke subkutan dan tumbuh disana.
d. Sinus paranasal, nasofaring:
Karsinoma: Sering menginvasi dinding medial orbit pada tahap dini penyakit.
e.

Selubung saraf optik:


Meningioma: sering meluas keintrakranial melalui foramen optik.

f.

Saraf optik:
Glioma (astrositoma pilositik): tumor yang tumbuh di berbagai bagian otak. Tumbuh
sangat lambat.
Neurofibroma/neurinoma: benjolan seperti daging yang lembut, yang berasal dari
jaringan saraf.

g. Jaringan ikat:
Rabdomiosarkoma: Tumor anak-anak ganas dengan pertumbuhan dan penyebaran
lokal cepat.
h. Metastasis melalui darah:
Dewasa:

Karsinoma 'breast'

Karsinoma bronchial

Anak-anak:

i.

Neuroblastoma

Sarkoma Ewing

Leukemia

Tumor testikuler

Lesi orbital non-neoplastik:

Hemangioma/limfangioma kavernosa: Lesi jinak yang sering terjadi pada


dewasa.

Pseudotumor

Eksoftalmos endokrin

Granulomatosis Wagener

Histiositosis X

Sarkoidosis

Fistula karotid-kavernosa tampil dengan eksoftalmos pulsatif.

F. Manifestasi Klinis
a. Nyeri orbital
Jelas pada tumor ganas yang tumbuh cepat, namun juga merupakan gambaran khas
'pseudotumor' jinak dan fistula karotid-kavernosa.
b. Proptosis
Pergeseran bola mata kedepan adalah gambaran yang sering dijumpai, berjalan
bertahap dan tak nyeri dalam beberapa bulan atau tahun (tumor jinak) atau cepat
(lesi ganas).
c. Arah bola mata tidak lurus kedepan
d. Turunnya penglihatan sampai buta
Penglihatan terganggu akibat terkenanya saraf optik atau retina, atau tak langsung
akibat kerusakan vaskuler.
e. Penglihatan ganda
f. Nyeri
g. Merah
h. Pembengkakan kelopak atau terlihatnya massa tumor
Mungkin jelas pada pseudotumor, eksoftalmos endokrin atau fistula karotidkavernosa.
i. Palpasi
Bisa menunjukkan massa yang menyebabkan distorsi kelopak atau bola mata,
terutama dengan tumor kelenjar lakrimal atau dengan mukosel.
j. Pulsasi
Menunjukkan lesi vaskuler; fistula karotidkavernosa atau malformasi arteriovenosa,
dengarkan adanya bruit.

k. Gerak mata
Sering

terbatas oleh sebab mekanis,

namun bila nyata, mungkin akibat

oftalmoplegia endokrin atau dari lesi saraf III, IV, dan VI pada fisura orbital
(misalnya sindroma Tolosa Hunt) atau sinus kavernosus.
G.
Gangguan
mekanisme
pengendalian
pertumbuhan
normal

Berfungsinya
onkogen
(karsinogenic
Agent)
Patofisiologi
Infeksi virus
( Virus SV 4)

Mutasi gen pengendali pertumbuhan

H. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik


Sebagian tumor orbita dapat dengan mudah diidentifikasi, namun ada tumor orbita
yang tidak terihat sampai berkembang membesar sehingga menimbulkan kelainan di
orbita. Tumor orbita sering didiagnosa dengan bantuan CT-Scan atau MRI, sementara
itu diagnosa pasti melalui pemeriksaan patologi anatomi.
a. Foto polos orbit

Menunjukkan erosi lokal (keganasan), dilatasi foramen optik (meningioma, glioma


saraf optik) dan terkadang kalsifikasi (retinoblastoma, tumor kelenjar lakrimal).
Meningioma sering menyebabkan sklerosis lokal.
b. CT scan orbit
Menunjukkan lokasi tepat patologi intraorbital dan memperlihatkan adanya setiap
perluasan keintrakranial.
c.

Venografi orbital
Mungkin membantu.

d. Pencitraan tomografi terkomputer pada tumor orbita


Tomografi terkomputer ini sangat membantu karena dengan alat itu dapat terlihat
dengan jelas seluruh jaringan lunak orbita dan tulang-tulangnya sekalipun. Dengan
tomografi terkomputer diperoleh kesehatan nilai akurasi sampai sekitar 80-85 %, hal
ini dapat dicapai, oleh karena dengan pemeriksaan tomografi terkomputer tampak
perbedaan densitas jaringan yang rnembentuk jenis tumor tersehut Untuk lesi yang
terletak di retrobulbair dengan pemeriksaan tomografi terkomputer didapatkan nilai
akurasi 99.4 %. Hasil pemeriksaan tomografi terkomputer yang negatif palsu dapat
terjadi bila lesi terbatas di daerah bulbus okuli.

Pemeriksaan diagnostik pada mata secara umum sebagai berikut :


a.

Kartu mata Snellen/ mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) ;
mungkin terganggu dengan kerusaakan kornea, lensa, aqueus atau vitreus Humour, kesalahan
refraksi atau penyakit system saraf atau penglihatan ke retina atau jalan optic.

b. Lapang penglihatan ; penurunanan yang disebabkan oleh CSV, massa tumor pada hipofisis/ otak,
karotis atau patologis arteri serebral atau Glaukoma.
c.

Tonografi ; mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)

d. Gonioskopi ; membantu membedakan sudut terbuka dan sudut tertutup pada glaukoma.
e.

Oftalmoskopi ; mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optic, papiledema,
perdarahan retina dan mikroanurisme.
Pemeriksaan darah lengkah, laju sedimentasi (LED) ; menunjukkan anemia
sistemik / infeksi.

I.

Penatalaksanaan
Penanganan tumor orbita bervariasi bergantung pada ukuran, lokasi, dan tipe tumor.
Sebagian tumor orbita hanya membutuhkan terapi medis (obat-obatan) dan sebagian
membutuhkan tindakan yang lebih radikal yaitu mengangkat secara total massa
tumor, sebagian

lainnya

tidak membutuhkan terapi.

Kadang-kadang

setelah

pengangkatan massa tumor pasien masih membutuhkan terapi tambahan seperti


radioterapi (sinar) dan kemoterapi.
a. Tumor jinak
Memerlukan eksisi, namun bila kehilangan penglihatan merupakan hasil yang tak
dapat dihindarkan, dipikirkan pendekatan konservatif.
b. Tumor ganas
Memerlukan biopsi dan radioterapi. Limfoma juga berreaksi baik dengan
khemoterapi. Terkadang

lesi terbatas (misal karsinoma kelenjar lakrimal)

memerlukan reseksi radikal.


Pendekatan operatif :
Pengobatan tumor mata umumnya bersifat operatif. Kadang-kadang diperlukan pemberian
obat antikanker (sitostatika) atau penyinaran. Organ mata relatif kecil, sehingga operasi tumor
sering sulit dilakukan tanpa mengorbankan mata, apalagi jika datang pada stadium lanjut. Selain
itu, penanganan tumor harus tuntas, operasi tidak bersih menyebabkan kekambuhan.
a.

Orbital medial, untuk tumor anterior, terletak dimedial saraf optik.

b.

Transkranial-frontal, untuk tumor dengan perluasan intrakranial atau terletak posterior dan
medial dari saraf optik.

c.

Lateral, untuk tumor yang terletak superior, lateral, atau inferior dari saraf optik.
Prioritas Keperawatan

a.

Mencegah penyimpangan penglihatan lanjut

b. Meningkatkan adaptasi terhadap perubahan / penurunan ketajaman penglihatan


c.

Mencegah komplikasi

d. Memberikan informasi tentang proses penyakit/ prognosis dan kebutuhan pengobatan


J.
a.

Komplikasi

Glaukoma, adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih tinggi dari
pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan.

b.

Keratitis ulseratif, yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya destruksi (kerusakan) pada
bagian epitel kornea.
Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang akan
mengakibatkan kornea menjadi keruh.

2.2 LANDASAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Pengkajian Identitas Klien

Pasien (diisi lengkap)


Nama

Umur

Jenis Kelamin

Status Perkawinan

Agama

Pendidikan

Pekerjaan

Alamat

Tgl Masuk RS

Penanggung Jawab (diisi lengkap)


Nama

Umur

Jenis Kelamin

Agama

Pendidikan

Pekerjaan

Alamat

2. Pengkajian Riwayat Kesehatan

Keluhan utama
(keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian).
Apakah klien mengalami gangguan penglihatan/adanya benjolan pada mata.

Riwayat kesehatan sekarang


(riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit).
Apakah ada benjolan pada daerah sekitar mata/dahi, ada perasaan yang tidak nyaman akibat
adanya benjolan, nyeri, takut. Tampak benjolan pada daerah orbita, kaji ukuran benjolan, jenis
benjolan (keras, lunak, mobile/tidak ).

Riwayat kesehatan yang lalu


(riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien).
Apakah klien punya riwayat trauma pada mata atau riwayat penyakit tumor, memiliki faktor
resiko penyakit mata (memiliki diabetes, tekanan darah tinggi, riwayat penyakit mata dalam
keluarga seperti glaukoma, atau mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi mata).

Riwayat kesehatan keluarga


(adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga yang lain atau riwayat
penyakit lain baik bersifat genetis maupun tidak).
Apakah ada anggota keluarga yang juga pernah terkena penyakit tumor mata, tumor lain, atau
penyakit degeneratif lainnya

3. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum

GCS

Tanda Vital ( tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)

Kesadaran

Pemeriksaan Mata

: Status lokalis (Visus, koreksi, skiaskopi, tonometri, kedudukan,

pergerakan, Palpebrae Superior, Palpebrae inferior, Konjungtiva palpabrae, Konjungtiva bulbi,

Konjungtiva forniks, skera, iris, pupil, lensa, funduskopi, refleks fundus, Corpus Vitreum, tens
oculi, Sistem Lakrimalis
B.

Pengkajian 11 Fungsional Gordon


Pengkajian berdasarkan pola fungsional Gordon preoperasi

1. Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan

Tanyakan pada klien bagaimana pemahaman pasien dan keluarga tentang rencana prosedur
bedah dan kemungkinan gejala sisanya yang dikaji bersamaan dengan reaksi pasien terhadap
rencana pembedahan mata.

Menanyakan pada klien tentang pengalaman pembedahan, pengalaman anestesi, riwayat


pemakaian tembakau, alkohol, obat-obatan.

Biasanya klien mengalami perubahan status kognitif karena pembedahan yang akan dihadapi.

2. Pola nutrisi metabolik

Tanyakan kepada klien bagaimana pola makannya sebelum sakit dan pola makan setelah sakit?

Apakah ada perubahan pola makan klien?

Kaji apa makanan kesukaan klien?

Kaji riwayat alergi makanan maupun obat-obatan tertentu.

Tanyakan kebiasaan makanan yang dikonsumsi klien, apakah klien sebelumnya jarang
mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin A, dan vitamin E

Biasanya klien dengan glaukoma akut akan merasa mual / muntah

3. Pola eliminasi

Kaji bagaimana pola miksi dan defekasi klien apakah mengalami gangguan?

Kaji apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi nya?.

4. Pola aktivas latihan

Kaji bagaimana klien melakukan aktivitasnya sehari-hari sebelum menghadapi pembedahan,


apakah klien dapat melakukannya sendiri atau malah dibantu keluarga?

Apakah aktivitas terganggu karena gangguan penglihatan yang dihadapinya?

5. Pola istirahat tidur

Kaji perubahan pola tidur klien sebelum menghadapi oprasi, berapa lama klien tidur dalam
sehari?

Apakah klien mengalami gangguan dalam tidur, seperti nyeri pada mata, pusing, dan lain lain.

Keadaan pasien yang cemas akan mempengaruhi kebutuhan tidur dan istirahat (Ruth F. Craven,
Costance J Himle, 2000). Pada pasien preoperasi yang terencana mengalami kecemasan yang
mengakibatkan terjadinya gangguan pola tidur antara 3 5 jam, sedangkan kebutuhan tidur dan
istirahat normal adalah antara 7 8 jam. (Gunawan L, 2001).

6. Pola kognitif persepsi

Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan penglihatan

Apakah klien mengalami kesulitan saat membaca atau melihat

Apakah menggunakan alat bantu melihat

Bagaimana hasil visus

Apakah ada keluhan pusing dan bagaimana gambarannya

Klien akan mengalami gangguan penglihatan (kabur/ tak jelas), sinar terang menyebabkan silau
dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/
merasa di ruang gelap. Penglihatan berawan/ kabur, tampak lingkaran cahaya/ pelangi sekitar
sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia. Perubahan kacamata / pengobatan tidak
memperbaiki penglihatan.

Pada mata tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak). Pupil menyempit dan
merah / mata keras dengan kornea berawan (glaucoma akut). Peningkatan air mata.

Adanya ketidaknyamanan ringan/ mata berair (glaukoma kronis). Nyeri tiba-tiba/ berat menetap
atau tekanan pada sekitar mata, sakit kepala (glaucoma akut)

7. Pola persepsi diri dan konsep diri

Kaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang dideritanya apakah klien
merasa rendah diri ?

Biasanya klien akan takut akan terjadi hal yang tidak diinginkan setelah operasi.
Apakah sering merasa marah, cemas, takut, depresi, karena terjadi perubahan dalam
penglihatan.

8. Pola peran hubugan

Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama dirawat di Rumah Sakit
dan bagaimana hubungan sosial klien dengan masyarakat sekitarnya?

Pola peran hubungan klien dengan orang lain tergantung dengan kepribadiannya. Klien dengan
kepribadian tipe ekstrovert pada orang biasanya memiliki ciri-ciri mudah bergaul, terbuka,
hubungan dengan orang lain lancar dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.
Hal ini akan menyebabkan seseorang lebih terbuka, lebih tenang serta dapat mengurangi rasa
cemas dalam menghadapi pra operasi.

9. Pola reproduksi dan seksualitas

Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan?

Apakah ada perubahan kepuasan pada klien berkaitan dengan kecemasan dan ketakutan sebelum
operasi?

Pada pasien baik preoperasi maupun postoperasi terkadang mengalami masalah tentang efek
kondisi/terapi pada kemampuan seksualnya

10. Pola koping dan toleransi stress

Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah?

Apakah klien menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan stres?

Pada pasien pre operasi dapat mengalami berbagai ketakutan . Takut terhadap anestesi, takut
terhadap nyeri atau kematian, takut tentang ketidaktahuaan atau takut tentang derformitas atau
ancaman lain terhadap citra tubuh dapat menyebabkan ketidaktenangan atau ansietas (Smeltzer
and Bare, 2002).

11. Pola nilai dan kepercayaan

Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi pembedahan?


Pengkajian pola fungsional Gordon postoperasi

1. Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan

Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit yang dideritanya dan
pentingnya kesehatan bagi klien?

Bagaimana pandangan klien tentang penyakitnya setelah pembedahan?

Apakah klien merasa lebih baik setelah pembedahan?

Apakah klien mengetahui cara merawat matanya pasca operasi?

2. Pola nutrisi metabolik

Tanyakan kepada klien bagaimana pola makannya sebelum sakit dan pola makan setelah sakit?

Apakah ada perubahan pola makan klien?

Kaji apa makanan kesukaan klien?

Kaji riwayat alergi klien.

Kaji apakah klien mengetahui makanan yang dapat mempengaruhi proses kesembuhan
matanya?

Biasanya klien akan dipasangi infus, monitor, respirator pasca operasi

3. Pola eliminasi

Kaji bagaimana pola miksi dan defekasi klien setelah pembedahan?

Apakah mengalami gangguan?

Kaji apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi nya?.

4. Pola aktivas latihan

Kaji bagaimana klien melakukan aktivitasnya sehari-hari, apakah klien dapat melakukannya
sendiri atau malah dibantu keluarga?

Ada beberapa aktivitas atau kegiatan yang dilarang dalam waktu tertentu pasca operasi.

pasca operasi klien dalam posisi tertelentang dan monitor jika terjadi perdarahan dan adanya
penurunan kesadaran

5. Pola istirahat tidur

Kaji perubahan pola tidur klien selama sehat dan sakit, berapa lama klien tidur dalam sehari?

Apakah klien mengalami gangguan dalam tidur pasca operasi seperti nyeri dan lain lain.
Biasanya pasien mengalami gangguan tidur karena nyeri pasca operasi dan menjaga posisi saat
tidur.

6. Pola kognitif persepsi

Kaji apakah ada komplikasi pada kognitif, sensorik, maupun motorik setelah pembedahan,
terutama pada mata klien.

7. Pola persepsi diri dan konsep diri

Kaji bagaimana klien memandang dirinya pasca operasi?

Apakah klien merasa optimis dengan kesembuhan pada matanya?

8. Pola peran hubugan

Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama dirawat di Rumah Sakit
pasca operasi?

Bagaimana hubungan social klien dengan masyarakat sekitarnya?

9. Pola reproduksi dan seksualitas

Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan?

Apakah ada perubahan kepuasan pada klien?

Pada klien baik preoperasi maupun postoperasi terkadang mengalami masalah tentang efek
kondisi/terapi pada kemampuan seksualnya

10. Pola koping dan toleransi stress

Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah, terutama cemas karena tidak tahu
kepastian kesembuhan matanya?

Apakah klien menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan stres?

11. Pola nilai dan kepercayaan

Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi penyakitnya?

Apakah ada pantangan agama dalam proses penyembuhan klien?

C.

Asuhan keperawatan
Diagnosa keperawatan preoperasi
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul adalah:

1. Gangguan persepsi penglihatan


2. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d adanya massa pada mata
3.

Knowledge deficit (kurang pengetahuan) tentang penyakit, prognosis dan pengobatan b.d
kurangnya informasi

NANDA 1
Gangguan persepsi penglihatan
Defenisi:

Perubahan dalam jumlah maupun pola rangsangan yang diterima yang disertai dengan
penyusutan, pelebihan, penyimpangan, atau gangguan tanggapan terhadap rangsangan tersebut.
Batasan karakteristik:

Berubahnya ketajaman pancaindera

Berubahnya respon yang umum terhadap rangsangan

Distorsi pancaindera
NOC 1 :
Orientasi Kognitif
Indikator:

Mampu mengenal diri sendiri


Mampu mengenal orang penting lainnya
Mampu mengenal tempat yang sekarang
Kompensasi tingkah laku Penglihatan
Indikator:
Pantau gejala dari semakin buruknya penglihatan
Mampu memposisikan diri untuk penglihatan
Menggunakan layanan pendukung untuk penglihatan yang lemah
Menggunakan alat bantu penglihatan yang lemah
NIC 1:
Peningkatan Komunikasi : Defisit Melihat
Aktifitas:
o Kenali diri sendiri ketika memasuki ruang pasien
o Catat reaksi pasien terhadap rusaknya penglihatan (misal, depresi, menarik diri, dan menolak
kenyataan)
o Menerima reaksi pasien terhadap rusaknya penglihatan
o Andalkan penglihatan pasien yang tersisa sebagaimana mestinya

o Gambarkan lingkungan kepada pasien


o Jangan memindahkan benda-benda di kamar pasien tanpa memberitahu pasien
o Memprakarsai untuk menyerahkan ke ahli terapi sebagaimana mestinya
o Rujuk pasien dengan masalah penglihatan ke agen yang sesuai
Manajemen Lingkungan
o Ciptakan lingkungan yang aman untuk klien
o Hilangkan bahaya lingkungan (misal, permadani yang bisa dilepas-lepas dan kecil, mebel yang
dapat dipindah-pindahkan)
o Hilangkan objek-objek yang membahayakan dari lingkungan
o Kawal klien selama kegiatan-kegiatan di bangsal sebagaimana mestinya
o Tempatkan benda-benda yang sering digunakan dekat dengan jangkauan
o Sediakan tempat tidur tinggi-rendah yang sesuai
o Manipulasi pencahayaan untuk kebaikan terapeutik
o Sediakan alat-alat yang adaptif (misal, bangku untuk melangkah atau pegangan tangan) yang
sesuai
o Susun perabotan di dalam kamar dalam tatakan yang sesuai yang bagus dalam mengakomodasi
ketidakmampuan pasien ataupun keluarga
o Tempatkan benda-benda yang sering digunakan dekat dengan jangkauan
o Kurangi stimulus lingkungan sebagaimana mestinya
o Hindarkan mengekspos yang tak penting, draf-draf, memanas-manasi, atau menakut-nakuti
o Batasi pengunjung
o Bawa benda-benda yang familiar dari rumah
o Ijinkan keluarga/orang tertentu lainnya untuk tetap bersama pasien
o Didik pasien dan pengunjung mengenai perubahan/tindakan pencegahan, sehingga mereka tidak
akan dengan segaja mengganggu lingkungan yang direncanakan
o Beri keluarga/orang penting lainnya informasi tentang menciptakan lingkungan rumah yang
aman bagi pasien
NANDA 2

Ganggguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya massa dalam mata p. 352
Defenisi: merasakan kurang, bantuan, dan kelebihan fisik, psikospiritual, lingkungan dan
dimensi social.
Batasan karakteristik:
Gejala penyakit yang berhubungan
Gangguan pola tidur
Melaporkan ketidaknyamanan
Melaporkan gelisah
NOC 2
Comfort level (tingkat kenyamanan) p. 173
Indikator:
Melaporkan kecewa dengan control gejala
Melaporkan kecewa dengan control nyeri
Menyatakan kecewa dengan tingkat kenyamanan

NIC 2
Pain management (Manajemen nyeri) p. 412
Aktivitas:
o Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, dan factor presipitasi
o Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
o Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
o Kaji budaya yang mempengaruhi respion nyeri
o Determinasi akibat nyeri terhadap kualitas hidup
o Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
o Control ruangan yang dapat mempengaruhi nyeri
o Kurangi factor presipitasi nyeri

o Pilih dan lakukan penanganan nyeri


o Ajarkan pasien untuk memonitor nyeri
o Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
o Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
o Evaluasi keefektifan control nyeri
o Tingkatkan istirahat
o Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
o Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
NANDA 3
Knowledge deficit (kurang pengetahuan) tentang penyakit, prognosis dan pengobatan b.d
kurangnya informasi
Defenisi

:tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif berhubungan dengan topik

spesifik.
Batasan karakteristik:
Mengikuti instruksi yang tidak akurat
Tidak familiar dengan informasi
NOC 3
Pengetahuan :proses penyakit
Indikator

Kenalkan pasien dengan nama penyakit


Deskripsikan proses penyakit
Deskripsikan penyebab atau factor yang berkonstribusi
Deskripsikan factor resiko
Deskripsikan efek penyakit
Deskripsikan komplikasi
Deskripsikan pengukuran untuk meminimalisasi perkembangan penyakit
Pengetahuan : aktivitas pengobatan
Mengidentifikasi aktifitas pengobatan

Menjelaskan tujuan aktifitas


Mendeskripsikan efek dari aktifitas
Mendeskripsikan aktifitas yang terbatas
Mendeskripsikan aktifitas pencegahan
Mendeskripsikan faktor toleransi aktifitas yang rendah
Mendeskripsikan strategi peningkatan aktifitas secara berlanjut
Mendeskripsikan bagaimana mengamati aktifitas
Melaksanakan pengontrolan aktifitas diri
Mendeskripsikan hambatan-hambatan untuk melakukan implementasi rutin
Mendeskrispsikan rencana pelaksanaan latihan
Mendeskrispsikan praktik latihan
NIC 3
Mengajarkan :proses penyakit
Defenisi

:membantu pasien untuk memahami informasi berhubungan dengan proses

penyakit yang spesifik


Aktivitas

o Menilai level pengetahuan pasien berhubungan dengan proses penyakit


o Jelaskan patofisiologi penyakit dan hubungannya dengan anatomi dan fisiologi
o Deskripsikan tanda umum dan symptom penyakit
o Mendeskripsikan proses penyakit secara tepat
o Identifikasi penyebab yang mungkin
o Sediakan informasi kepada pasien tentang kondisi
o Sediakan informasi pada keluarga atau yang lainnya tentang kemajuan pasien
o Sediakan informasi tentang pengobatab diagnostik
o Diskusikan terapi atau pilihan pengobatan
o Jelaskan komplikasi kronik yang mungkin
o Memperjelas informasi, disediakan oleh anggota tim kesehatan lainnya
Mengajarkan : Prosedur/Pengobatan

o Informasikan pada pasien/orang penting lainnya tentang kapan dan dimana prosedur/pengobatan
akan dilakukan, dengan tepat
o Informasikan pada pasien/orang penting lainnya tentang berapa lama prosedur/pengobatan yang
diharapkan
o Informasikan pada pasien/orang penting lainnya yang akan melakukan prosedur/pengobatan
o Menjelaskan maksud dari prosedur/pengobatan
o Menjelaskan prosedur/pengobatan
o Instruksikan pada pasien bagaimana bekerjasam/berrpartisipasi selama prosedur/pengobatan,
dengan tepat
o Mengatur perjalanan dari prosedur/ruang pengobatan dan area tunggu, dengan tepat
o Memperkenalkan pasien pada staf yang akan terlibat dalam prosedur/pengobatan, dengan tepat
o Menjelaskan kebutuhan untuk peralatan yang pasti (contoh: peralatan monitor) dan fungsinya
o Mendiskusikan kebutuhan untuk tindakan khusus selama prosedur/pengobatan, dengan tepat
o Informasikan pada pasien bagaimana mereka dapat membantu pada proses penyembuhan
o Menyediakan informasi ketika dan dimana hasilnya akan didapat dan bagaimana menjelaskannya
o Mendiskusikan pengobatan alternative, dengan tepat
o Mengikutsertakan keluarga/orang penting lainnya, dengan tepat
Diagnosa keperawatan post operasi
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul adalah:
1. Kecemasan berhubungan dengan hasil pembedahan.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan pasca operasi
NANDA 1
Cemas berhubungan dengan hasil dari pembedahan (p. 242)
Defenisi:
Sebuah perasaan ketidaknyamanan, tidak enak atau takut samar-samar disertai oleh respon
otonom sumbernya sering tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu; perasaan ketakutan
yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. itu adalah mengubah sinyal yang memperingatkan

bahaya yang akan datang dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah-langkah untuk
menghadapi ancaman
Batasan karakteristik:

Insomnia

Kawatir

Menggigil

Gelisah

Tidak nafsu makan

Tekanan darah meningkat

Sulit konsentrasi
NOC 1 :
Kontrol kecemasan (p. 116)
Indikator:

Memonitor intensitas kecemasan


Mengeliminasi penyebab kecemasan
Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas
Merencanakan strategi koping
Gunakan strategi koping yag efektif
Gunakan teknik relaksasi
Perhatikan hubungan social
Laporkan tidur yang tidak adekuat
Control respon cemas
NIC 1:
Penurunan kecemasan (p.109)
Aktifitas:
o Gunakan ketenangan, meyakinkan pendekatan
o Jelaskan semua prosedur

o Lihat untuk mengerti perspektif pasien terhadap situasi stress


o Sediakan informasi tentang diagnosis, pengobatan, dan prognosis
o Tetap bersama pasien untuk kenyamanan dan mengurangi takut
o Tanggapi perilaku
o Ciptakan suasana untuk menfasilitasi kepercayaan
o Menyemangati secara verbal mengenai perasaan, persepsi, dan ketakutan
o Identifikasi perubahan tingkat kecemasan
o Bantu pasien mengidentifikasi situasi yang menurunkan kecemasan
o Ajarkan klien menggunakan teknik relaksasi
o Gunakan obat-obatan untuk mengurangi kecemasan, jika diperlukan
NANDA 2
Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan pasca operasi
Defenisi:
Ketiadaan atau kekurangan informasi teori yang berhubungan yang berhubungan dengan suatu
topik tertentu/spesifik
Batasan karakteristik:

Keterbatasan teori

Kesalahan menafsirkan informasi

Tidak terbuka

Tidak ada minat dalam belajar

Ketiadaan daya ingat

Tidak tahu dengan sumber informasi


NOC 2 :
Pengetahuan: Prosedur Perawatan
Indikator:

Mendeskripsikan prosedur perawatan


Menjelaskan tujuan prosedur

Mendeskripsikan langkah prosedur


Mendeskripsikan bagaimana melakukan prosedur
Mendeskripsikan tindakan pencegahan yang berhubungan dengan prosedur
Mendeskripsikan prosedur yang terbatas Mendeskripsikan alat dan bahan perawatan
Menunjukkan prosedur perawatan
Mendeskripsikan tindakan mengatasi komplikasi
Mendeskripsikan efek samping yag potensial
NIC 2:
Mengajarkan: Setelah Operasi
Aktifitas:
o Informasikan kepada pasien dan orang lain yang penting tentang tanggal yang tetap, waktu, dan
penempatan perawatan
o Informasikan kepada pasien dan orang lain yang penting berapa lama perawatan diharapkan
berlangsung
o Menentukan pengalaman pasien yang berhubungan dengan pembedahan sebelumnya dan tingkat
pengetahuan yang berhubungan dengan perawatan
o Mendeskripsikan berbagai pengobatan setelah operasi, efek yang akan terjadi pada pasien, dan
dasar pemikiran untuk mengguanakannya
o Memperkenalkan pasien dengan staf yang akan dilibatkan dalam perawatan/perawtan setelah
operasi, dengan tepat
o Menjelaskan maksud dari tujuan setelah operasi
o Mendeskripsikan rutinitas sesudah operasi/perlengkapan (misalnya: pengobatan, perawatan yang
berhubungan dengan pernafasan, saluran, mesin, pendukung selang karet, pembalut luka
berhungan dengan pembedahan, ambulasi, diet, kunjungan keluarga, dan menjelaskannya secara
tepat, dengan tepat
o Informasikan pada pasien tentang bagaimana mereka dapat membantu proses penyembuhan

2.3 PENDIDIKAN KESEHATAN


Petunjuk Umum bagi Pasien setelah Operasi Mata
Petunjuk di bawah ini disiapkan sebagai informasi umum dan saran sehubungan dengan
kondisi mata dan dirancang sebagai panduan tentang bagaimana cara merawat mata.
Panduan perawatan mata ini tentunya tidak komprehensif dan mengikuti cara pencegahan ini
tidak sepenuhnya menjamin terhindar dari komplikasi. Namun, panduan ini berguna bagi untuk
perawatan mata setelah operasi dan dapat membantu mengurangi resiko yang dapat
menyebabkan komplikasi.
1. Tetap gunakan pelindung mata hingga keesokan harinya
2. Jangan menggunakan tetes mata / salep apapun pada mata yang akan dioperasi pada hari
operasi
3. Klien mungkin diopname selama beberapa hari jika kondisi klien membutuhkan rawat
inap pada saat pemeriksaan dokter
4. Perawat akan membuka perban /pelindung mata keesokan harinya. Perawat akan
membersihkan mata dan mengenakan obat tetes mata / salep untuk klien. Sementara itu,
perawat akan menunjukkan kepada klien dan anggota keluarga cara menggunakan obat
tetes mata dan saran mengenai cara perawatan mata klien
5. Ada kemungkinan mata klien sedikit kemerahaan dan bengkak dan penglihatan menjadi
buram, namun efek ini akan hilang secara bertahap.

Intruksi Khusus
1. Hindari menggosok mata atau menutup mata terlalu erat atau memberikan tekanan
apapun pada mata selama enam (6) minggu
2. Nyeri ringan dapat diatasi dengan obat penahan nyeri (analgesic) yang diresepkan oleh
dokter

3. Mata mungkin merasakan tidak nyaman yang disebabkan oleh jahitan operasi dan
ketidaknyamanan ini dapat berlangsung hingga jahitan dibuka
4. Hindari berenang hingga dokter mengijinkan
5. Hindari sabun dan air masuk kedalam kelopak mata saat mencuci muka
6. Cairan bercak darah dapat keluar dari mata selama beberapa hari pertama. Usap dengan
tissue bersih
7. Gunakan pelindung mata pada malam hari selama 3 hingga 4 (3 4) minggu untuk
melindungi mata tergosok dengan tidak sengaja
8. Mencuci rambut di salon dengan cara menengadahkan kepala anda kebelakang
9. Hindari batuk dan bersin kuat
10. Tidak perlu posisi tidur tertentu. Klien dapat berbaring dengan posisi yang nyaman;
namun, hindari tekanan pada mata yang dioperasi

BAB III
PENUTUP
Seperti di bagian tubuh lain, mata juga bisa terserang tumor, baik jinak maupun ganas.
Tumor adalah pertumbuhan atau tonjolan abnormal di tubuh. Tumor sendiri dibagi menjadi jinak
dan ganas. Tumor ganas disebut sebagai kanker. Tumor pada mata disebut juga tumor orbita.
Tumor orbita adalah tumor yang menyerang rongga orbita (tempat bola mata) sehingga
merusak jaringan lunak mata, seperti otot mata, saraf mata dan kelenjar air mata.
Gejala tumor orbita sulit diketahui karena tumbuh di belakang bola mata. Umumnya
diketahui setelah terjadi penonjolan pada mata, gangguan pergerakan mata, atau terasa sakit.
Tumor orbita dapat disebabkan oleh berbagai factor. Penyebab tumor mata terutama faktor
genetik. Penanganan tumor orbita bervariasi bergantung pada ukuran, lokasi, dan tipe tumor.
Prioritas Keperawatan adalah mencegah penyimpangan penglihatan lanjut, meningkatkan
adaptasi terhadap perubahan / penurunan ketajaman penglihatan, mencegah komplikasi,
memberikan informasi tentang proses penyakit/ prognosis dan kebutuhan pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA
Closkey ,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.(1996). Nursing Interventions Classification (NIC). St.
Louis :Mosby Year-Book.
Johnson,Marion, dkk. (2000). Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :Mosby Year-Book
Juall,Lynda,Carpenito Moyet. (2003).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 10.Jakarta:EGC
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Brunner
Suddarth, Vol. 3. EGC : Jakarta.
Wiley

dan

Blacwell.

(2009).

Nursing

Diagnoses:

Definition

&

Classification

2009-2011,

NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd


Singapore National Eye Centre. (2010). kondisi mata dan perawatan http://www.snec.com.sg/. Diakses
tanggal 16 September 2011
http://www.dexamedica.com, Tumor Orbita
http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/Orbita.html, Tumor Orbita
http://cyberwoman.cbn.net.id, Waspadai kanker mata
http://digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail....
http://www.klinikmatanusantara-manado.com/file/859.pdf
http://ocw.usu.ac.id/course/download/...special.../sss155_slide_tumor_orbita.pdf

Anda mungkin juga menyukai