Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

DENGAN STRUMA

Di susun oleh :

Lila Windasari

180323047

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STIKES ABDI NUSANTARA

JAKARTA

2021

1. PENGERTIAN
Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena
pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau
perubahan susunan kelenjar dan morfologinya (syaugi m.assegaf dkk,2015).
Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang
dapatmempengaruhi kedudukan organ-organ di sekitarnya. Di bagian posterior medial
kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Struma dapat mengarah ke dalam sehingga
mendorong trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia.
Hal tersebut akan berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan
elektrolit. Bila pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat
asimetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia (syaugi m.assegaf
dkk,2015).

2. ETIOLO GI
Penyebab utama struma nodosa ialah karena kekurangan yodium (Black and Hawks, 2009).
Defisiensi yodium dapat menghambat pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar. Hal
tersebut memungkinkan hipofisis mensekresikan TSH dalam jumlah yang berlebihan. TSH
kemudian menyebabkan sel-sel tiroid mensekresikan tiroglobulin dalam jumlah yang besar
ke dalam folikel, dan kelenjar menjadi bertambah besar. Penyebab lainnya karena adanya
cacat genetik yang merusak metabolisme yodium, konsumsi goitrogen yang tinggi (yang
terdapat pada obat, agen lingkungan, makanan, sayuran)
Hal yang mendasari pertumbuhan nodul pada struma nodosa non toxic adalah respon
dari sel-sel folikular tiroid yang heterogen dalam satu kelenjar tiroid pada tiap individu.
Dalam satu kelenjar tiroid yang normal, sensitivitas sel-sel dalam folikel yang sama terhadap
stimulus TSH dan faktor perumbuhan lain (IGF dan EGF) sangat bervariasi. Terdapat sel-sel
autonom yang dapat bereplikasi tanpa stimulasi TSH dan sel-sel sangat sensitif TSH yang
lebih cepat bereplikasi. Selsel akan bereplikasi menghasilkan sel dengan sifat yang sama.
Sel-sel folikel dengan daya replikasi yang tinggi ini tidak tersebar merata dalam satu kelenjar
tiroid sehingga akan tumbuh nodul-nodul (syaugi m.assegaf dkk,2015).

3. MANIFESTASI KLINIS
Beberapa penderita struma nodosa non toxic tidak memiliki gejala sama sekali. Jika
struma cukup besar, akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan gangguan pada
respirasi dan juga esofhagus tertekan sehingga terjadi gangguan menelan. Peningkatan
seperti ini jantungmenjadi berdebar-debar, gelisah, berkeringat, tidak tahan cuaca dingin,
dan kelelahan. Beberapa diantaranya mengeluh adanya gangguan menelan, gangguan
pernapasan, rasa tidak nyaman di area leher, dan suara yang serak. Pemeriksaan fisik
struma nodosa non toxic berfokus pada inspeksi dan palpasi leher untuk menentukan
ukuran dan bentuk nodular. Inspeksi dilakukan oleh pemeriksa yang berada di depan
penderita yang berada pada posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi atau leher sedikit
terbuka. Jika terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan beberapa komponen
yaitu lokasi, ukuran, jumlah nodul, bentuk (diffus atau noduler kecil), gerakan pada saat
pasien diminta untuk menelan dan pulpasi pada permukaan pembengkakan. Pemeriksaan
dengan metode palpasi dimana pasien diminta untuk duduk, leher dalam posisi fleksi.
Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan ibu jari
kedua tangan pada tengkuk penderita. Struma nodosa tidak termasuk kanker tiroid, tapi
tujuan utama dari evaluasi klinis adalah untuk meminimalkan risiko terhadap kanker tiroid
(wiseman,2011).
Gejala secara umum yaitu kelelahan dan kelesuan, sering mengantuk, jadi pelupa
kesulitan belajar, kulit kering dan gatal, rambut dan kuku yang rapuh, wajah bengkak,
konstipasi, nyeri otot, penambahan berat badan, peningkatan sensitifitas terhadap banyak
pengobatan, menstruasi yang banyak, peningkatan frekuensi keguguran pada wanita hamil
(wiseman,2011).

4. PATOFISIOLOGI

Yodium merupakan bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hormon
tiroid. Bahan yang mengandung yodium diserap usus, masuk kedalam sirkulasi darah dan
ditangkap paling banyak oleh kelenjar tiroid. Dalam kelenjar, yodium dioksida menjadi
bentuk yang aktif yang distimulasikan oleh Tiroid Stimulating Hormon (TSH) kemudian
disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang
terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul
triiodotironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukan pengaturan umpan balik negatif dari seksesi
TSH dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedangkan T3 merupakan hormon
metabolik yang tidak aktif. Akibat kekurangan yodium maka tidak terjadi peningkatan
pembentukan T4 dan T3, ukuran folikel menjadi lebih besar dan kelenjar tiroid dapat
bertambah berat sekitar 300-500 gram. Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi
sintesis, pelepasan dan metabolisme tiroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan
melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar
hipofisis.

Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid. Biasanya tiroidmulai


membesar pada usia muda dan berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa.
Karena pertumbuhannya berangsurangsur, struma dapat menjadi besar tanpa gejala kecuali
benjolan di leher. Sebagian besar penderita dengan struma nodosa dapat hidup dengan
strumanya tanpa keluhan. Walaupun sebagian struma nodosa tidak mengganggu
pernafasan karena menonjol kebagian depan, sebagian lain dapat menyebabkan
penyempitan trakea bila pembesarannya bilateral (syaugi m.assegaf dkk,2015).

5. PATHWAY
6.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Inspeksi

Inspeksi dilakukan oleh pemeriksa yang berada di depan penderita yang berada pada posisi
duduk dengan kepala sedikit fleksi atau leher sedikit terbuka. Jika terdapat pembengkakan atau
nodul, perlu diperhatikan beberapa komponen yaitu lokasi, ukuran, jumlah nodul, bentuk (diffus
atau noduler kecil), gerakanpada saat pasien diminta untuk menelan dan pulpasi pada permukaan
pembengkakan.

B. Palpasi

Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien diminta untuk duduk, leher dalam posisi
fleksi. Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan ibu jari
kedua tangan pada tengkuk penderita.
C. Tes Fungsi Hormon
D. Foto Rontgen leher
E. Ultrasonografi (USG)
F. Sidikan (Scan) tiroid
G. Biopsi Aspirasi Jarum Halus

Penatalaksanaan Keperawatan dan terapi Medis

Ada beberapa macam untuk penatalaksanaan medis jenis-jenis struma antara lain sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan radiologi
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG). Manfaat USG dalam pemeriksaan tiroid :
 Untuk menentukan jumlah nodul

 Dapat membedakan antara lesi tiroid padat dan kistik

 Dapat mengukur volume dari nodul tiroid.

 Dapat mendeteksi adanya jaringan kanker tiroid residif yang tidak menangkap
yodium, dan tidak terlihat dengan sidik tiroid
 Untuk mengetahui lokasi dengan tepat benjolan tiroid yang akan dilakukan biopsi
terarah
 Pemeriksaan sidik tiroid. Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah tentang
ukuran, bentuk, lokasi dan yang utama adalah fungsi bagian-bagian tiroid.

3. Biopsi aspirasi jarum halus (Fine Needle Aspiration Biopsy).


7. KOMPLIKASI

a. Gangguan menelan atau bernafas

b. Gangguan jantung baik berupa gangguan irama hingga pnyakit jantung kongestif
(jantung tidak mampu memompa darah keseluruh tubuh)
c. Osteoporosis, terjadi peningkatan proses penyerapan tulang sehingga tulang menjadi
rapuh, keropos dan mudah patah.

8. PENCEGAHAN
Penyakit goiter yang disebabkan oleh diet yang tidak sesuai memiliki beberapa saran pencegahan
yang bisa dilakukan, antara lain:

 Mendapatkan asupan iodine yang cukup. Iodine didapatkan dari garam, seafood dan
rumput laut. Udang dan kerang-kerangan memiliki kadar iodine yang tinggi. Susu sapi dan
yogurt merupakan sumber alternatif untuk jenis makanan yang mengandung iodine, jika
tinggal di daerah pegunungan dan jauh dari laut. Beberapa jenis sayur dan buah-buahan juga
mengandung iodine meskipun kadarnya di bawah seafood. Kadar iodine yang dibutuhkan
adalah 150 mikogram per hari (kurang dari setengah sendok teh garam).

 Hindari asupan iodine berlebihan. Penyakit goiter bisa terjadi karena konsumsi iodine
yang berlebihan, meskipun jarang terjadi.

9. ASKEP TEORI

1. Pengkajian
a. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
Meliputi nama, jenis kelamin, alamat, umur, suku, pendidikan, pekerjaan, no rm, diagnose medis,
tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, nama penanggung jawab, alama, umur, pekerjaan,
hubungan dengan pasien.
b. Status Kesehatan
1) Keluhan Utama
Pada klien pre operasi mengeluh terdapat pembesaran pada leher. Kesulitan menelan
dan bernapas. Pada post operasi keluhan yang dirasakan pada umumnya adalah nyeri akibat
luka operasi.
2) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang semakin membesar
sehingga mengakibatkan terganggunya pernafasan karena penekanan trakhea eusofagus
sehingga perlu dilakukan operasi.
3) Riwayat penyakit dahulu 
Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit gondok,
sebelumnya pernah menderita penyakit gondok.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita sama dengan klien saat ini.

c. Pola Kebutuhan
1) Pernafasan : frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema paru (pada krisis
tiroksikosis).
2) Aktivitas/istirahat : insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.
3) Integritas ego : mengalami stress, emosi labil, depresi.
4) Makanan dan cairan : kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, terkadang nafsu makan
meningkat, makan sering, kehausan,mual, muntah.
5) Rasa nyaman : adanya rasa nyeri
6) Rasa aman : tidak toleransi terhadap panas, keringat berlebihan.

d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum        : Baik
2) Kesadaran                 : Compos Mentis
3) Tanda-tanda vital     
Tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu cenderung meningkat.
4) Pemeriksaan Head to Toe
a) Kepala
Inspeksi   : Bentuk kepala simeris, tidak ada lesi
Palpasi     : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan/lepas
b) Mata
Inspeksi   : Mata simetris, konjungtiva anemis, reflek pupil isokor
Palpasi     : Tidak ada gangguan
c) Telinga   
Inspeksi   : Bentuk simetris, tidak ada serumen
Palpasi     : Tidak ada gangguan
d) Mulut
Inspeksi   : Mukosa mulut lembab, tidak ada lesi
e) Leher      
Palpasi     : Ada pembesaran tiroid, ada benjolan, sulit menelan
f) Dada
Inspeksi   : Simetris
Palpasi     : Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Tidak ada gangguan
Perkusi    : Sonor
g) Abdomen
Inspeksi   : simetris, tidak ada bengkak
Auskultasi : bising usus 3-15 x/menit
Palpasi     : tidak ada nyeri tekan
Perkusi    : Timpani
h) Genetalia dan Anus
Inspeksi   : Bersih
i) Ekstremitas Atas
Inspeksi   : Simetris
Palpasi     : Tidak ada gangguan
j) Ekstremitas Bawah
Inspeksi   : Simetris
Palpasi     : Tidak ada gangguan

2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan benda asing dalam jalan nafas
b. Penurunan curah jantung berhubunga dengan perubahan irama jantung
c. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)
e. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan neuromuscular.
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri
g. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
h. Risiko jatuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas
a. 1. Respiratory status : a.  1. Airway suction
tidak efektif
b. Ventilation a. Auskultasi suara nafas pasien
berhubungan dengan
c. 2. Respiratory status : b. Monitor status oksigen pasien
benda asing dalam Airway patency c. Berikan oksigen apabila pasien
jalan nafas d. 3. Aspiration Control menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll.
Kriteria Hasil :
a. Menunjukkan jalan 2. Airway Management
nafas yang paten a. Buka jalan nafas, gunakan teknik
(klien tidak merasa chin lift atau jaw thrust bila perlu
tercekik, irama nafas, b. Auskultasi suara nafas, catat
frekuensi pernafasan adanya suara tambahan
dalam rentang c. Monitor respirasi dan status O2
normal, tidak ada d. Posisikan pasien untuk
suara nafas memaksimalkan ventilasi
abnormal. e. Identifikasi pasien perlunya
b. Mampu pemasangan alat jalan nafas
mengidentifikasikan buatan
dan mencegah factor f. Atur intake untuk cairan
yang dapat mengoptimalkan keseimbangan.
menghambat jalan
nafas

2 Nausea berhubungan Nausea and vomiting Nausea Management


dengan efek agen control 1. Kaji rasa mual secara
farmakologis Nausea and vomiting komperehensif mulai dari
severity frekuensi, durasi, tingkat mual
dan faktor yang menyebabkan
Setelah dilakukan pasien mual.
tindakan asuhan 2. Evaluasi efek mual terhadap
keperawatan selama 3 x nafsu makan pasien, aktivitas
24 jam diharapkan rasa sehari – hari dan pola tidur
mual klien hilang atau pasien
berkurang. 3. Berikan istirahat dan tidur
Kriteria hasil : yang adekuat
1. Pasien mengatakan 4. Berikan KIE makan sedikit –
rasa mual berkurang sedikit tetapi sering dan dalam
atau tidak mual lagi keadaan hangat
2. Pasien mengatakan 5. Kolaborasi pemberian
tidak muntah antiemetic
3. Tidak ada
peningkatan kelenjar
saliva
4. Pasien dapat
menghindari faktor
penyebab nausea
dengan baik
3 Risiko penurunan Cardiac Pump Cardiac care
curah jantung Effectiveness Vital Sign Monitoring
berhubungan dengan Circulation status 1. Monitor TTV dan keadaan umum
perubahan irama Vital sign status pasien
jantung Setelah diberikan asuhan 2. Observasi tanda – tanda adanya
keperawtan selama 3 edema
x24jam diharapkan curah 3. Observasi status pernafasan
jantung dalam batas 4. Observasi adanya nyeri dada
normal, dengan kriteria (intensitas, durasi, skala, lokasi
hasil : nyeri)
e. TTV dalam batas normal 5. Monitor balance cairan
f. Kelelahan tidak ada 6. Anjurkan istirahat yang cukup
g. Edema paru (-) Anjurkan menurunkan stress
h. Asites (-)
i. Penurunan kesadaran (-)
4 Ansietas a. Anxiety self control a. Anxiety Reduction
b. Anxiety level (Pengurangan kecemasan)
berhubungan dengan
c. Coping 1. Gunakan pendekatan yang
kurang terpapar
Setelah dilakukan menenangkan dan menyakinkan.
informasi 2. Dorong pasien mengungkapkan
tindakan asuhan
kecemasan yang dialaminya.
keperawatan selama 3 x
3. Dengarkan pasien dengan penuh
24 jam diharapkan
kecemasan klien hilang perhatian.
4. Kaji tanda kecemasan yang
atau berkurang.
diungkapkan secara verbal maupun
Kriteria hasil :
nonverbal.
1. Mampu
5. Beri pujian atau kuatkan perilaku
mengindentifikasi dan
yang baik secara tepat.
mengungkapan (tanda
6. Ajak melakukan teknik relaksasi
dan gejala) kecemasan.
nafas dalam
2. Mengatakan kecemasan
b. Peningkatan Koping
sudah berkurang yang
1. Berikan informasi mengenai
dinyatakan verbal
penyakit, yang dideritanya
maupun nonverbal.
2. Dukung keterlibatan keluarga untuk
3. Tampak adanya
mendampingi pasien
dukungan keluarga
5 Nyeri akut
j. 1. Pain level 1. Pain management
berhubungan denga
k. 2. Pain control 2. Analgesic administration
agen pencedera fisik
l. 3. Comfort level
(prosedur operasi) Setelah dilakukan a. Observasi TTV
tindakan asuhan b. Kaji karakteristik nyeri secara
keperawatan selama 3 x komprehensif (penyebab,
24 jam diharapkan nyeri kualitas, intensitas, skala nyeri)
berkurang klien hilang yang diungkapkan secara verbal
atau berkurang. dan nonverbal
c. Berikan posisi yang nyaman
Kriteria hasil : d. Ajarkan teknik relaksasi baik
1. Pasien mengatakan nafas dalam ataupun distraksi
nyeri berkurang yang e. Kolaborasi pemberian obat
diekspresikan melalui analgesik
verbal dan non verbal
2. Mampu mengontrol
nyeri dengan
manajemen nyeri

6 Gangguan m. 1. Anxiety self control 1. Communication enhancement :


komunikasi verbal
n. 2. Coping Speech deficit
berhubungan dengan
o. 3. Sensory fundion : 2. Anxiety reduction
gangguan hearing & vision a. Kaji kemampuan berbicara
neuromuscular p. 4. Fear self control pasien
b. Kaji kemampuan lain yang
Setelah dilakukan dimiliki pasien
tindakan asuhan c. Dengarkan dengan penuh
keperawatan selama 3 x perhatian
24 jam diharapkan d. Berikan pujian atas kemampuan
gangguan komunikasi yang dimiliku
verbal pasien berkurang. e. Berikan fasilitas yang dapat
digunakan untuk berkomunikasi
Kriteria hasil : (buku, pulpen, pensil, dan
1. Mampu perlatan lainnya yang dapat
berkomunikasi digunakan komunikasi dua arah
dengan menunjukkan secara optimal)
ekspresi verbal dan f. Ajarkan menyampaikan
atau non verbal yang informasi dengan bahasa isyarat
bermakna g. Dorong partisipasi keluarga
2. Mampu dalam proses penyembuhan
mengkoordinasikan h. Kolaborasi pemberian terapi
gerakan dalam wicara
menggunakan bahasa
isyarat
3. Mampu mengontrol
respon ketakutan dan
kecemasan terhadap
ketidakmampuan
berbicara
4. Mampu
memanajemen
kemampuan fisik
yang dimiliki
5. Mampu menerima ,
memahami dan
menyampaikan
pesan
7 Gangguan pola tidur
q. 1. Anxiety reduction 1. Sleep enhancement
berhubungan dengan
r. 2. Comfort level
adanya nyeri s. 3. Pain level a. Kaji kebutuhan tidur pasien
t. 4. Rest : Extent and b. Kaji kualitas dan kuantitas tidur
Pattern pasien
u. 5. Sleep : Extent and c. Identifikasi penyebab gangguan
Pattern pola tidur yang dialami pasien
d. Berikan lingkungan yang
Setelah dilakukan nyaman dan kurangi factor
tindakan asuhan penyebabkan gangguan pola
keperawatan selama 3 x tidur
24 jam diharapkan e. Beri KIE pentingnya pemenuhan
gangguan pola tidur waktu tidur terhadap kesehatan
berkurang. f. Ajarkan teknik relaksasi
g. Dorong keluarga pasien untuk
Kriteria Hasil : membantu peningkatan kuantitas
1. Pasien dapat tidur dan kualitas tidur pasien
dengan tenang h. Kolaborasi pemberian obat untuk
2. Jumlah tidur pasien mengurangi dampak dari factor
sesuai dengan penyebab yang menimbulkan
kebutuhan pasien (6- gangguan tidur
8 jam/hari) i. Kolaborasi pemberian makanan
seperti susu
10 Risiko infeksi 1. Immune status 1. Infection control
berhubungan dengan 2. Knowledge : (Kontrol Infeksi )
efek prosedur invasif Infection control
3. Risk control a. Monitor keadaan luka
b. Monitor tanda dan gejala infeksi
Setelah dilakukan c. Monitor kadar WBC, granulosit
tindakan asuhan d. Berikan perawatan luka secara
keperawatan selama 3 x berkala dengan teknik yang tepat
24 jam diharapkan risiko e. Berikan lingkungan yang bersih
infeksi klien hilang atau f. Berikan KIE pasien dan keluarga
berkurang. mengenai personal hygiene
(seperti cara mencuci tangan
Kriteria hasil : yang benar) untuk menghindari
1. Tidak tampak adanya adanya factor pemicu infeksi
tanda dan gejala g. Kolaborasi pemberian antibiotic
infeksi
2. Jumlah leukosit
dalam batas normal
3. Menunjukkan
perilaku hidup sehat
9 Risiko jatuh 1. Trauma risk for 1. Fall prevention
berhubungan dengan 2. Injury risk for a. Identifikasi defisit kognisi atau
efek agen Setelah diberikan fisik pasien
farmakologis asuhan keperawatan b. Identifikasi karakteristik
selama 3 x 24jam lingkungan yang berpotensi
diharapkan tidak ada menyebabkan kejadian jatuh
kejadian jatuh dengan c. Pasang belt pengaman pada tepi
kriteria hasil : tempat tidur dan kunci roda
1. Mampu tempat tidur setelah melakukan
mempertahakan mobilisasi
keseimbangan tubuh d. Bantu memenuhi ADLs pasien
2. Tidak terjadi kejadian e. Ajarkan pasien dan keluarga
jatuh pasien menjaga lingkungan yang
3. Mempunyai aman dan terhindar dari kejadian
pemahaman dan jatuh
perilaku pencegahan
kejadian jatuh
4. Lingkungan aman

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan dalam implementasi juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,
mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang
baru.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari
evaluasi menentukan menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan,
atau diubah untuk memperbaiki kekurangan dan memodifikasi rencana asuhan sesuai
kebutuhan (Kozier, 2010).

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


dan Nanda NIC-NOC, Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction Jogja.

Price, Sylvia A. 2009. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :


EGC

Smeltzer. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC


Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta Selatan : DPP PPNI

Wilkinson, Judith M. 2013. Buku Saku Keperawatan: Diagnosa NANDA, Intervensi


NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai