Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

DENGAN HIPERTENSI

Di susun oleh :

Lila Windasari

180323047

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STIKES ABDI NUSANTARA

JAKARTA

2021

1. PENGERTIAN
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan

tekanan darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus lebih

dari suatu periode, dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik
diatas 90mmHg. (Aspiani, 2014)

2. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan menurut
(Aspiani, 2014) :
a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial
Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik
karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang memengaruhi yaitu :
(Aspiani, 2014)
1) Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko
tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak dapat
dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang memliki tekanan darah
tinggi.
2) Jenis kelamin dan usia
Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi
untuk mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan darah
meningkat faktor ini tidak dapat dikendalikan serta jenis kelamin laki–laki
lebih tinggi dari pada perempuan.
3) Diet
Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita
dengan mengurangi konsumsinya, jika garam yang dikonsumsi berlebihan,
ginjal yang bertugas untuk mengolah garam akan menahan cairan lebih
banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh. Banyaknya cairan yang
tertahan menyebabkan peningkatan pada volume darah. Beban ekstra yang
dibawa oleh pembuluh darah inilah yang menyebabkan pembuluh darah
bekerja ekstra yakni adanya peningkatan tekanan darah didalam dinding
pembuluh darah dan menyebabkan tekanan darah meningkat.

4) Berat badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam
keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan
dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah atau hipertensi.
5) Gaya hidup
Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup sehat
dengan menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu merokok, dengan
merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap dalam waktu sehari
dan dapat menghabiskan berapa putung rokok dan lama merokok
berpengaruh dengan tekanan darah pasien. Konsumsi alkohol yang sering,
atau berlebihan dan terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien
sebaiknya jika memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta untuk
menghindari alkohol agar tekanan darah pasien dalam batas stabil dan
pelihara gaya hidup sehat penting agar terhindar dari komplikasi yang bisa
terjadi.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadiakibat penyebab yang jelas.salah satu contoh
hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang terjadiakibat
stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat
aterosklerosis.stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke
ginjalsehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan
pelepasn renin, dan pembentukan angiostenin II. Angiostenin II secara
langsung meningkatkan tekanan darahdan secara tidak langsung
meningkatkan sintesis andosteron danreabsorbsi natrium. Apabiladapat
dilakukan perbaikan pada stenosis,atau apabila ginjal yang terkena
diangkat,tekanan darah akan kembalike normal (Aspiani, 2014).

3. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala utama hipertensi adalah (Aspiani, 2014) menyebutkan
gejala umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak
sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa tanda gejala. Secara
umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut:
c. Sakit kepala
d. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
e. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
f. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
g. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera
Menurut teori (Brunner dan Suddarth, 2014) klien hipertensi mengalami
nyeri kepala sampai tengkuk karena terjadi penyempitan pembuluh darah akibat
dari vasokonstriksi pembuluh darah akan menyebabkan peningkatan tekanan
vasculer cerebral, keadaan tersebut akan menyebabkan nyeri kepala sampe
tengkuk pada klien hipertensi.

4. PATOFISIOLOGI
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah
jantung) dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari
perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut jantug). Pengaturan
tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon.
Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara
lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin
angiotensin dan autoregulasi vaskular (Udjianti, 2010).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di vasomotor, pada medula diotak. Pusat vasomotor ini bermula pada

saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Titik neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah (Padila, 2013).
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan
jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Padila, 2013). Meski etiologi hipertensi
masih belum jelas, banyak faktor diduga memegang peranan dalam genesis
hiepertensi seperti yang sudah dijelaskan dan faktor psikis, sistem saraf, ginjal,
jantung pembuluh darah, kortikosteroid, katekolamin, angiotensin, sodium, dan
air (Syamsudin, 2011).
Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah (Padila, 2013).
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran keginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan


peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cendrung mencetuskan
keadaan hipertensi (Padila, 2013).

5. PATHWAY
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dilakukan duaa cara yaitu :
1 Pemeriksaan yang segera seperti :
a Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan(viscositas) dan dapat menindikasikan faktor resiko
seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
b Bood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
c Glukosa: Hiperglimi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
d Kalium serum: Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretic.
e Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi.
f Kolesterol dan trigiserid serum: Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)
g Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi.
h Kadar aldosteron urin/serum: untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
i Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan diabetes
mellitus.
j Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi.
k Steroid urin: Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertropi
ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan,
dimana luas peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi.
m . Foto dada: Apakah ada oedima paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukan destruksi pada area katub, pembesaran jantung.

2 Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan


yang pertama) :
a IVP : Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter.
b CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c USG : Untuk melihat struktur ginjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien.
d Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologis.

7. KOMPLIKASI
Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi, dalam
jangka panjang akan menyebabkan kerusakan ateri didalam tubuh sampai organ
yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut.

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu : (Aspiani,

2014)
a. Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi di otak
dan akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan
tekanan darah tinggi.
b. Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila membentuk 12
trombus yang bisa memperlambat aliran darah melewati pembuluh darah.
Hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium
tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan
infark. Sedangkan hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu
hantaran listrik melintasi ventrikel terjadilah disritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan resiko pembentukan bekuan.
c. Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi. Penderita
hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan
mengendor dan berkurang elastisitasnya, disebut dekompensasi. Akibatnya
jantung tidak mampu lagi memompa, banyak cairan tertahan diparu yang
dapat menyebabkan sesak nafas (eudema) kondisi ini disebut gagal jantung.
d. Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal. Merusak
sistem penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat membuat zat-zat
yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi
penumpukan dalam tubuh.
8. PENCEGAHAN
1. Mengkonsumsi makanan sehat
2. Kurangi konsumsi garam berlebih
3. Kurangi kafein
4. Berhenti merokok
5. Olahraga secara teratur
6. Jauhi minuman beralkohol
7. Kurangi konsumsi soda

9. ASKEP TEORI

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Pengkajian
merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya. Kemampuan
mengidentifikasi masalah keperawatan yang terajadi pada tahap ini akan menentukan
diagnosis keperawatan. Diagnosis yang diangkat akan menentukan desain perencanaan
yang ditetapkan.(Adib, 2009). Menurut Debora (2011) tahapan pengkajian sebagai berikut
yaitu

A. Biodata

Data lengkap dari klien meliputi : nama lengkap, umur, jenis kelamin, kawin /
belum kawin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan alamat
identitas penanggung, meliputi : nama lengkap, jenis kelamin, umur, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, hubungan dengan klien dan alamat.

B. Keluhan utama

Keluhan hipertensi biasanya bermula dari nyeri kepala yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan aliran darah ke otak.

C. Riwayat kesehatan

1. Riwayat kesehatan sekarang

Keadaan yang didapatkan pada saat pengkajian misalnya pusing, jantung


kadang berdebar-debar, cepat lelah, palpitasi, kelainan pembuluh retina
(hypertensi retinopati), vertigo dan muka merah dan epistaksis spontan.

2. Riwayat kesehatan masa lalu

Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan :

a) Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui


penyebabnya. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetic,
lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatis dan faktor-faktor
yang meningkatkan resiko seperti : obesitas, alcohol, merokok, serta
polisetemia.
b) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, penyebabnya seperti:
Penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular, dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

3. Riwayat kesehatan keluarga


Penyakit hipertensi lebih banyak menyerang wanita daripada pria dan
penyakit ini sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan yaitu jika orang tua mempunyai riwayat
hipertensi maka anaknya memilik resiko tinggi menderita penyakit seperti orang tuanya.

D. Riwayat psikososial

Gejala : Riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah kronik, factor


stress multiple.

Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan


yang meledak, gerak tangan empati, muka tegang, gerak fisik, pernafasan
menghela nafas, penurunan pola bicara.

E. Riwayat spiritual

Pada riwayat spiritual bila dihubungkan dengan kasus hipertensi belum dapat
diuraikan lebih jauh, tergantung dari dan kepercayaan masing-masing individu.

F. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Klien nampak lemah
2. Tanda-tanda vital :
Suhu tubuh kadang meningkat, pernapasan dangkal dan nadi juga cepat,
tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan diastolic di atas 90 mmHg.

3. Review of sistem

A. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, atherosklerosis, penyakit jan- tung kongesti /
katup dan penyakit serebrovaskuler.
Tanda : Kenaikan tekanan darah
Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan denyut.
Denyut apical: titik point of maksimum impuls, mungki bergeser atau
sangat kuat.
Frekuensi / irama: takikardia, berbagai disritmia.

Bunyi jantung: tidak terdengar bunyi jantung I, pada dasar bunyi jantung II
dan bunyi jantung III. Murmur stenosis valvular.
Distensi vena jugularis/kongesti vena.

Desiran vaskuler tidak terdengar di atas karotis, femoralis atau epigastrium


(stenosis arteri).
Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin, pengisian kapiler
mungkin lambat atau tertunda.
B. Neurosensori
Gejala : Keluhan pening/ pusing, berdenyut, sakit kepala sub occipital.
Episode bebas atau kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan
dan episode statis staksis.
Tanda : Status mental: perubahan keterjagaaan, orientasi. Pola/isi bicara,
afek, proses fikir atau memori. Respon motorik: penurunan kekuatan,
genggaman tangan Perubahan retinal optik: sclerosis, penyempitan arteri
ringan-mendatar, edema, papiladema, exudat, hemoragi
C. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung). Nyeri
tungkai yang hilang timbul/klaudasi. Sakit kepala oxipital berat. Nyeri
abdomen/massa.
D. Pernafasan (berhubungan dengan efek cardiopulmonal tahap lanjut dari
hipertensi menetap/berat).
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja tachypnea, ortopnea,
dispnea, nocturnal paroxysmal, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,
riwayat merokok.
Tanda : Distress respirasi / penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi nafas
tambahan, sianosis.
E. Keamanan
Keluhan: Gangguan koordinasi / cara berjalan.
Gejala : Episode parastesia unilateral transien, hypotensi postural.
G. Aktivitas sehari-hari
1. Aktivitas
Gejala : Kelemahan, letih nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, tachypnea.
2. Eliminasi
Gejala : Gejala ginjal saat ini atau yang lalu (misalnya: infeksi, obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa lalu).
3. Makanan dan cairan
Gejala : Makanan yang disukai mencakup makanan tinggi garam, lemak,
kolesterol serta makanan dengan kandungan tinggi kalori.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas. Adanya edema, kongesti vena, distensi
vena jugulalaris, glikosuria.
H. Pemeriksaan diagnostik
- BUN / kreatinin
- Kalsium
- serum Urinalisa
- EKG

I. Penatalaksanaan
A. Pengobatan non farmakologis dapat berupa penurunan berat badan dan diet
rendah garam.
B. Pengobatan farmakologis untuk regresi hipertrofi ventrikel kiri pada hipertensi
berdasarkan penelitian yang didapatkan ACE inhibitor, beta-blocker, antagonis
kalsium dan diuretik mengurangi massa ventrikel kiri dan ternyata ACE inhibitor
menunjukkan pengobatan yang paling efektif

K. Fokus Diagnosa Keperawatan


Merujuk kepada defenisi NANDA yang digunakan pada diagnosa- diagnosa
keperawatan yang telah ditetapkan. Ada tiga komponen esensial suatu diagnosa
keperawatan yang telah dirujuk sebagai yaitu dimana “P” diidentifikasi sebagai
problem, “E” menunjukkan etiologi dari problem dan “S” menggambarkan
sekelompok tanda dan gejala. Ketiga bagian ini dipadukan dalam suatu pernyataan
dengan menggunakan “berhubungan dengan”.
Menurut Dongoes (2000), diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien
hipertensi adalah :
1. Resiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan .
afterload, vasokonstruksi, iskemia miokardia, hipertrofi/rigiditas (kekuatan)
ventrikuler.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak seimbangan
antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut, sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
4. Koping individual inefektif berhubunagn dengan krisis situasional, perubahan
hidup beragam, relaksasi tidak adekuat, sistem pendukung tidak adekuat, sedikit atau
tak pernah olahraga, nutrisi buruk, harapan yang tak terpenuhi, kerja berlebihan,
persepsi tidak realistik, metode koping tidak efektif.
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pegetahuan/ daya ingat,
misinterpretasi informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosa.

L. Fokus Intervensi
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan, afterload, vasokonstruksi, iskemia miokardia, hipertrofi/rigiditas
(kekuatan) ventrikuler
Tujuan : Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat
diterima. Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang dan
pasien.
Kriteria Hasil :
1. Pasien berpartisipasi dalam akttifitas yang dapat menurunkan tekanan darah.
2. Mempertahankan tekanan darah dalam rentan individu yang dapat diterima.
3. Irama dan denyut jantung dalam batas normal.
Intervensi dan rasional :
1. Pantau tekanan darah.
Rasional : Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap
tentang keterlibatan / bidang masalah vaskuler.
2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
Rasional : Denyutan karotis, jugularis, radialis, dan femoralis mungkin diamati atau
tekanan palpasi. Denyutan pada tungkai mungkin menurun: efek dari vasokontraksi.
3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.
Rasional : Bunyi jantung IV umum terdengar pada hipertensi berat dan kerusakan
fungsi adanya krakels mengidapat mengindikasi kongesti paru sekunder terhadap
atau gagal jantung kronik.
4. Amati warna kulit, kelembaban suhu, dan masa pengisian kapiler.
Rasional : Mungkin berkaitan dengan vasokontraksi atau mencerminkan
dekompensasi atau penurunan curah jantung.
5. Catat edema umum/tertentu.
Rasional : Mengindikasi gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler.
6. Beri lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas / keributan lingkungan dan
batasi jumlah pengunjung dan lamannya tinggal. Rasional : Membantu untuk
menurunkan rangsangan simpatis,menurunkan relaksasi.
7. Pertahankan pembatasan aktivitas (jadwal istirahat tanpa gangguan, istirahat di
tempat tidur/kursi), bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri sesuai
kebutuhan.
Rasional : Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah
dan perjalanan penyakit hipertensi.
8. Lakukan tindakan yang nyaman (pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala
tempat tidur).
Rasional : Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsang simpatis.
9. Anjurkan tehnik relaksasi, distraksi, dan panduan imajinasi.
Rasional : Menurunkan rangsangan stress membuat efek tenang, sehingga akan
menurunkan tekanan darah.
10. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
Rasional : Respon terhadap terapi obat tergantung pada individu dan efek sinergis
obat

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak seimbangan


antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen.
Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan. Melaporkan
peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur, menunjukkan penurunan
dalam tanda-tanda toleransi fisiologis.
Kriteria Hasil :
1. Melaporkan peninkatan dalam toleransi aktifitas yang dapat diukur.
2. Menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi.
Intervensi dan rasional:

1) Kaji respon pasien terhadap aktivitas frekuensi nadi, peningkatan


tekanan darah yang nyata selama/sesudah aktivitas, dyspnea, nyeri
dada, keletihan, dan kelemahan, diasporesis, pusing, dan pingsan.
Rasional : Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji
respon fisiologis stress terhadap aktivitas dan bila ada
merupakan indicator dari kelebihan kerja yang
berkaitan dengan tingkat aktivitas.

2) Instruksikan tehnik penghematan energi (menggunakan kursi saat


mandi, duduk, menyisir rambut atau menyikat gigi, lakukan
aktivitas dengan perlahan

Rasional : Dapat mengurangi penggunaan energi dan membantu


keseimbangan antara suplai antara suplai dan
kebutuhan O2.
3) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas / perawatan diri
bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
Rasional : Kemajuan aktivitas bertahap mencegah penurunan
kerja jantung tiba.

3. Nyeri (akut), berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.


Tujuan : - Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/tidak
terkontrol

- Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan


Kriteria Hasil :
1. Pasien akan melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.

2. Pasien akan mengungkapkan metode yang memberikan


penguranganya.
3. Pasien akan mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.
Intervensi dan rasional:
1) Mempertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional : Meminimalkan stimulasi atau menurunkan relaksasi.

2) Berikan kompres dingin pada dahi, pijat punggung, dan leher,


tenang, redupkan lampu kamar, tehnik relaksasi.

Rasional : Menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang


memperlambat / memblok respon simpatis efektif
dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasi.
3) Hilangnya / minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat
menurunkan dan sakit kepala, misalnya: batuk panjang, mengejan
saat BAB, dan lain-lain.
Rasional : Menyebabkan sakit kepala pada adanya tekanan
vaskuler serebral karena aktivitas yang meningkatkan
vaskonotraksi.
4) Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
Rasional : Pusing dan pengelihatan kabur sering berhubungan
dengan sakit kepala.
5) Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila
terjadi perdarahan hidung atau kompres di hidung telah dilakukan
untuk menghentikan perdarahan.
Rasional : Menaikkan kenyamanan kompres hidung dapat
mengganggu menelan atau membutuhkan nafas
dengan mulut, menimbulkan stagnasi sekresi oral dan
mengeringkan mukosa.

6) Berikan sesuai indikasi:


Analgesik
Rasional : Menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan
rangsangan system saraf simpatis.
Antiancietas (diazepam, lorazepam)
Rasional : Dapat mengurangi tegangan dan ketidaknyamanan
yang diperbuat oleh stress.
4. Ketidakefektifan koping individu berhubunagn dengan krisis situasional,
perubahan hidup beragam, relaksasi tidak adekuat, sistem pendukung tidak
adekuat, sedikit atau tak pernah olahraga, nutrisi buruk, harapan yang tak
terpenuhi, kerja berlebihan, persepsi tidak realistik, metode koping tidak efektif
Tujuan : Mengidentifikasi kesadaran kemampuan koping/kekuatan
pribadi.
Mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil
langkah untuk menghindari/mengubahnya.
Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan / metode
koping efektif.
Kriteria Hasil :
1. Mengidentifikasi pola koping yang efektif
2. Mengungkapkan secara verbal tentang koping yang efekti

3. Mengatakan penurunan stres


4. Klien mengatakan menerima tentang keadaanya
5. Mampu mengendifikasi srategi tentang koping
Intervensi dan rasional :
1) Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku,
misalnya: kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian,
keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan.
Rasional : Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup
seseorang, mengatasi hipertensi kronik, dan
mengintegrasikan terapi yang diharuskan ke dalam
kehidupan sehari-hari.
2) Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala,
ketidakmampuan untuk mengatasi atau menyelesaikan masalah.
Rasional : Manifestasi mekanisme koping maladaptik mungkin
merupakan indicator marah yang ditekan dan
diketahui telah menjadi penentu utama tekanan darah
diastolic.
3) Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan
kemungkinan strategi untuk mengatasi atau menyelesaikan
masalah.
Rasional : Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama
dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor

4) Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan berikan


dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.
Rasional : Memperbaiki keterampilan koping dan dapat
meningkatkan kerjasama dalam regimen teraupetik.

5) Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidup.


Rasional : Fokus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada
relatif terhadap pandangan pasien tentang apa yang
diinginkan.
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pegetahuan/ daya
ingat, misinterpretasi informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosa
Tujuan : - Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan
regimen pengobatan

- Mempertahankan tekanan darah dalam parameter normal.

- Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan


komplikasi yang perlu diperhatikan.
Kriteria Hasil :

1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,


kondisi, prognosis, dan program pengobatan
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar

3. Pasien dan keluaraga mampu menjelsakan kembali apa


dijelaskan perawat/tim kesehatan lainya
Intervensi dan rasional :
2) Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar, termasuk orang
terdekat.
Rasional : Mengidentifikasi kemampuan klien dalam menerima
pembelajaran.
3) Tetapkan dan nyatakan batas tekanan darah normal, jelaskan
tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah,
ginjal, dan otak.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien tentang tekanan
darah normal dan efek hipertensi.
4) Hindari mengatakan tekanan darah normal dan gunakan istilah
terkontrol dengan baik saat menggambarkan tekanan darah pasien
dalam batas yang diinginkan.
Rasional : Tekanan darah normal pada setiap orang berbeda
tergantung pada banyak faktor.
5) Bantu pasien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko
kardiovaskuler yang dapat diubah misalnya obesitas, diet, tinggi
lemak jenuh, kolesterol, pola hidup monoton, dan minum alcohol,
pola hidup stress.
Rasional : Mencegah meningkatnya tekanan darah dengan
memperhatikan faktor – faktor resiko.

6) Rekomendasikan untuk menghindari mandi air panas, ruang


penguapan, penggunaan alcohol yang berlebihan.
Rasional : Dapat menyebabkan tekanan darah berubah – ubah.

7) Anjurkan pasien untuk berkonsultasi dengan pemberi perawatan


sebelum menggunakan obat.
Rasional : Menghindari terjadinya resiko overdosis obat.

8) Instruksikan pasien tentang peningkatan masukan makanan atau


cairan tinggi kalium.
Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Alim, Baitul.2011. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Binarupa Aksara :


Tangerang Amin & Hardi. 2013, Aplikasi asuhan keperawatan
keperawatan.Tamantirto :
Yogyakarta

Candra .(2013). Hipertensi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Debora. 2011. Proses Keperawatan Dan Pemeriksaan Fisik, Salemba


Medika : Jakarta.

Depkes RI (2012); Indonesia Sehat 2014, Departemen Kesehatan


Republic Indonesia, Jakarta.

Indriayani, widian nur. 2009. Deteksi Dini Koletrol, Hipertensi Dan Stroke.
Jakarta : Millestone

Kozier, Barbara. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep


Proses dan Praktis Edisi 7 Volume 1. EGC : Jakarta.

Purwanto, 2012. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Bandung: Karya Medika.

Sari, 2009.Gaya Hidup Sehat Bagi Penderita Hipertensi. http:// www.


Majalahkesehatan.com/content/5-gaya-hidup-sehat-bagi-
penderita- hipertensi, diakses tanggal 5 Februari 2014

Utaminingsih.2009.Mengenal dan Mencegah Penyakit Diabetes Melitus,


Hipertensi, Jantung dan Hipertensi Untuk Hidup Lebih
Berkualitas .Media Ilmu : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai