KEGIATAN
DIII K eperawatan STASE
KEPERAWATAN KMB I
OLEH
Lila Windasari
180323047
i
BUKTI BIMBINGAN KEGIATAN PRAKTEK PKK 1 KMB 1
STASE KEPERAWATAN KMB
STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA
NAMA PEMBIMBING
II
Kegiatan PKK 1 Stase KMB dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN HEMOROID PADA
TN. B ini telah dibimbing oleh dosen pembimbing Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi
Nusantara Jakarta
Pembimbing I
KATA PENGANTAR
III
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga kegiatan praktek profesi ners dapat diselesaikan
dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN HEMOROID PADA TN. B telah
dibimbing oleh dosen pembimbing STIKes Abdi Nusantara Jakarta sebagai salah satu
syarat dalam memenuhi kegiatan PKK 1 pdi Program Studi D3 Keperawatan STIKes
Abdi Nusantara Jakarta.
Dalam penyusunan kegiatan parktek profesi ners ini banyak mendapatkan
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penyusun menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Ns. Ely Indawati, S.Kep. M.Kep Sebagai Dosen Pembimbing Stase KMB
DAFTAR ISI
IV
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Teori Hemoroid .............................................................................................. 1
2. Askep Hemoroid …………………………………………………………….. 19
LAPORAN KASUS
1. Pengkajian ……...................................................................................................... 19
2. Diagnosa Keperawatan ……………………………………………........................ 33
3. Perencanaan ............................................................................................................ 34
4. Pelaksanaan& Evaluasi ……………………………………………………………. 39
DAFTAR PUSTAKA
V
1. PENGERTIAN
Hemoroid atau lebih dikenal sebagai wasir atau ambeien, bukan merupakan suatu
keadaan yang patologis. Hemoroid berasal dari kata ‘’haima’’ dan ‘’rheo’’ yang
Walaupun kondisi ini merupakan suatu kondisi fisiologis, tetapi karena sering
menonjol dan kongestif dan bahkan dapat disertai prolaps dan ulserasi (Simon, 2014).
hemoroid juga cenderung memburuk dari tahun ke tahun (Safyudin & Damayanti,
2017).
1
Gambar 2. 1 Gambaran Hemoroid
2. ETIOLOGI
penyakit, namun ada beberapa predisposisi penting yang dapat meningkatkan resiko
Penyakit crohn adalah proses inflamasi kronis yang dapat mengenai bagian saluran
penyakit ini secara karakteristik melibatkan semua lapisan dinding usus (transmural)
(Sodikin, 2011).
Keturunan
Adanya kelemahan dinding vena di daerah anorektal yang didapat sejak lahir
mengejan terlalu kuat atau terlalu lama, dan kontipasi. Hubungan antara riwayat
penyakit keluarga dimasa lalu tidak memiliki hubungan yang relevan dengan
kejadian hemoroid, akan tetapi kebiasaan yang telah dilakukan oleh anggota keluarga
2
memiliki peranan yang sangat berpengarah bagi anggota keluarga lainnya (Ulima,
2012)
Diet rendah serat dapat menyebabkan fases menjadi kecil dan keras yang dapat
menyebabkan mengejan pada saat buang air besar. Makanan yang mengandung serat
2015).
Obesitas
satunya yaitu hemoroid. Hemoroid terjadi karena sirkulasi darah yang buruk pada
penderita obesitas adalah salah satu masalah yang berefek pada kesehatan sel dan
tekanan pada daerah pelvic pada vena yang ada dianus (Halik, 2017).
Lama duduk
Hemoroid biasnya ditandai dengan rasa gatal dan panas dianus disertai kesulitan
buang air besar. Hal ini disebabkan oleh pelebaran atau pembesaran pembuluh vena
di daerah poros usus atau sekitar dubur akibat tekanan yang terus menerus karena
duduk yang terlalu lama lebih tanpa mengganti posisi atau dengan istirahat dapat
meningkatkan tekanan intra abdominal (Fridolin, Saleh, & Hernawan, 2015). Duduk
lama pada saat buang air besar juga dapat meningkatkan resiko terjadinya hemoroid.
Pemakaian toilet duduk menyebabkan posisi usus dan anus tidak dalam posisi tegak.
Sehingga menyebabkan tekanan dan gesekan pada vena di daerah rektum dan anus
dikeluarkan melalui anus dan menimbulkan rasa tidak nyaman pada rektum (Kartika
Sari & Wirjatmadi, 2018). Kontipasi merupakan pelannya pergerakan fases melalui
usus besar yang disebabkan oleh tinja yang kering dan keras pada colon descenden
yang menumpuk karena absorsi cairan yang berlebihan. Pada kontipasi diperlukan
waktu mengejan terlalu lama membuat tekanan yang keras sehingga menyebab
Alkohol
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Fridolin, Saleh, & Hernawan, 2014).
menghentikan produksi anti diuretic hormone, yang dapat menyebabkan seseorang lebih
sering berkemih, hal ini dapat menyebabkan dehidrasi. Alkohol juga menarik air dari
fases sehingga dapat memicu terjadinya konstipasi, selain itu terlalu banyak
3. Manifestasi Klinis
Menurut Kardiyudiani & Susanti (2019), tanda dan gejala umum hemoroid
meliputi:
(wasir trombosis)
4
4. PATOFISIOLOGI
relatif venous return di daerah perianal (yang disebut dengan efek tourniquet),
tonus istirahat adalah mekanisme aksi dilatasi (Muttaqin & Sari, 2011).
sistem portal dan vena inferior rektal. Varises terjadi lebih sering pada pasien
yang nonsirosis dan mereka jarang mengalami perdarahan (Muttaqin & Sari,
5
2011).
nyeri dan perdarahan anus. Hemoroid interna tidak menyebabkan sakit karena
berada di atas garis dentate dan tidak ada inervasi saraf. Namun, mereka
mengalami perdarahan, prolaps dan sebagai hasil dari deposisi dari suatu
iritasi ke bagian sensitif kulit perianal sehingga menyebabkan gatal dan iritasi.
Hemoroid internal dapat menghasilkan rasa sakit perianal oleh prolaps dan
yang berulang dapat berakibat timbulnya anemia berat (Muttaqin & Sari,
2011).
6
7
8
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang pada
hemoroid yaitu sebagai berikut :
Pemeriksaan colok anus
Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum.
Pada hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di
dalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.
Anoskopi
Diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol
keluar.
Proktosigmoidoskopi
Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses
radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi.
Penatalaksanaan Medis
Menurut Kardiyudiani & Susanti (2019), penatalaksanaan medis pada
hemoroid sebagai berikut :
Pengobatan di rumah
a) Konsumsi makanan berserat tinggi
b) Menggunakan perawatan topikal. Oleskan krim wasir atau supositoria
yang mengandung hidrokortison
c) Merendam anus secara teratur dalam air hangat
d) Menjaga kebersihan area anal
e) Menempatkan kompres es
f) Mengonsumsi pereda nyeri oral
Pasien dapat menggunakan acetaminophen, aspirin, atau ibuprofen
sementara untuk membantu meringankan ketidaknyamanan.
Obat – obatan
Jika hemoroid hanya menimbulkan ketidaknyamanan ringan, maka terapi
yang diberikan yaitu pemberian krim, salep, supositoria, atau bantalan.
Thrombectomy hemoroid eksternal
Jika gumpalan darah (trombosis) telah berbentuk pada wasir eksternal, dokter
dapat menghilangkan bekuan dengan sayatan dan drainase sederhana.
Prosedur minimal invasif
Untuk perdarahan persisten atau wasir yang menyakitkan, dokter dapat
9
merekomendasikan salah satu prosedur minimal invasif lain yang tersedia,
meliputi ligasi karet gelang, injeksi (skleroterapi), dan koagulasi (inframerah,
laser, dan bipolar).
Prosedur operasi
Jika prosedur lain tidak berhasil atau pasien memiliki wasir yang parah,
dokter dapat merekomendasikan prosedur pembedahan berupa
hemoroidektomi.
7. KOMPLIKASI
Menurut Haryono (2012), komplikasi hemoroid yang paling sering terjadi adalah :
a) Perdarahan, dapat sampai dengan anemia
b) Trombosis (pembekuan darah dalam hemoroid)
c) Hemoroidal strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan suplai darah
dihalangi oleh sfingterani
8. PENCEGAHAN
a) Mengkonsumsi makanan kaya akan serat
b) Perbanyak minum air putih
c) Jangan mengejan berlebihan jika bab
d) Olahraga teratur
e) Hindari duduk terlalu lama
f) Jangan menunda BAB
g) Hindari mengangkat benda berat
h) Jika hamil, posisi tidur miring
9. ASKEP TEORI
1. Pengkajian
Menurut Muttaqin & Sari (2011), pada pengkajian anamnesis didapatkan sesuai
dengan kondisi klinik perkembangan penyakit.
A. Keluhan utama
yang lazim didapatkan adalah nyeri, perdarahan pada anus, dan
merasa ada benjolan di sekitar anus. Keluhan nyeri yang hebat jarang sekali
ada hubungannya dengan hemoroid interna dan hanya timbul pada hemoroid
eksterna yang mengalami trombosis.
B. Pengkajian riwayat penyakit dahulu,
11
perawat menanyakan faktor predisposisi yang berhubungan dengan hemoroid,
seperti adanya hemoroid sebelumnya, riwayat peradangan pada usus, dan riwayat
diet rendah serat.
C. Pada pengkaj ian psikososial
akan didapatkan peningkatan kecemasan, serta perlunya pemenuhan
informasi, intervensi keperawatan, pengobatan, dan rencana pembedahan.
D. Pemeriksaan survei umum
bisa terlihat sakit ringan, sampai gelisah akibat menahan sakit. TTV bisa
normal atau bisa didapatkan perubahan, seperti takikardi, peningkatan pernapasan.
E. Pemeriksaan anus
untuk melihat adanya benjolan pada anus, kebersihan dan adanya ulserasi di
sekitar anus. Pemeriksaan colok anus, hemoroid interna tidak dapat diraba sebab
tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak nyeri. Colok
anus diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
Menurut Haryono (2012), pengkajian pada hemoroid sebagai berikut :
a) Riwayat kesehatan
Apakah ada rasa gatal, terbakar dan nyeri selama defekasi? Adakah
nyeri abdomen? Apakah terdapat perdarahan pada rektum? Bagaimana
pola eliminasi? Apakah sering menggunakan laksatif?
b) Riwayat diet
Bagaimana pola makan pasien? Apakah pasien mengkonsumsi
makanan yang mengandung serat?
c) Riwayat pekerjaan
Apakah pasien melakukan pekerjaan yang memerlukan duduk
atau berdiri dalam waktu lama?
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Muttaqin & Sari (2011), diagnosa keperawatan yang muncul
adalah :
Nyeri berhubungan dengan kerusakan integritas jaringan, respon
pembedahan.
Menurut PPNI (2016), definisi nyeri adalah pengalaman sensorik
atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Batasan karakteristik
12
nyeri akut adalah yang pertama data mayor yaitu tampak meringis,
gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur dan data minor yaitu
tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah.
Tabel 2.1
Rencana Keperawatan
No Dx. Kep
Tujua Intervensi
n
1 2 3 4
1. Nyeri akut b.d Kontrol nyeri Manajemen nyeri
kerusakan integritas Kriteria hasil : 1. Lakukan pengkajian nyeri
jaringan, respon 1. Pasien dapat secara konprehensif
pembedaha n mengatasi termasuk lokasi,
nyeri saat karakteristik, kualitas dan
nyeri timbul faktor presipitasi
2. Tidak 2. Observasi reaksi non
1 2 3 4
14
4. Melaporkan 4. Kontrol
nyeri yang lingkungan yang dapat
terkontrol mempengaruhi nyeri, suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
5. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
6. Anjurkan rendam air
hangat
Pemberian analgesik
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas dan
keparahan nyeri sebelum
mengobati pasien
2. Cek perintah
pengobatan meliputi
obat, dosis, dan
frekuensi obat
analgesik yang
diresepkan
3. Cek adanya riwayat
alergi obat
4. Pilih rute intravena
daripada rute
intramuskular, untuk
injeksi pengobatan nyeri
yang sering
5. Monitor tanda vital
sebelum dan setelah
memberikan analgesik
1 2 3 4
15
Aplikasi panas/dingin
1. Jelaskan
1 2 3 4
16
5. Tingkatkan asupan nutrisi
yag cukup
6. Ajarkan pasien dan anggota
keluarga bagaimana cara
menghindari infeksi
7. Berikan perawatan kulit
yang tepat untuk area yang
mengalami edema
gizi baik
17
1 2 3 4
makanan yang kurang 4. Tentukan jumlah kalori
adekuat dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan
gizi
5. Lakukan atau bantu
pasien terkait dengan
perawatan mulut
sebelum makan
6. Ciptakan lingkungan
yang optimal pada saat
mengonsumsi
makanan
4. Kecemasan Tingkat kecemasan Pengurangan kecemasan
berhubunga n dengan Kriteria hasil : 1. Gunakan pendekatan
prognosis penyakit, 1. Dapat yang tenang dan
rencana pembedaha n meyakinkan
beristirahat
2. Berada di sisi pasien untuk
2. Perasaan
meningkatkan rasa aman
gelisah tidak
dan mengurangi ketakutan
ada
3. Dorong keluarga untuk
3. Tidak ada
mendampingi pasien
rasa takut
4. Instruksikan pasien untuk
yang
menggunakan teknik
disampaikan
relaksasi
4. Rasa cemas
5. Kaji tanda verbal dan non
yang
verbal
disampaika
kecemasan
n secara
lisan tidak
ada
18
Nama Mahasiswa : lila windasasi
NIM : 180323047
IDENTITAS
1. Nama Pasien : Tn. B
2. Umur : 48 Th
3. Suku/ Bangsa: Jawa / Indonesia
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : Swasta
7. Alamat : jl.tambun selatan rt.004/08 no.91 cakung
8. Sumber Biaya : tabungan
19
KELUHAN UTAMA
Keluhan utama: pasien BAB mengeluarkan darah dan terdapat benjolan pada anus
serta nyeri pada anus
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Riwayat Penyakit Sekarang: sejak 1 minggu lalu pasien mengalami konstipasi serta
nyeri pada anus dan terdapat benjolan
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Pernah dirawat : ya tidak
2. Riwayat penyakit kronik dan menular ya tidak jenis Tidak
ada
Riwayat kontrol : .Tidak ada
Riwayat penggunaan obat : Tidak ada
3. Riwayat alergi:
Obat ya tidak jenis……………………
Makanan ya tidak jenis……………………
Lain-lain ya tidak jenis……………………
4. Riwayat operasi: ya tidak
5. Lain-lain: Tidak ada
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Ya tidak
- Jenis : Keluarga inti ( Nuclear Family)
- Genogram:
Laki laki
Perempuan
48 Pasien
48
Meninggal
Garis Perkawinan
Garis Keturunan
Garis satu rumah
20
Olah raga ya tidak keterangan…..........................
OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda tanda vital
S : 36.2 0C N : 88x/m T : 110/80 RR : 23
Kesadaran Compos Mentis Apatis Somnolen Sopor
Koma
21
a. TD : 110 / 80
b. N : 88x/menit
c. Keluhan nyeri dada: ya tidak
P :...................................................................
Q :...................................................................
R :...................................................................
S :...................................................................
T :...................................................................
d. Irama jantung: reguler ireguler
e. Suara jantung: normal (S1/S2 tunggal) murmur
gallop lain-lain.....
f. Ictus Cordis: Teraba normal
g. CRT : < 2 detik
Akral: hangat kering merah basah pucat
panas dingin
h. Sikulasi perifer: normal menurun
i. JVP :-
j. CVP :-
k. CTR : < 50%
l. ECG & Interpretasinya:
S. Rikan ( Sinus Riteran)
m. Lain-lain : tidak ada
Tida ada
5. Sistem perkemihan (B4)
23
a. Kebersihan genetalia: Bersih Kotor
b. Sekret: Ada Tidak
c. Ulkus: Ada Tidak
d. Kebersihan meatus uretra: Bersih Kotor
e. Keluhan kencing: Ada Tidak
Bila ada, jelaskan:
Tidak ada
f. Kemampuan berkemih:
Spontan Alat bantu, sebutkan:
Jenis :............................................
Ukuran :............................................
Hari ke :............................................
g. Produksi urine : 40 – 60 ml/jam
Warna : Kuning
Bau : Khas,tidak tajam
h. Kandung kemih : Membesar ya tidak
i. Nyeri tekan ya tidak
j. Intake cairan oral : 1600 cc/hari parenteral : 1000 cc/hari
k. Balance cairan:
Intake 1.033 – output 800
= 233 cc
7. Sistem Penglihatan
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior
Masalah
Keperawatan :
OD OS
+ Visus + Tidak ada
+ Palpebra +
+ Conjunctiva +
+ Kornea +
25
+ BMD +
+ Pupil +
+ Iris +
+ Lensa +
+ TIO +
8. Sistem Pendengaran
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior
Masalah Keperawatan :
b. Tes Audiometri
Tidak di lakukan
26
c. Keluhan nyeri ya tidak
P :...................................................................
Q :...................................................................
R :...................................................................
S :...................................................................
T :...................................................................
d. Luka operasi: ada tidak
Tanggal operasi :................
Jenis operasi :................
Lokasi :................
Keadaan :................
e. Alat bantu dengar: -
f. Lain-lain : -
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Masalah keperawatan :
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya:
ansietas
Takut akan penyakitnya yang tak kunjung membaik
b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
Murung/diam gelisah tegang marah/menangis
c. Reaksi saat interaksi kooperatif tidak kooperatif curiga
d. Gangguan konsep diri:
Merasa malu akan penyakitnya
e. Lain-lain:
Tidak ada
PENGKAJIAN SPIRITUAL
a. Kebiasaan beribadah
- Sebelum sakit sering kadang- kadang tidak pernah
- Selama sakit sering kadang- kadang tidak pernah
30
Masalah Keperawatan :
b. Bantuan yang diperlukan klien untuk memenuhi kebutuhan beribadah: Tidak ada masalah
Tidak ada
ANALISIS DATA
32
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA
1. Nyeri Akut
3. ansietas
33
RENCANA INTERVENSI
Terapeutik
1. Memberikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, terapi musik, kompres
hangat/ dingin,terapi bermain)
2. Mengontrol lingkungan yan
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. MemFasilitasi istirahat dan tidur
4. MemPertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. MenJelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. MenJelaskan strategi meredakan nyeri
3. MengAnjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. MengAnjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. MengAnjurkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Mengkolaborasikan pemberian
analgetik, jika perlu
Rabu 1 10.30 WIB 1. Mengdentifikasi lokasi, karakteristik, 11.20 - Pasien mengatakann sudah tidak
18/02/2021 durasi, frekuensi, kualitas, intensitas WIB pusing
SIFT PAGI nyeri. - Pasien mengatakan mual berkurang
2. Mengdentifikasi skala nyeri - Pasien mengatakan perut sudah tidak
3. Mengdentifikasi respon nyeri non kembung dan begah
verbal O:
4. Mengdentifikasi faktor yang - k/u sedang kes cm os tampak lebih
memperberat dan memperingan nyeri segar dan tidak meringis.
5. Mengdentifikasipengetahuan dan - TD 120/80 mmhg N : 80 x/mnt RR 20
keyakinan tentang nyeri x/mnt Sh 36,70C skala nyeri 2
6. Mengdentifikasi pengaruh budaya - Pasien tampak bisa tidur
terhadap respon nyeri A : Masalah Nyeri akut 70 % teratasi
7. MengIdentifikasipengaruh nyeri pada P : Intervensi Lanjutkan
kualitas hidup 1. Identifikasi skala nyeri / hari
8. MeMonitor keberhasilan terapi 2. Anjurkan gunakan tehnik napas
komplementer yang sudah diberikan dalam/mendengarkan music jika nyeri
9. MeMonitor efek samping penggunaan dating
analgetik 3. Observasi TTV / Shift
Terapeutik
1. Memberikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, terapi musik, kompres
hangat/ dingin,terapi bermain)
2. Mengontrol lingkungan yan
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. MemFasilitasi istirahat dan tidur
4. MemPertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. MenJelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. MenJelaskan strategi meredakan nyeri
3. MengAnjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. MengAnjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. MengAnjurkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Mengkolaborasikan pemberian
analgetik, jika perlu
Edukasi
1. MenJelaskan jenis makanan yang
membantu meningkatkan keteraturan
peristaltik usus
2. Menganjurkan mencatat warna,
frekuensi, konsistensi, dan volume feses
3. Menganjurkan meningkatkan aktivitas
fisik, sesuai toleransi
4. Menganjurkanpengurangan asupan
makanan yang meningkatan pembentukan
gas
5. Menganjurkan mengkonsumsi makanan
yang tnggi serat
6. Menganjurkan meningkatkan konsumsi
cairan, jika tidak ada konraindikasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat supositoria
anal, jika perlu
Rabu 2 14:00 WIB Observasi 15.00 S:
18/02/2021 1. Mengidentifikasi maslaah usus dan WIB - pasien mengatakan susah saat bab
Sift siang enggunaan obat pencahar O:
2. Mengidentifikasi pengobatan yang - Td : 110/80
berefek pada kondisi gastrointestinal - N : 110x/ m
3. MeMonitor BAB (mis. Warna, frekuensi, - Pasien tampasesekali meringis setelah
konsistensi, volume) dari kamar mandi
4. MeMonitor tanda dan gejala diare, - Pola napas spontan,RR : 18 x/m
konstipasi atau impaksi A: gangguan eliminasi bab teratasi 50%
Teraupetik: P : Intervensi di lanjutkan
1. Memberikan air hangat setelah makan 1. Monitor ttv
2. Menjadwalkan waktu defekasi bersama 2. Monitor konsistensi feses
pasien 3. Monitor keseringan bab
3. Sediakan makanan serat tinggi
Edukasi
1. MenJelaskan jenis makanan yang
membantu meningkatkan keteraturan
peristaltik usus
2. Menganjurkan mencatat warna,
frekuensi, konsistensi, dan volume feses
3. Menganjurkan meningkatkan aktivitas
fisik, sesuai toleransi
4. Menganjurkanpengurangan asupan
makanan yang meningkatan pembentukan
gas
5. Menganjurkan mengkonsumsi makanan
yang tnggi serat
6. Menganjurkan meningkatkan konsumsi
cairan, jika tidak ada konraindikasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat supositoria
anal, jika perlu
Selasa 3 11.00 WIB Observasi : 12.00 S:
17/02/2021 1. MengIdentifikasi saat tingkat ansietas WIB 1. Pasien mengatakan tidak bisa tidur dan
SIFT PAGI berubah (mis. Kondisi, waktu, stresor) kurang istirahat, tidur hanya 4 jam dalam
2. MengIdentifikasi kemempuan sehari.
mengambil keputusan 2. Pasien mengatakan merasa khawatir
3. MeMonitor tanda-tanda ansietas (verbal dengan kondisi yang dihadapi
nonverbal) DO :
Teraupetik : 1. Hasil pengkajian fisik
1. Menciptakan suasana terapeutik untuk KU : Lemah
menumbuhkan kepercayaan 2. Kesadaran: Composmentis
2. Menemani pasien untuk mengurangi 3. Gcs : 15 ( E:4 V:5 M:6 )
kecemasan 4. Hasil TTV
3. Memaahami situasi yang membuat TD : 120/78 mmHg
ansietas dengarkan dengan penuh perhatian N : 98x/menit
4. Menggunakan pendekatan yang tenang RR : 20x/menit
dan meyakinkan S : 36,7 derajat celcius
5. Memotivasi mengidentifikasi situasi SPO2 : 94%
yang memicu kecemasan 5. Pasien tampak gelisah
6. Mendiskusikan perencanaan realistis 6. Pasien tampak tegang
tentang peristiwa yang akan datang 7. Pasien tampak sulit tidur
Edukasi: A : Masalah teratasi sebagian
1. Menjelaskan prosedur, termasuk sensasi P : Intervensi dilanjutkan no 1 sampai 19
yang akan mungkin dialami
2. Menginformasikan secara faktual
mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
3. Menganjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien
4. Menganjurkan melakukan kegiatan yang
tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
5. Menganjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
6. Melatih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
7. Melatih penggunaan meknisme
pertahaann diri yang tepat
8. Melatih teknik relaksasi
Kolaborasi :
1. Kolaborasikan pemberian obat
antlansietas, jika perlun
Rabu 3 14.00 WIB Observasi : 14.40 S:
18/02/2021 1. MengIdentifikasi saat tingkat ansietas WIB 1. Pasien mengatakan tidak bisa tidur dan
Sift siang berubah (mis. Kondisi, waktu, stresor) kurang istirahat, tidur hanya 4 jam dalam
2. MengIdentifikasi kemempuan mengambil sehari.
keputusan 2. Pasien mengatakan merasa khawatir
3. MeMonitor tanda-tanda ansietas (verbal dengan kondisi yang dihadapi
nonverbal) DO :
Teraupetik : 1. Hasil pengkajian fisik
1. Menciptakan suasana terapeutik untuk KU : Lemah
menumbuhkan kepercayaan 2. Kesadaran: Composmentis
2. Menemani pasien untuk mengurangi 3. Gcs : 15 ( E:4 V:5 M:6 )
kecemasan 4. Hasil TTV
3. Memaahami situasi yang membuat TD : 130/78 mmHg
ansietas dengarkan dengan penuh perhatian N : 98x/menit
4. Menggunakan pendekatan yang tenang RR : 26x/menit
dan meyakinkan S : 36,7 derajat celcius
5. Memotivasi mengidentifikasi situasi yang 5. SPO2 : 94%
memicu kecemasan 6. Pasien tampak gelisah
6. Mendiskusikan perencanaan realistis 7. Pasien tampak tegang
tentang peristiwa yang akan datang 8. Pasien tampak sulit tidur
Edukasi: A : Masalah teratasi sebagian
1. Menjelaskan prosedur, termasuk sensasi P : Intervensi dilanjutkan no 1 sampai 19
yang akan mungkin dialami
2. Menginformasikan secara faktual
mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
3. Menganjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien
4. Menganjurkan melakukan kegiatan yang
tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
5. Menganjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
6. Melatih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
7. Melatih penggunaan meknisme
pertahaann diri yang tepat
Melatih teknik relaksasi
Kolaborasi :
1. Kolaborasikan pemberian obat
antlansietas, jika perlunMonitor
tekanan darah,frekwensi pernapasan
dan nadi
2. Tingkatkan asupan cairan 2 liter/hr
DAFTAR PUSTAKA
Sudarsono, D.F. (2015) . Diagnosis Dan Penanganan Hemoroid. Medical Journal Of Lampung
Univercity, 6.
Sutarno. (2015) . Analisis Faktor Aktifitas Fisik Resiko Terjadi Hemoroid. Journal Keperawatan
Global, 2.
Muttaqin, Arif Dan Kulama Sari. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika, 2011.
Syafyudin Dan Lia Damayanti. 2017. Gambaran pasien hemoroid di instalasi rawat inap
departemen bedah rumah sakit umum pusat dr. Mohammad Hoesin Palembang. PKK, Vol. 4, no. 1.
Hal 15-21.
Nugroho, P.H. Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Hemoroid. Vol.2, No.XVIII, 2014.
Kardiyudiani & Susanti, 2019. Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta : PT. Pustaka Buku.
Nurarif. A.H. & Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis Dan NANDA NIC-NOC. Yogyajakarta: MediAction
Rosdahl, C.B. & Kowalski, M.T. (2017). Buku Ajar Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC